Anda di halaman 1dari 6

TRAKEOSTOMI

A. Anatomi Trakea
Trakea merupakan tabung berongga yang disokong oleh cincin kartilago. Trakea berawal dari kartilago
krikoid yang berbentuk cincin stempel dan meluas ke anterior pada esofagus, turun kedalam thorax
dimana ia membelah menjadi dua bronkus utama pada karina. Pembuluh darah besar pada leher
berjalan sejajar dengan trakea disebelah lateral dan terbungkus dalam selubung karotis . kelenjar tiroid
terletak di atas trakea disebelah depan dan lateral, ismuths melintasisi trakea di sebelah anterior,
biasanya setinggi cincin trakea kedua hingga kelima.

B. Sumbatan Laring
Menurut jackson gejala dan tanda obstruksi laring terdiri dari 4 stadium ,yaitu :
 Stadium I : adanya retraksi/ cekungan pada waktu inspirasi di suprasternal,
stridor pada waktu inspirasi dan pasien tenang
 Stadium II : adanya retraksi /cekungan pada waktu inspirasi di suprasternal makin
dalam , ditambah lagi dengan cekungan di daerah epigastrium . pasien sudah mulai
gelisah . stridor terdengar pada waktu inspirasi.
 Stadium III : adanya retraksi/cekungan pada waktu inspirasi di daerah
suprasternal juga terdapat di infraklavikula dan sela-sela iga ,pasien sangat gelisah
dan dipsnue. Stridor terdengar pada waktu inspirasi dan ekspirasi.
 Stadium IV : adanya retraksi/cekungan diatas yang bertambah jelas, pasien sangat
gelisah , tampak sangat ketakutan dan sianosis. Jika keadaaan ini berlangsung terus-
menerus pasien akan kehilangan tenaga, pusat pernafasan paralitik karena
hiperkapnea. Pasien lemah dan tertidur,akhirnya meninggal karena asfiksia

 Trakeostomi dilakukan pada pasien dengan sumbatan laring stadium II dan III
 Menurut lama penggunaannya  penggunaan permanen dan penggunaan sementara
 Menurut letak insisi trakeostomi  letak tinggi dan letak rendah (batas letak ini adalah
cincin trakea ke tiga)
a. Trakeostomi letak rendah
Insisi dan pembuatran stoma dilakukan pada cincin trakea ke IV, bagian bawah istmus tiroid.
b. Trakeostomi letak tengah /normal
Insisi atau pembuatan stoma dilakukan pada bagian yang ditutupi oleh isthmus tiroid, pada
cincin trakea II-III
c. Trakeostomi letak tinggi
Insisi dan pembuatan stoma dilakukan pada cincin trakea I sebelah atas isthmus tiroid

1
Menurut waktu dilakukannya tindakan  trakeostomi darurat dan segera dengan persiapan
sarana sangat kurang dan trakeostomi berencana dengan persiapan sarana cukup.

C. Indikasi Trakeostomi
Indikasi dilakukannya trakeostomi antara lain:
1. Mengatasi sumbatan jalan nafas atas
Sumbatan jalan nafas atas ditandai adanya stridor, retraksi,dipsnu
2. Mengurangi ruang rugi disaluran nafas atas
Dengan adanya stoma maka seluruh oksigen yang dihirup akan masuk ke dalam paru, tidak ada
yang tertinggal diruang rugi, hal tersebut sangat berguna pada pasien dengan kerusakan paru
dengan kapasitas paru yang berkurang
3. Mempermudah pengisapan sekret dari bronkus pada pasien yang tidak dapat mengeluarkan sekret
secara fisiologis
4. Untuk memasang ventilator (alat bantu pernafasan)

D. Kontraindikasi
 Mutlak tidak ada
 Relatif :
a. Patah leher yang tidak stabil
b. Hematoma leher yang luas

E. Alat dan Bahan


1. Alat
 Semprit yang berisi obat analgesik
 Pisau (scalpel)
 Pinset anatomi
 Gunting panjang tumpul
 Sepasang pengait tumpul
 Klem arteri
 Gunting kecil yang tajam
 Kanul trakea dengan ukuran yang sesuai

2. Bahan
a. Lidokain ampul
b. Sulfas Atropin ampul

F. Teknik
1. Teknik Insisi Trakea
a. Insisi Vertikal/horizontal

2
Insisi vertikal merupakan cara insisi standar yang paling banyak dilakukan.Teknik ini digunakan
bila tindakan trakeostomi hanya dipertahankan selama beberapa minggu. Jahitan penahan
trakea akan mempermudah mengidentifikasi lumen bila kanul terlepas.
Pada insisi horizontal, tidak terbentuk banyak jaringan parut pada masa penyembuhan. Teknik
ini menyulitkan pemasangan kanul (rekanulasi), selain itu angka kejadian kolaps suprastomal
cukup tinggi

b. Insisi Bulat
Jendela bulat dibuat dengan cara mengeksisi sebagian kartilago pada
dinding depan trakea untuk memudahkan pemasangan kanul kembali.

c. Insisi U terbalik
Teknik ini menggunakan 2 cara insisi yaitu insisi horizontal dan insisi vertikal. Insisi horizontal
dibuat pada dinding anterior trakea yaitu pada cincin trakea ke 2-3, ke 3-4 atau ke 5-6. Jabir
dibentuk dengan cara membuat dua buah insisi vertikal yang kemudian bertemu pada ujung
insisi horizontal dan melewati 2 buah cincin. Lebar jabir sama dengan lebar kanul. Jabir
kemudian dijahitkan pada jaringan subkutan dan dermis di bagian bawah. Teknik ini digunakan
untuk trakeostomi yang dipertahankan dalam jangka waktu yang lama.

2. Teknik Melakukan Trakeostomi


a. Pasien tidur dalam posisi telentang dengan bantal di bawah bahu untuk memperoleh
ekstensi leher maksimal
b. Kulit di daerah leher dibersihkan secara a dan antiseptik dan ditutup dengan kain steril.
Dilakukan identifikasi os hioid dan kartilago krikoid. Buat tanda pada kartilago krikoid, incisura
superior kartilago tiroid dan incisura suprasternal.
c. Dilakukan anestesi lokal dengan menginfiltrasi kulit pada garis insisi dan disuntikkan ke
jaringan yang lebih dalam di garis tengah sampai dinding trakea anterior.
d. Insisi kulit dapat dilakukan secara horizontal dan vertikal. Insisi horizontal dibuat sepanjang
5 cm, kira-kira dua jari di atas fossa suprasternal. Insisi vertikal di garis tengah sepanjang 4 cm.
e. Insisi kulit diperdalam sampai terlihat otot penggantung. Otot penggantung dipisahkan
secara vertikal di garis tengah dan disingkirkan ke lateral, sehingga terlihat fasia pretrakea yang
menutupi trakea dan ismus tiroid.
f. Dinding anterior trakea diinsisi secara vertikal sebanyak 2 sampai 3 cincin. Insisi trakea
tidak boleh lebih tinggi dari cincin kedua untuk mencegah rangsangan kanul pada kartilago
krikoid yang dapat menyebabkan timbulnya perikondritis.

3
g. Insisti trakea diperlebar dengan menggunakan klem besar atau dilator trousseau,
kemudian kanul dimasukkan, lalu balon dikembungkan.
h. Segera setelah kanul masuk akan timbul batuk-batuk pada pasien, pada beberapa pasien
akan timbul apnea karena kehilangan rangsangan hipoksia untuk bernapas.
i. Insisi kulit tidak dijahit dan tidak dibalut tekan karena dapat menimbulkan emfisema
subkutis, penumomediastinum dan pneumotorak.

G. Jenis pipa trakeostomi


1. Cuffed Tubes
Selang yang dilengkapi dengan balon sehingga memperkecil risiko timbulnya aspirasi
2. Uncuffed Tubes
Digunakan pada tindakan trakeostomi pada penderita yang tidak memiliki resiko terjadinya aspirasi.
3. Trakeostomi dua cabang (dengan kanul dalam)
Dua bagian trakeostomi ini dapat dikembangkan dan dikempiskan sehingga kanyul dalam dapat
dibersihkan dan diganti untuk mencegah terjadi obstruksi.
4. Silver Negus Tubes
Terdiri dari dua bagian pipa yang digunakan untuk trakeostomi jangka panjang tidak perlu terlalu
sering dibersihkan dan penderita dapat merawat sendiri.
5. Tubes
Trakeostomi ini mempunyai bagian yang terbuka di sebelah posteriornya , sehingga penderita masih
bisa bernafas melewati hidungnya, selain itu bagian yang terbuka ini memungkinkan penderita
untuk dapat berbicara.
H. Tehnik insisi Trakea
1. Insisi vertikal
Insisi dilakukan pada dinding anterior trakea dan dilakukan jahitan pararel sepanjang sisi trakea
yang dilakukan insisi. Tehnik ini dilakukan bila trakeostomi hanya dipertahankan beberapa minggu
2. Insisi bulat
Jendela bulat di buat dengan cara mengeksisi sebagian kartilago pada dinding depan trakea untuk
memudahkan pemasangan kanul kembali
3. Insisi inferiorly flap/U terbalik
Tehnik ini menggunakan dua cara insisi yaitu insisi horizontal dan insisi vertikal. Insisi horizontal
dibuat pada dinding anterior trakea yaitu pada cincin trakea ke 2-3 ke 3-4,ke 5-6. Dibuat dengan

4
cara membuat dua buah insisi vertikal yang kemudian bertemu dengan ujung insisi horizontal dan
melewati dua buah cincin .

I. Komplikasi Trakeostomi
Komplikasi trakeostomi dibagi menjadi :
1. Segera
a. Apnea akibat hilangnya rangsangan hipoksia pernapasan
b. Perdarahan
c. Trauma bedah pada struktur sekitar, antara lain :esofagus, n.laringeus rekuren
d. Pneumothorak,pneumomediatinum
e. Trauma kartilago krikoid
f. Emfisema subkutan
2. Menengah
a. Trakeitis dan trakeobronkhitis
b. Erosi trakea dan perdarahan
c. Hiperkapnea
d. Atelektasis
e. Pergeseran pipa trakeostomi
f. Obstruksi pipa trakeostomi
g. Emfisema subkutan
h. Aspirasi dan abses paru
3. Lanjut
a. Perdarahan yang terlambat
b. Fistel trakeokutan menetap
c. disfagia
d. Stenosis laring atau trakea
e. Granulasi trakea
f. Trakeomalasia
g. Kesukaran dekanulasi
h. Fistel trakeo esofagus
i. Masalah jaringan parut trakeostomi
j. Malposisi dari kanul

J. DEKANULASI
 Yakinkan pasase udara melalui rima glotis lancar
 Secepatnya untuk hindari komplikasi
 Dilakukan secara bertahap

K. Perawatan Pasca Trakeostomi


1. Roentgen dada untuk melihat posisi tuba dan melihat timbul atau tidaknya komplikasi
2. Antibiotik untuk menurunkan resiko timbulnya infeksi.
3. Mengajari pihak keluarga dan penderita sendiri cara merawat pipa trakeostomi.
4. sekret di trakea dan kanul harus sering diisap keluar dan kanul di cuci sekurang-kurangnya dua kali
perhari,lalu segera dimasukkan lagi ke dalam kanul luar . bila kanul harus dipakai dalam jangka
waktu lama maka kanul luar harus dibersihkan dua minggu sekali.

Perawatan Post Trakeostomi Pada Anak


Di rumah sakit :
• Suctioning
• Foto radiologi
• Aff traksi jahitan
• Melatih keluarga pasien

5
Di rumah
 Perawatan stoma dan kulit
 Suctioning
 Penggantian verban
 Penggantian kanul trakeostomi
 Fisioterapi dada
 Deteksi dan penanganan komplikasi
 Pembersihan dan sterilisasi alat
 Lain :Pasien jangan ditinggal sendiri, Belajar berbicara dan berbahasa, Makan, minum, bermain,
mandi atau keramas

Anda mungkin juga menyukai