Anda di halaman 1dari 12

Macam-Macam Demokrasi di Indonesia dan Dunia + Cirinya

Demokrasi adalah bentuk pemerintahan dimana setiap warganya memiliki hak yang
sama atau setara dalam pengambilan keputusan.

Untuk penjelasan lebih lengkap lagi, contohnya sejarah demokrasi bisa dilihat pada
artikel saya sebelumnya, silahkan kunjungi Pengertian Demokrasi Menurut Para Ahli
dan Sejarahnya.

Oke jika sobat semua sudah paham apa itu demokrasi, sekarang kita lihat terlebih
dahulu beberapa ciri ciri demokrasi sebelum kita melangkah ke macam-macamnya.

Ciri-Ciri Demokrasi:
 Ciri Konstitusional adalah ciri demokrasi yang berhubungan dengan kehendak,
kepentingan maupun kekuasaan rakyat yang tertulis dalam konstitusi suatu negara
(Undang-Undang)
 Ciri perwakilan adalah ciri ciri demokrasi yang mana penyampaian aspirasi dilakukan
melalui wakil-wakil rakyat yang duduk dipemerintahan
 Ciri pemilihan umum adalah pemilihan wakil-wakil rakyat dipemerintahan dilakukan
melalui sebuah pemilihan umum
 Ciri kepartaian adalah terdapat partai-partai sebagai wadah atau media dalam
pelaksanaan demokrasi
 Ciri kekuasaan adalah adanya pembagian dan pemisahan kekuasaan (eksekutif,
egislatif, dan yudikatif)
 Ciri tanggung jawab adalah ciri ciri demokrasi dimana terdapat tanggung jawab dari
pihak yang terpilih untuk melakukan kerja demi rakyat

Nah setelah mengetahui ciri ciri dari demokrasi, selanjutnya kita menuju ke macam-
macam demokrasi. Untuk lebih lengkapnya silahkan cek ulasan berikut:

Macam-Macam Demokrasi di Dunia

Oh ya, untuk pembagiannya sendiri demokrasi dibagi menjadi 3 yaitu berdasarkan penyaluran
kehendak rakyat, hubungan antar kelengkapan negara, dan prinsip ideologi.
Nah untuk lebih detailnya silahkan simak ulasan berikut:

Demokrasi Berdasarkan Penyaluran Kehendak


Rakyat
 Demokrasi Langsung, adalah sistem demokrasi yang menyertakan seluruh rakyat dalam
pengambilan keputusan.
 Demokrasi Tidak Langsung, adalah sistem demokrasi yang menggunakan perwakilan
dari rakyat dalam penyampaian aspirasi atau pengambilan keputusan.

Demokrasi Berdasarkan Hubungan Antara


Kelengkapan Negara
 Demokrasi sistem refrendum adalah rakyat mempunyai wakil di parlemen, namun
rakyat masih tetap melakukan pengawasan dengan sistem refrendum
 Demokrasi sistem parlementer adalah sistem demokrasi yang mana terdapat
hubungan kuat antara legislatif dan eksekutif
 Demokrasi sistem pemisahan kekuasaan adalah sistem demokrasi yang mana
terdapat pemisahan kedudukan antara eksekutif dan legislatif (berlawanan dengan
parlementer)
 Demokrasi sistem refrendum dan inisiatif rakyat adalah gabungan antara demokrasi
langsung dan tidak langsung yang mana rakyat masih melakukan kontrol melalui
refrendum dan sifatnya obligator dan fakultatif

Macam Macam Demokrasi Berdasarkan Prinsip Ideologi

 Demokrasi liberal adalah individu mempunyai dominasi dalam demokrasi sedangkan


kekuasaan pemerintah dibatasi oleh konstitusi. Jika ingin tahu lebih lengkap klik disini
 Demokrasi komunis adalah kekuasaan dipegang sepenuhnya oleh penguasa tertinggi
dan kekuasaannya tidak terbatas. Berkebalikan dengan demokrasi liberal.
 Demokrasi pancasila adalah demokrasi yang didasarkan pada pancasila yang mana
dianut oleh negara kita Indonesia.

Nah dari beberapa demokrasi diatas, ada beberapa demokrasi yang pernah diterapkan di
negara kita ini, apa saja mereka? silahkan simak ulasan berikut…

Macam-Macam Demokrasi yang Pernah Berlaku di Indonesia

#1. Demokrasi Liberal/Parlementer


Berlaku mulai saat keluarnya Maklumat Pemerintah 14 November 1945 dan berakhir pada
saat munculnya Dekrit Presiden 5 Juli 1959.

Ciri-Ciri Demokrasi Liberal/Perlementer:

 menganut paham demokrasi


 mempunyai lembaga perwakilan rakyat
 terdapat banyak parpol
 diselenggarakan Pemilihan Umum
 tidak menganut sistem presidensial
 kekuasaan tidak berpusat pada satu titik
 keputusan berdasarkan suara terbanyak

#2. Demokrasi Terpimpin


Berlaku mulai dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959 dan berakhir pada tahun
1966.

Ciri-Ciri Demokrasi Terpimpin:

 Sistem pemerintahan presidensil


 Terdapat perwakilan rakyat
 Presiden berkedudukan sebagai kepala pemerintahan dan kepala negara
 Kekuasaan presiden absolut
 Dibentuk poros Nasonalis Agama Komunis (Nasakom)
 Penyederhanaan partai
 Peran ABRI dalam politik

#3. Demokrasi Pancasila Masa ORBA


Berlaku mulai Maret 1966 sampai Mei 1998 (dilengserkannya Presiden Soeharto).

Ciri-Ciri Demokrasi Pancasila Masa ORBA:

 Pemerintahan presidensil
 Penyederhanaan partai
 Diadakan Pemilihan Umum
 Adanya lembaga negara
 Pelaksanaan Otonomi Daerah

#4. Demokrasi Pancasila Masa Reformasi – Sekarang


Berlaku mulai Mei 1998 sampai sekarang.

Ciri-Ciri Demokrasi Pancasila Masa Reformasi:

 Adanya Pemilihan Umum


 Amandemen UUD 1945
 Pengembalian tugas ABRI
DEMOKRASI di BERBAGAI NEGARA

1. Demokrasi Amerika Serikat

Jika dilihat praktik demokrasi di Amerika Serikat, sedikit banyak tidak dapat
dipungkiri bahwa negara ini telah menerapkan prinsip-prinsip dasar demokrasi dalam
praktik kenegaraannya. Semua hal yang berkaitan dengan kenegaraan telah diatur
dengan rinci dalam konstitusinya. Di samping itu, lembaga-lembaga negara yang ada
pun menjalankan tugas dengan mekanisme check and balances yang tinggi antara satu
lembaga dengan lembaga lainnya.

Tiga lembaga pemerintahan yaitu legislatif, eksekutif dan yudikatif, secara terpisah
antara satu dengan yang lain masing-masing memiliki kekuasaan untuk mengimbangi di
antara ketiga lembaga tersebut. Mekanisme check and balances yang terutama ditujukan
bagi lembaga legislatif yang memiliki kekuasaan tertinggi (HoR) yang diimbangi oleh
Senat yang dipilih oleh lembaga legislatif negara-negara bagian merupakan suatu cara
untuk membagi kekuasaan pemerintah dan menghindari terjadinya penyalahgunaan
kekuasaan.
Jika dilihat lagi lebih mendalam, prinsip-prinsip demokrasi yang dijalankan dapat
dipaparkan sebagai berikut:
 Pemilihan Umum yang demokratis

Di Amerika Serikat, Kongres membentuk Federal Election Commission (FEC) yang


bertugas melaksanakan pemilihan umum dan badan ini murni independen sehingga
tidak ada kemungkinan dicampuri atau diintervensi oleh pemerintah. Pengurusnya
dipilih setiap enam tahun sekali dan tugas yang paling penting ialah pengawasan
terhadap pengelolaan sumber dana (yang dipakai untuk pembiayaan kampanye) dari
setiap calon kandidat, kelengkapan administrasi kandidat serta penghitungan suara hasil
pemilu.
Pemilu yang demokratis, di Amerika Serikat, pemilihan yang bebas dan adil adalah
hal yang penting dalam menjamin pondasi politik demokratis. Untuk beberapa alasan
kebanyak warga Amerika percaya secara keseluruhan sistem elektoral adalah adil dan
jujur. Beberapa hal yang dapat dicatat antara lain bahwa frekuensi pemilihan-pemilihan
bermakna tak ada partai atau faksi di dalam sebuah partai yang punya jaminan untuk
selamanya berkuasa, yang mendapat suara mayoritas tidak mungkin selalu mendapat
suara mayoritas pada pemilihan berikutnya.
Sistem peradilan yang independen,
Lembaga yudikatif di Amerika Serikat adalah lembaga hukum yang independen. Ia
terdiri dari Mahkamah Agung (MA) sebagai lembaga peradilan tertinggi. MA
membawahi badan Peradilan Banding tingkat federal dan di tingkat lebih bawah lagi
terdapat badan Peradilan tingkat distrik.
MA di Amerika Serikat merupakan satu-satunya produk yudikatif dari konstitusi.
Keputusan MA tidak dapat ditandingi oleh lembaga peradilan lainnya. Meskipun
kongres memiliki kewenangan untuk menentukan jumlah hakim yang akan duduk
dalam MA dan kadangkala menentukan kasus apa yang harus diselesaikan, namun tidak
memiliki kewenangan untuk menjatuhkan kekuasaan MA. MA menangani kasus yang
melibatkan orang penting dari negara lain dan negara bagian Amerika Serikat serta
kasus-kasus banding dari pengadilan di bawahnya.
Pengadilan bisa menjadi sangat kuat dalam demokrasi, dan melalui banyak cara ia
adalah tangan yang menafsirkan dan memberlakukan aturan-aturan yang ada di
konstitusi. Di Amerika Serikat, pengadilan bisa menyatakan bahwa tindakan kongres
dan badan parlemen di tingkat negara bagian tidak sah karena bertentangan dengan
konstitusi dan bisa memerintahkan suatu tindakan oleh kepresidenan atas alasan yang
sama. Pembela terbesar hak-hak individu di Amerika Serikat adalah sistem
pengadilan hal ini dimungkinkan karena kebanyakan hakim memiliki masa jabatan
seumur hidup dan dapat memusatkan perhatian tanpa terganggu oleh politik. Demokrasi
juga terdapat dalam perlindungan hak-hak individu, menyediakan perlindungan tersebut
adalah tugas utama peradilan federal.
 Kekuasaan lembaga kepresidenan

Kekuasaan eksekutif berada di tangan presiden berdasarkan konstitusi. Konstitusi


juga mengatur pemilihan Wakil Presiden termasuk wewenang sementara untuk
menggantikan presiden jika presiden meninggal dunia, mengundurkan diri atau
diberhentikan. Di samping itu, Konstitusi juga mengatur tugas dan kewenangan
presiden secara detail yang tidak dapat didelegasikan kepada siapapun termasuk Wakil
Presiden, kabinet presidensial atau pegawai pemerintah federal lainnya. Dengan kata
lain kekuasaan eksekutif terpusat pada Presiden. Mengenai kekuasaan eksekutif berada
di tangan presiden ini secara konstitusional terdapat dalam Pasal II Konstitusi Amerika
Serikat, yang menetapkan adanya seorang presiden, menentukan cara pemilihan dan
menetapkan masa jabatan presiden selama empat tahun.
Antar lembaga negara di Amerika Serikat dikenal sebuah sistem pengawasan dan
perimbangan yang dirancang untuk memperbolehkan tiap lembaga negara membatasi
kekuasaan yang lain. Presiden bisa memveto langkah-langkah Kongres baik dalam
tataran konstitusional maupun kebijakan dan vetonya tidak bisa diruntuhkan seperti di
sampaikan di atas. Hal ini tidak saja memberi presiden kesempatan untuk mengawasi
Kongres, namun juga memungkinkannya untuk lebih dulu mengimbangi kepentingan
legislatif. Namun pengawasan dan perimbangan juga membatasi prerogatif
kepresidenan. Perintah eksekutif kepresidenan, misalnya saja, harus sesuai dengan UU
atau ia tak akan bisa diberlakukan oleh pengadilan federal. Penunjukkan yang dilakukan
presiden untuk jabatan-jabatan tinggi harus disetujui mayoritas suara senat.
Hal terpenting dari pengawasan terhadap presiden berupa impeachment dan pemecatan
karena kejahatan berat dan perbuatan tercela. Dalam sistem konstitusional Amerika
tidak ada pemecatan karena mendapat mosi tak percaya dari dewan legislatif, seorang
presiden di-impeach oleh suara mayoritas dari parlemen. Selanjutnya ia disidangkan di
Senat, dengan pimpinan sidang kepala MA Amerika Serikat dengan hukuman
terberatnya hanyalah pemecatan dari jabatan sekalipun seorang presiden bisa dituduh
dan diadili di pengadilan biasa untuk membuktikan apakah ia terbukti bersalah atau
terbebas dari tuduhan dalam impeachment yang jatuh padanya.

 Peran media yang bebas

Hal yang berkaitan erat dengan hak publik untuk tahu adalah media yang bebas
(surat kabar, radio dan televisi) yang bisa menginvestigasi jalannya pemerintahan dan
melaporkannya tanpa takut adanya penuntutan. Dalam hal ini, pers dianggap sebagai
penjaga yang baik dari demokrasi dan merupakan pengganti warga, melaporkan
kembali melalui media cetak dan penyiaran apa yang sudah ditemukannya sehingga
masyarakat bisa bertindak berdasarkan pengetahuan itu. Dalam demokrasi, masyarakat
bergantung pada pers untuk memberantas korupsi, untuk memaparkan kesalahan
penerapan hukum atau ketidakefisienan kerja sebuah lembaga pemerintah. Tak ada
negara yang bisa bebas tanpa adanya pers bebas dan satu pertanpa kediktatoran adalah
pembungkaman media.

 Peran kelompok-kelompok kepentingan,

Dengan semakin kompleksnya permasalahan dan bertambah banyaknya jumlah


penduduk yang sangat plural tidak mengherankan jumlah kelompok-kelompok
kepentindan di Amerika Serikat yang berfungsi menyuarakan aspirasi masyarakat.
Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, ada banyak organisasi di luar pemerintah
yang independen dari negara, misalnya GOPAC yang merupakan insitusi independen
yang bergerak dalam bidang penyediaan informasi politik penting dan strategis bagi
keperluan pendidikan, research maupun bisnis. Ia bukan hanya diperlukan oleh
kalangan politisi saja tapi juga masyarakat awam dan pelaku bisnis.
Di Amerika Serikat Disadari bahwa ciri khas masyarakat demokratis adalah adanya
ruang bagi warga untuk menciptakan sumber daya politik alternatif yang bisa mereka
mobilisir saat mereka membutuhkannya. Dengan demikian, kelompok-kelompok
kepentingan yang terorganisir memainkan peran mendasar; mereka membantu warga
agar dapat memanfaatkan sumber daya yang mereka miliki secara lebih efektif seperti
suara, kebebasan berbicara, perserikatan serta proses hukum.
Melindungi hak-hak minoritas,
Memang harus diakui, meskipun Amerika Serikat dianggap sebagai negara demokratis,
namun sejarah perlindungan terhadap kaum minoritas di Amerika Serikat sangat buruk
sekali. Hal ini bukan hanya perlakuan yang diskriminatif terhadap masyarakat Afrika
Amerika (kulit hitam) tapi juga masyarakat Indian. Setidaknya dalam perkembangan
dewasa ini, perjuangan ke arah penghapusan terhadap diskriminasi tersebut telah
dilakukan. Memang perjuangan untuk mengakhiri diskriminasi terhadap kaum
minoritas di Amerika Serikat kebanyakan mengambil tempat di meja hijau dan di
Kongres serta dewan legislatif di negara-negara bagian.Upaya-upaya tersebut telah
terbukti berhasil dengan dua alasan.
Pertama, kekuasaan hukum dan keyakinan yang terus hidup di masyarakat Amerika
Serikat bahwa sekalipun terdapat individu-individu maupun kelompok-kelompok yang
tidak sepakat dengan penyelesaian dari pengadilan atau pihak-pihak legislatif dalam
pembentukan kebijakan-kebijakan, para warga negara terikat untuk tunduk pada
kebijakan tersebut. Apabila mereka tidak setuju dengan kebijakan atau peraturan
tersebut, mereka akan melobi pihak legislatif dan mengajukan tuntutan ke pengadilan
ketimbang membanjiri jalan-jalan.
Kedua, kepercayaan sipil masyarakat Amerika Serikat seperti tertera dalam
Konstitus, Deklarasi Kemerdekaan dan tradisi panjang yang berlangsung di legislatif
dan pengadilan, memegang teguh bahwa semua orang diciptakan setara dan berhak
untuk mendapatkan perlindungan yang setara di bawah hukum. Jadi prinsip umumnya
adalah semua individu mesti mendapatkan perlakuan yang setara di bawah hukum.
Apabila tidak, maka bangsa ini menggali kuburnya sendiri menuju pertikaian antar
kelas di masyarakat sipil. SUMBER :https://lincemagriasti.wordpress.com

2. Demokrasi Inggris

Meski berbentuk kerajaan, demokrasi tetap tumbuh di Inggris karena berubahnya


monarki absolut di Inggris menjadi monarki konstitusional. Dalam sistem monarki
konstitusional, raja atau ratu diberikan tempat terhormat, namun tidak lagi mempunyai
kekuatan politik. Monarki konstitusional memperkecil peranan raja atau ratu di bidang
politik dan memperbesar kekuasaan perdana menteri dan parlemen. Negara Inggris
dikenal sebagai pelopor dari sistem parlementer. Parlemen Inggris dipilih oleh rakyat
melalui pemilu yang demokratis. Sistem pemerintahannya didasarkan pada konstitusi
yang tidak tertulis atau konvensi. Konstitusi Inggris tidak terkodifikasi dalam satu
naskah tertulis, tapi tersebar dalam berbagai peraturan, hukum, dan konvensi. Inggris
adalah negara kesatuan (unitary state) dengan sebutan United Kingdom yang terdiri atas
England, Scotland, Wales, dan Irlandia Utara. Inggris berbentuk kerajaan (monarki).
Inggris menganut sistem desentralisasi. Kekuasaan pemerintah daerah berada pada
Council (dewan) yang dipilih oleh rakyat di daerah. Sekarang ini, Inggris terbagi dalam
tiga daerah, yaitu England, Wales, dan Greater London.
Kerajaan Inggris merupakan negara demokrasi dengan sistem parlementer yang
menganut paham liberal. Paham ini mendasarkan dan mengutamakan kebebasan
individu yang seluas-luasnya. Sistem politik Inggris ini kemudian banyak dipraktekkan
pula di negara-negara Eropa Barat. Raja atau ratu merupakan simbol keagungan,
kedaulatan, dan persatuan negara yang senantiasa dibanggakan. Adat dan tradisi masih
tetap dipegang teguh. Kekuasaan pemerintah terdapat pada kabinet (perdana menteri
beserta para menteri), sedangkan raja atau ratu hanya sebagai kepala negara.
Sehari-hari, pemerintahan dijalankan oleh Perdana Menteri, yang dipegang oleh
partai pemenang pemilihan umum. Namun demikian, ada partai oposisi sebagai
pendamping. Secara keseluruhan, mereka bekerja untuk raja atau ratu. Partai-partai
yang memperebutkan kekuatan di parlemen adalah Partai Konservatif dan Partai Buruh.
Parlemen Inggris terdiri atas dua kamar (bikameral), yaitu House House of Commons
yang diketuai perdana menteri, dan House of Lords. House of Commons atau Majelis
Rendah adalah badan perwakilan rakyat yang anggota-anggotanya dipilih oleh rakyat di
antara calon-calon partai politik. House of Lord atau Mejelis Tinggi adalah perwakilan
yang berisi para bangsawan dengan berdasarkan warisan. House of Commons memiliki
keuasaan yang lebih besar daripada House of Lord.
Kabinet adalah kelompok menteri yang dipimpin oleh perdana menteri. Kabinet
inilah yang benar-benar menjalankan praktek pemerintahan. Anggota kabinet umumnya
berasal dari House of Commons. Perdana menteri adalah pemimpin dari partai
mayoritas di House of Commons. Masa jabatan kabinet sangat tergantung pada
kepercayaan dari House of Commons. Parlemen memiliki kekuasaan membubarkan
kabinet dengan mosi tidak percaya. Partai yang menang dalam pemilu dan mayoritas di
parlemen merupakan partai yang memerintah, sedangkan partai yang kalah menjadi
partai oposisi. Para pemimpin oposisisi membuat semacam kabinet tandingan. Jika
sewaktu-waktu kabinet jatuh, partai oposisi dapat mengambil alih penyelenggaraan
pemerintah.
SUMBER ; http://www.scribd.com
3. Demokrasi Cina

Proses demokratisasi di China rupanya mengambil jalannya sendiri, tidak dilakukan


secara gegabah meniru Barat. Negara tetap memegang kendali secara solid, tetapi ruang
gerak masyarakat untuk berusaha justru didorong dengan kebijakan desentralisasi
daerah. Individu dan masyarakat didorong untuk mengembangkan ”ekonomi inovatif”.
Mesin produktivitas China saat ini adalah buruh yang murah, inovasi, dan
menggeliatnya kapitalisme dengan pangsa pasar yang sangat besar. Tidak
mengherankan bahwa China juga dikenal sebagai tukang bajak kekayaan intelektual
terbesar di dunia.

Meski mendatangkan keuntungan besar, barang bajakan dan tiruan akan mengancam
China kalau dunia kehilangan kepercayaan. Dunia pun sekarang tengah berspekulasi, ke
mana arah kemajuan China, apakah akan mengancam negara lain atau mendorong
kemakmuran dan perdamaian dunia. Di dalam negeri sedikitnya masih terdapat sekitar
300 juta petani miskin, sebanyak warga AS. Ini mesti diperhatikan agar tak menjadi
bom waktu. Namun, perlu diakui, dalam tiga dekade terakhir China mampu
mengentaskan penduduk miskin sedikitnya 400 juta.
Hubungan demokrasi dan ekonomi inovatif sangat erat. Inovasi sebagai buah pikiran
bebas, kreatif, dan berisiko selalu dilakukan oleh individu-individu yang hidup dalam
alam demokrasi. Inovator semacam Bill Gates dapat muncul karena iklim kebebasan
yang ada di AS. Akan tetapi, bangsa China sangat sadar, jika kekebasan dibuka
sedemikian lebar seperti di AS, negara itu bisa buyar seperti pengalaman Uni Soviet
dan Yugoslavia. Belajar dari negara tetangganya yang sama-sama menganut ideologi
sosialisme-komunisme yang ternyata berakhir dengan kegagalan,
China mengembangkan konsep demokrasi yang berakar pada sejarah dan tradisi
sendiri.
SUMBER :http://internasional.kompas.com
4. DEMOKRASI INDONESIA

Perkembangan demokrasi di Indonesia mengalami pasang surut (fluktuasi) dari masa


kemerdekaan hingga saaat ini. Dari segi waktu, perkembangna demokrasi di Indonesia
dibagi menjadi empat periode, antara lain:

1.Demokrasi pada Periode 1945-1959 (Demokrasi Parlementer)


System demokrasi ini mulai berlaku sebulan setelah kemerdekaan Republik Indonesia
diproklamirkan dan kemudian diperkuat dengan UUD 1945 dan 1950, yang ternyata
kurang cocok untuk Indonesia. Karena lemahnya benih-benih demokrasi system
parlementer member peluang untuk dominasi partai-partai politik dan DPR.

UUD 1950 yang menetapkan berlakunya system parlementer dimana badan eksekutif
terdiri dari presiden sebagai kepala negara konstitusional beserta menteri-menterinya
yang mempunyai tanggung jawab politik. Karena fragmentasi politik-politik usia
kabinet pada masa ini jarang dapat bertahan cukup lama. Koalisi yang dibangun dengan
sangat gampang pecah. Hal ini mengakibatkan destabilisasi politik nasional. Sehingga
pada akhirnya Ir. Soekarno sebagai Presiden untuk mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli
yang menentukan berlakunya kembali UUD 1945 dan berakhirnya masa demokrasi
system parlementer.
2.Demokrasi pada Periode 1959-1965 (Demokrasi Terpimpin)
Ciri-ciri pada periode ini adalah dominasi dari presiden, terbatasnya peranan partai
politik, berkembangnya pengaruh komunis dan meluasnya peranan ABRI sebagai
unsure politik. Dekrit Presiden 5 Juli dapat dipandang sebagai sutu usaha untuk mencari
jalan keluar dari kemacetan politik melalui pembentukan kepemimpinan yang kuat.
UUD 1945 membuka kesempatan bagi seorang presiden untuk bertahan selama
sekurang-kurangnya lima tahun. Akan tetapi ketetapan MPRS No.III/1963 yang
mengangkat Ir. Soekarno sebgai presiden seumur hidup telah “membatalkan
pembatasan waktu lima tahun ini (UUD memungkinkan seorang presiden untuk dipilih
kembali) yang telah ditentukan oleh UUD 1945”. Selain itu banyak pula tindakan-
tindakan yang menyimpang dari ketentuan-ketentuan UUD.
G. 30 S/PKI telah mengakhiri periode ini dan membuka peluang untul dimulainya
masa demokrasi pancasila. Dimana pada periode ini dikenal dengan nama Demokkrasi
Terpimpin. Demokrasi Terpimpin adalah demokrasi yang mendasar pada demokrasi
kekeluargaan tanpa anarkisme, liberalism dan otokrasi dictator. Namun, sebenarnya
demokrasi terpimpin ini ingin menempatkan Ir. Soekarno sebagai ayah dalam keluarga
besar yang bernama Indonesia dengan kekuasaan tepusat berada di tangannya.

3.Demokrasi pada Periode 1965-1998 (Demokrasi Pancasila)


Landasan utama dari periode ini adalah pancasila, UUD dan ketetapan-ketetapan
MPRS. Ketetapan MPRS No. III/1963 yang menetapkan masa jabatan seumur hidup
untuk Ir. Soekarno telah dibatalkan dan jabatan presiden kembali menjadi elektif setiap
lima tahun. DPR-Gotong Royong diberi beberapa hak control, disamping ia tetap
mempunyai fungsi untuk membantu pemerintah. Pimpinannya tidak lagi mempunyai
status menteri. Dan masih banyak kebijakan-kebijakan pada periode ini dengan tujuan
agar terbinanaya partisipasi golongan-golongan dalam masyarakat disamping tindakan
pembangunan ekonomi secara teratur.

Badan eksekutif yang kuat tetapi tidaak “comitted” kepada suatu program
pembangunan justru dapat membawa kebobrokan oleh karena kekuasaan yang
dimilikinya disia-siakan untuk tujuan yang pada hakikatnya merugikan rakyat.
4.Demokrasi pada Periode 1998-Sekarang (Demokrasi Reformasi)
Runtuhnya rezim otoriter orde baru telah membawa harapan baru bagi tumbuhnya
demokrasi di Indonesia. Karena hal itu menjadikan awal bagi transisi demokrasi di
Indonesia. Sukses atau gagalnya suatu transisi demokrasi sangat bergantung pada
empat factor kunci, yaitu:
 Komposisi elite positif
 Desain institusi politik
 Kultur politik atau perubahan sikap terhadap politik di kalangan elite dan non
elite
 Peran civil society (masyarakat madani)

Keempat factor itu harus jalan secara sinergis dan berkelindan sebagai modal untuk
mengonsolidasikan demokrasi. Perlu diketahui bahwa transisi demokrasi merupakan
fase krusial yang kritis, karena dalam fase ini akan dituntut kemana arah demokrasi
yang akan dibangun. Selain itu dalam fase ini pula bisa saja terjadi pembalikkan arah
perjalanan bangsa dan Negara yang akan menghantar Indonesia kembali memasuki
masa otoriter seperti yang terjadi pada masa orde lama dan orde
baru. sumber;https://jumatunnikmah.wordpress.com
DEMOKRASI DI BERBAGAI NEGARA

Kelompok :
1. Lintang Widyawati
2. Novia Fitriani
3. Widi Astuti K.
4. Shinta Melisa Y.

SMP NEGERI 2 DAYEUHLUHUR


TAHUN PELAJARAN 2017/2018

Anda mungkin juga menyukai