Anda di halaman 1dari 12

Arrauda Vioya

Tahapan Perkembangan Kawasan Metropolitan Jakarta


Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol. 21 No. 3, Desember 2010, hlm 215 – 226

TAHAPAN PERKEMBANGAN KAWASAN METROPOLITAN


JAKARTA

Arrauda Vioya

PT. Bank Negara Indonesia Tbk,


Gedung BNI Jalan Jendral Sudirman Kav. I, Jakarta10220
Email: arrauda_vioya@yahoo.com

Abstrak

Metropolitan Jakarta merupakan kawasan perkotaan terbesar di Indonesia bahkan di Asia


Tenggara, kawasan ini memiliki peran dan fungsi yang penting dalam mendukung
perekonomian nasional salah satunya ialah sebagai Pusat Kegiatan Nasional dan Ibukota
Negara Indonesia. Namun hingga saat ini kajian mengenai Metropolitan Jakarta masih
sangat terbatas, oleh sebab itu dibutuhkan suatu penjelasan karakteristik dan tahapan
perkembangan kawasan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan tahapan
perkembangan Kawasan Metropolitan Jakarta, yang didasari oleh karakteristik
perekonomian. Hasil dari penelitian ini merupakan suatu penjelasan mengenai tahapan
perkembangan Kawasan Metropolitan Jakarta sejak tahun 1985 yang diindikasikan
merupakan tahap awal pembentukkan metropolitan, serta perkiraan kondisi
perkembangannya saat ini hingga pada masa yang akan datang. Hasil penelitian ini dapat
digunakan sebagai referensi dalam melakukan antisipasi perencanaan kawasan, yang
diharapkan dapat meminimalisir persoalan yang mungkin terjadi serta mengoptimalkan
fungsi dan peran yang dimilikinya pada masa yang akan datang.

Kata Kunci: kawasan metropolitan, tahapan perkembangan, ekonomi metropolitan.

Abstract

Metropolitan Jakarta is the largest urban areas in Indonesia, even in Southeast Asia, this
region has an important role and function in supporting the national economy, which is the
National Events Centre and the State Capital of Indonesia. But the study of Metropolitan
Jakarta is still very limited, and therefore requires a description of the characteristics and
stages of development of the region. This study aimed to describe the stages of development of
Jakarta Metropolitan Region, which is based on the characteristics of the economy. Results
from this study is a description of the stages of development of the Jakarta Metropolitan
Region since 1985, which indicated an early stage of the formation of metropolitan, and
estimated to condition the current developments in the future. The results of this study can be
used as a reference in anticipation of the planning area, which is expected to minimize
problems that may occur and to optimize function and its role in the future.

Keywords: metropolitan areas, stages of development, the metropolitan economy

1. Pendahuluan atau secara administratif bersebelahan yang


disebut dengan konurbasi (McGee dan
Transformasi kota menjadi kawasan Robinson, 1995; Jones, 2001; Montgomery
metropolitan kerap kali terjadi di berbagai dkk, 2003; Doxiadis, 1969 dalam Winarso,
belahan dunia, begitu pula halnya dengan kota 2006). Metropolitan juga dapat diartikan
besar di Indonesia. Proses transformasi kota sebagai aglomerasi dari berbagai kawasan
menjadi metropolitan ini umumnya diawali permukiman, tidak harus kawasan permukiman
oleh bergabungnya kota-kota yang berdekatan yang bersifat kota, namun secara keseluruhan

215
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 21/No. 3 Desember 2010

membentuk satu kesatuan dalam aktivitas Mengingat peran dan pengaruh kawasan
bersifat kota dan bermuara pada pusat (kota metropolitan yang cukup besar, serta adanya
besar yang menjadi inti metropolitan) yang proses transformasi tentu akan mempengaruhi
dapat dilihat dari aliran tenaga kerja dan kondisi kawasan tersebut pada masa yang akan
aktivitas komersial (Winarso, 2006). datang. Makalah ini mengidentifikasi tahapan
perkembangan kawasan metropolitan di
Metropolitan diindikasikan oleh Angotti Indonesia berdasarkan aspek ekonomi untuk
(1993) mulai berkembang di berbagai kawasan mengetahui dan menjelaskan karakteristik
utama di dunia pada abad ke-20 dan tahapan perkembangan kawasan metropolitan
merupakan bentuk yang berbeda dari suatu sehingga dapat menjadi antisipasi terhadap
kota, karena memiliki ukuran yang lebih besar perencanaan kawasan metropolitan pada masa
dan kompleks dari segi ekonomi, politik dan yang akan datang.
budaya. Selain itu metropolitan juga umumnya
memiliki peranan yang besar secara global, Metropolitan Jakarta merupakan salah satu
sebagai contoh kawasan metropolitan di Kawasan Metropolitan terbesar di dunia dan
Indonesia memiliki peran dan fungsi khusus merupakan kawasan perkotaan terbesar di Asia
berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 47 Tenggara dengan jumlah penduduk mencapai
Tahun 1987 sebagai Pusat Kegiatan Nasional lebih dari 20 juta jiwa pada tahun 2007.
(PKN) untuk kota inti dan Pusat Kegiatan Pertumbuhan penduduknya yang pesat serta
Wilayah (PKW) yang berfungsi sebagai pintu tingkat kepadatan penduduk yang tinggi
gerbang kawasan internasional dan pusat menjadi salah satu faktor pendorong
kegiatan dan transportasi untuk beberapa pertumbuhan serta pembentukkan karakteristik
provinsi. perekonomian. Selain itu, perannya sebagai
ibukota negara juga menambah daya tarik bagi
Berdasarkan studi mengenai pola pendatang serta fungsi dan perannya sebagai
perkembangan metropolitan yang dilakukan kawasan metropolitan menjadikan kawasan ini
selama 35 tahun di berbagai negara di dunia semakin berkembang denangan pesat. Sejak
oleh Ingram (1997) diketahui adanya tahun 1975 sektor perekonomian di kawasan
kesamaan pola perkembangan yang ini telah didominasi oleh sektor sekunder dan
ditunjukkan oleh desentralisasi populasi dan tersier (Soegijoko dalam Lo dan Yeung, 1996),
sektor lapangan usahai. Berdasarkan yang merupakan kelompok sektor ciri khas
pengertian-pengertian diatas dapat ditarik perkotaan.
kesimpulan bahwa kawasan metropolitan
merupakan transformasi kumpulan kota 1.1 Kawasan Penelitian
melalui suatu tahapan atau pola perkembangan
tertentu yang dapat diindikasikan melalui
kondisi dan karakteristik ekonomi. Pendapat Lingkup wilayah studi pada penelitian ini ialah
ini didukung oleh Evans (1985) yang Kawasan Metropolitan Jakarta, namun batasan
menyatakan bahwa kondisi perekonomian wilayah suatu metropolitan merupakan batasan
mampu mengidentifikasikan perkembangan fungsional oleh sebab itu tidak ada batasan
kawasan, karena besarnya suatu kota sangat administrasi yang pasti. Oleh sebab itu,
dipengaruhi oleh faktor perekonomian yang penelitian ini menggunakan delineasi wilayah
ada. yang berasal dari Raperpres Metropolitan
Jabodetabek-Punjur pada tahun 2007 yang

216
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 21/No. 3 Desember 2010

menyatakan bahwa Kawasan Metropolitan ekonomi yang telah ditentukan secara


Jakarta terbagi ke dalam Provinsi DKI Jakarta time series.
sebagai pusat utama dengan luas daratan
661,52 km2 dan luas lautan sebesar 6.977,5 c. Analisis terhadap hasil kompilasi data dan
km2 yang terbagi menjadi lima wilayah informasi kondisi perekonomian
kotamadya yaitu Jakarta Pusat, Jakarta Utara, metropolitan dengan menggunakan
Jakarta Barat, Jakarta Selatan, dan Jakarta metode deskriptif-eksplanatori. Analisis
Timur. Selain itu, kawasan metropolitan ini ini dilakukan untuk melihat keterkaitan
memiliki sub-sub pusat pengembangan yaitu antar variabel yang ada selama jangka
Kota dan Kabupaten Bekasi, Kota dan waktu perkembangan kota metropolitan
Kabupaten Bogor, Kota Depok, dan Kota dan tersebut.
Kabupaten Tangerang.
d. Identifikasi tahapan perkembangan
1.2 Metodologi metropolitan berdasarkan hasil analisis
karakteristik ekonomi sesuai dengan
variabel dan indikator yang telah disusun.
Metode analisis tahapan perkembangan Melalui proses ini dapat diketahui tahapan
Metropolitan Jakarta ini secara umum perkembangan kawasan metropolitan di
menggunakan metode analisis deskriptif- Indonesia, dan tahap perkembangan yang
eksplanatori. Hal ini dikarenakan penelitian ini saat ini sedang dialami oleh Metropolitan
berusaha untuk menjelaskan suatu fakta yang Jakarta, serta antisipasi yang harus
terjadi serta hubungan antar variabel terkait dilakukan pada masa yang akan datang
secara deskriptif. Pada akhirnya, penelitian ini untuk mengendalikan serta
diharapkan dapat menjelaskan tahapan mengoptimalkan perkembangannya.
perkembangan Kawasan Metropolitan Jakarta
berdasarkan karakteristik variabel-variabel 2. Tinjauan Pustaka
yang telah ditentukan.Berikut ini merupakan
uraian metodologi yang dilakukan untuk 2.1 Definisi dan Konsep Perkembangan
mencapai tujuan dan sasaran penelitian. Metropolitan

a. Penentuan variabel pertumbuhan dan Berdasarkan UU No. 26 Tahun 2007, kawasan


perkembangan ekonomi berdasarkan studi metropolitan didefinisikan sebagai kawasan
literatur mengenai perkembangan yang terdiri atas sebuah kawasan perkotaan inti
metropolitan serta kebijakan yang berlaku dengan kawasan perkotaan di sekitarnya yang
di Indonesia serta ketersediaan data saling memiliki keterkaitan fungsional yang
tersebut. Penentuan variabel ini juga dihubungkan dengan sistem jaringan prasarana
dilakukan melalui studi teori wilayah yang terintegrasi dengan jumlah
perekonomian wilayah dan kota dalam penduduk keseluruhan sekurang-kurangnya
lingkup bidang Perencanaan Wilayah dan satu juta jiwa. Kawasan ini terbentuk melalui
Kota, khususnya yang berkaitan secara transformasi kota-kota yang berdekatan atau
langsung dengan kawasan metropolitan. secara administratif bersebelahan yang
b. Penyusunan data dan informasi membentuk konurbasi (McGee dan Robinson,
perekonomian berdasarkan variabel 1995; Jones, 2001; Montgomery dkk, 2003;
Doxiadis, 1969 dalam Winarso, 2006). Proses

217
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 21/No. 3 Desember 2010

transformasi ini memiliki pola yang sama di karakteristik perekonomian antara negara
berbagai metropolitan di dunia dan proses maju, yang kerap kali menjadi contoh dalam
tersebut dalam hal ini perkembangan suatu teori metropolitan, dengan negara berkembang
kota dapat diindikasikan oleh karakteristik seperti Indonesia. Oleh sebab itu, pada
aspek ekonomi (Villa, 1988; Ingram, 1997; penelitian ini dilakukan adaptasi beberapa
Evans, 1985). indikator perekonomian guna menjelaskan
karakteristik ekonomi kawasan metropolitan
Ingram (1997) telah melakukan penelitian yang sesuai dengan kondisi Indonesia. Secara
terhadap 35 metropolitan di berbagai belahan umum indikator perkembangan perekonomian
dunia dan menemukan adanya pola berdasarkan Biz Education UK dapat dilihat
perkembangan yang sama, sedangkan Villa dari empat hal yaitu, kondisi pertumbuhan
(1988) telah memformulasikan perkembangan ekonomi, kondisi perkembangan ekonomi,
metropolitan ke dalam sebuah tabel evolusi Indeks Pembangunan Manusia dan Indikator
metropolitan berdasarkan karakteristik Sosio-Ekonomi lainnya. Dalam penelitian ini,
penduduk dan perekonomian. Tabel evolusi indikator tersebut dikerucutkan kembali
metropolitan ini terbagi ke dalam enam fase menjadi indikator pertumbuhan ekonomi,
dalam tiga tahapan yaitu: tahap perkembangan indikator perkembangan ekonomi, dan
pesat yang terdiri dari fase satu dan dua; tahap indikator sosio-ekonomi lainnya. Hal ini
kedua ialah kematangan yang terdiri dari fase terkait dengan indikator perbandingan terhadap
tiga dan empat dengan fase tiga sebagai perekonomian nasional dimana metropolitan
puncak pertumbuhan metropolitan; dan tahap memiliki fungsi dan peran besar di Indonesia.
stabilitas yaitu pada fase lima dan enam yang
menunjukkan kestabilan kawasan serta Indikator pertumbuhan ekonomi bisa menjadi
kemungkinan terjadinya penurunan bagian dalam perkembangan ekonomi namun
perkembangan. Pada fase tersebut terdapat dua keduanya merupakan hal yang berbeda.
kemungkinan perkembangan dimana Indikator pertumbuhan ekonomi merupakan
metropolitan tersebut memiliki kesempatan ukuran dari nilai produksi barang dan jasa
untuk berkembang secara internasional atau dalam periode waktu tertentu, sedangkan
kemungkinan lainnya adalah terjadinya indikator perkembangan ekonomi merupakan
penurunan pertumbuhan. Hal ini bergantung ukuran dari tingkat kesejahteraan masyarakat
dengan kebijakan yang diterapkan dalam dalam suatu komunitas. Adapun variabel dari
pengembangan kawasan metropolitan tersebut pertumbuhan ekonomi ialah pendapatan per
pada masa yang akan datang kapita, PDRB, serta perbandingan antara
pendapatan nasional dan pendapatan daerah.
Variabel perkembangan ekonomi dapat dilihat
2.2 Teori dan Konsep Perkembangan dari tingkat kemiskinan, kesenjangan
Ekonomi Kawasan Metropolitan antargolongan ekonomi masyarakat dan
ketimpangan antarwilayah di kawasan
metropolitan. Berikut ini merupakan hasil
Teori metropolitan Villa (1988) dan Ingram analisis indikator tersebut dalam menjelaskan
(1997) tidak sepenuhnya dapat diterapkan tahapan perkembangan Metropolitan Jakarta.
untuk menjelaskan pola perkembangan
metropolitan di Indonesia. Hal ini dikarenakan
keterbatasan data serta adanya perbedaan

218
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 21/No. 3 Desember 2010

2. Tahapan Perkembangan
Metropolitan Jakarta
Suatu kumpulan kota dapat digolongkan sejak tahun 2003 peningkatan jumlah
menjadi metropolitan apabila jumlah penduduk tidak terlalu besar jika dibandingkan
penduduknya telah mencapai satu juta jiwa. dengan tahun-tahun sebelumnya. Hal ini dapat
Pada tahun 1987, jumlah penduduk terlihat dari laju pertumbuhan penduduk yang
Metropolitan Jakarta sudah mencapai 15 juta terus mengalami penurunan. Berikut ini
jiwa. Peningkatan jumlah penduduk ini secara merupakan grafik laju pertumbuhan penduduk
umum terus terjadi hingga saat ini, namun di kawasan Metropolitan Jakarta.

Gambar 1
Laju Pertumbuhan Penduduk Kawasan Metropolitan Jabodetabek Tahun 1987-1988 hingga 2006-
2007

Sumber: Hasil Analisis, 2009

Gambar di atas menunjukkan bahwa laju banyaknya pendatang di DKI Jakarta, baik dari
pertumbuhan penduduk pada tahun 1989-1990 kota-kota sekitarnya maupun kota-kota yang
di mencapai titik tertinggi yaitu sebesar 8,6% letaknya jauh dari DKI Jakarta. Hal ini
sedangkan pada tahun 2000-2001 mencapai kemudian menyebabkan pertumbuhan
titik terendah yaitu sebesar -2,45%. Salah satu penduduk DKI Jakarat bukan merupakan
penyebab tingginya jumlah penduduk di penduduk asli DKI Jakarta.
Metropolitan Jakarta ialah tingginya daya tarik
kota inti metropolitan yaitu DKI Jakarta. Apabila dilihat secara lebih rinci hingga
Sebagai kota inti, DKI Jakarta memiliki pertumbuhan per kota dan kabupaten di
berbagai macam faktor penarik bagi para kawasan metropolitan diketahui bahwa pada
pendatang. Peran DKI Jakarta sebagai ibukota tahun 2001 terjadi penurunan jumlah penduduk
negara menyebabkan peluang terbukanya di beberapa kabupaten dan kota di
lapangan pekerjaan cukup besar. Segala Metropolitan Jabodetabek yang bersamaan
fasilitas yang dimiliki serta kegiatan-kegiatan dengan peningkatan jumlah penduduk di
yang terdapat di dalamnya menyebabkan kabupaten dan kota lainnya di luar

219
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 21/No. 3 Desember 2010

Metropolitan Jabodetabek. Adapun pertumbuhan ekonomi yang pesat. Akibat


peningkatan jumlah penduduk terjadi di pertumbuhan penduduk dan ekonomi yang
Jakarta Utara, Jakarta Selatan, Kota Bogor, pesat, kawasan ibukota tidak mampu lagi
Kabupaten Bogor, Kota Depok, Kota mendukung perkembangan tersebut sehingga
Tangerang, Kota Bekasi, dan Kabupaten berdampak pada pembangunan kawasan di
Bekasi. Peningkatan jumlah penduduk yang sekitar ibukota yang berfungsi mendukung
paling tinggi terjadi di Kota Depok dengan laju akivitas di kota Inti. Berdasarkan Peraturan
pertumbuhan penduduk pada tahun 2000-2001 Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang
sebesar 23,81%. RTRWN, Raperpres Jabodetabek-Punjur, dan
RTRK Jabodetabek-Punjur, kawasan kawasan
Kondisi kependudukan tersebut sedikit banyak pendukung tersebut merupakan kawasan
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh kondisi penyangga atau kota satelit yang berperan
dan karakteristik perekonomian kawasan sebagai satu kesatuan dengan DKI Jakarta
metropolitan. Kawasan DKI Jakarta sejak era dalam optimalisasi kawasan Metropolitan
tahun 1970 telah memiliki karakteristik Jabodetabek sebagai Pusat kegiatan Nasional
perekonomian yang unik. Tingginya kontribusi (PKN).
kelompok sektor sekunder dan tersier sudah
melampaui sektor primer di saat provinsi lain Hal ini menjadikan kawasan DKI Jakarta yang
di Indonesia masih mengandalkan sektor awalnya merupakan suatu kota yang terus
primer sebagai sumber utama pendapatanii. berkembang hingga akhirnya bertransformasi
Fungsi DKI Jakarta sebagai ibukota negara menjadi kawasan metropolitan. Dalam proses
menuntut keoptimalan perannya sebagai pusat identifikasi tahap perkembangan kawasan
pemerintahan dan kota internasional yang Metropolitan Jakarta, hal ini menjadi penting
menampilkan citra bangsa dan negara bagi untuk diperhatikan karena pertumbuhan kota
dunia luar karena merupakan tempat inti dan kota penyangga tentu memiliki
kedudukan hampir keseluruhan perangkat karakteristik yang berbeda. Hal tersebut telah
pemerintahan tingkat nasional, perwakilan dikaji sebelumnya oleh Mamas dan
negara-negara asing, pusat perusahaan- Komalasari (2004) yang mengelompokkan
perusahaan multi nasional, dan gerbang utama kota dan kabupaten di kawasan Metropolitan
wisatawan mancanegara (Renstrada Provinsi Jakarta berdasarkan zona pertumbuhannya.
DKI Jakarta 2002-2007). Selain itu, provinsi Oleh sebab itu, analisis tahapan perkembangan
ini juga beperan sebagai kota jasa yang Kawasan Metropolitan Jakarta dilakukan
menjadikan kawasan ini sebagai pusat berdasarkan pembagian zona tersebut. Berikut
pelayanan masyarakat, pusat perdagangan dan ini merupakan pengelompokkan kawasan
distribusi, pusat keuangan, pusat pariwisata, metropolitan tersebut:
serta pusat pelatihan dan informasi.  Core (Zona Inti)
Zona ini merupakan zona inti kawasan
Peran DKI Jakarta yang beragam Metropolitan Jabodetabek yang terdiri
mengakibatkan terbukanya lapangan pekerjaan dari Kota Jakarta Barat, Jakarta Timur,
yang besar. Hal ini menjadikan daya tarik Jakarta Pusat, Jakarta Selatan dan Jakarta
khusus bagi pendatang untuk mengadu nasib di Utara.
Jakarta. Jumlah pendatang yang masuk ke  Inner Zone (Zona Lingkar Dalam)
kawasan ini cukup besar, dan pertumbuhan Zona ini merupakan area perkotaan yang
penduduk tersebut mengakibatkan mengelilingi Metropolitan Jabodetabek.

220
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 21/No. 3 Desember 2010

Terdiri dari Kota Bekasi, Kota Bogor, Pertumbuhan sektor industri dan jasa di
Kota Depok dan Kota Tangerang. Metropolitan Jabodetabek memiliki pola yang
 Outer Zone (Zona Lingkar Luar) sama dengan pertumbuhan ekonomi sektoral
Zona ini merupakan kawasan lingkar dalam teori evolusi metropolitan Villa (1987).
terluar metropolitan yang terdiri dari Hal ini diindikasikan oleh kecenderungan
Kabupaten Bekasi, Kabupaten Bogor dan pertumbuhan sektor industri dan penurunan
Kabupaten Tangerang. sektor jasaiii pada tahap perkembangan awal
hingga mencapai puncak pertumbuhan
metropolitan. Pada tahap selanjutnya yaitu fase
3.1 Pertumbuhan Ekonomi Metropolitan kematangan (maturity) metropolitan,
Jakarta pertumbuhan sektor industri mengalami
penurunan sedangkan sektor jasa mengalami
peningkatan. Berdasarkan analisis yang telah
Analisis mengenai pertumbuhan ekonomi dilakukan, saat ini Metropolitan Jabodetabek
Metropolitan Jakarta menggunakan data tengah berada pada fase kematangan
perbandingan kontribusi kelompok sektor metropolitan dengan puncak pertumbuhan
dalam PDRB dan laju pertumbuhan PDRB pada rentang tahun 1990 – 1995.
secara time series serta karakteristik
perekonomian terkait lainnya. Data ini dapat Berikutnya ialah variabel skala pelayanan
dibandingkan dengan teori evolusi Metropolitan Jakarta, pada rentang tahun 1990
metropolitan Villa (1988), khususnya variabel hingga 1995 yang diperkirakan merupakan
kontribusi kelompok sektor, cakupan puncak pertumbuhan, skala pelayanan
pelayanan, tingkat keterkaitan antarwilayah, Metropolitan Jakarta juga semakin
serta aglomerasi ekonomi sehingga dapat berkembang bahkan hingga skala
diketahui tahapan evolusi Metropolitan Jakarta internasional. Hal ini diindikasikan oleh
saat ini. Berikut ini merupakan grafik hasil jumlah investasi asing serta meningkatnya
analisis kontribusi kelompok sektor PDRB pembukaan kantor cabang perusahaan
Metropolitan Jakarta. perusahaan asing di Metropolitan Jabodetabek
sebagai salah satu basis perusahaan tersebut
khususnya di kawasan Asia Tenggara. Hal ini
Gambar 2
Kontribusi Kelompok Sektor juga diungkapkan oleh Villa (1988),
PDRB Metropolitan Jabodetabek berdasarkan teori tersebut jika suatu
metropolitan telah memiliki skala pelayanan
hingga tingkat internasional, namun skala
pelayanan utama ialah tingkat nasional maka
metropolitan tersebut tengah berada pada fase
keempat yang merupakan fase kematangan
metropolitan.
Tingkat keterkaitan antar kawasan di dalam
metropolitan juga dapat mengindikasikan
Sumber: Hasil Analisis berdasarkan data BPS,
tahapan perkembangan metropolitan tersebut.
2009 Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Mamas
dan Komalasari (2004), kota dan kabupaten di
Metropolitan Jakarta membentuk tiga zona

221
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 21/No. 3 Desember 2010

dengan karakteristik pertumbuhan yang 3.2 Perkembangan Ekonomi Metropolitan


berbeda didasari oleh lokasi dan peran masing
masing zona dalam optimalisasi peran dan
fungsi kawasan metropolitan. Hal ini Selain analisis pertumbuhan ekonomi,
mengindikasikan adanya keterkaitan dilakukan pula analisis perkembangan
antarkawasan di area Metropolitan Jakarta. ekonomi untuk melihat tingkat kesejahteraan
Keterkaitan ini tidak terjadi begitu saja, masyarakat di kawasan Metropolitan Jakarta.
melainkan melalui suatu proses seiring dengan Analisis ini menggunakan metode time series
tumbuh dan berkembangnya kawasan terhadap: Gini Coefficient untuk mengukur
metropolitaniv. Berdasarkan teori evolusi tingkat kesenjangan antargolongan ekonomi
metropolitan Villa (1987) mengenai tingkat masyarakat di setiap kota dan kabupaten di
keterkaitan antar kawasan metropolitan, Metropolitan Jakarta; Indeks Williamson untuk
keterkaitan antarkawasan di Metropolitan mengukur tingkat kesenjangan antarwilayah di
Jakarta yang signifikan dan menyeluruh pada Metropolitan Jakarta; serta persentase jumlah
saat ini mengindikasikan tahap perkembangan penduduk miskin. Berdasarkan analisis Gini
pada fase keempat. Coefficient diketahui bahwa kesenjangan
antargolongan masyarakat di kota dan
Tingginya pertumbuhan sektor industri di kabupaten yang terletak di Metropolitan
Metropolitan Jakarta memicu tumbuhnya Jakarta tergolong rendah karena nilainya
aglomerasi ekonomi. Penghematan yang dapat berada di bawah 0,4. Seiring dengan
diperoleh perusahaan akibat lokasi yang pertumbuhan ekonomi dan berkembangnya
berdekatan dan strategis serta efek aglomerasi metropolitan nilai Gini Ratio pun semakin
ekonomi tersebut dalam meningkatkan laju menurun kecuali di kawasan inti metropolitan
pertumbuhan ekonomi mengakibatkan yang mengalami peningkatan. Namun,
aglomerasi di kawasan metropolitan terus peningkatan tersebut relatif kecil, yaitu dari
berkembang dan meluas. Suatu studi 0,30 pada tahun 1993 menjadi 0,41 pada tahun
memperkirakan aglomerasi di Metropolitan 2002.
Jakarta akan menyatu hingga Metropolitan Berdasarkan analisis dan perhitungan Indeks
Bandung atau dikenal dengan istilah extended Williamson diketahui bahwa semakin
metropolitan region. Tingginya tingkat meningkatnya pertumbuhan ekonomi di
aglomerasi juga merupakan indikasi Metropolitan Jakarta mengakibatkan semakin
perkembangan suatu metropolitan, semakin tingginya tingkat ketimpangan antara zona
tinggi tingkat aglomerasi menunjukkan pertumbuhanv di dalamnya. Hal ini diakibatkan
semakin berkembangnya kawasan tersebut. oleh pertumbuhan ekonomi kawasan inti yang
Berdasarkan karakteristik tingkat aglomerasi sangat pesat serta jumlah penduduk kawasan
yang saat ini terus mengalami peningkatan inti yang relatif lebih kecil menjadikan
maka dalam teori tahap evolusi metropolitan pendapatan per kapita kawasan inti jauh lebih
Villa (1987) saat ini Metropolitan Jakarta besar jika dibandingkan dengan kawasan
berada pada fase keempat yang merupakan pendukungnya terutama jika dibandingkan
fase puncak peningkatan aglomerasi. dengan kawasan lingkar luar yang
pertumbuhan ekonominya tidak sebesar
kawasan lingkar dalam dan kawasan inti.

222
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 21/No. 3 Desember 2010

Persentase jumlah penduduk miskin di keunggulan komparatif, sehingga hasil dari


Metropolitan Jakarta juga relatif rendah sektor-sektor tersebut tidak hanya dapat
apabila dibandingkan dengan jumlah penduduk memenuhi kebutuhan di wilayah metropolitan
miskin di Indonesia secara keseluruhan. saja tetapi juga memiliki potensi untuk
Berdasarkan data tahun 2005, persentase diekspor keluar wilayah. Adapun sektor-sektor
penduduk miskin di kawasan metropolitan yang bukan merupakan sektor basis ialah
memiliki nilai tengah 3,8% dengan nilai sektor pertanian, pertambangan dan
terendah 0,7% dan nilai tertinggi 13,5%. penggalian, serta jasa. Persentase kelompok
Sementara itu, persentase penduduk miskin di sektor primer di kawasan metropolitan
Indonesia pada tahun yang sama mencapai cenderung mengalami penurunan dan nilainya
15,97%. Kecenderungan yang terjadi ialah kurang dari 0,1, hal ini disebabkan oleh
peningkatan persentase penduduk miskin pada karakteristik perkotaan yang sebagian besar
masa krisis ekonomi 1998vi dalam jumlah merupakan aktivitas non-pertanian sehingga
besar, namun seiring dengan pertumbuhan sektor primer tidak dapat berkembang.
perekonomian secara umum persentase Sedangkan untuk sektor jasa memiliki nilai LQ
penduduk miskin di Metropolitan Jakarta terus mendekati 1 karena sektor ini merupakan
mengalami penurunan. sektor yang berorientasi terhadap pelayanan
masyarakat dan bukan berorientasi kepada
3.2 Perbandingan Perekonomian profit sehingga sektor ini lebih diutamakan
Metropolitan dengan Nasional untuk memenuhi kebutuhan wilayah
metropolitan saja.
Peran metropolitan yang besar terhadap
perekonomian nasional merupakan dasar 4. Kesimpulan
digunakannya analisis mengenai perbandingan
perekonomian metropolitan dengan nasional. a. Jumlah penduduk kawasan Metropolitan
Analisis yang dilakukan untuk mengetahui hal Jakarta terus meningkat dengan rata-rata
ini ialah perhitungan kontribusi PDRB laju pertumbuhan penduduk mencapai
Metropolitan Jakarta terhadap PDB Nasional 2,59% setiap tahun. Namun sejak tahun
serta nilai Location Quotient (LQ) 2003 pertambahan penduduk tidak terlalu
Metropolitan Jakarta. Berdasarkan hasil besar jika dibandingkan dengan tahun-
analisis, kontribusi PDRB Metropolitan Jakarta tahun sebelumnya. Perubahan jumlah
terhadap perekonomian nasional terus penduduk di kawasan Metropolitan
mengalami peningkatan. Pada tahun 1985 Jabodetabek diperkirakan akibat naiknya
tercatat kontribusi pendapatan regional harga lahan, bencana banjir, jumlah
Metropolitan Jakarta sebesar 12,27% terhadap pendatang, keadaan ekonomi, dan
pendapatan nasional, jumlah ini terus penggusuran.
meningkat dan pada tahun 2005 persentase
kontribusi tersebut mencapai 22,20% terhadap b. Kepadatan penduduk kawasan
pendapatan nasional. Metropolitan Jabodetabek dari tahun 1987
terus meningkat hingga tahun 2007,
Perhitungan LQ di kawasan Metropolitan walaupun terjadi sedikit penurunan pada
Jakarta menunjukkan bahwa sebagian besar tahun 2001. Apabila dilihat dari
sektor lapangan usaha di kawasan ini kepadatan penduduk per kabupaten dan
merupakan sektor basis dan memiliki kota, kepadatan penduduk yang terjadi di

223
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 21/No. 3 Desember 2010

kawasan inti cenderung menurun, tetapi berada pada fase keempat atau fase
tingkat kepadatan di kawasan lingkar luar kematangan yang diperkirakan akan
dan dalam mengalami peningkatan. mengalami tahap kestabilan atau
penurunan pertumbuhan pada masa yang
c. Berdasarkan analisis terhadap kondisi akan datang, dengan puncak pertumbuhan
pertumbuhan ekonomi dan teori evolusi diperkirakan terjadi pada rentang tahun
metropolitan Villa (1987), diketahui 1990-1995.
bahwa saat ini Metropolitan Jakarta

Tabel 1 Tahapan perkembangan Metropolitan Jakarta

No Indikator Fase 1 Fase 2 Fase 3 Fase 4 Fase 5 Fase 6


1 Pertumbuhan Sektor Industri
Pertumbuhan Sektor Jasa
2 Aglomerasi Ekonomi
3 Cakupan Pelayanan
4 Keterkaitan antar Kawasan
Sumber: Hasil Analisis, 2009

d. Tingkat ketimpangan antarkawasan di Ucapan Terima Kasih


Metropolitan Jakarta terus mengalami
peningkatan seiring dengan Penulis mengucapkan terima kasih kepada
perkembangannya. Ketimpang tersebut Haryo Winarso, Ir., M.Eng., Ph.D untuk
diindikasikan oleh kesenjangan dalam arahan dan bimbingan sehingga artikel ini
perbandingan pendapatan per kapita di dapat ditulis. Terima kasih juga kepada dua
masing-masing zona pertumbuhan. mitra bestari yang telah memberikan komentar
e. Tingkat kesenjangan antargolongan yang berharga.
ekonomi masyarakat di kawasan
metropolitan relatif kecil dan terus Daftar Pustaka
mengalami penurunan seiring dengan
berkembangnya metropolitan. Namun ______, Indicators of Economic Development,
kasus perubahan tingkat kesenjangan www.bized.co.uk, diakses pada 3 Mei 2009.
yang berbeda terjadi di kawasan inti Adiasasmita, Rahardjo, Dasar Dasar Ekonomi Wilayah,
Yogyakarta: Graha Ilmu (2005).
Metropolitan Jakarta. Hal yang terjadi di
Angotti, Tom, New Anti-Urban Theories of the
kawasan ini ialah semakin
Metropolitan Region: “Planet of Slums” and
berkembangnya metropolitan semakin
Apocalyptic Regionalism. Paper presented at
meningkat pula tingkat kesenjangan Collegiate School of Planners Conference
antargolongan ekonomi masyarakat. (2005).
f. Tingkat kontribusi Metropolitan Jakarta Antara News, Korban Penggusuran DKI Januari-Juli
juga semakin meningkat, seiring dengan 12 ribu Orang,
semakin berkembangnya metropolitan www.antara.co.id/view/?i=1219751674&c=NA
tersebut. S&s=, diakses pada 3 September 2009.
Antara News. Sebagian Jakarta Tergenang, Ribuan
Orang Mengungsi,
www.antara.co.id/print/1226645474, diakses
pada 3 September 2009.

224
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 21/No. 3 Desember 2010

Becker, CA Duberson, et al., “Cities Treansformed” in Badan Pusat Statistik Kota Jakarta Barat, Produk
Cities Transformed by National Research Domestik Regional Bruto Kota Jakarta Barat,
Council, 300-354, Washington DC: The Tahun 1998-2005, Jakarta Barat: Badan Pusat
National Academic Press (2003). Statistik (1998-2005).
Badan Pusat Statistik Kabupaten Bekasi, Kabupaten Badan Pusat Statistik Kota Jakarta Pusat, Kota Jakarta
Bekasi Dalam Angka, Tahun 1987-2007, Pusat Dalam Angka, Tahun 1998-2007, Jakarta
Bekasi: Badan Pusat Statistik (1987-2007). Pusat: Badan Pusat Statistik (1998-2007).
Badan Pusat Statistik Kabupaten Bekasi, Produk Badan Pusat Statistik Kota Jakarta Pusat, Produk
Domestik Regional Bruto Kabupaten Bekasi, Domestik Regional Bruto Kota Jakarta Pusat,
Tahun 1985-2005, Bekasi: Badan Pusat Tahun 1998-2005, Jakarta Pusat: Badan Pusat
Statistik (1985-2005) Statistik (1998-2005).
Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor, Kabupaten Badan Pusat Statistik Kota Jakarta Selatan, Kota
Bogor Dalam Angka, Tahun 1987-2007, Bogor: Jakarta Selatan Dalam Angka, Tahun 1998-
Badan Pusat Statistik (1987-2007). 2007, Jakarta Selatan: Badan Pusat Statistik
Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor, Produk (1998-2005).
Domestik Regional Bruto Kabupaten Bogor, Badan Pusat Statistik Kota Jakarta Selatan, Produk
Tahun 1985-2005, Bekasi: Badan Pusat Domestik Regional Bruto Kota Jakarta Selatan,
Statistik (1985-2005). Tahun 1998-2005, Jakarta Selatan: Badan Pusat
Badan Pusat Statistik Kabupaten Tangerang, Kabupaten Statistik (1998-2005).
Tangerang Dalam Angka, Tahun 1987-2007 Badan Pusat Statistik Kota Jakarta Timur, Kota Jakarta
Tangerang: Badan Pusat Statistik (1987-2007). Timur Dalam Angka, Tahun 1998-2007, Jakarta
Badan Pusat Statistik Kabupaten Tangerang, Produk Timur: Badan Pusat Statistik (1998-2007).
Domestik Regional Bruto Kabupaten Badan Pusat Statistik Kota Jakarta Timur, Produk
Tangerang, Tahun 1985-2005 Tangerang: Domestik Regional Bruto Kota Jakarta Timur,
Badan Pusat Statistik (1985-2005). Tahun 1998-2005, Jakarta Timur: Badan Pusat
Badan Pusat Statistik Kota Bekasi, Kota Bekasi Dalam Statistik (1998-2005).
Angka, Tahun 1996-2007, Bekasi: Badan Pusat Badan Pusat Statistik Kota Jakarta Utara, Kota Jakarta
Statistik (1996-2007). Utara Dalam Angka, Tahun 1998-2007, Jakarta
Badan Pusat Statistik Kota Bekasi, Produk Domestik Utara: Badan Pusat Statistik (1998-2007).
Regional Bruto Kota Bekasi, Tahun 1996-2005, Badan Pusat Statistik Kota Jakarta Utara, Produk
Bekasi: Badan Pusat Statistik (1996-2005). Domestik Regional Bruto Kota Jakarta Utara,
Badan Pusat Statistik Kota Bogor, Kota Bogor Dalam Tahun 1998-2005, Jakarta Utara: Badan Pusat
Angka, Tahun 1987-2007, Bogor: Badan Pusat Statistik (1998-2005).
Statistik (1987-2007). Badan Pusat Statistik Kota Tangerang, Kota Tangerang
Badan Pusat Statistik Kota Bogor, Produk Domestik Dalam Angka, Tahun 1993-2007, Tangerang:
Regional Bruto Kota Bogor, Tahun 1985-2005, Badan Pusat Statistik (1993-2007).
Bogor: Badan Pusat Statistik (1985-2005). Badan Pusat Statistik Kota Tangerang, Produk
Badan Pusat Statistik Kota Depok, Kota Depok Dalam Domestik Regional Bruto Kota Tangerang,
Angka, Tahun 1999-2007, Depok: Badan Pusat Tahun 1985-2005, Tangerang: Badan Pusat
Statistik (1999-2007). Statistik (1985-2005).
Badan Pusat Statistik Kota Depok, Produk Domestik Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta, Provinsi
Regional Bruto Kota Depok, Tahun 1999-2005, DKI Jakarta Dalam Angka, Tahun 1987-1997,
Depok: Badan Pusat Statistik (1999-2005). DKI Jakarta: Badan Pusat Statistik (1987-
Badan Pusat Statistik Kota Jakarta Barat, Kota Jakarta 1997).
Barat Dalam Angka, Tahun 1998-2007, Buku Pegangan Penyelenggaraan Pembangunan
Jakarta Barat: Badan Pusat Statistik (1998- Pemerintah Daerah (2006)
2007). Dharmapatni, Ida Ayu Indira, Fenomena Mega-Urban
dan Tantangan Pengelolaannya dalam Bunga

225
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 21/No. 3 Desember 2010

Rampai Perencanaan Pembangunan di Rencana Strategis Daerah Provinsi DKI Jakarta 2002 –
Indonesia, Jakarta: Grasindo (1997). 2007
Dikun, Suyono (ed), Infrastruktur Indonesia Sebelum, Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Rencana
Selama, dan Pasca Krisis , Badan Perencanaan Tata Ruang Wilayah Nasional
Pembangunan Indonesia (2003). Utomo, Tri Widodo, Transformasi Struktural
Dinas Tata Ruang dan Permukiman Propinsi Jawa Perekonomian Indonesia Pada Tahun 2020:
Barat, Rencana Struktur Tata Ruang Permasalahan dan Tantangan, Online Journal,
Metropolitan Bandung 2005-2025, Bandung: diakses pada 15 Juni 2009.
Dinas Tata Ruang dan Permukiman Propinsi Villa, Luis Suarez, Metropolitan Evolution, Sectoral
Jawa Barat. Economic Change, and the City Size
Doxiadis, Constantinos A., Ekistics an Introduction to Distribution, Urban Studies, hlm. 1-20 (1988).
the Science of Human Settlements, London: Winarso, Haryo (ed), Metropolitan di Indonesia:
Hutchinson & Co (1968). Kenyataan dan Tantangan dalam Penataan
Evans, AW., Urban Economics: An Introduction, Ruang, Direktorat Jenderal Penataan Ruang,
Oxford: Basil Blackwell (1985). Departemen Pekerjaan Umum (2006).
Laporan Akhir Penataan Ruang Metropolitan Bandung, Yasin, Mohamad, Arti dan Tujuan Demografi dalam
Dinas Tata Ruang dan Permukiman Jawa Barat Dasar-Dasar Demografi, Jakarta: Lembaga
(2005). Demografi Fakultas Ekonomi Universitas
Peraturan Pemerintah No.26 Tahun 2008 tentang Indonesia (1981).
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2008 tentang
Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
2004 – 2009

i
Pola ini diawali oleh perkembangan beberapa sub pusat dalam struktur kota yang dilanjutkan dengan desentralisasi tinggi
pada sektor industri, hingga terbentuk spesialisasi pada pusat bisnsis yang berbasiskan sektor jasa.
ii
Pada tahun 1970 persentase kontribusi sektor pertanian terhadap perekonomian nasional mencapai 45%. (Hardi, 1996
dalam Utomo, 2009).
iii
Sektor jasa yang dimaksud dalam konteks ini ialah gabungan dari sektor – sektor jasa dalam PDRB yang terdiri dari sektor
perdagangan hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan persewaan dan jasa perusahaan
serta sektor jasa-jasa.
iv
Pada awalnya keterkaitan antar kawasan di Metropolitan Jabodetabek sangatlah terbatas, dimana setiap kota dan kabupaten
tumbuh dan berkembang tanpa kaitan erat dengan kawasan disekitarnya. Namun pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta yang
sangat pesat tetapi memiliki batasan pembangunan mengakibatkan pengalihan pembangunan ke kawasan di sekitarnya,
yaitu kawasan BOTABEK (Soegijoko dalam Lo dan Yeung, 1996). Selain peralihan pembangunan sektor perekonomian,
harga lahan di kawasan inti yang semakin meningkat mengakibatkan adanya migrasi penduduk keluar namun tetap
beraktivitas di kawasan inti DKI Jakarta. Keterkaitan industri di kawasan lingkar luar dan dalam terhadap kawasan inti
sebagai pusat aktivitas ekonomi, serta keterkaitan antara kawasan lingkar dalam sebagai kawasan pendukung aktivitas
masyarakat di kawasan inti menjadikan hubungan antar kawasan di Metropolitan Jabodetabek menjadi erat dan saling
membutuhkan antara satu dengan lainnya.
v
Merupakan perbandingan antara zona kawasan inti (DKI Jakarta) dengan kawasan lingkar dalam (Kota Bekasi, Kota
Tangerang, Kota Depok dan Kota Bogor) serta kawasan lingkar luar (Kabupaten Bogor, Kabupaten Bekasi dan Kabupaten
Tangerang).
vi
Berawal dari krisis monter yang terjadi di Asia Tenggara pada tahun 1996, perkembangan perekonomian di Indonesia pun
mengalami goncangan. Puncak krisis ekonomi ini ketika pada tahun 1998 dimana nilai tukar Rupiah terhadap dollar
Amerika mengalami titik terendah. Krisis ini menjadi semakin besar karena Indonesia mengalami krisis politik, hukum dan
sosial. Dampak krisis perekonomian adalah peningkatan jumlah kemiskinan dan peningkatan jumlah pengangguran. Krisis
ini mendorong munculnya era reformasi di Indonesia (Pudya,2008).

226

Anda mungkin juga menyukai