Arrauda Vioya
Abstrak
Abstract
Metropolitan Jakarta is the largest urban areas in Indonesia, even in Southeast Asia, this
region has an important role and function in supporting the national economy, which is the
National Events Centre and the State Capital of Indonesia. But the study of Metropolitan
Jakarta is still very limited, and therefore requires a description of the characteristics and
stages of development of the region. This study aimed to describe the stages of development of
Jakarta Metropolitan Region, which is based on the characteristics of the economy. Results
from this study is a description of the stages of development of the Jakarta Metropolitan
Region since 1985, which indicated an early stage of the formation of metropolitan, and
estimated to condition the current developments in the future. The results of this study can be
used as a reference in anticipation of the planning area, which is expected to minimize
problems that may occur and to optimize function and its role in the future.
215
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 21/No. 3 Desember 2010
membentuk satu kesatuan dalam aktivitas Mengingat peran dan pengaruh kawasan
bersifat kota dan bermuara pada pusat (kota metropolitan yang cukup besar, serta adanya
besar yang menjadi inti metropolitan) yang proses transformasi tentu akan mempengaruhi
dapat dilihat dari aliran tenaga kerja dan kondisi kawasan tersebut pada masa yang akan
aktivitas komersial (Winarso, 2006). datang. Makalah ini mengidentifikasi tahapan
perkembangan kawasan metropolitan di
Metropolitan diindikasikan oleh Angotti Indonesia berdasarkan aspek ekonomi untuk
(1993) mulai berkembang di berbagai kawasan mengetahui dan menjelaskan karakteristik
utama di dunia pada abad ke-20 dan tahapan perkembangan kawasan metropolitan
merupakan bentuk yang berbeda dari suatu sehingga dapat menjadi antisipasi terhadap
kota, karena memiliki ukuran yang lebih besar perencanaan kawasan metropolitan pada masa
dan kompleks dari segi ekonomi, politik dan yang akan datang.
budaya. Selain itu metropolitan juga umumnya
memiliki peranan yang besar secara global, Metropolitan Jakarta merupakan salah satu
sebagai contoh kawasan metropolitan di Kawasan Metropolitan terbesar di dunia dan
Indonesia memiliki peran dan fungsi khusus merupakan kawasan perkotaan terbesar di Asia
berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 47 Tenggara dengan jumlah penduduk mencapai
Tahun 1987 sebagai Pusat Kegiatan Nasional lebih dari 20 juta jiwa pada tahun 2007.
(PKN) untuk kota inti dan Pusat Kegiatan Pertumbuhan penduduknya yang pesat serta
Wilayah (PKW) yang berfungsi sebagai pintu tingkat kepadatan penduduk yang tinggi
gerbang kawasan internasional dan pusat menjadi salah satu faktor pendorong
kegiatan dan transportasi untuk beberapa pertumbuhan serta pembentukkan karakteristik
provinsi. perekonomian. Selain itu, perannya sebagai
ibukota negara juga menambah daya tarik bagi
Berdasarkan studi mengenai pola pendatang serta fungsi dan perannya sebagai
perkembangan metropolitan yang dilakukan kawasan metropolitan menjadikan kawasan ini
selama 35 tahun di berbagai negara di dunia semakin berkembang denangan pesat. Sejak
oleh Ingram (1997) diketahui adanya tahun 1975 sektor perekonomian di kawasan
kesamaan pola perkembangan yang ini telah didominasi oleh sektor sekunder dan
ditunjukkan oleh desentralisasi populasi dan tersier (Soegijoko dalam Lo dan Yeung, 1996),
sektor lapangan usahai. Berdasarkan yang merupakan kelompok sektor ciri khas
pengertian-pengertian diatas dapat ditarik perkotaan.
kesimpulan bahwa kawasan metropolitan
merupakan transformasi kumpulan kota 1.1 Kawasan Penelitian
melalui suatu tahapan atau pola perkembangan
tertentu yang dapat diindikasikan melalui
kondisi dan karakteristik ekonomi. Pendapat Lingkup wilayah studi pada penelitian ini ialah
ini didukung oleh Evans (1985) yang Kawasan Metropolitan Jakarta, namun batasan
menyatakan bahwa kondisi perekonomian wilayah suatu metropolitan merupakan batasan
mampu mengidentifikasikan perkembangan fungsional oleh sebab itu tidak ada batasan
kawasan, karena besarnya suatu kota sangat administrasi yang pasti. Oleh sebab itu,
dipengaruhi oleh faktor perekonomian yang penelitian ini menggunakan delineasi wilayah
ada. yang berasal dari Raperpres Metropolitan
Jabodetabek-Punjur pada tahun 2007 yang
216
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 21/No. 3 Desember 2010
217
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 21/No. 3 Desember 2010
transformasi ini memiliki pola yang sama di karakteristik perekonomian antara negara
berbagai metropolitan di dunia dan proses maju, yang kerap kali menjadi contoh dalam
tersebut dalam hal ini perkembangan suatu teori metropolitan, dengan negara berkembang
kota dapat diindikasikan oleh karakteristik seperti Indonesia. Oleh sebab itu, pada
aspek ekonomi (Villa, 1988; Ingram, 1997; penelitian ini dilakukan adaptasi beberapa
Evans, 1985). indikator perekonomian guna menjelaskan
karakteristik ekonomi kawasan metropolitan
Ingram (1997) telah melakukan penelitian yang sesuai dengan kondisi Indonesia. Secara
terhadap 35 metropolitan di berbagai belahan umum indikator perkembangan perekonomian
dunia dan menemukan adanya pola berdasarkan Biz Education UK dapat dilihat
perkembangan yang sama, sedangkan Villa dari empat hal yaitu, kondisi pertumbuhan
(1988) telah memformulasikan perkembangan ekonomi, kondisi perkembangan ekonomi,
metropolitan ke dalam sebuah tabel evolusi Indeks Pembangunan Manusia dan Indikator
metropolitan berdasarkan karakteristik Sosio-Ekonomi lainnya. Dalam penelitian ini,
penduduk dan perekonomian. Tabel evolusi indikator tersebut dikerucutkan kembali
metropolitan ini terbagi ke dalam enam fase menjadi indikator pertumbuhan ekonomi,
dalam tiga tahapan yaitu: tahap perkembangan indikator perkembangan ekonomi, dan
pesat yang terdiri dari fase satu dan dua; tahap indikator sosio-ekonomi lainnya. Hal ini
kedua ialah kematangan yang terdiri dari fase terkait dengan indikator perbandingan terhadap
tiga dan empat dengan fase tiga sebagai perekonomian nasional dimana metropolitan
puncak pertumbuhan metropolitan; dan tahap memiliki fungsi dan peran besar di Indonesia.
stabilitas yaitu pada fase lima dan enam yang
menunjukkan kestabilan kawasan serta Indikator pertumbuhan ekonomi bisa menjadi
kemungkinan terjadinya penurunan bagian dalam perkembangan ekonomi namun
perkembangan. Pada fase tersebut terdapat dua keduanya merupakan hal yang berbeda.
kemungkinan perkembangan dimana Indikator pertumbuhan ekonomi merupakan
metropolitan tersebut memiliki kesempatan ukuran dari nilai produksi barang dan jasa
untuk berkembang secara internasional atau dalam periode waktu tertentu, sedangkan
kemungkinan lainnya adalah terjadinya indikator perkembangan ekonomi merupakan
penurunan pertumbuhan. Hal ini bergantung ukuran dari tingkat kesejahteraan masyarakat
dengan kebijakan yang diterapkan dalam dalam suatu komunitas. Adapun variabel dari
pengembangan kawasan metropolitan tersebut pertumbuhan ekonomi ialah pendapatan per
pada masa yang akan datang kapita, PDRB, serta perbandingan antara
pendapatan nasional dan pendapatan daerah.
Variabel perkembangan ekonomi dapat dilihat
2.2 Teori dan Konsep Perkembangan dari tingkat kemiskinan, kesenjangan
Ekonomi Kawasan Metropolitan antargolongan ekonomi masyarakat dan
ketimpangan antarwilayah di kawasan
metropolitan. Berikut ini merupakan hasil
Teori metropolitan Villa (1988) dan Ingram analisis indikator tersebut dalam menjelaskan
(1997) tidak sepenuhnya dapat diterapkan tahapan perkembangan Metropolitan Jakarta.
untuk menjelaskan pola perkembangan
metropolitan di Indonesia. Hal ini dikarenakan
keterbatasan data serta adanya perbedaan
218
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 21/No. 3 Desember 2010
2. Tahapan Perkembangan
Metropolitan Jakarta
Suatu kumpulan kota dapat digolongkan sejak tahun 2003 peningkatan jumlah
menjadi metropolitan apabila jumlah penduduk tidak terlalu besar jika dibandingkan
penduduknya telah mencapai satu juta jiwa. dengan tahun-tahun sebelumnya. Hal ini dapat
Pada tahun 1987, jumlah penduduk terlihat dari laju pertumbuhan penduduk yang
Metropolitan Jakarta sudah mencapai 15 juta terus mengalami penurunan. Berikut ini
jiwa. Peningkatan jumlah penduduk ini secara merupakan grafik laju pertumbuhan penduduk
umum terus terjadi hingga saat ini, namun di kawasan Metropolitan Jakarta.
Gambar 1
Laju Pertumbuhan Penduduk Kawasan Metropolitan Jabodetabek Tahun 1987-1988 hingga 2006-
2007
Gambar di atas menunjukkan bahwa laju banyaknya pendatang di DKI Jakarta, baik dari
pertumbuhan penduduk pada tahun 1989-1990 kota-kota sekitarnya maupun kota-kota yang
di mencapai titik tertinggi yaitu sebesar 8,6% letaknya jauh dari DKI Jakarta. Hal ini
sedangkan pada tahun 2000-2001 mencapai kemudian menyebabkan pertumbuhan
titik terendah yaitu sebesar -2,45%. Salah satu penduduk DKI Jakarat bukan merupakan
penyebab tingginya jumlah penduduk di penduduk asli DKI Jakarta.
Metropolitan Jakarta ialah tingginya daya tarik
kota inti metropolitan yaitu DKI Jakarta. Apabila dilihat secara lebih rinci hingga
Sebagai kota inti, DKI Jakarta memiliki pertumbuhan per kota dan kabupaten di
berbagai macam faktor penarik bagi para kawasan metropolitan diketahui bahwa pada
pendatang. Peran DKI Jakarta sebagai ibukota tahun 2001 terjadi penurunan jumlah penduduk
negara menyebabkan peluang terbukanya di beberapa kabupaten dan kota di
lapangan pekerjaan cukup besar. Segala Metropolitan Jabodetabek yang bersamaan
fasilitas yang dimiliki serta kegiatan-kegiatan dengan peningkatan jumlah penduduk di
yang terdapat di dalamnya menyebabkan kabupaten dan kota lainnya di luar
219
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 21/No. 3 Desember 2010
220
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 21/No. 3 Desember 2010
Terdiri dari Kota Bekasi, Kota Bogor, Pertumbuhan sektor industri dan jasa di
Kota Depok dan Kota Tangerang. Metropolitan Jabodetabek memiliki pola yang
Outer Zone (Zona Lingkar Luar) sama dengan pertumbuhan ekonomi sektoral
Zona ini merupakan kawasan lingkar dalam teori evolusi metropolitan Villa (1987).
terluar metropolitan yang terdiri dari Hal ini diindikasikan oleh kecenderungan
Kabupaten Bekasi, Kabupaten Bogor dan pertumbuhan sektor industri dan penurunan
Kabupaten Tangerang. sektor jasaiii pada tahap perkembangan awal
hingga mencapai puncak pertumbuhan
metropolitan. Pada tahap selanjutnya yaitu fase
3.1 Pertumbuhan Ekonomi Metropolitan kematangan (maturity) metropolitan,
Jakarta pertumbuhan sektor industri mengalami
penurunan sedangkan sektor jasa mengalami
peningkatan. Berdasarkan analisis yang telah
Analisis mengenai pertumbuhan ekonomi dilakukan, saat ini Metropolitan Jabodetabek
Metropolitan Jakarta menggunakan data tengah berada pada fase kematangan
perbandingan kontribusi kelompok sektor metropolitan dengan puncak pertumbuhan
dalam PDRB dan laju pertumbuhan PDRB pada rentang tahun 1990 – 1995.
secara time series serta karakteristik
perekonomian terkait lainnya. Data ini dapat Berikutnya ialah variabel skala pelayanan
dibandingkan dengan teori evolusi Metropolitan Jakarta, pada rentang tahun 1990
metropolitan Villa (1988), khususnya variabel hingga 1995 yang diperkirakan merupakan
kontribusi kelompok sektor, cakupan puncak pertumbuhan, skala pelayanan
pelayanan, tingkat keterkaitan antarwilayah, Metropolitan Jakarta juga semakin
serta aglomerasi ekonomi sehingga dapat berkembang bahkan hingga skala
diketahui tahapan evolusi Metropolitan Jakarta internasional. Hal ini diindikasikan oleh
saat ini. Berikut ini merupakan grafik hasil jumlah investasi asing serta meningkatnya
analisis kontribusi kelompok sektor PDRB pembukaan kantor cabang perusahaan
Metropolitan Jakarta. perusahaan asing di Metropolitan Jabodetabek
sebagai salah satu basis perusahaan tersebut
khususnya di kawasan Asia Tenggara. Hal ini
Gambar 2
Kontribusi Kelompok Sektor juga diungkapkan oleh Villa (1988),
PDRB Metropolitan Jabodetabek berdasarkan teori tersebut jika suatu
metropolitan telah memiliki skala pelayanan
hingga tingkat internasional, namun skala
pelayanan utama ialah tingkat nasional maka
metropolitan tersebut tengah berada pada fase
keempat yang merupakan fase kematangan
metropolitan.
Tingkat keterkaitan antar kawasan di dalam
metropolitan juga dapat mengindikasikan
Sumber: Hasil Analisis berdasarkan data BPS,
tahapan perkembangan metropolitan tersebut.
2009 Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Mamas
dan Komalasari (2004), kota dan kabupaten di
Metropolitan Jakarta membentuk tiga zona
221
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 21/No. 3 Desember 2010
222
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 21/No. 3 Desember 2010
223
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 21/No. 3 Desember 2010
kawasan inti cenderung menurun, tetapi berada pada fase keempat atau fase
tingkat kepadatan di kawasan lingkar luar kematangan yang diperkirakan akan
dan dalam mengalami peningkatan. mengalami tahap kestabilan atau
penurunan pertumbuhan pada masa yang
c. Berdasarkan analisis terhadap kondisi akan datang, dengan puncak pertumbuhan
pertumbuhan ekonomi dan teori evolusi diperkirakan terjadi pada rentang tahun
metropolitan Villa (1987), diketahui 1990-1995.
bahwa saat ini Metropolitan Jakarta
224
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 21/No. 3 Desember 2010
Becker, CA Duberson, et al., “Cities Treansformed” in Badan Pusat Statistik Kota Jakarta Barat, Produk
Cities Transformed by National Research Domestik Regional Bruto Kota Jakarta Barat,
Council, 300-354, Washington DC: The Tahun 1998-2005, Jakarta Barat: Badan Pusat
National Academic Press (2003). Statistik (1998-2005).
Badan Pusat Statistik Kabupaten Bekasi, Kabupaten Badan Pusat Statistik Kota Jakarta Pusat, Kota Jakarta
Bekasi Dalam Angka, Tahun 1987-2007, Pusat Dalam Angka, Tahun 1998-2007, Jakarta
Bekasi: Badan Pusat Statistik (1987-2007). Pusat: Badan Pusat Statistik (1998-2007).
Badan Pusat Statistik Kabupaten Bekasi, Produk Badan Pusat Statistik Kota Jakarta Pusat, Produk
Domestik Regional Bruto Kabupaten Bekasi, Domestik Regional Bruto Kota Jakarta Pusat,
Tahun 1985-2005, Bekasi: Badan Pusat Tahun 1998-2005, Jakarta Pusat: Badan Pusat
Statistik (1985-2005) Statistik (1998-2005).
Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor, Kabupaten Badan Pusat Statistik Kota Jakarta Selatan, Kota
Bogor Dalam Angka, Tahun 1987-2007, Bogor: Jakarta Selatan Dalam Angka, Tahun 1998-
Badan Pusat Statistik (1987-2007). 2007, Jakarta Selatan: Badan Pusat Statistik
Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor, Produk (1998-2005).
Domestik Regional Bruto Kabupaten Bogor, Badan Pusat Statistik Kota Jakarta Selatan, Produk
Tahun 1985-2005, Bekasi: Badan Pusat Domestik Regional Bruto Kota Jakarta Selatan,
Statistik (1985-2005). Tahun 1998-2005, Jakarta Selatan: Badan Pusat
Badan Pusat Statistik Kabupaten Tangerang, Kabupaten Statistik (1998-2005).
Tangerang Dalam Angka, Tahun 1987-2007 Badan Pusat Statistik Kota Jakarta Timur, Kota Jakarta
Tangerang: Badan Pusat Statistik (1987-2007). Timur Dalam Angka, Tahun 1998-2007, Jakarta
Badan Pusat Statistik Kabupaten Tangerang, Produk Timur: Badan Pusat Statistik (1998-2007).
Domestik Regional Bruto Kabupaten Badan Pusat Statistik Kota Jakarta Timur, Produk
Tangerang, Tahun 1985-2005 Tangerang: Domestik Regional Bruto Kota Jakarta Timur,
Badan Pusat Statistik (1985-2005). Tahun 1998-2005, Jakarta Timur: Badan Pusat
Badan Pusat Statistik Kota Bekasi, Kota Bekasi Dalam Statistik (1998-2005).
Angka, Tahun 1996-2007, Bekasi: Badan Pusat Badan Pusat Statistik Kota Jakarta Utara, Kota Jakarta
Statistik (1996-2007). Utara Dalam Angka, Tahun 1998-2007, Jakarta
Badan Pusat Statistik Kota Bekasi, Produk Domestik Utara: Badan Pusat Statistik (1998-2007).
Regional Bruto Kota Bekasi, Tahun 1996-2005, Badan Pusat Statistik Kota Jakarta Utara, Produk
Bekasi: Badan Pusat Statistik (1996-2005). Domestik Regional Bruto Kota Jakarta Utara,
Badan Pusat Statistik Kota Bogor, Kota Bogor Dalam Tahun 1998-2005, Jakarta Utara: Badan Pusat
Angka, Tahun 1987-2007, Bogor: Badan Pusat Statistik (1998-2005).
Statistik (1987-2007). Badan Pusat Statistik Kota Tangerang, Kota Tangerang
Badan Pusat Statistik Kota Bogor, Produk Domestik Dalam Angka, Tahun 1993-2007, Tangerang:
Regional Bruto Kota Bogor, Tahun 1985-2005, Badan Pusat Statistik (1993-2007).
Bogor: Badan Pusat Statistik (1985-2005). Badan Pusat Statistik Kota Tangerang, Produk
Badan Pusat Statistik Kota Depok, Kota Depok Dalam Domestik Regional Bruto Kota Tangerang,
Angka, Tahun 1999-2007, Depok: Badan Pusat Tahun 1985-2005, Tangerang: Badan Pusat
Statistik (1999-2007). Statistik (1985-2005).
Badan Pusat Statistik Kota Depok, Produk Domestik Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta, Provinsi
Regional Bruto Kota Depok, Tahun 1999-2005, DKI Jakarta Dalam Angka, Tahun 1987-1997,
Depok: Badan Pusat Statistik (1999-2005). DKI Jakarta: Badan Pusat Statistik (1987-
Badan Pusat Statistik Kota Jakarta Barat, Kota Jakarta 1997).
Barat Dalam Angka, Tahun 1998-2007, Buku Pegangan Penyelenggaraan Pembangunan
Jakarta Barat: Badan Pusat Statistik (1998- Pemerintah Daerah (2006)
2007). Dharmapatni, Ida Ayu Indira, Fenomena Mega-Urban
dan Tantangan Pengelolaannya dalam Bunga
225
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 21/No. 3 Desember 2010
Rampai Perencanaan Pembangunan di Rencana Strategis Daerah Provinsi DKI Jakarta 2002 –
Indonesia, Jakarta: Grasindo (1997). 2007
Dikun, Suyono (ed), Infrastruktur Indonesia Sebelum, Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Rencana
Selama, dan Pasca Krisis , Badan Perencanaan Tata Ruang Wilayah Nasional
Pembangunan Indonesia (2003). Utomo, Tri Widodo, Transformasi Struktural
Dinas Tata Ruang dan Permukiman Propinsi Jawa Perekonomian Indonesia Pada Tahun 2020:
Barat, Rencana Struktur Tata Ruang Permasalahan dan Tantangan, Online Journal,
Metropolitan Bandung 2005-2025, Bandung: diakses pada 15 Juni 2009.
Dinas Tata Ruang dan Permukiman Propinsi Villa, Luis Suarez, Metropolitan Evolution, Sectoral
Jawa Barat. Economic Change, and the City Size
Doxiadis, Constantinos A., Ekistics an Introduction to Distribution, Urban Studies, hlm. 1-20 (1988).
the Science of Human Settlements, London: Winarso, Haryo (ed), Metropolitan di Indonesia:
Hutchinson & Co (1968). Kenyataan dan Tantangan dalam Penataan
Evans, AW., Urban Economics: An Introduction, Ruang, Direktorat Jenderal Penataan Ruang,
Oxford: Basil Blackwell (1985). Departemen Pekerjaan Umum (2006).
Laporan Akhir Penataan Ruang Metropolitan Bandung, Yasin, Mohamad, Arti dan Tujuan Demografi dalam
Dinas Tata Ruang dan Permukiman Jawa Barat Dasar-Dasar Demografi, Jakarta: Lembaga
(2005). Demografi Fakultas Ekonomi Universitas
Peraturan Pemerintah No.26 Tahun 2008 tentang Indonesia (1981).
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2008 tentang
Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
2004 – 2009
i
Pola ini diawali oleh perkembangan beberapa sub pusat dalam struktur kota yang dilanjutkan dengan desentralisasi tinggi
pada sektor industri, hingga terbentuk spesialisasi pada pusat bisnsis yang berbasiskan sektor jasa.
ii
Pada tahun 1970 persentase kontribusi sektor pertanian terhadap perekonomian nasional mencapai 45%. (Hardi, 1996
dalam Utomo, 2009).
iii
Sektor jasa yang dimaksud dalam konteks ini ialah gabungan dari sektor – sektor jasa dalam PDRB yang terdiri dari sektor
perdagangan hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan persewaan dan jasa perusahaan
serta sektor jasa-jasa.
iv
Pada awalnya keterkaitan antar kawasan di Metropolitan Jabodetabek sangatlah terbatas, dimana setiap kota dan kabupaten
tumbuh dan berkembang tanpa kaitan erat dengan kawasan disekitarnya. Namun pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta yang
sangat pesat tetapi memiliki batasan pembangunan mengakibatkan pengalihan pembangunan ke kawasan di sekitarnya,
yaitu kawasan BOTABEK (Soegijoko dalam Lo dan Yeung, 1996). Selain peralihan pembangunan sektor perekonomian,
harga lahan di kawasan inti yang semakin meningkat mengakibatkan adanya migrasi penduduk keluar namun tetap
beraktivitas di kawasan inti DKI Jakarta. Keterkaitan industri di kawasan lingkar luar dan dalam terhadap kawasan inti
sebagai pusat aktivitas ekonomi, serta keterkaitan antara kawasan lingkar dalam sebagai kawasan pendukung aktivitas
masyarakat di kawasan inti menjadikan hubungan antar kawasan di Metropolitan Jabodetabek menjadi erat dan saling
membutuhkan antara satu dengan lainnya.
v
Merupakan perbandingan antara zona kawasan inti (DKI Jakarta) dengan kawasan lingkar dalam (Kota Bekasi, Kota
Tangerang, Kota Depok dan Kota Bogor) serta kawasan lingkar luar (Kabupaten Bogor, Kabupaten Bekasi dan Kabupaten
Tangerang).
vi
Berawal dari krisis monter yang terjadi di Asia Tenggara pada tahun 1996, perkembangan perekonomian di Indonesia pun
mengalami goncangan. Puncak krisis ekonomi ini ketika pada tahun 1998 dimana nilai tukar Rupiah terhadap dollar
Amerika mengalami titik terendah. Krisis ini menjadi semakin besar karena Indonesia mengalami krisis politik, hukum dan
sosial. Dampak krisis perekonomian adalah peningkatan jumlah kemiskinan dan peningkatan jumlah pengangguran. Krisis
ini mendorong munculnya era reformasi di Indonesia (Pudya,2008).
226