Anda di halaman 1dari 21

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Sibolga terletak di Jalan Gatot

Subroto, Kelurahan Pondok Batu Kecamatan Sarudik Kabupaten Tapanuli Tengah

Provinsi Sumatera Utara.Daerah ini berada pada sisi pantai Teluk Tapian Nauli

menghadap ke arah lautan Hindia. Letak geografis Pelabuhan Perikanan

Nusantara (PPN) Sibolga terletak pada 1°43'9" Lintang Utara 98°47'47" Bujur

Timur.Daerah ini merupakan daerah teluk pesisir selatan. Pelabuhan Perikanan

Nusantara (PPN) Sibolga dibangun sejak tahun 1993 dengan luas pelabuhan13,9

hektar.

Aktivitas yang ada di pelabuhan perikanan secara umum terdiri dari

aktivitas tambat labuh kapal, pendaratan hasil tangkapan, pemasaran hasil

tangkapan,pengolahan hasil tangkapan, pengisian perbekalan melaut, perbaikan

dan perawatan alat tangkap, serta perbaikan dan perawatan kapal.

Kabupaten Tapanuli Tengah merupakan salah satu kabupaten yang

mempunyai potensi perikanan yang cukup menjanjikan terutama dibidang

penangkapan. Salah satu kegiatan penangkapan yang terdapat di Kabupaten

Tapanuli Tengah yaitu dengan menggunakan alat tangkap bagan perahu.

Alat penangkapan merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi

hasil tangkapan, dimana dalam melakukan penangkapan harus menggunakan alat

tangkap agar ikan lebih mudah ditangkap. Pentingnya suatu alat tangkap

memungkinkan adanya perkembangan dari konstruksi alat tangkap tersebut agar


2

dalam melakukan penangkapan dapat memperoleh hasil yang optimal dan tidak

merusak ekosistem pantai.

Berkaitan dengan konstruksi alat penangkapan ikan yang digunakan dalam

kegiatan penangkapan, alat tangkap ini membutuhkan perawatan-perawatan

terhadap alat tangkap tersebut. Sehingga penulis tertarik untuk melakukan praktik

magang dengan judul “Aktivitas Perawatan Alat Tangkap Purse Seine di

Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Sibolga, Sumatera Utara”.

1.2. Tujuan Praktek Magang

Praktek magang ini bertujuan untuk mengetahui secara langsung

bagaimana aktifitas perawatan alat tangkap purse seine yang ada di Pelabuhan

Perikanan Nusantara (PPN) Sibolga, Sumatera Utara. Dan untuk mengetahui

kendala dan permasalahan serta mencari alternatif pemecahan masalah yang

dihadapi.

1.3. Manfaat Praktek Magang

Manfaat yang didapat setelah praktik magang adalah dapat mengetahui

aktifitas perawatan alat tangkap purse seineyangterdapat di Pelabuhan Perikanan

Nusantara (PPN) Sibolga,Sumatera Utara. Manfaat lainnya yaitu agar dapat

mengetahui keadaan sebenarnya perawatan alat tangkap tersebut serta dapat

membandingkan antara ilmu yang didapat dari perkuliahan dengan keadaan

sebenarnya di lapangan.
3

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pelabuhan Perikanan

2.1.1. Pengertian Pelabuhan Perikanan

Pelabuhan(port) adalah daerah perairan yang terlindung terhadap

gelombang, yang dilengkapai dengan fasilitas laut meliputi dermaga dimana kapal

dapat bertambat untuk bongkar muat barang, kran-kran penyimpanan untuk

bongkar muat barang, gudang laut (transito) dan tempat penyimpanan dimana

kapal membongkar muatanya serta gudang dimana barang dapat disimpan dalam

waktu yang lebih lama selama menunggu pengiriman kedaerah tujuan atau

pengapalan (Triatmodjo, 2003).

Dirjen Perikanan (2002), mendefinisikan bahwa pelabuhan perikanan

adalah suatu komplek gabungan antara area perairan, area lahan dan beberapa

sarana yang menjamin keselamatan, tempat berlabuh bagi kapal perikanan serta

menyediakan pelayanan yang diperlukan.

Pelabuhan perikanan adalah prasarana perikanan dalam usaha untuk

mencapai tujuan pembangunan serta menunjang pembangunan nasional maupun

fungsi sebagai pusat pengembangan masyarakat nelayan, pusat kegiatan ekonomi

perikanan (produksi, pengolahan, pemasaran hasil perikanan), pangkalan armada

perikanan. Jadi pelabuhan perikanan akan mendukung segenap usaha perikanan,

khususnya dalam proses modernisasi terhadap nelayan terdisional serta

meningkatkan taraf hidup nelayan (Direktorat Bina Prasarana, 1994).


4

Direktorat Jendral Perikanan (1981) mendefinisikan pelabuhan perikanan

sebagai pelabuhan khusus yang merupakan pusat pengembangan ekonomi

perikanan dilihat dari aspek produksi, pengolahan dan pemasarannya.

Pelabuhan merupakan suatu pintu gerbang yang dapat mempelancar

hubungan antar daerah, pulau atau bahkan benua dan bangsa yang dapat

memajukan suatu daerah, karena pelabuhan merupakan jembatan bagi

terlaksananya segala aktivitas pendaratan, perdagangan dan lain-lain (Zain et al,

2011).

2.1.2. Karakteristik Pelabuhan Perikanan

Pelabuhan yang ideal mempunyai karakteristik yaitu: mempunyai perairan

yang aman bagi kapal untuk seluruh kedalaman sesuai dengan tingkat pasang

surut, mempunyai alur keluar masuk yang aman dan jelas serta memiliki

kedalaman yang cukup pada semua tingkat pasang surut, areal pelabuhan cukup

luas, memiliki kedalaman yang cukup dan terlindung dari pengaruh arus dan

gelombang, serta ruang yang cukup untuk keperluan olah gerak kapal, memiliki

kelengkapan navigasi yang baik mudah dikenal dan mampu memberikan

bimbingan bagi kapal-kapal yang masuk ke pelabuhan, memiliki struktur

perlengkapan pelabuhan yang memadai, memiliki sarana pengisian perbekalan

untuk operasi penangkapan, terdapat sarana transportasi dan jalan keluar masuk

pelabuhan yang memadai dan efisien, tersedia lokasi bagi pengembangan industri

perikanan, terdapat sarana air bersih beserta kelengkapan, dan terdapat sarana

pembangkit tenaga listrik yang mencukupi guna mendukung semua aktivitas yang

ada (Zain et al, 2011).


5

Menurut Lubis (2000) dalam usaha menunjang peningkatan produksi

perikanan laut, maka tersedianya prasarana pelabuhan perikanan mempunyai arti

yang sangat penting. Sedangkan dalam kaitanya dengan pengembangan agribisnis

perikanan, tersedianya pelabuhan atau pangkalan pendaratan ikan mempunyai

peranan yang sangat penting di dalam:

a. Meningkatkan keterkaitan fungsional antara subsistem dalam system

agrobisnis perikanan.

b. Meningkatkan aktifitas ekonomi perdesaan khususnya desa pantai.

c. Menunjang tumbuhnya usaha perikanan skala besar dan skala kecil secara

paralel.

d. Menunjang terwujudnya sentra produksi perikanan dalam suatu skala

ekonomi yang efesien.

2.1.3. Klasifikasi Pelabuhan Perikanan

Peraturan menteri kelautan dan perikanan Nomor 16 tahun 2006

mengklasifikasikan pelabuhan perikanan di Indonesia atas empat tipe atau kelas

dengan kriteria sebagai berikut:

1. Kelas A (Pelabuhan Perikanan Samudera) dengan kriteria:

a. Melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan di laut

Teritorial, Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia, dan laut lepas.

b. Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran

sekurang-kurangnya 60 GT.

c. Panjang dermaga sekurang-kurangnya 30 m, dengan kedalaman kolam

sekurang-kurangnya 3 m.
6

d. Mampu menampung sekurang-kurangnya 100 kapal perikanan atau jumlah

keseluruan sekurang-kurangnya 6.000 GT kapal perikanan.

e. Ikan yang didaratkan sebagaian tujuan ekspor dan terdapat industry

perikanan.

2. Kelas B (Pelabuhan Perikanan Nusantara) denga kriteria:

a. Melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan dilaut

teritorial dan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia.

b. Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran

sekurang-kurangnya 30 GT.

c. Panjang demaga sekurang-kurangnya 150 m, dengan kedalaman kolam

sekurang-kurangnya 3 m.

d. Mampu menampung sekurang-kurangnya 75 kapal perikanan atau jumlah

keseluruan sekurang-kurangnya 2.250 GT kapal perikanan.

e. Terdapat industry perikanan.

3. Kelas C (Pelabuhan Perikanan Pantai) dengan kriteria:

a. Melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan diperairan

pedalaman, perairan kepulauan dan laut teritorial.

b. Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran

sekurang-kurangnya 10 GT.

c. Panjang dermaga sekurang-kurangnya 100 m, dengan kedalaman kolam

sekurang-kurangnya 2 m.

d. Mampu menampung sekurang-kurangnya 30 kapal perikanan atau jumlah

keseluruhan sekurang-kurangnya 300 GT kapal perikanan.

4. Kelas D (Pangkalam Pendaratan Ikan) dengan kriteria:


7

a. Daerah oprasional kapal ikan yang dilayani yaitu perairan pedalaman dan

perairan kepulauan.

b. Melayani kapal berukuran 3-10 GT untuk tambat labuh.

c. Panjang dermaga dan kedalaman kolam yaitu 50-100 m dan ˃2 m.

d. Kapasitas menampung kapal adalah ˃60 GT

e. Tidak ada kegiatan pengeksporan ikan.

f. Luas lahan 2-5 Ha.

g. Tidak memiliki fasilitas pembinaan mutu hasil perikanan.

2.1.4. Fasilitas Pelabuhan Perikanan

Darmoredjo (dalam Supriatna, 1993) menyatakan bahwa pelabuhan

perikanan harus mempunyai fasilitas-fasilitas/sarana yang dapat mempelancar

kegiatan produksi dan pemasaran hasil tangkapan, menimbulkan rasa aman bagi

nelayan terhadap gangguan alam dan manusia serta mempermudah pembinaan

pengorganisasian usaha ekonomi nelayan.

Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Sibolga memiliki fasilitas

pelabuhan yang terdiri dari fasilitas pokok, fasilitas fungsional dan fasilitas

penunjang. Fasilitas pokok terdiri dari dermaga bongkar, dermaga tambat, kolam

pelabuhan, drainase, pagar keliling dan jalan utama. Fasilitas fungsional terdiri

dari tempat pelelangan ikan, ruangan pengolahan ikan, pabrik es, mesin

penghancur es, tangki air bersih, tangki BBM, lapangan perbaikan alat tangkap,

rambu pelayaran, lampu sonar, line telepon, internet dan radio SSB. Fasilitas

penunjang lainnya terdiri dari perumahan karyawan, balai pertemuan nelayan, pos

jaga, mess karyawan, tempat ibadah dan toilet umum (PPN Sibolga).
8

2.1.5. Aktivitas Pelabuhan Perikanan

Aktivitas yang ada di pelabuhan perikanan secara umum terdiri dari

aktivitas pendaratan hasil tangkapan, pemasaran hasil tangkapan,pengolahan hasil

tangkapan, pengisian perbekalan melaut, tambat labuh kapal dan perawatan dan

perbaikan kapal serta alat tangkap.

Aktivitas perawatan alat tangkap dilakukan di pelabuhan perikanan dengan

memanfaatkan fasilitas yang ada. Setiap pelabuhan perikanan memiliki lahan

perbaikan jaring. Fasilitas yang digunakan oleh para nelayan untuk tempat

memperbaiki alat tangkapnya pada saat tidak turun ke laut, yakni pada saat bulan

purnama atu pasang surut mati (Zain et al, 2011).

2.2. Jenis Alat Tangkap

2.2.1. Alat Tangkap Purse seine

Purse seine tergolong dalam alat tangkap jaring lingkar dengan

menggunakan tali kerut (purse line) yang terletak di bagian bawah jaring. Dengan

adanya tali kerut memungkinkan jaring ditutup seperti pundi-pundi terbalik dan

mengurung ikan yang tertangkap. Purse seine dapat berukuran sangat besar dan

dioperasikan oleh satu atau dua buah kapal. Biasanya purse seine dioperasikan

oleh satu kapal dengan atau tanpa bantuan kapal pembantu (Arman, 2011).

Menurut Ayodhyoa (1972), purse seine biasa disebut juga dengan jaring

kantong karena bentuk jaring tersebut waktu dioperasikan menyerupai kantong.

Purse seine kadang-kadang juga disebut jaring kolor karena pada bagian bawah

jaring (tali ris bawah) dilengkapi dengan tali kolor yang gunanya untuk

menyatukan bagian bawah jaring sewaktu operasi dengan cara menarik tali kolor

tersebut. Purse seine digunakan untuk menangkap ikan yang


9

bergerombol (scholling) di permukaan laut.Oleh karena itu, jenis-jenis ikan yang

tertangkap dengan alat tangkappurse seine adalah jenis-jenis ikan pelagis yang

hidupnya bergerombol seperti layang, lemuru, kembung, sardinella, tuna.Ikan-

ikan yang tertangkap dengan purse seine dikarenakan gerombolan ikan tersebut

dikurung oleh jaring sehingga pergerakannya terhalang oleh jaring dari dua arah,

baik pergerakan ke samping maupun ke arah dalam.

Ukuran dan bentuk purse seinesangat beragam, tergantung pada jaring,

dalam dan hanging rasio, ukuran mata jaring, ikan yang menjadi tujuan

penangkapan, dan pengalaman para pada nahkodanya. Purse seineyang terpanjang

adalah yang digunakan untuk menangkap ikan tuna dan cangkalang, panjangnya

hampir 2 kilo meter dan biasanya disebut purse seinesamudara (Ardidja, 2000).

Menurut (Sadhori, 1985) pada umumnya purse seinedapat dikelompokan

menjadi:

a. Berdasarkan bentuk dasar jaring utama purse seinedibagi menjadi:

 Bentuk segi empat.

 Bentuk trapesium

 Bentuk lekuk

b. Bendasarkan spesies ikan yang akan ditangkap purse seinedibagi menjadi:

 Purse seine sardine

 Purse seine layang

 Purse seine kembung dan sebagainya

c. Berdasarkan jumlah kapal yang digunakan dalam operasi penangkapan purse

seine dibagi menjadi:

 Purse seine tipe satu kapal


10

 Purse seine tipe dua kapal

d. Berdasarkan waktu operasional yang dilakukan purse seine dibagi menjadi:

 Purse seine siang (Purse seine samudera)

 Purse seine malam

2.3. Perawatan Alat Tangkap

Perawatan dilakukan untuk mencegah kegagalan sistem maupun untuk

mengembalikan fungsi sistem jika kegagalan telah terjadi. Tujuan utama dari

perawatan adalah untuk menjaga dan memperbaiki keandalan dari sistem dan

kelancaran produksi atau operasi. Kebijaksanaan dalam perawatan pada dasarnya

sangat tergantung pada pihak manajemen (sebagai hal utama), rekomendasi dari

pihak decision maker, pengalaman, kualitas dan kondisi operasi, ketersediaan

dana dan tenaga serta jadwal operasi pada alat tangkap.

Perawatan alat tangkap merupakan hal yang harus dilakukan oleh nelayan

karena perawatan alat yang baik dapat memperpanjang umur alat tangkap

sehingga dapat meningkatkan kinerja dan produktifitas alat tangkap

tersebut.Sebab-sebab kerusakan bahan pada alat tangkap yang diakibatkan oleh

kegiatan penangkapantidak dapat dicegah apabila proses penangkapan terus dan

ada selama alat tangkap itu digunakan.

Perawatan alat tangkap dilakukan di pelabuhan perikanan dengan

memanfaatkan fasilitas yang ada. Setiap pelabuhan perikanan memiliki lahan

penjemuran jaring. Fasilitas ini digunakan oleh nelayan untuk tempat

memperbaiki alat tangkapnya pada saat tidak turun ke laut, yakni pada saat bulan

purnama ataupun pasang mati. Sedangkan perawatan ringan terhadap alat tangkap
11

biasanya dilakukan oleh nelayan perikanan ketika nelayan beristirahat setelah

mendaratkan ikannya di pelabuhan perikanan (Zain et al, 2011).

Kerusakan pada alat tangkap perikanan dapat disebabkan oleh:

- Pengaruh mekanis disebabkan cara pengoperasian dan pegesekan dengan

kapal.

- Pengaruh sifat-sifat bahan karena reaksi kimia yang disebabkan terkena

minyak.

- Pengerusakan oleh jasad-jasad renik yang disebabkan bakteri pembusuk.

- Pengaruh alam disebabkan oleh gelombang, arus dan dasar perairan.

Periode perawatan alat tangkap sebagai berikut:

a. Perawatan rutin

Perawatan rutin adalah perawatan pada alat tangkap yang dilakukan setiap

nelayan beristirahat setelah mendaratkan hasil tangkapannya di pelabuhan

perikanan, yang meliputi perawatan konstruksi dari alat tangkap tersebut.

Pekerjaan yang termasuk di dalam kegiatan perawatan rutin yaitu:

 Pembersihanjaring dari sampah-sampah yang tersangkut.

 Pencucian alat tangkap dengan cara disiram dengan air tawar.

 Pengeringan dengan cara diangin-anginkan.

 Perbaikan bagian kontruksi jaring yang rusak.

b. Perawatan periodik

Perawatan periodik adalah perawatan kontruksi alat tangkap yang

dilakukan setiap periode waktu 1 tahun yang meliputi kontruksi dari alat tangkap.

Perawatan ini dilakukan seperti perawatan harian, namun perawatan ini lebih
12

mengarah kepada perbaikan alat tangkap seluruhnya, terutama pada konstruksi-

konstruksi yang mengalami kerusakan serius.

2.3.1. Cara Perawatan Alat tangkap

Cara melakukan perawatan pada alat penangkapan ikan yaitu:

- Menyimpan pada tempat yang aman, meliputi:

 Tidak dimakan tikus atau hewan lain

 Gunakan gudang yang bersih dan jagan terbakar.

- Menghindari alat dari sinar matahari terik, meliputi:

 Sebaiknya alat ditiriskan sampai kering angin.

- Menghindari dari kotoran-kotoran seperti minyak.

- Pemakaian alat dengan hati-hati dengan cara:

 Menghindari dari sampah dan memastikan daerah tersebut fishing ground

yang baik.

- Memperbaiki kerusakan kecil dan sedini mungkin, meliputi:

 Berasal dari gigitan ikan

 Berasal dari gesekan dengan kapal

 Tersangkut pada karang atau batu

 Sengaja dirobek karena kusut.


13

III. METODE PRAKTEK MAGANG

3.1. Waktu dan Tempat Praktek Magang

Praktek magang ini akan dilasanakan pada bulan Januari-Februari 2017 di

Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Sibolga, Kabupaten Tapanuli

Tengah,Provinsi Sumatera Utara.

3.2. Bahan dan Alat Praktek Magang

Bahan pada praktek magang ini adalah proses perawatan alat tangkapdi

pelabuhan, sedangkan peralatan yang digunakan adalah kamera digital, daftar

kuisioner , dan alat tulis untuk mencatat data dari hasil wawancara.

3.3. Metode Praktek Magang

Metode praktek yang digunakan dalam magang ini adalah metode survei

yaitu dengan cara melakukan pengamatan langsung kegiatan dari perawatan alat

tangkap yang dilakukan nelayan di pelabuhan tersebut dan melakukan wawancara

kepada orang-orang yang terlibat didalamnya untuk memperoleh data primer dan

sekunder. Data primer diperoleh dengan cara mengikuti kegiatan praktek dan

melakukan wawancara terhadap orang-orang yang terlibat dalam semua aktivitas

perawatan alat tangkap bagan perahu di PPN Sibolga untuk mendapatkan

informasi yang diperlukan, sedangkan data skunder diperoleh dari instansi-

instansi terkait dan literature yang mendukung kebenaranya.


14

3.4. Pengumpulan Data

Pengambilan data dilakukan secara mendetail untuk mengetahui aktivitas

perawatan alat tangkap di pelabuhan dan wawancara kepada orang-orang yang

terlibat didalamnya. Data yang diambil dalam magang ini adalah data primer dan

data sekunder. Data primer diambil dengan melakukan pengamatan, dan

wawancara langsung dengan nelayan pemilik alat tangkap di pelabuhan.

Sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi pemerintah, Pelabuhan Perikanan

Nusantara (PPN) Sibolga, dan literatur-literatur yang berkaitan dengan praktek

magang ini.

3.5. Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif, yaitu dengan

menggambarkan dan menjelaskan bagaimana cara kerja atau proses aktivitas

perawatan alat tangkap yang ada di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN)

Sibolga. Adapun data yang di peroleh nantinya yaitu berupa data primer dan data

sekunder akan disajikan dalam bentuk alinea, tabel dan skema.


15

DAFTAR PUSTAKA

Ardidja, S. 2000.MetodaPenangkapanIkan. SekolahTinggiPerikanan. Jakarta.

Arman, Veggy. Alat Tangkap Purse


seine.http://leeshakartika.blogspot.com/2012/11/purseseine_11.html.
Diakses pukul 20.00 WIB tanggal 20 Oktober 2014

Ayodhya, A. U. 1981. Metode Penangkapan Ikan. Yayasan Dewi Sri. Bogor 97


Hal.

Dirjen Perikanan. 1994. Petunjuk Teknis Pengolahan Pelabuhan Perikanan.


Direktorat Bina Prasarana. Jakarta. 162 hal.

Gunarso, W. 1985. Tingkah Laku Ikan Dalam Hubungannya Dengan Metode dan
Taktik Penangkapan. Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas
Perikanan Institut Pertanian Bogor. Bogor.

http://mukhtar-api.blogspot.com/2008/09/mengenal-alat-penangkapan-ikan.html

Kamal, E., 1991. Garis Besar Penangkapan Ikan dan Metoda Pengoperasiannya.
Fakultas Perikanan Universitas Bung Hatta. Padang.

Lubis, E. 2000. Pengantar Pelabuhan Perikanan. Laboratorium Pelabuhan


Perikanan Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perairan dan Ilmu kelautan
Institut Pertanian Bogor. Bogor. 72 hal.

Mamri, M. 2014. Penangkapan Ikan Dengan Menggunakan Pukat Ikan (Fish net).
Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan Dan Ilmu
Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru

Sadhori, N. 1984. Bahan Alat Penangkapan Ikan. Yasaguna: Jakarta. 80 hal

Sadhori, N. 1985. Penangkapan Ikan. Angkasa. Bandung. Halaman 79 – 108.

Sudirman dan Mallawa., 2004. Teknik Penangkapan Ikan. Penerbit rineka cipta,
Jakarta. 168 hal.

Sulaiman, Muhammad. 2005. Pendekatan Akustik dalam Studi Tingkah Laku


Ikan pada Proses Penangkapan dengan Alat Bantu Cahaya. Institut
Pertanian Bogor: Bogor.

Triatmodjo, B. 2003.Pelabuhan,BetaOffset,Yogyakarta.

Zain, J, Syaifudin, Alit, H. 2011. Pelabuhan Perikanan. Fakultas Perikanan dan


Ilmu Kelautan. Universitas Riau. Pekanbaru. 176 hal.
16

ORGANISASI PRAKTEK MAGANG

1. Pelaksana Praktek

Nama : Ahmad Sulaiman Lubis

NIM : 1304111765

Jurusan : Pemanfaatan Sumberdaya Perairan

Alamat : Jln. Swakarya Gg. Abadi, Panam Pekanbaru

2. Dosen Pembimbing

Nama : Ir. Alit Hindri Yani M. Sc

NIP : 196701081993032001

Perkerjaan : Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Universitas Riau

Alamat : Jalan Suka Karya, Pekanbaru


17

ANGGARAN BIAYA

1. Biaya Persiapan

Pembuatan Proposal Rp. 50.000,00

Perbanyak Proposal Rp. 100.000,00

2. Biaya Pelaksanaan

Transportasi ke Jambi Rp. 500.000,00

Konsumsi Rp. 400.000,00

Penginapan Rp. 500.000.00

Dokumentasi Rp. 50.000,00

3. Biaya Penulisan Laporan

Biaya penulisan dan Pencetakan Rp. 100.000,00

Biaya Seminar Rp. 400.000,00

4. Biaya Tak Terduga Rp. 300.000,00 +

Total Rp. 2.400.000,00

Terbilang : Dua Juta Empat Ratus Ribu Rupiah


18

JADWAL PRAKTEK MAGANG

Praktek magang ini akan dilasanakan pada bulan Januari-Februari 2017.

Adapun jadwal magang yang akan dilaksanakan di PPN Sibolga adalah sebagai

berikut :

Table 1. Jadwal Kegiatan Praktek Magang


Bulan
No Kegiatan Desember Januari Februari Maret
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Penyusunan proposal x x x x
2 Persiapan sebelum turun x x
3 Turun kelokasi x x x
4 Penyusunan laporan hasil x x x
5 Persiapan ujian x
6 Ujian/seminar x
19

OUTLINE SEMENTARA

LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR LAMPIRAN

I. PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
1.2.Tujuan Praktek Magang
1.3.Manfaat Praktek Magang

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Perikanan Secara Umum
2.2. Alat Penangkapan Ikan
2.3. Alat Tangkap Giil Net
2.4. Alat Tangkap Jaring Kurau
2.5. Kontruksi Alat Tangkap Jaring Kurau
2.6. Alat Bantu Penangkapan Ikan
2.7. Jenis Ikan Target Penangkapan

III. BAHAN DAN METODE


3.1. Waktu dan Tempat
3.2. Bahan dan Alat
3.3. Metode Praktek Magang
3.4. Pengumpulan Data
3.5. Analisis Data

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Hasil
4.2. Pembahasan

V. KESIMPULAN DAN SARAN


5.1. Kesimpulan
5.2. Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
20

LAMPIRAN
21

Lampiran 1. Lokasi PPN Sibolga

Anda mungkin juga menyukai