Anda di halaman 1dari 22

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Penyakit Kanker
2.1.1 Definisi Kanker
Kanker adalah penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh yang
berubah menjadi sel kanker. Kanker sering dikenal oleh masyarakat sebagai tumor, padahal tidak
semua tumor adalah kanker. Tumor adalah segala benjolan tidak normal atau abnormal. Tumor
dibagi dalam dua golongan, yaitu tumor jinak dan tumor ganas. Kanker adalah istilah umum
untuk semua jenis tumor ganas (Brunicardi, et al, 2010).
2.1.2 Patofisiologi Kanker
Mekanisme pembentukan neoplasma atau tumor ganas disebut dengan karsinogenesis.
Karsinogenesis merupakan suatu proses multi-tahap. Proses transformasi sel normal menjadi sel
ganas melalui displasi terjadi melalui mekanisme yang sangat rumit, tetapi secara umum
mekanisme karsinogenesis ini terjadi melalui empat tahap (Campbell, Reece, Mitchell, 2007)
yaitu:
1. Tahap Inisiasi
Tahap inisiasi merupakan tahap pertama karsinogenesis yang bersifat irreversible, dimana gen
pada sel normal bertransformasi menjadi malignan. DNA dirusak oleh zat-zat inisiator seperti
radiasi dan radikal bebas dapat mengganggu proses reparasi normal, sehingga terjadi mutasi DNA
dengan kelainan pada
kromosomnya. Kerusakan DNA ini diturunkan pada anak-anak sel dan seterusnya. Tahap inisiasi
berlangsung dalam satu sampai beberapa hari.
2. Tahap Promosi
Pada proses proliferasi sel terjadi pengulangan siklus sel tanpa hambatan dan secara continue
terus mengulang. Diteruskan dengan proses metastasis dimana penyebab utama dari kenaikan
morbiditas dan mortalitas pada pasien dengan keganasan. Dalam berlangsungnya proses ini
melibatkan interaksi kompleks, tidak hanya ditentukan oleh jenis sel kanker itu sendiri, namun
matriks ekstraseluler, membran basal, reseptor endotel serta respon kekebalan host yang
berpartisipasi. Mekanisme metastasis merupakan indikasi bahwa mekanisme pertahanan pasien
kanker gagal untuk mengatasi dan memblokir penyebaran sel kanker. Setelah itu terjadi lagi
proses neoangiogenesis.
3. Tahap angiogenesis

Tahap angiogenesis adalah proses pembentukan pembuluh darah baru yang terjadi secara normal
dan sangat penting dalam proses pertumbuhan dan perkembangan. Angiogenesis juga terlibat
dalam proses penyembuhan, seperti pembentukan jaringan baru setelah cidera. Angiogenesis juga
merupakan tahap yang sangat penting dalam karsiogenesis atau pertumbuhan sel kanker sehingga
terjadi perkembangan sel kanker yang tidak terkendali dan bersifat ganas.
Angiogenesis dapat berkembang menjadi sesuatu yang bersifat patologis dan berhubungan
dengan kanker, inflamasi, penyakit kulit dan penyakit mata. Kondisi patologi angiogenesis ini
diawali oleh pembentukkan pembuluh darah baru dan penghancuran sel normal yang ada di
sekitarnya. Berbeda dangan angiogenesis
fisiologis, angiogenesis patologi ini dapat berlangsung lama sampai beberapa tahun dan biasanya
berhubungan dengan beberapa gejala klinis.
4. Tahap Progresif

Pada tahap progresif gen-gen pertumbuhan yang diaktivasi oleh kerusakan DNA mengakibatkan
mitosis dipercepat dan pertumbuhan liar dari sel-sel ganas. Terjadi aktivasi, mutasi atau
hilangnya gen. Pada tahap progresi ini timbul perubahan benigna menjadi pra-malignan dan
malignan. Metastasis kanker terjadi akibat penyebaran sel kanker utama dan terjadi pembentukan
tumor di tempat baru yang jauh dari sel kanker utama. Pada awalnya kanker primer harus
memiliki akses ke sirkulasi, baik melalui pembuluh darah maupun sistim limfatik, setelah sel
kanker mampu menembus saluran tersebut, sel kanker harus mampu bertahan hidup dan pada
akhirnya sel kanker tersebut akan menyebar ke organ dan membentuk jaringan baru. Selanjutnya
sel kanker harus bisa memulai pertumbuhan jaringan baru dengan membentuk vaskularisasi baru
untuk suplay oksigen dan nutrisi (Brunicardi, et al, 2010).
Dalam Brunicardi, et al (2010) terdapat faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko terkena
kanker, yaitu bahan kimia yang terdapat pada asap rokok dapat menyebabkan berbagai jenis
kanker pada perokok dan perokok pasif (orang bukan perokok yang tidak sengaja menghirup asap
rokok orang lain) dalam jangka waktu yang lama. Bahan kimia untuk industri serta asap yang
mengandung senyawa karbon dapat meningkatkan kemungkinan seorang pekerja industri
menderita kanker. Penyinaran yang berlebihan dari sinar ultra violet yang berasal dari matahari
dapat menimbulkan kanker kulit. Sinar radio aktif, sinar X yang
berlebihan atau sinar radiasi dapat menimbulkan kanker kulit dan leukemia. Beberapa jenis virus
berhubungan erat dengan perubahan sel normal menjadi sel kanker. Jenis virus ini disebut virus
penyebab kanker atau virus onkogenik. Hormon adalah zat yang dihasilkan kelenjar tubuh yang
fungsinya adalah mengatur kegiatan alat-alat tubuh dari selaput tertentu. Pada beberapa penelitian
diketahui bahwa pemberian hormon tertentu secara berlebihan dapat menyebabkan peningkatan
terjadinya beberapa jenis kanker seperti payudara, rahim, indung telur dan prostat. Selain itu, zat
atau bahan kimia yang terdapat pada makanan tertentu juga dapat menyebabkan timbulnya
kanker misalnya makanan yang lama tersimpan dan berjamur dapat tercemar oleh aflatoxin.
Aflatoxin adalah zat yang dihasilkan jamur Aspergillus Flavus yang dapat meningkatkan resiko
terkena kanker hati.
2.1.3 Jenis-jenis dan Manifestasi Kanker
Jenis-jenis kanker menurut Brunicardi, et al (2010), yaitu karsinoma, limfoma, leukemia,
sarcoma, dan glioma. Karsinoma adalah setiap kanker ganas yang muncul dari sel-sel epitel.
Limfoma adalah kanker yang dimulai di dalam limfosit dari sistem kekebalan tubuh dan muncul
sebagai tumor padat dari sel-sel limfoid. Leukemia atau lebih dikenal sebagai kanker darah
merupakan penyakit dalam klasifikasi kanker pada darah atau sumsum tulang yang ditandai oleh
perbanyakan secara tidak normal atau transformasi maligna dari sel-sel pembentuk darah di
sumsum tulang dan jaringan limfoid yang umumnya terjadi pada leukosit (sel darah putih).
Sarkoma jarang terjadi tetapi tumor agresif muncul dari subtipe jaringan primitif yang dikenal
sebagai mesoderm, dan dengan
demikian dapat mempengaruhi berbagai jaringan dan organ dalam tubuh di berbagai kelompok
usia, dari anak kecil hingga orang tua. Glioma adalah jenis tumor yang dimulai di otak atau
tulang belakang, hal ini disebut glioma karena muncul dari sel glial.
Gejala kanker secara umum yaitu nyeri yang dapat terjadi akibat tumor yang meluas menekan
syaraf dan pembuluh darah disekitarnya, reaksi kekebalan dan peradangan terhadap kanker yang
sedang tumbuh, dan nyeri juga disebabkan karena ketakutan atau kecemasan. Pendarahan atau
pengeluaran cairan yang tidak wajar, misalnya ludah, batuk atau muntah yang berdarah, mimisan
yang terus menerus, cairan puting susu yang mengandung darah, cairan liang senggama yang
berdarah (diantara menstruasi/menopause), darah dalam tinja, darah dalam air kemih. Selain
gejala umum, gejala khusus juga biasanya dapat dilihat sesuai dengan organ yang terkena kanker,
seperti pada kanker otak gejala yang muncul adalah sakit kepala pada pagi hari dan berkurang
pada tengah hari, epilepsi, lemah, mati rasa pada lengan dan kaki, kesulitan berjalan, mengantuk,
perubahan tidak normal pada penglihatan, perubahan pada kepribadian, perubahan pada ingatan,
sulit bicara. Hal ini diakibatkan sel kanker menyerang saraf di otak (Brunicardi, et al, 2010).
Gejala yang muncul pada kanker mulut yaitu terdapat sariawan pada mulut, lidah dan gusi yang
tidak kunjung sembuh. Pada kanker saluran pernapasan gejala yang terjadi biasanya batuk terus
menerus, suara serak atau parau, dahak bercampur darah, rasa sakit di dada. Pada kanker
payudara gejala yang muncul biasnya terdapat benjolan, penebalan kulit (tickening), perubahan
bentuk, gatal-
gatal, kemerahan, rasa sakit yang tidak berhubungan dengan menyusui atau menstruasi. Pada
kanker saluran pencernaan biasanya terdapat darah pada feses yang ditandai dengan warna merah
terang atau hitam, nyeri perut, benjolan pada perut, rasa sakit setelah makan, penurunan berat
badan, serta adanya perubahan pola buang air besar (diare atau sulit buang air besar). Pada kanker
saluran reproduksi wanita biasanya akan terjadi perdarahan yang banyak saat periode menstruasi,
pengeluaran darah saat mens tidak seperti biasanya dan rasa sakit yang luar biasa. Kanker pada
saluran reproduksi juga dapat menyebabkan infertile (kemandulan). Pada kanker saluran
perkemihan kandung kemih atau ginjal gejala yang muncul biasanya terdapat darah pada urin,
rasa sakit atau perih pada saat buang air kecil, keseringan atau kesulitan buang air kecil, sakit
pada kandung kemih, nyeri pada pinggang. Pada kanker testis biasanya terdapat benjolan pada
testis, ukuran penampungan pada testis yang membesar dan menebal secara mendadak, nyeri
pada perut bagian bawah. Pada leukemia gejala yang terjadi adalah pucat, kelelahan kronis,
penurunan berat badan, sering terkena infeksi, mudah terluka, rasa sakit pada tulang dan
persendian, mimisan. Gejala pada kanker kulit biasanya terdapat benjolan pada kulit yang
menyerupai kutil (mengeras seperti tanduk), infeksi yang tidak sembuh-sembuh, bintik-bintik
berubah warna dan ukuran, rasa sakit pada daerah tertentu, perubahan warna kulit berupa bercak-
bercak (Brunicardi, et al, 2010).
2.1.4 Pemeriksaan dan Penatalaksanaan Kanker
1. Penatalaksanaan kanker

Terdapat beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis kanker, yaitu
dengan penanda tumor, patologi anatomi, USG, mammografi, pemeriksaan imaging (Smith,
Cokkinides, & Brawley, 2009). Penanda tumor umumnya diperiksa dari darah. Kegunaan dari
penanda tumor adalah untuk skrining kanker. Penanda tumor yang biasanya diperiksa adalah
Alpha fetoprotein (AFP) adalah glikoprotein yang dihasilkan oleh kantung telur yang akan
menjadi sel hati pada janin. Carcinoembryonic antigen (CEA) adalah protein yang dihasilkan
oleh epitel saluran cerna janin yang juga dapat diekstraksi dari tumor saluran cerna orang dewasa.
Cancer antigen 72-4 atau dikenal dengan Ca 72-4 adalah mucine-like, tumor associated
glycoprotein TAG 72 di dalam serum. Cancer antigen 19-9 (Ca 19-9) adalah antigen kanker yang
dideteksi untuk membantu menegakkan diagnosis, keganasan pankreas, saluran hepatobiliar,
lambung dan usus besar. Cancer antigen 12-5 (Ca 125) digunakan untuk indikator kanker
ovarium epitel non-mucinous. Human chorionic gonadotropin (HCG) meningkat pada keganasan
seperti mola hidatidosa, korioepitelioma, koriokarsinoma testis. Cancer antigen 15-3 (Ca 15-3)
digunakan untuk mengidentifikasi kanker payudara dan monitoring hasil pengobatan. Prostat
Spesific Antigen (PSA) digunakan untuk diagnosis kanker prostat. Neuron Specific Enolase
(NSE) digunakan untuk menilai hasil pengobatan dan perjalanan penyakit keganasan small cell
bronchial carcinoma, neuroblastoma, dan seminoma. Squamous cell carcinoma (SCC) antigen
diperoleh dari jaringan karsinoma sel
skuamosa dari serviks uteri. Umumnya SCC meningkat pada keganasan sel squamosa seperti
faring, laring, palatum, lidah dan leher. Cyfra 21-1 digunakan untuk membantu menegakkan
diagnosis kelainan paru yang jinak seperti pneumonia, sarcoidosis, TBC, bronchitis kronik, asma,
dan emfisema.
Patologi anatomi adalah pemeriksaan morfologi tumor baik secara makro maupun mikro. Bahan
yang digunakan dapat diperoleh dari biopsi. Ada beberapa cara biopsi, diantaranya biopsi insisi,
eksisi, truncut, aspirasi, ataupun endoskop. Setelah bahan didapatkan, diproses melalui beberapa
cara agar dapat terpotong halus, diantaranya: sediaan beku, paraffine block, plastic coupe, dan
dilakukan pengecatan sesuai tujuan pemeriksaan. USG adalah singkatan dari Ultrasonography
yang artinya adalah alat yang prinsip dasarnya menggunakan gelombang suara frekuensi tinggi.
Penggunaan USG salah satunya dalam mendiagnosis kanker adalah dalam melakukan
pemeriksaan penunjang pada tumor testis. Pemeriksaan ultrasonografi pada umumnya dilakukan
dengan menggunakan suatu transduser frekuensi tinggi yang linier.
Mammografi adalah pemeriksaan payudara menggunakan sinar X yang dapat memperlihatkan
kelainan pada payudara dalam bentuk terkecil yaitu mikrokalsifikasi. Dengan mammografi,
kanker payudara dapat dideteksi dengan akurasi sampai 90%. Pemeriksaan imaging yang
diperlukan untuk membantu menegakkan diagnosis tumor ganas (radiodiagnosis) terdapat banyak
jenis mulai dari yang konvensional hingga yang canggih. Selain untuk membantu menegakkan
diagnosis, pemeriksaan imaging juga berperan dalam menentukan staging dari tumor ganas.
2. Penatalaksanaan pasien kanker

Penanganan kanker tidak cukup dengan mengandalkan satu modalitas terapi. Terapi kanker
memerlukan multimodalitas terapi yang dapat dilakukan secara bersama-sama atau tidak
bersama-sama. Masing-masing modalitas terapi memiliki kelebihan dan kekurangan. Bila
digunakan bersama maka apa yang kurang dari terapi yang satu akan didapatkan dari terapi
lainnya. Demikian juga dalam hal efektivitas dan toxisitas terapi akan dapat dikendalikan dengan
melakukan terapi tersebut. Alasan penting lainnya adalah karena sel-sel kanker adalah sel-sel
dengan populasi yang heterogen. Masing masing sel kanker memiliki kepekaan terhadap terapi
masing-masing (Brunicardi, et al, 2010). Berikut ini adalah beberapa terapi yang digunakan pada
pasien kanker, yaitu pembedahan, radioterapi, kemoterapi, terapi hormonal, dan biological
theraphy.
Pembedahan dapat dikatakan sebagai terapi utama dalam penanganan kanker solid. Pada semua
level kanker (T,N,M) dapat dilakukan tindakan pembedahan. Pembedahan memiliki tujuan
kuratif atau paliatif. Namun, tidak semua keadaan kanker dapat dilakukan tindakan pembedahan.
Pembedahan sendiri juga memiliki kelemahan yaitu rekurensi tumor karena tidak semua tepi
dapat dieksisi dengan benar. Oleh sebab itu, pembedahan sendiri harus diikuti dengan modalitas
terapi lainnya, khususnya pada kanker yang diperkirakan telah mengalami metastase. Pemberian
radioterapi dapat ditujukan sebagai bagian dari terapi primer atau menjadi bagian dari terapi
tambahan terhadap pembedahan atau kemoterapi. Tidak semua kanker sensitif terhadap
radioterapi. Radioterapi digunakan dalam dosis yang terbatas dan tempat yang terbatas.
Radioterapi pada seluruh bagian
tubuh tidak dapat dilakukan. Kemoterapi menggunakan obat-obat antikanker yang bersifat
cytotoxic. Kemoterapi diberikan pada tumor-tumor yang sensitif terhadap kemoterapi. Pemberian
kemoterapi dapat dilakukan sebelum atau sesudah terapi pembedahan. Pemberian obat ini harus
melalui infus dan masuk RS. Kemoterapi memiliki respon yang cepat dan dalam waktu yang
singkat dapat dilihat responnya. Efek samping dari kemoterapi biasanya akan menyebabkan
pasien mual hebat, pusing, kerontokan pada rambut, dan lain-lain. Pemberian terapi hormonal
ditujukan pada kanker-kanker yang tumbuh oleh karena rangsangan hormonal. Pemberian obat
ini dapat efektif bila tumor tersebut memiliki reseptor hormonal yang baik. Penggunaan terapi ini
cukup baik pada kanker payudara dengan cara memblok atau menurunkan produksi hormon
estrogen dan progesteron. Terapi hormonal bekerja pada sel kanker dengan respon terapi yang
cukup lama, berbeda dengan pemberian kemoterapi. Terakhir adalah Biological Therapy, yaitu
terapi kanker melalui manipulasi faktor mekanisme pertahanan tubuh secara natural yang berefek
sebagai antitumor. Biological therapy merangsang, menggunakan atau memodifikasi sistem imun
tubuh untuk mengenali dan menghancurkan sel kanker secara efektif. Terapi ini penting untuk
pengobatan kanker, bersama-sama dengan pembedahan, radioterapi, maupun kemoterapi. Terapi
jenis ini masih dalam proses pengembangan dengan harga yang cukup mahal (Schwartz,
Seymour, 2000).
2.2 Asuhan Keperawatan Pasien Kanker
Keperawatan merupakan suatu bentuk layanan kesehatan professional yang berlandaskan ilmu
dan kiat keperawatan berbentuk layanan bio, psiko, sosial, dan
spiritual yang komprehensif yang ditujukan bagi individu, keluarga, dan masyarakat, baik dalam
keadaan sehat maupun sakit (Asmadi, 2008). Asuhan keperawatan merupakan sebuah proses
yang terdiri dari lima tahap, yaitu pengkajian, menentukan masalah keperawatan, membuat
perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Proses tersebut berlangsung secara berkesinambungan
dan tidak dapat berdiri sendiri (Asmadi, 2008).
2.2.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan dasar atau langkah awal dari proses keperawatan. Pada tahap ini, perawat
mengumpulkan data atau informasi tentang pasien untuk menganalisa masalah keperawatan.
Manfaat pengkajian adalah untuk membantu mengidentifikasi status kesehatan, pola pertahanan
pasien, kekuatan, dan kebutuhan pasien (Wilkinson, 2007). Dalam Asmadi 2008, ada tiga metode
utama yang dapat digunakan dalam pengumpulan data, yaitu:
1. Wawancara

Wawancara merupakan suatu metode pengumpulan data secara langsung antara perawat dengan
pasien. Data wawancara merupakan semua ungkapan pasien, tenaga kesehatan, keluarga, teman,
dan orang terdekat pasien yang mungkin terlibat. Kemampuan utama yang harus dimiliki perawat
selama melakukan wawancara adalah komunikasi yang baik dan hubungan saling percaya dengan
pasien.
2. Observasi

Observasi merupakan metode pengumpulan data melalui pengamatan menggunakan panca


indera. Hal penting dalam melakukan observasi adalah
mempertahankan objektivitas penilaian. Seluruh data hasil observasi harus dicatat dengan
lengkap.
3. Pemeriksaan

Pemeriksaan menurut Carol V.A (1991) dalam Asmadi (2008), adalah proses inspeksi tubuh dan
system tubuh guna menentukan ada atau tidaknya penyakit yang didasari oleh hasil pemeriksaan
fisik dan laboratorium. Pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan empat metode, yaitu inspeksi,
palpasi, perkusi, dan auskultasi. Tahap terakhir dari pengkajian adalah proses analisa data yang
merupakan suatu proses interpretasi data dan dilanjutkan dengan penarikan kesimpulan.
Pola Gordon adalah pengkajian dengan 11 pola fungsional yang bertujuan untuk mengkaji respon
manusia dalam aspek biologis, psikologis, sosial dan spiritual baik berupa respon fungsional
maupun disfungsional. Respon manusia yang dikaji bukan hanya masalah aktual dan risiko tetapi
juga masalah wellness (promosi kesehatan), dan sindrom yang dialami individu, keluarga maupun
masyarakat. Pengkajian ini bisa dilakukan untuk melihat respon terhadap berbagai penyakit baik
akut maupun kronik. Setiap satu pola dalam pengkajian Gordon akan memunculkan satu atau
lebih diagnosis keperawatan. Pengkajian 11 pola fungsional Gordon merupakan pengkajian yang
digunakan dalam asuhan keperawatan menggunakan NANDA, NOC, NIC. Berikut adalah tabel
diagnosis keperawatan sesuai hasil pengkajian dengan pola Gordon (NANDA 2012-2014):
Tabel 2.1 Pengkajian Pola Gordon Komponen Diagnosis
Pola Gordon dan pengkajian keperawatan
Diagnosis
Keperawatan
NANDA no
1 Pola persepsi dan Definisi sehat
pemeliharaan menurut pasien, - Pemeliharaan
kesehatan kebiasaan diet, kesehatan tidak
olahraga, riwayat efektif
penyakit keluarga, - Manajemen
data genogram, kesehatan diri tidak
persepsi tentang sehat efektif
dan sakit, screening - Gangguan
penyakit, pelayanan pemeliharaan rumah
kesehatan/pertolonga - Kesiapan untuk
n yang digunakan
meningkatkan status
jika sakit, konsumsi
imunisasi
obat-obatan modern
- Manajemen
maupun
terapeutik keluarga
konvensional,
tidak efektif
riwayat kesehatan
- Dan lain-lain
dahulu
Data pendukung:
pemeriksaan fisik
umum
2 Pola nutrisi dan Kebiasaan makan dan
metabolisme minum sebelum - Ketidakseimbangan
MRS, diit RS, intake nutrisi kurang dari
makanan, adanya kebutuhan tubuh
mual, muntah, - Ketidakseimbangan
kesulitan menelan, nutrisi lebih dari
keadaan yang kebutuhan tubuh
mengganggu nutrisi, - Gangguan menelan
status gizi yang - Resiko kadar
berhubungan dengan
glukosa darah tidak
keadaan tubuh:
stabil
postur tubuh, BB,
- Resiko kerusakan
TB, IMT,
fungsi hati
pengetahuan tentang
- Resiko
nutrisi terkait ketidakseimbangan
penyakitnya, intake elektrolit
cairan, tanda-tanda - Deficit volume
kelebihan cairan, cairan
perubahan intake - Kelebihan volume
makanan terkait cairan
penyakit, budaya, - Resiko
stress, adanya ketidakeimbangan
kelainan psikologis volume cairan
terkait makan - Dan lain-lain
Data pendudkung
lain: hasil
pemeriksaan system
Gastrointestinal,
kulit, rambut, kuku
3 Pola eliminasi Kebiasaan
BAB/BAK sebelum - Inkontinensia urin
masuk RS. Keluhan - Gangguan eliminasi
terkait BAB/BAK, urin
urin output, - Retensi urin
karakteristik BAB
- Inkontinensia bowel
dan BAK,
- Konstipasi
pengggunaan obat-
obatan untuk - Diare
melancarkan BAB. - Gangguan
Data pendukung: pertukaran gas
Hasil pemeriksaan - Dan lain-lain
system genitourinary
4 Pola aktivitas dan Aktivitas sehari-hari
latihan yang biasa dilakukan, - Gangguan mobilitas
olahraga yang fisik
disenangi, aktivitas - Gangguan berjalan
rekreasi, kemampuan - Keletihan
perawatan diri, - Intoleransi aktivitas
hygiene, makan,
- Pola nafas tidak
mandi, toileting,
efektif
dressing, penggunaan
alat bantu mobilitas, - Penurunan kardiak
ROM, oksigenasi, output
alat bantu nafas,
gangguan aktivitas
yang dialami.
Data pendukung: hasil pemeriksaan
kardiovaskuler, respirasi, muskuloskeletal, - Defisit perawatan diri
neurologi - Gangguan ventilasi spontan
- Dan lain-lain

5 Pola tidur dan Kebiasaan tidur


istirahat sebelum MRS, - Insomnia
penggunaan obat - Gangguan pola
tidur, faktor budaya, tidur
kebiasaan minum - Deprivasi tidur
kopi, apakah ada
- Kesiapan untuk
masalah dengan tidur
mencapai tidur
saat ini, gangguan
- Resiko syok
tidur, lama tidur,
keluhan penyakit - Resiko perfusi
yang mengganggu jaringan kardiak tidak
tidur, masalah fisik efektif
dan psikologi yang - Dan lain-lain
mempengaruhi tidur
Data pendukung:
pemeriksaan fisik
umum
6 Pola persepsi dan Tingkat kesadaran,
kognitif orientasi, daya - Sindrom gangguan
penciuman, daya intrepretasi
rasa, daya raba, daya lingkungan
pendengaran, daya - Kebingungan akut
penglihatan, nyeri - Kebingungan kronik
(PQRST), faktor - Kurang
budaya yang
pengetahuan
mempengaruhi nyeri,
- Gangguan memori
cara-cara yang
dilakukan pasien - Gangguan
untuk mengurangi komunikasi verbal
nyeri, pemakaian alat - Wandering
bantu lihat atau - Penurunan kapasitas
dengar, proses adaptasi intracranial
berfikir, isi pikiran, - Resiko perfusi
daya ingat, dan jaringan serebral
waham, kemampuan tidak efektif
mengambil - Resiko infeksi
keputusan, - Kerusakan integritas
kemampuan kulit
komunkasi, tingkat - Kerusakan integritas
pendidikan, luka. jaringan
Data pendukung: - Resiko kerusakan
Hasil pemeriksaan integritas kulit
neurologi - Nyeri akut
- Nyeri kronik
- Dan lain-lain

7 Pola persepsi diri dan Pekerjaan, situasi


konsep diri keluarga, kelompok - Kehilangan harapan
dukungan sosial, - Gangguan identitas
persepsi diri, personal
kelemahan dan - Harga diri rendah
kekuatan diri pasien, kronik
bagian tubuh yang
- Harga diri rendah
disukai atau tidak
situasional
disukai, ancaman
terhadap konsep diri - Gangguan
Data pendukung: gambaran diri
pemeriksaan fisik - Keputusasaan
umum - Risk for loneliness
- Dan lain-lain

8 Pola peran dan Peran pasien dalam


hubungan keluarga, pekerjaan - Menyusui tidak
dan sosial, kepuasan efektif
peran, pengaruh - Fungsi peran tidak
status kesehatan efektif
terhadap peran, - Gangguan interaksi
pentingnya keluarga,
sosial
pengambil keputusan
- Gangguan parenting
dalam keluarga,
- Resiko gangguan
orang-orang terdekat
kelekatan
pasien, pola
(attachment)
hubungan orang tua
anak - Gangguan fungsi
Data pendukung:
pemeriksaan
kesehatan umum
keluarga
- Proses keluarga disfungsional
- Dan lain-lain

9 Pola seksualitas dan Masalah seksual,


reproduksi dekripsi prilaku - Disfungsi seksual
seksual, pengetahuan - Pola seksualitas
terkait seksualitas tidak efektif
dan reproduksi, efek - Kesiapan untuk
status kesehatan melakukan proses
terhadap seksualitas, persalinan
penggunaan alat - Dan lain-lain
kontrasepsi. Masalah
menstruasi, riwayat
gangguan fisik dan
psikologis terkait
seksualitas,
Data pendukung:
Hasil pemeriksaan
system reproduksi,
payudara, rektal
10 Pola toleransi coping- Apakah memiliki
stress stressor selama ini, - Sindrom pasca
sifat stressor, apa trauma
yang dilakukan untuk - Cemas
mengatasi, strategi - Ketidakmampuan
koping yang dipakai
koping keluarga
dan efektivitasnya,
- Koping tidak efektif
kehilangan dan
- Takut
perubahan hidup
yang pernah atau - Sedih
sedang dialami, - Stress berlebihan
kaitan stress dengan - Berduka kronik
dinamika keluarga, - Koping komunitas
pengetahuan tentang tidak efektif
strategi koping - Ineffective denial
Data pendukung: - Dan lain-lain
pemeriksaan umum
11 Pola tata nilai dan Latar belakang etnik
kepercayaan dan budaya pasien, - Gangguan aktivitas
status ekonomi, keagamaan
prilaku kesehatan - Distress spiritual
terkait nilai atau - Distress moral
kepercayaan, tujuan - Konflik
hidup pasien,
pengambilan
pentingnya agama
keputusan
bagi pasien, akibat
- Resiko distress
penyakit terhadap
spiritual
aktivitas keagamaan
Data pendukung:
pemeriksaan umum
2.2.2 Diagnosis Keperawatan
1. Definisi diagnosis keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah keputusan klinik tentang respon individu, keluarga dan masyarakat
tentang masalah kesehatan aktual atau potensial, sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan
untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan sesuai dengan kewenangan perawat. Semua diagnosis
keperawatan harus didukung oleh data, dimana menurut NANDA diartikan sebagai definisi
karakteristik.

karakteristik. Definisi karakteristik tersebut dinamakan tanda dan gejala. Tanda adalah sesuatu
yang dapat diobservasi dan gejala adalah sesuatu yang dirasakan oleh pasien. Diagnosis
keperawatan menjadi dasar untuk pemilihan tindakan keperawatan untuk mencapai hasil. Hal ini
juga terdapat dalam Wilkinson (2007), bahwa diagnosis keperawatan sangat memengaruhi
rencana tindakan, implementasi, dan tahap evaluasi. Ketika perawat mampu menganalisa data
secara spesifik dan akurat, maka tujuan dan rencana tindakan dapat dibuat dengan tepat.
Tahap diagnosis terkadang berjalan seiring atau dipengaruhi oleh tahap implementasi. Contohnya
pada kasus-kasus kegawatdaruratan, saat pengkajian tidak dapat dilakukan secara menyeluruh
dan harus diberikan tindakan yang cepat. Diagnosis keperawatan juga dipengaruhi oleh tahap
evaluasi, jika pada tahap evaluasi ditemukan bahwa status kesehatan pasien berubah, maka
perawat akan melakukan diagnosis ulang untuk menyesuaikannya dengan kondisi kesehatan
pasien saat dilakukan evaluasi (Asmadi 2008).
Diagnosis keperawatan dibuat oleh perawat profesionsal yang memberikan gambaran tentang
keadaan pasien yang ditetapkan berdasarkan hasil analisis dan interpretasi data hasil pengkajian.
Pernyataan diagnosis harus singkat, jelas, dan lugas terkait masalah kesehatan pasien, penyebab
masalah, serta tindakan keperawatan untuk mengatasinya (Wilkinson, 2007).
2. Tujuan diagnosis keperawatan

Tujuan diagnosis keperawatan adalah untuk mengidentifikasi adanya masalah aktual, faktor-
faktor yang berkontribusi atau penyebab adanya masalah, dan kemampuan pasien mencegah
atau menghilangkan masalah. Proses penetapan

diagnosis keperawatan dalam Wilkinson (2007), yaitu melakukan pengumpulan,


pengelompokkan, memvalidasi data dengan melakukan pemeriksaan pasien maupun wawancara
dengan keluarga pasien, dan membandingkan data dengan nilai normal, sehingga dapat diketahui
apakah data normal atau bermasalah. Kedua, menentukan masalah keperawatan dan faktor-faktor
yang menyebabkan masalah, dan yang terakhir adalah memprioritaskan diagnosis keperawatan.
3. Perbedaan diagnosis medis dengan diagnosis keperawatan

Tabel 2.2 Perbedaan Diagnosis Medis dengan Diagnosis keperawatan


Keperawatan (Nursalam, 2008) Diagnosis
Medis
Fokus: faktor-faktor pengobatan penyakit Fokus: respon pasien, tindakan medis, dan
faktor lain.
Orientasi: keadaan patologis Orientasi: kebutuhan dasar manusia (KDM)
Cenderung tetap, mulai masuk sampai pasien Berubah sesuai perubahan respon pasien
pulang
Mengarah tindakan medis (pengobatan) yang Mengarah pada fungsi mandiri perawat
sebagian dilimpahkan kepada perawat
Diagnosis medis melengkapi diagnois Diagnosis keperawatan melengkapi diagnosis
keperawatan medis
dalam sistem klasifikasi yang dimiliki oleh organisasi lainnya (Wilkinson, 2007). Di Program
Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana fokus diagnosis
menggunakan NANDA, maka hanya NANDA yang akan dibahas.
5. Komponen diagnosis NANDA

Setiap diagnosis NANDA mempunyai empat komponen, yaitu: label, definisi, batasan
karakteristik, faktor yang berhubungan atau faktor risiko (Wilkinson, 2007; Florin, Ehlenberg, &
Ehnfors, 2005). Label adalah sebuah kata singkat yang menjelaskan tentang kesehatan pasien.
Label bisa digunakan sebagai masalah atau etiologi dalam sebuah diagnosis , contohnya: Actual,
Risk, Innefective, Impaired, Increased. Definisi menunjukkan dengan jelas makna dari label
diagnosis, yang akan membedakan satu label dengan label lainnya. Contohnya, dengan definisi
dapat membedakan makna dari diagnosis Intoleran Aktivitas dan Keletihan. Batasan karakteristik
merupakan hasil pengkajian yang berupa data subyektif maupun obyektif. Untuk diagnosis
aktual, batasan karakteristik adalah tanda dan gejala yang terjadi pada pasien. Untuk diagnosis
risiko, batasan karateristik adalah faktor risikonya. Faktor risiko atau faktor yang berhubungan
adalah suatu kondisi atau situasi yang menyebabkan, berkontribusi, mencetuskan masalah yang
dialami pasien. Faktor-faktor tersebut terdiri dari faktor biologi, psikologi, social, tumbuh
kembang, pengobatan, dan lain-lain.
6. Format penulisan diagnosis

Sebuah diagnosis menjelaskan masalah pasien dan faktor yang berkaitan. Dasar penulisan
diagnosis adalah Problem+Etiology, namun juga tergantung dari

jenis diagnosis seperti diagnosis potensial, risiko, atau aktual (Wilkinson, 2007). Apabila tanda
dan gejala yang dialami oleh pasien sesuai dengan batasan karakteristik, maka diagnosis aktual
dapat ditegakkan. Penulisan diagnosis aktual bisa memakai format Problem+Etiology atau
dengan menggunakan format Problem+Etiology+Symptoms. Problem menjelaskan status
kesehatan pasien. Etiology menjelaskan faktor penyebab atau yang berkontribusi terhaap status
kesehatan pasien. Symptoms adalah tanda gejala atau batasan karakteristik yang dialami pasien.
Ketika perawat tidak memiliki cukup data untuk memastikan suatu masalah atau diagnosis aktual,
atau ketika perawat menemukan masalah namun tidak bisa memastikan etiologi, maka perawat
dapat menegakkan diagnosis keperawatan risiko. Format penulisan diagnosis risiko adalah
Problem+Etiology. Diagnosis promosi kesehatan/Wellness Diagnose digunakan apabila pasien
telah siap untuk meningkatkan dan mempertahankan kesehatannya. Diagnosis ini biasanya
digunakan pada pasien yang sehat, misalnya pada anak usia sekolah atau orang tua baru. Dalam
diagnosis kesejahteraan tindakan yang biasanya dilakukan adalah promosi kesehatan, pencegahan
penyakit, dan lain-lain.
7. Prioritas diagnosis keperawatan

Memprioritaskan masalah dapat membantu untuk memastikan bahwa tindakan keperawatan


diberikan pertama untuk masalah yang lebih penting. Memprioritaskan masalah dapat
menggunakan kriteria kegawatdaruratan. Sebuah masalah sebagai prioritas utama apabila
masalah tersebut mengancam nyawa pasien, misalnya kehilangan cairan atau darah dalam
jumlah yang banyak, atau sumbatan jalan napas. Masalah sebagai prioritas sedang adalah
masalah yang

tidak secara langsung dapat mengancam nyawa pasien, namun dapat menyebabkan cacat fisik
atau mental. Prioritas terakhir adalah masalah yang tidak mengancam nyawa dan hanya
membutuhkan sedikit intervensi keperawatan (Wilkinson, 2007).
Memprioritaskan masalah keperawatan juga dapat dilakukan dengan menggunakan kebutuhan
dasar manusia Maslow. Prioritas utama masalah dimulai dari kebutuhan paling dasar, yaitu
kebutuhan biologi dan fisiologi, kemudian kebutuhan rasa aman dan nyaman, kebutuhan kasih
sayang, kebutuhan harga diri, dan terakhir adalah kebutuhan aktualisasi diri. Permintaan pasien
juga dapat digunakan untuk memprioritaskan masalah keperawatan. Prioritas masalah adalah
masalah yang dirasakan paling penting oleh pasien, namun perawat juga harus tetap mengamati
keadaan pasien secara umum (Wilkinson, 2007).
8. Masalah Keperawatan Pada Pasien Kanker

Diagnosis keperawatan pasien kanker berdasarkan pengkajian yang dilakukan secara umum pada
pasien, yaitu ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh, kerusakan integritas
jaringan, nyeri kronis, keletihan, gangguan citra tubuh, duka cita. Masalah kolaboratif atau
potensial komplikasi (PK) yang mungkin terjadi sesuai dengan pengkajian meliputi PK infeksi,
PK perdarahan (NANDA, 2012; Smeltzer & Bare, 2010).
Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang memiliki definisi asupan nutrisi
tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik. Faktor yang berhubungan: faktor biologis,
faktor ekonomi, faktor psikologis, ketidakmampuan untuk mengabsorpsi makanan,
ketidakmampuan untuk

mencerna makanan, ketidakmampuan menelan makanan. Batasan karakteristik: menghindari


makanan, diare, berat badan 20% atau lebih di bawah berat badan ideal, kurang informasi,
kelemahan otot mengunyah, kelemahan otot menelan, mengeluh gangguan sensasi rasa.
Kerusakan integritas kulit memiliki definisi perubahan atau gangguan epidermis dan/atau dermis.
Faktor yang berhubungan: zat kimia, usia yang ekstrim, kelembapan, hipotermia, hipertermia,
faktor mekanik, medikasi, imobilisasi fisik, radiasi, perubahan status cairan, kondisi
ketidakseimbangan nutrisi, penurunan imunologis, penurunan sirkulasi, dan lain-lain. Batasan
karakteristik: kerusakan lapisan kulit, gangguan permukaan kulit.
Nyeri kronis yang memiliki definisi pengalaman sensorik dan emosional yang tidak
menyenangkan dan muncul akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, awitan yang tiba-tiba
atau lambat, dengan intensitas ringan hingga berat, terjadi secara konstan, dan berlangsung > 6
bulan. Faktor yang berhubungan: ketunadayaan fisik kronis, ketunadayaan psikososial kronis.
Batasan karakteristik: keluhan nyeri, skala keluhan, depresi, perubahan pola tidur, anoreksia,
gelisah, letih, dan lain-lain.
Keletihan yang memiliki definisi: rasa letih luar biasa dan penurunan kapasitas kerja fisik dan
jiwa pada tingkat yang biasanya secara terus-menerus. Faktor yang berhubungan: psikologis
(ansietas, depresi, stress), fisiologis (status penyakit, malnutrisi, anemia, dan lain-lain),
lingkungan, dan situasional. Batasan karakteristik: lesu, kurang energi, mengantuk, penurunan
performa, peningkatan keluhan fisik, dan lain-lain.

Gangguan citra tubuh yang memiliki definisi: konfusi dalam gambaran mental tentang diri-fisik
individu. Faktor yang berhubungan: terapi, penyakit, trauma, pembedahan, dan lain-lain. Batasan
karakteristik: respon nonverbal terhadap perubahan aktual pada tubuh, perubahan dalam
keterlibatan sosial, perasaan negatif tentang tubuh, dan lain-lain.
Dukacita yang memiliki definisi proses kompleks normal yang meliputi respon dan perilaku
emosional, fisik, spiritual, sosial, dan intelektual yakni individu, keluarga, dan komunitas
memasukkan kehilangan yang aktual, adaptif, atau dipersepsikan ke dalam kehidupan sehari-hari.
Faktor yang berhubungan: kematian orang terdekat, kehilangan objek penting, dan lain-lain.
Batasan karakteristik: menyalahkan, putus asa, distress psikologis, marah, gangguan pola tidur,
dan lain-lain.
2.2.3 Perencanaan

Rencana keperawatan merupakan suatu petunjuk tertulis yang dibuat oleh perawat bersama
pasien dan keluarga untuk mengatasi masalah kesehatan pasien. Perencanaan keperawatan
bersifat independent dan kolaboratif. Perencanaan independen adalah perencanaan yang
dilakukan secara mandiri oleh perawat tanpa peran dari tenaga kesehatan lain, dan kompetensi
tersebut memang masih dalam area keperawatan mandiri. Perencanaan kolaboratif adalah rencana
keperawatan yang dberikan oleh perawat kepada pasien dalam bentuk kerjasama dengan profesi
lain. Sebelum masuk tahap perencanaan perawat dan pasien akan bersama-sama membuat urutan
atau prioritas diagnosis keperawatan yang dianggap penting (Asmadi, 2008).
Ada dua tahap yang dilakukan pada proses perencanaan (Wilkinson, 2007), yaitu merumuskan
tujuan dan kriteria hasil, serta menyusun intervensi keperawatan.
1. Merumuskan tujuan dan kriteria hasil

Setelah menyusun prioritas diagnosis keperawatan, tujuan ditetapkan dalam bentuk tujuan
jangka panjang dan jangka pendek. Tujuan jangka panjang adalah untuk mengatasi masalah
secara umum, sedangkan tujuan jangka pendek dimaksudkan untuk mengatasi etiologi guna
mencapai tujuan jangka panjang. Rumusan tujuan keperawatan harus berbasis SMART, yaitu
specific (rumusan masalah harus jelas), measurable (dapat diukur), achievable (ditetapkan
bersama pasien), realistic (tujuan dapat tercapai dan nyata), timing (ada target waktu). Setelah
merumuskan tujuan, tahap selanjutnya adalah membuat kriteria hasil. Ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan dalam penyusunan kriteria hasil terkait dengan tujuan, bersifat khusus, dan
konkret. Kriteria hasil harus dapat dilihat, didengar, dan diukur oleh orang lain. Tujuan yang
ingin dicapai pada pasien kanker secara umum yaitu terpeliharanya integritas jaringan,
pemeliharaan nutrisi, peredaan nyeri dan keletihan, perbaikan citra tubuh, mampu melewati
proses berduka. Hal ini sesuai dengan masalah yang biasanya muncul pada pasien kanker
(Smeltzer & Bare, 2010).

2. Merumuskan intervensi keperawatan


Pada saat merumuskan intervensi keperawatan terdapat beberapa kriteria yang harus diperhatikan
oleh perawat terkait proses perencanaan, yaitu memakai kata kerja yang tepat, dan bersifat
spesifik. Perencanaan bersifat spesifik yaitu didalamnya harus jelas tentang apa yang dilakukan,
siapa yang melakukan, dimana hal tersebut dilakukan, bagaimana cara melakukan, dan seberapa
sering hal tersebut dilakukan. Untuk intervensi keperawatan yang akan diberikan kepada pasien
kanker tentunya mengacu pada tujuan yang ingin dicapai, misalnya melakukan perawatan luka
dengan teknik aseptik untuk memelihara integritas jaringan, membantu melakukan personal
hygiene bagi pasien yang tidak mampu melakukan secara mandiri. Untuk masalah kerontokan
rambut, perawat dapat mendorong pasien untuk menggunakan wig atau topi selama proses
pertumbuhan rambut. Untuk masalah nutrisi, perawat dapat memodifikasi makanan yang
diberikan kepada pasien, misalnya rute pemberian, bentuk makanan. Kebersihan mulut juga
sangat penting untuk diperhatikan, karena akan mempengaruhi nafsu makan pasien (Smeltzer &
Bare, 2010).
Penatalaksaan nyeri merupakan salah satu intervensi yang biasanya diberikan pada pasien
kanker. Penatalaksanaan yang tepat dapat diberikan apabila perawat mampu mengkaji nyeri
secara menyeluruh. Penatalakasaan nyeri yang diberikan adalah dengan pendekatan
farmakologis maupun non farmakologis. Kontrol nyeri sangatlah penting, karena apabila pasien
tidak mampu mengontrol nyeri akan dapat mengakibatkan ansietas, imobilitas, dan depresi.
Intervensi selanjutnya adalah untuk mengatasi masalah psikologis dan melewati proses
berkabung.
Berduka merupakan respon normal terhadap ketakutan akan kehilangan dan proses penyakit yang
dialami oleh pasien kanker. Pasien dan keluarga yang telah diinformasikan tentang diagnosis
kanker biasanya akan berespon negatif. Peran perawat pada situasi seperti ini adalah member
dukungan dan membantu mengidentifikasi sumber-sumber pendukung, menjadi pendengar untuk
keluarga dan pasien saat mereka ingin mengungkapkan rasa khawatir (Smeltzer & Bare, 2010).
2.2.4 Implementasi

Tahap implementasi merupakan proses pengaplikasian dari rencana keperawatan oleh perawat
dan pasien. Hal-hal yang harus diperhatikan pada tahap implementasi adalah validasi intervensi,
penguasaan ketrampilan interpersonal, intelektual, dan teknikal. Selain itu, keamanan dan
kenyamanan pasien juga harus diperhatikan pada tahap implementasi (Asmadi, 2008).
Implementasi terdiri dari tiga fase, fase pertama yaitu fase persiapan yang mencakup
kemampuan perawat tentang validasi perencanaan, pengaplikasian, persiapan pasien dan
keluarga. Fase kedua merupakan orientasi implementasi terhadap tujuan yang diharapkan, pada
fase ini perawat menghubungkan dan menyimpulkan antara tindakan yang diberikan dengan
respon dari pasien. Fase ketiga yaitu fase terminasi perawat dengan pasien setelah melakukan
implementasi keperawatan yang akan dilanjutkan dengan menyimpulkan hasil pelaksanaan dari
rencana keperawatan (Asmadi, 2008)

2.2.5 Evaluasi
Secara umum evaluasi diartikan sebagai proses yang sistematik dimana penilaian dibuat
mengenai kualitas, nilai atau kelayakan dari sesuai dengan membandingkan pada kriteria yang
diidentifikasi atau standar sebelumnya. Dalam proses keperawatan, evaluasi adalah suatu
aktivitas yang direncanakan, terus menerus, aktifitas yang disengaja dimana pasien, keluarga dan
perawat serta tenaga kesehatan professional lainnya menilai kemampuan pasien dalam mencapai
tujuan, menentukan apakah tujuan keperawatan telah tercapai, mengkaji penyebab apabila tujuan
asuhan keperawatan belum tercapai (Wilkinson, 2007).
Evaluasi adalah langkah akhir dari proses keperawatan, namun bukan berarti akhir dari proses
karena informasi digunakan untuk memulai siklus yang baru. Setelah mengimplementasikan
asuhan keperawatan, perawat membandingkan respon pasien terhadap kriteria hasil yang telah
direncanakan dan menggunakan informasi ini untuk melakukan kajian ulang asuhan
keperawatan jika tujuan belum tercapai (Asmadi, 2008). Dokumentasi keperawatan merupakan
bukti pelayanan keperawatan yang profesional, dengan dokumentasi semua aspek baik
pengobatan dan perawatan yang dilakukan oleh tim kesehatan tertulis dengan teratur sehingga
dapat membuatkan gambaran kondisi kesehatan pasien secara keseluruhan (Setyowati, 2008).

Menurut Christensen dan Kenney (2009) evaluasi terbagi atas dua jenis, yaitu:
1. Evaluasi formatif (proses)

Fokus pada evaluasi proses (formatif) adalah aktivitas dari proses keperawatan dan hasil kualitas
pelayanan asuhan keperawatan. Evaluasi proses harus dilaksanakan segera setelah perencanaan
keperawatan diimplementasikan untuk membantu menilai efektivitas intervensi tersebut. Evaluasi
proses harus terus menerus dilaksanakan hingga tujuan yang telah ditentukan tercapai.
2. Evaluasi Sumatif (hasil)

Fokus evaluasi hasil (sumatif) adalah perubahan perilaku atau status kesehatan pasien pada akhir
asuhan keperawatan. Tipe evaluasi ini dilaksanakan pada akhir asuhan keperawatan secara
paripurna.
2.3 Pembelajaran
2.3.1 Definisi Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkunganya sehingga
menjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik (Kunandar, 2007). Pembelajaran dapat
diartikan sebagai suatu proses interaksi antara peserta belajar dengan pengajar/ instruktur dan
atau sumber belajar pada suatu ingkungan belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu
(Hamzah, 2007). Jadi pembelajaran merupakan suatu proses yang dilakukan oleh guru dan siswa
yang dipengaruhi oleh berbagai komponen belajar dengan penuh kesadaran dan terencana.
Dalam pelaksanaannya dibutuhkan suatu proses yang aktif untuk

Anda mungkin juga menyukai