Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH ILMIAH TENTANG SAINS DAN

TEKNOLOGI DAN MANFAATNYA


MASYARAKAT

PENYUSUN :

TUFAELATIL MAKKIYAH CITRA

KELAS XI IPA 2

MADRASAH ALIYAH NEGERI BONDOWOSO


2018
Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah
tentang Sains dan tekhnologi dan manfaatnya masyarakat

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah ini dapat memberikan manfaat
maupun inpirasi terhadap pembaca.

Bondowoso, 17 Februari 2018

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Telah banyak diketahui bahwa sejak dulu teknologi sudah ada atau manusia sudah
menggunakan teknologi. Manusia menggunakan teknologi karena mempunyai akal.
Dengan akal, manusia ingin keluar dari masalah, ingin hidup lebih baik, lebih aman dan
sebagainya. Perkembangan teknologi terjadi karena adanya penggunaan akal untuk
menyelesaikan setiap masalah yang dihadapi.
Perkembangan teknologi yang begitu pesat pada saat ini tidak dapat dielakkan lagi,
berbagai penemuan baru muncul tiap harinya. Berbagai macam model maupun feature
handphone yang baru selalu dipromosikan oleh para vendor, mulai dari yang harganya
murah sampai yang paling mahal. Notebook atau yang biasa disebut laptop sekarang seperti
“kacang goreng”, ada di setiap toko komputer yang dulunya hanya menjual PC Desktop
(personal computer) saja, itupun ditawarkan dengan harga yang super murah hampir setara
dengan desktop kelas menengah. Pada prinsipnya teknologi ini berkembang untuk
memenuhi kebutuhan dan keinginan manusia agar dalam kehidupannya dapat lebih mudah
berkomunikasi atau melakukan sesuatu. Manfaat positif yang didapat dari penggunaan
teknologi ini sudah pasti banyak dan beraneka ragam. Pada saat handphone (HP) pertama
kali diperkenalkan, masyarakat begitu antusias dengan berbagai kemudahan yang
ditawarkan. Pada saat itu fungsinya hanya untuk memperlancar komunikasi, namun
sekarang hampir setiap handphone memiliki fasilitas pemutar lagu, yang hanya berfungsi
sebagai penghibur. Selain itu, terdapat pula berbagai macam fasilitas yang ditawarkan,
seperti kamera beresolusi tinggi, bentuk yang “aneh”, business card scanner, push email,
wifi, sampai pada bahan dari handphone yang dapat dipesan sendiri oleh pembeli yang
ingin tampil beda. Dengan kata lain, handphone adalah ekspresi dari diri penggunanya.
Sama halnya dengan handphone, laptop pun tidak mau ketinggalan. Selalu ada terobosan
baru seperti Finger Print Reader dan berbagai fasilitas yang terlalu banyak untuk disebutkan
satu persatu. Hingga saat ini muncul fenomena dimana handphone diciptakan untuk
menjadi komputer dan komputer diciptakan untuk menjadi handphone. Semua itu karena
produsen handphone menawarkan produk yang ingin membuat para pembeli bisa
menikmati handphone yang mempunyai banyak fasilitas yang menghibur sekaligus alat
untuk mencatat berbagai keperluan dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan sehari-hari.
Sedangkan laptop dirancang sedemikian kecil dan ringan namun tetap mempertahankan
fungsi utamanya. Jarang sekali orang menyadari akan bahaya yang ditimbulkan oleh alat-
alat tersebut. Banyak orang mengalami gangguan dalam tidur ketika mendapat pesan dari
handphone yang bahkan terlihat seperti mendapat sebuah hadiah lewat pesan tersebut.
Sekarang banyak sekali operator seluler yang muncul menawarkan berbagai kemudahan
dalam berkomunikasi, mulai dari tarif yang super murah sampai pada free talk. Berdasarkan
hasil penelitian, penggunaan telepon dalam waktu yang lama akan mengakibatkan jaringan
pada otak manusia terganggu. Selain itu, penggunaan alat – alat tersebut dapat
mengakibatkan semakin susahnya untuk mengingat hari-hari penting kerabat atau orang-
orang terdekat karena adanya ketergantungan pada alat tersebut. Dengan kata lain,
teknologi membuat manusia semakin malas untuk mengingat sesuatu yang sebenarnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan Teknologi dan Sains?
2. Apakah pengertian dari Materi dan Energi?
3. Apakah hubungan Teknologi dengan Kehidupan manusia?
4. Bagaimanakah Pekembangan serta dampak Teknologi bagi kehidupan Manusia?
5. Jelaskan Pengertian Teknologi Informasi!

C. Tujuan

1. Untuk memahami arti teknologi dan sains


2. Untuk membedakan antara materi dan energi
3. Untuk mengerti hubungan antara teknologi dan manusia
4. Untuk mengerti perkembangan dan dampak teknologi bagi kehidupan manusia
5. Untuk mengetahui segala sesuatu yang berhubungan dengan teknologi informasi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Teknologi dan Sains
A.1. Pengertian Teknologi
Pada umumnya orang selalu memahami bahwa teknologi itu bersifat fisik, yakni
yang dapat dilihat secara inderawi. Teknologi dalam arti ini dapat diketahui melalui barang-
barang, benda-benda, atau alat-alat yang berhasil dibuat oleh manusia untuk memudahkan
realisasi hidupnya di dunia. Hal ini memperlihatkan tentang wujud dari karya cipta dan
karya seni (Yunani techne) manusia selaku homo technicus. Dari sinilah muncul istilah
“teknologi”, yang berarti ilmu yang mempelajari tentang “techne” manusia.
Tetapi pemahaman seperti itu baru memperlihatkan satu segi saja dari kandungan
kata “teknologi”. Istilah teknologi sebenarnya lebih dari sekedar penciptaan barang, benda
atau alat dari manusia selaku homo technicus atau homo faber. Teknologi bahkan telah
menjadi suatu sistem atau struktur dalam eksistensi manusia di dalam dunia. Teknologi
bukan lagi sekedar sebagai suatu hasil dari daya cipta yang ada dalam kemampuan dan
keunggulan manusia, tetapi bahkan telah menjadi suatu “daya pencipta” yang berdiri di luar
kemampuan manusia, yang pada gilirannya kemudian membentuk dan menciptakan suatu
komunitas manusia yang lain. Awalnya teknologi dapat dipahami sebagai hasil buatan
manusia, tetapi kini teknologi juga harus dipahami sebagai sesuatu yang dapat
menghasilkan suatu kemanusiaan tertentu. Teknologi mampu melahirkan sejumlah cara
hidup, pola hidup, dan karakter hidup dari manusia, yang dulu menciptakannya.
Demikianlah teknologi tidak hadir lagi secara fisik-inderawi dalam barang atau benda atau
alat, melainkan hadir dalam bentuk sebagai suatu “roh” zaman, sistem sosial dan struktur
masyarakat manusia dalam suatu komunitas. Dapat dikatakan bahwa teknologi
sesungguhnya adalah tema atau pokok yang universal dan global. Pemahaman atau
pemaknaan teknologi tidak dapat dilakukan hanya dengan mengandalkan pendekatan-
pendekatan lokal tradisional sebagai yang adi-luhung, suci dan bersih, lalu memandang
teknologi sebagai sesuatu yang dari luar (kebarat-baratan), kotor dan jahat, melainkan
memerlukan suatu pendekatan yang melibatkan seluruh bangsa dan masyarakat manusia
untuk berbicara bersama. Pendekatan seperti inilah yang begitu penting, mengingat bahwa
teknologi selain mempunyai manfaatnya bagi manusia, ia juga punya dampak-dampak yang
merugikan keberadaan manusia. Baik manfaat maupun kerugian itu, bukan hanya menjadi
bagian masyarakat bagaimana teknologi itu dimanfaatkan, tetapi juga dialami oleh
masyarakat dimana teknologi itu dimulai (dihasilkan atau diciptakan). Jadi sesungguhnya,
teknologi itu adalah tema-nya dan pokok-nya masyarakat global.
Penekanan teknologi sebagai suatu pokok secara global, sebetulnya juga
mengandung makna historis. Dimana dengan terjadinya revolusi industri yang
meningkatkan keterkaitan antar bangsa di dunia, berbagai teknologi ditemukan dan menjadi
dasar bagi perkembangannya saat ini, seperti komputer dan internet. Pada saat itu pula,
berkembang secara bersama-sama pergeseran-pergeseran teknologi secara kebudayaan.
Dalam arti bahwa proses transferalisasi teknologi itu bukanlah tanpa makna dan ide-ide
tertentu, seperti dikatakan oleh Arnold J. Toynbee, dalam Mangunwijaya: “Transfer
teknologi akan berarti juga transfer sebuah totalitas kebudayaan satu ideologi pihak yang
melahirkan teknologi itu. Sebab kalau tidak maka sinar kebudayaan yang lepas bagaikan
elektron yang terlepas atau penyakit menular yang tersesat”. Justru karena teknologi adalah
sebuah transferalisasi yang penuh makna dan ide-ide tertentu, maka ia bukanlah sekedar
barang atau benda atau alat-alat belaka. Maka dari itu, pemahaman terhadap teknologi,
tidak bisa tidak harus membutuhkan suatu kajian tentang makna-makna, ide-ide, dan
simbol-simbol yang relevan. Dalam hal ini, dapat dikatakan bahwa teknologi sebenarnya
adalah sebuah kebudayaan. Menurut Clifford Geertz, “kebudayaan adalah suatu sistem
simbol yang dengannya manusia dapat memberi makna bagi kehidupannya“. Ini berarti
bahwa teknologi adalah wujud nyata dari simbol-simbol kebudayaan manusia. Dimana
dengan simbol teknologi ini maka manusia dapat mengembangkan kehidupannya di dalam
dunia.
Dari pemahaman seperti itu, maka pendekatan terhadap teknologi juga dapat
didekati secara kebudayaan. Tetapi dalam pendekatan secara kebudayaan perlu diwaspadai.
Pada umumnya orang akan berpendapat bahwa jika berbicara tentang kebudayaan, maka
berarti ada kebudayaan ‘asli’ dan kebudayaan ‘asing’. Pemahaman seperti ini tidaklah
tepat, sebab yang menghidupi suatu tradisi atau kebudayaan adalah manusia, dan manusia
yang menghidupi suatu kebudayaan adalah manusia yang mempunyai hakekat sebagai
makhluk sosial dan selalu berhubungan dengan orang-orang lain dalam suatu realitas dan
kebudayaan yang berbeda dengannya. Dalam hakekat seperti ini maka mustahil untuk
berbicara tentang adanya budaya ‘asli’ dan budaya ‘asing’. Yang tepat adalah
membicarakan bahwa yang terjadi dalam percakapan kebudayaan adalah “perjumpaan”
kebudayaan. Dimana dalam perjumpaan itu, baik budaya sendiri (bukan yang asli) atau
budaya orang lain (bukan yang asing) sama-sama aktif dan proaktif dalam rangka saling
membentuk dan saling mempengaruhi. Dalam perjumpaan itu tidak akan ada yang hilang
atau musnah, malahan dibaharui secara baru. Dengan pemahaman seperti ini, pendekatan
terhadap teknologi di Indonesia dapat dikerjakan dengan beberapa pendekatan sebagai
berikut:
1.1.1. teknologi bukanlah masalah kapitalisme atau sosialisme atau pancasialisme,
melainkan adalah masalah globalisme.Teknologi tidak harus dipahami sebagai
semacam perjuangan dan imperialisme kaum kapitalis terhadap sejumlah ideologi
yang ada, melainkan harus dipahami sebagai suatu pokok atau tema globalisasi.
Apalagi jika telah terhubung dengan Ilmu pengetahuan, Industri dan Bisnis (ITIB),
maka ia akan mempunyai suatu wujud wajah yang konkrit. Dimana ITIB
mempunyai proses dan perangai yang faktual sama, entah diolah di Amerika atau
Eropa, Jepang, bahkan Cina. Sebab walaupun sistem komunis bertolak belakang
dengan sistem kapitalis, tetapi hal tersebut hanya dalam sistem politik saja.
Walapun ideologi kapitalis dan komunis diketahui saling bertentangan, tetapi tidak
boleh dilupakan bahwa cara-cara membuat mesin diesel, menjahit pakaian massal
serta penyediaan energi dalam proses dasarnya adalah sama, baik di Amerika
ataupun di Cina. Jip Will’s maupun Gaz dipakai juga oleh Angkatan Bersenjata
Republik Indonesia yang katanya adalah Pancasilais.
1.1.2. Teknologi bukanlah asosiasi Barat-Timur atau negara maju dan negara berkembang
(belum maju), melainkan adalah konkritisasi dari perwujudan cara berada manusia
mulai dari Timur sampai ke Barat, Utara ke Selatan, yang didalamnya terdapat
sejumlah masyarakat yang dikatakan sudah maju maupun yang sedang berkembang
(belum maju) atau yang tradisional maupun yang modern. Artinya kalau teknologi
dipahami sebagai wujud dari manusia selaku homo technicus atau homo faber dan
maupun sebagai suatu sistem dan struktur dalam suatu komunitas manusia, maka
hal itu juga adalah kondisi dan realitas manusia di seluruh dunia dari dahulu sampai
sekarang? Bukankah sebuah gerobak sapi di sebuah desa di Halmahera dengan
sebuah mobil di Jakarta milik seorang pengusaha akan mempunyai fungsi dan
manfaat yang terkondisikan menurut realitas dan kebutuhan serta cara
memanfaatkanya? Sebagai hasil dari teknologi manusia?
1. Teknologi harus ditanggapi dengan sikap yang kritis.Menurut Mangunwijaya
‘kita tidak perlu benci pada ITIB, tetapi juga adalah tolol sekali bila ITIB
sampai kita anggap selaku Dewi Sri terpuja masa kini”. Hal ini menunjukkan
bahwa dalam menghadapi realitas teknologi, kita perlu membangun atau
memerlukan suatu sikap yang kritis. Pertanyaannya adalah kritis terhadap apa?
Dan bagaimana menjadi kritis? Untuk pertanyan ini ada beberapa langkah yang
dapat dikerjakan antara lain:
1. Aktif.
Artinya dengan sikap yang gamblang, paham perkaranya dan tahu apa yang
harus diperbuat, bertanggung jawab baik terhadap diri sendiri maupun juga
kepada generasi yang akan datang. Hal ini dimaksudkan sebagai suatu
perumusan sikap dan strategi politik teknologi yang arif. Hal mana sangat
berdampak pada suatu technostructure (struktur teknologi) yang berperangai
sebagai kekuasaan, terutama melalui MNC (Multi National Corporation). Tetapi
hal ini bukan hanya menjadi tugas dari negara-negara yang sedang berkembang
saja, melainkan menjadi tugas seluruh bangsa di dunia ini dalam proses Kultur
und Zivilisation. Hal ini akan ditunjang pula oleh kecenderungan dalam
masyarakat post-modernis, pasca-industrial yang memberi fokus terhadap segi-
segi non-teknis.
2. Melihat teknologi sebagai sesuatu yang tidak netral.
Teknologi tidak hanya mempunyai dampak positif melainkan juga negatif. Ia
tidak statis dan tanpa pengaruh, melainkan juga dapat menjadi suatu “kuasa”
yang sulit dikendalikan. Apalagi jika dipengaruhi oleh kepentingan-kepentingan
dan upaya mencari keuntungan belaka. Karena itu, maka hal yang perlu
dilakukan adalah mengembangkan konsep teknologi yang sepadan, seperti yang
diusulkan oleh Isao Fujimoto, dalam Mangunwijaya, yaitu dengan melakukan
empat prinsip yang penting, antara lain: Teknologi berdasarkan upaya swadaya
dan tidak tergantung pada para ahli, desentralisasi, kerja sama dan bukan
persaingan, sadar akan tanggung jawab sosial dan ekologis.
3. Tanggung jawab moral dan etika.
Hal ini dimaksud untuk menanggapi seluruh dampak teknologi yang merugikan,
bahkan semua orang terutama para sarjana dipanggil untuk hal ini berdasarkan
akar-akar religiositas manusia sendiri, yang dalam iklim teknologi seolah-olah
telah hilang ditelan oleh sekularisme dan rasionalisme. Pertanyaannya adalah
dari segi apa hal ini dapat dikembangkan? Tiada lain adalah melalui segi budaya
berdasarkan proses kontekstualisasi. Terutama dengan memberi penghargaan
kepada orang-orang atau wadah-wadah gerakan yang sadar akan adanya bahaya
teknologi dan berupaya untuk menciptakan suatu masyarakat yang mencita-
citakan suatu paham convivial menurut konteksnya masing-masing.
4. Menciptakan iklim yang relevan manusiawi dengan pemahaman yang tepat
tentang ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dalam arti bahwa pemanfaatan sejumlah teknologi haruslah menjamin suatu
kelangsungan kehidupan. Teknologi dengan segala keunggulannya bukan dipakai
demi pengrusakan dan eksploitasi seluruh alam, melainkan untuk suatu
pengolahan yang berkelanjutan.
Selain itu teknologi adalah satu ciri yang mendefinisikan hakikat manusia yaitu
bagian dari sejarahnya meliputi keseluruhan sejarah. Teknologi, menurut Djoyohadikusumo
(1994, 222) berkaitan erat dengan sains (science) dan perekayasaan (engineering). Dengan
kata lain, teknologi mengandung dua dimensi, yaitu science dan engineering yang saling
berkaitan satu sama lainnya. Sains mengacu pada pemahaman tentang dunia nyata sekitar,
artinya mengenai ciri-ciri dasar pada dimensi ruang, tentang materi dan energi dalam
interaksi satu terhadap lain. Dari perspektif sejarah, seperti digambarkan oleh Toynbee
(2004, 35) teknologi merupakan salah satu ciri khusus kemuliaan manusia bahwa dirinya
tidak hidup dengan makanan semata. Teknologi merupakan cahaya yang menerangi
sebagian sisi non material kehidupan manusia. Teknologi, lanjut Toynbee (2004, 34)
merupakan syarat yang memungkinkan konstituen-konstituen non material kehidupan
manusia, yaitu perasaan dan pikiran , institusi, ide dan idealnya. Teknologi adalah sebuah
manifestasi langsung dari bukti kecerdasan manusia.
Dari pandangan semacam itu, kemudian teknologi berkembang lebih jauh dari yang
dipahami sebagai susunan pengetahuan untuk mencapai tujuan praktis atau sebagai sesuatu
yang dibuat atau diimplementasikan serta metode untuk membuat atau
mengimplementasikannya. Dua pengertian di atas telah digantikan oleh interpretasi
teknologi sebagai pengendali lingkungan seperti kekuasaan politik di mana kebangkitan
teknologi Barat telah menaklukkan dunia dan sekarang telah digunakan di era dunia baru
yang lebih ganas.
A .Pengertian Sains
Sains merupakan salah satu kajian ilmu yang mempelajari gejala-gejala kealaman.
Sebagai proses, Sains merupakan cara kerja yang sistematis dan komprehensif dengan
menggunakan metode ilmiah yang yang meliputi pengamatan, membuat hipotesis,
merancang dan melakukan percobaan, mengukur dan proses-proses pemahaman kealaman
lainnya. Sebagai produk kajian sains menghasilkan teori, hukum, potsulat, kaidah-kaidah,
dan sebagainya. Sebagai sikap kajian sains menghasilkan sikap menghargai, menghormati,
merasakan, menimbulkan keingintahuan, dan sebagainya.
Secara umum proses sains terdiri dari memecahkan masalah, merencanakan
percobaan, mengumpulkan data, melaporkan dan mengolah data, menafsirkan data, dan
mengkomunikasikan hasil dan kesimpulan. Langkah-langkah yang dilakukan pada proses
sains disebut metode ilmiah atau proses ilmiah.
Definisi mengenai sains menurut Sardar (1987, 161) adalah sarana pemecahan
masalah mendasar dari setiap peradaban. Tanpa sains, lanjut Sardar (1987, 161) suatu
peradaban tidak dapat mempertahankan struktur-struktur politik dan sosialnya atau
memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar rakyat dan budayanya. Sebagai perwujudan
eksternal suatu epistemologi, sains membentuk lingkungan fisik, intelektual dan budaya
serta memajukan cara produksi ekonomis yang dipilih oleh suatu peradaban. Pendeknya,
sains, jelas Sardar (1987, 161) adalah sarana yang pada akhirnya mencetak suatu
peradaban, dia merupakan ungkapan fisik dari pandangan dunianya. Sedangkan rekayasa,
menurut Djoyohadikusumo (1994, 222) menyangkut hal pengetahuan objektif (tentang
ruang, materi, energi) yang diterapkan di bidang perancangan (termasuk mengenai
peralatan teknisnya). Dengan kata lain, teknologi mencakup teknik dan peralatan untuk
menyelenggarakan rancangan yang didasarkan atas hasil sains.
Seringkali diadakan pemisahan, bahkan pertentangan antara sains dan penelitian
ilmiah yang bersifat mendasar (basic science and fundamental) di satu pihak dan di pihak
lain sains terapan dan penelitian terapan (applied science and applied research). Namun,
satu sama lain sebenarnya harus dilihat sebagai dua jalur yang bersifat komplementer yang
saling melengkapi, bahkan sebagai bejana berhubungan. Dapat dibedakan, akan tetapi tidak
boleh dipisahkan satu dari yang lainnya.(Djoyohadikusumo 1994, 223)
Walaupun sains pada dasarnya bertujuan untuk mengumpulkan berbagai
pengetahuan tentang dunia sekitar, pada kenyataannya sains tidak dapat berada dalam
lingkup sosial yang kosong. Karenanya sains tidak dapat dipisahkan dari upaya-upaya umat
manusia, sains tidak dapat dibahas tanpa mengacu baik secara sekilas maupun langsung
pada sejumlah persoalan sosial, politik, agama dan filsafat. Akibatnya, materi pelajaran
sains yang diajarkan di sekolah pun haruslah dihubungkan dengan lingkungan sosial
dimana sains tersebut berkembang dan digunakan. Ketika ilmuwan dikatakan bahwa
mereka harus bertanggung jawab terhadap dampak sains pada masyarakat luas, wajah sains
yang berhubungan dan mempunyai dampak langsung (baik positif maupun negatif) tersebut
biasanya adalah bentuk aplikasi dari sains yaitu teknologi. Definisi yang luas tentang
teknologi adalah segala aspek dari aktivitas teknis manusia, tidak hanya yang menghasilkan
produk dari pabrik namun juga akumulasi pengetahuan teknis dan berbagai teknik spesifik
yang digunakan. Terdapat dua syarat aplikasi sains yang berbentuk teknologi yang layak,
pertama adalah harus rasional (suatu kaidah yang berasal dari sains) dan kedua adalah harus
efisien, yaitu dalam hal penggunaan waktu, tenaga dan biaya.
Pandangan tentang sains dan hubungan eratnya dengan teknologi memunculkan
perspektif baru terhadap pendidikan sains di sekolah. Pemilihan produk teknologi yang
cepat,tepat dan maju bagi kehidupan sehari-hari akan merubah kualitas hidup manusia.
Bioteknologi misalnya, saat ini mampu memanipulasi proses dan mengubah suatu proses
alami secara dramatis. Kelahiran Dolly yang diumumkan pada tahun 1996, domba hasil
kloning mengubah persepsi bahwa sel reproduksi saja yang bisa menjadi mahluk hidup
sekaligus aplikasi pada mahluk hidup lainnya. Hal ini merupakan informasi penting bagi
siswa dan akan menjadi bagian penting dari kurikulum sains sekolah. Tetapi berbagai hal
tersebut tidak hanya akan membawa perubahan pada pengetahuan dan system nilai dari
sains dan teknologi saja, namun hal lainnya juga seperti perspektif sosial yang berhubungan
dengan kualitas hidup, faktor ekonomi dan pertimbangan etis.
B. Materi dan Energi
B.1 Definisi Materi
1. Secara Ilmu Hayat (alam)
Ilmu alam memandang materi dari struktur (susunan) dan organisasinya. Misalnya:
kapur terdiri dari unsure kimia zat perekat, zat pewarna dan kalsium. Masing-masing
unsure kimia mempunyai komposisi zat perekat 14 %, pewarna 6 % dan kalsium 80
%.Pengertian materi secara fisika hanya sebatas hal-hal tersebut (materi mengandung unsu-
unsur kimia).
1.1. Secara Ilmu Filsafat
Segala sesuatu yang ada dan dapat dirasakan oleh panca indra manusia dan tidak
tergantung pada kesadaran manusia (segala sesuatu yang nyata). Tidak diciptakan dan
dikendalikan oleh sesuatu ide apapun dan dapat menimbulkan ide atau gagasan atau teori
didalam fikiran manusia.
Pengertian materi secara filsafat berdasarkan saling hubungan antara keadaan
dengan fikiran, antara obyek dan subyek. Sedangkan pengertian materi secara fisika
berdasarkan tingkat perkembangan pengetahuan manusia terhadap alam. Ilmu pengetahuan
manusia hingga saat ini masih belum menemukan adanya zat atau unsure kimia baru dalam
komposisi tertentu di dalam kapur tulis. Oleh karena itu, maka kapur tulis dalam fisika
disimpulkan berdasarkan tingkat pengetahuan manusia, kapur tulis yang terdiri dari 14 %
zat perekat, 6 % zat pewarna dan 80 % kalsium. Jadi pengertian materi secara filsafat lebih
luas dan bersifat umum, tidak sebatas benda-benda atau proses alam saja, tetapi juga
termasuk fenomena-fenomena sosial. Sedangkan pengertian materi secara fisika hanya
sebatas tentang benda-benda atau fenomena alam saja.
Pengertian secara filsafat bersifat mutlak dan abadi. Karena bagaimanapun majunya
pengetahuan manusia tidak akan mengubah kebenaran bahwa materi itu eksis (tetap ada)
secara obyektif dan tidak tergantung pada kesadaran manusia, sedangkan pengertian materi
secara fisika bersifat relatif (antara ada dan tidak ada) dan bersifat sementara karena
bergantung pada perkembangan pengetahuan manusia.
Filsafat materialisme memandang bahwa materi lebih dahulu ada sedangkan ide
atau pikiran timbul setelah melihat materi. Dengan kata lain materialisme mengakui bahwa
materi menentukan ide, bukan ide menentukan materi. Contoh: karena meja atau kursi
secara obyektif ada, maka orang berpikir tentang meja dan kursi. Bisakah seseorang
memikirkan meja atau kursi sebelum benda yang terbentuk meja dan kursi dan kursi belum
atau tidak ada.
Ide adalah cermin materi. Pencerminan disini bukanlah pencerminan yang
sederhana dan langsung tetapi merupakan pencerminan yang aktif melalui pemikiran yang
rumit (canggih) sehingga dapat mencerminkan keseluruhan. Obyektif apa adanya secara
keseluruhan. Karena adanya peranan aktif ide, maka manusia dapat mengembangkan cara
atau alat untuk memperbesar kemampuan dalam mencerminkan maupun mengubah
keadaan.
Dalam mengenal dan mengubah keadaan materil, manusia melakukannya dengan
sadar untuk memenuhi kebutuhan praktek sosialnya. Ide revolusioner inilah yang
mencerminkan hukum-hukum perkembangan kenyataan obyektif, memainkan peranan
pendorong perkembangan keadaan.
Jadi, ide tergantung pada materi. Ide dapat menjangkau kedepan melampaui materi
tetapi tidak dapat terlepas dari materi. Materi dapat menentukan ide, tetapi ide
mempengaruhi perkembangan materi. Disinilah letak peranan aktif ide dalam praktek.
Praktek adalah aktifitas manusia mengenal dan mengubah keadaan materi. Praktek
mempunyai kedudukan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan kehidupan
manusia. Praktek melahirkan ilmu pengetahuan, menguji dan mengembangkanya.
Perkembangan dan kemajuan teori ditentukan oleh sejauh mana kemajuan praktek.
Disinilah letak dialektika antara teori dan praktek.
Dunia materi adalah satu kesatuan organik. Ada saling hubungan secara organik,
saling bergantungan, saling mempengaruhi, saling menentukan satu sama lain pada dunia
materil. Contoh: Siapa yang berani mengatakan bahwa tidak ada hubungan antara
tumbangnya Soeharto dengan naiknya harga-harga barang atau dengan semaraknya gerakan
mahasiswa diberbagai kota? Krisis ekonomi global yang juga melanda Indonesia ditandai
dengan melonjaknya harga sembako telah mendorong mahasiswa turun ke jalan-jalan untuk
memprotes penguasa yang korup dan nepotis. Bukan bertambah parahnya ekonomi
Indonesia disebabkan karena tidak beresnya sistem yang dilanggenkan Soeharto. Oleh
karena itu, Soeharto harus digulingkan lebih dahulu dan sistem politik yang harus dibenahi.
Dengan harapan bahwa jika sistem politik sudah benar maka tidak ada lagi kesempatan
bagi penguasa untuk melakukan korupsi yang menyengsarakan rakyat.
Saling hubungan gejala-gejala adalah suatu hukum yang obyektif berlaku didunia
semesta ini. Saling hubungan bukan merupakan terkaan atau buatan manusia. Saling
hubungan memang ada secara obyektif. Oleh karena itu, saling hubungan gejala-gejala
bukan perwujudan dari ide-ide atau pikiran manusia dan sebagainya. Saling hubungan
gejala-gejala tidak tergantung pada kesadaran manusia.
Selain itu, dunia materi senantiasa bergerak dan berkembang sesuai keadaan, tempat
dan waktu. Gerak materi adalah gerak sendiri karena gerak adalah bentuk kesadaran yang
tidak bisa dilepaskan dari materi maka dapat dikatakan bahwa mempunyai gerak sendiri
sebab esensi materi adalah gerak (intern materi) yang paling menentukan, sedang gerak
ekstern hanya mempengaruhi saja. Contoh: Dalam suhu 50 derajat Celcius selama 21 hari
maka telur akan menetaskan anak ayam, sedangkan dalam suhu dan waktu yang sama, batu
tidak akan mungkin akan menetaskan anak ayam. Ini artinya bahwa setiap materi
mempunyai sifat gerak sendiri-sendiri yang tidak bisa disamakan dengan materi yang lain.
Jadi, gerak dalam/faktor intern yang paling menentukan, sedangkan gerak luar/faktor
ekstern hanya syarat saja.
Materi senantiasa bergerak dan berkembang, namun tidak menutup kemungkinan
adanya keadaan materi yang diam. Diamnya materi bukan berarti materi itu berhenti
bergerak atau materi itu talah hilang sifatnya yang esensial. Tapi diamnya materi
disebabkan terjadinya keseimbangan antara gerak dalam materi (faktor intern) dengan
gerak luar (faktor ekstern). Artinya, ada kesamaan kualitas antara gerak dalam dengan
gerak luar. Contoh: seandainya seseorang mendorongkan kepalanya ke tembok dengan
kekuatan dua tenaga kuda sedangkan tembok tidak juga runtuh. Maka dapat disimpulkan
bahwa kemungkinan tembok mempunyai kekuatan lebih atau sama dengan dua tenaga
kuda. Sehingga tembok tidak runtuh. Jika kekuatan tembok dibawah dua tenaga kuda.
Dapat dipastikan tembok akan runtuh.
B.2 Hukum Dialektika Materi
Berangkat dari pengertian bahwa hukum dialektika adalah hukum tentang saling
hubungan dan perkembangan gejala-gejala yang berlaku secara obyektif dalam dunia
semesta. Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa adanya saling hubungan dan perkembangan
materi/gejala-gejala merupakan dua segi dialektika yang tidak bisa dipisah-pisahkan satu
sama lainnya.
1. Tentang kontradiksi.
Hukum tentang kontradiksi merupakan esensi dari hukum dialektika karena
kontradiksi (Pertentangan) mengungkapkan sumber atau asal-usul dan hakekat
perkembangan. Hukum kontardiksi mengajarkan bahwa segala sesuatu terdiri dari bagian-
bagian atau segi-segi yang berbeda atau kontradiksi dan gerak atau perkembangan sesuatu
itu terutama disebabkan adanya saling hubungan yang berupa persatuan dan perjuangan
antara segi-segi yang berkontradiksi yang ada didalamnya.
1. Keumuman kontradiksi
Hukum kontradiksi adalah umum dan universal. Bahwa dalam fenomena material terdapat
kontradiksi-kontradiksi yang terjadinya secara umum dalam seluruh proses gerak materi.
Setiap hal tidak dibatasi oleh ruang dan waktu
1. Kekhususan kontradiksi
Kontradiksi mempunyai kekhasan yang membedakan hal satu dengan lainya pada tingkat
yang berbeda dari proses perkembangan. Juga mempunyai kekhususan dalam kontradiksi
yang membedakan tingkat perkembangan yang satu dari lainnya
2. Kontradiksi pokok
Kontradiksi pokok adalah kontradiksi yang menjadi poros dan mempunyai semua
kontradiksi bukan pokok. Dalam penyelesaian kontradiksi maka kontradiksi pokok
diutamakan dalam setiap perkembangan hanya ada satu kontradiksi pokok yang memegang
peranan memimpin dan menentukan. Kontradiksi pokok memainkan peranan yang
memimpin kontradiksi-kontradiksi lainya pada satu tingkatan perkembangan tertentu maka
ia merupakan dasar persoalan yang harus dipecahkan lebih dulu dan hanya dengan
demikian kontradiksi-kontradiksi lainnya baru bisa dan lebih mudah diselesaikan.
Walaupun demikian bukan berarti kontradiksi-kontradiksi yang bukan pokok tidak ada
peranannya atau pengaruhnya sama sekali terhadap penyelesaian kontradiksi pokok.
Sebaliknya perkembangan kontradiksi-kontradiksi itu mempunyai pengaruh yang tidak
kecil terhadap penyelesaiannya kontradiksi pokok.
3. Hukum tentang negasi dari negasi
Hukum negasi dari negasi menunjukkan orientasi gerak dan perkembangan segala sesuatu.
Hukum ini mengungkapkan pergantian kualitas lama dengan kualitas baru dalam proses
perkembangan dan peningkatan dari bentuk-bentuk yang rendah dan sederhana kebentuk
yang lebih tinggi dan kompleks
B.3 Energi
Energi dari suatu benda adalah ukuran dari kesanggupan benda tersebut untuk melakukan
suatu usaha. Satuan energi adalah joule. Dalam ilmu fisika energi terbagi dalam berbagai
macam/jenis, antara lain :
- energi potensial
- energi kinetik/kinetis
- energi panas
- energi air
- energi batu bara
- energi minyak bumi
- energi listrik
- energi matahari
- energi angin
- energi kimia
- energi nuklir
- energi gas bumi
- energi ombak dan gelombang
- energi minyak bumi
- energi mekanik/mekanis
- energi cahaya
- energi listrik
- dan lain sebagainya
Hukum Kekekalan Energi
” Energi tidak dapat diciptakan dan juga tidak dapat dimusnahkan”
Jadi perubahan bentuk suatu energi dari bentuk yang satu ke bentuk yang lain tidak
merubah jumlah atau besar energi secara keseluruhan.
Rumus atau persamaan mekanik (berhubungan dengan hukum kekekalan energi) :
Em = Ep + Ek
Dimana
Em = energi mekanik
Ep = energi kinetic
Ek = energi kinetic
Perubahan materi adalah perubahan sifat suatu zat atau materi menjadi zat yang lain baik
yang menjadi zat baru maupun tidak. Perubahan materi terbagi menjadi dua macam, yaitu :
1.1.1. Perubahan Materi Secara Fisika atau Fisis
Perubahan fisika adalah perubahan yang merubah suatu zat dalam hal bentuk, wujud atau
ukuran, tetapi tidak merubah zat tersebut menjadi zat baru. Contoh perubahan fisis :
a. perubahan wujud· es balok yang mencair menjadi air· air menguap menjadi uap· kapur
barus menyublim menjadi gas, dsb
b. perubahan bentuk
· gandum yang digiling menjadi tepung terigu benang diubah menjadi kain· batang pohon
dipotong-potong jadi kayu balok dan triplek, dllc. perubahan rasa berdasarkan alat indera
perubahan suhu perubahan rasa, dan lain sebagainya
1.1.2. Perubahan Materi Secara Kimia
Adalah perubahan dari suatu zat atau materi yang menyebabkan terbentuknya zat baru.
Contoh perubahan kimia :
1. bensin biodiesel sebagai bahan bakar berubah dari cair menjadi asap knalpot.
2. proses fotosintesis pada tumbuh-tumbuhan yang merubah air, sinar matahari, dan
sebagainya menjadi makanan
3. membuat masakan yang mencampurkan bahan-bahan masakan sesuai resep menjadi
masakan yang dapat dimakan.
4. bom meledak yang merubah benda padat menjadi pecahan dan ledakan
5. Tubuh yang lemas setelah makan menjadi kuat dan baterai yang soak jika diisi lagi (di
carge) siap dipakai kembali.
Dari contoh tadi dapat dikatakan bahwa benda yang memiliki energi dapat melakukan
kerja. Dengan kata lain energi adalah kemampuan untuk melakukan kerja (usaha). Satuan
energi menurut Satuan Internasional (SI) adalah joule, satuan energi yang lain: erg, kalori,
dan kWh. Satuan kWh biasa digunakan untuk menyatakan energi listrik, dan kalori
biasanya untuk energi kimia.
Konversi satuan energi:
1 kalori = 4,2 joule
1 joule = 0,24 kalori
1 joule = 1 watt sekon
1 kWh = 3.600.000 joule
B.4 Pemanfaatan Energi
Sumber energi yang paling utama di Bumi adalah matahari, tetapi terdapat sumber
energi lain yang dapat digunakan untuk kesejahteraan manusia seperti energi angin, energi
panas bumi, energi pasang surut, energi listrik, energi biogas, dan energi nuklir. Dalam
pemanfaatan energi kita bisa mengubah dari satu bentuk energi menjadi bentuk energi yang
lain.
Banyak sekali kegunaan energi dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya energi
kinetik/gerak untuk memutar turbin yang selanjutnya menggerakkan generator untuk
menghasilkan listrik. Bahkan ombak yang berdebur dapat dimanfaatkan sebagai
pembangkit tenaga listrik, meskipun penggunaannya masih sangat jarang. Caranya adalah
pada kolam renang dengan ombak buatan, udara ditiupkan keluar masuk sebuah ruang di
tepi kolam yang mendorong air sehingga bergoyang naik turun menjadi ombak. Pada
sebuah pembangkit listrik bertenaga ombak (PLTO), aliran masuk dan keluarnya ombak ke
dalam ruangan khusus menyebabkan terdorongnya udara keluar dan masuk melalui sebuah
saluran di atas ruang tersebut kemudian dihubungkan dengan turbin yang akan
menggerakkan generator. Nuklir dapat dimanfaatkan energinya untuk makanan, obat-
obatan, kesehatan dan kedokteran, industri, transportasi, desalinasi air, listrik dan senjata.
Pemanfaatan radio isotop telah dilakukan untuk keperluan makanan yang berhubungan
dengan rekayasa pertanian dan peternakan. Selain itu, energi nuklir dapat digunakan untuk
alat transportasi (kapal selam, Pesawat ruang angkasa) dan ala pembangkit listrik, bukan
dipakai untuk perang.
C. Teknologi dan Kehidupan Manusia
Perkembangan sains dan teknologi yang semakin canggih dan pesat dewasa ini,
sejatinya harus berbanding lurus dengan kualitas sumber daya manusia (SDM). Sebab sains
lahir dari kaum ilmuwan yang akhirnya berpengaruh pada kemajuan teknologi. Kendati
dalam perkembangannya, adakalanya teknologi memicu adanya perkembangan sains.
Kedua-duanya mempunyai hubungan-ikat yang sangat erat dan saling menguntungkan.
Dalam konteks di atas, hubungan antara sains, teknologi, dan masyarakat menjadi
penting, sebab seperti kita ketahui, teknologi lahir karenaadanya kebutuhan manusia untuk
mempermudah segala aktivitas dan kegiatannya. Contohnya, manusia menciptakan televisi
untuk memperoleh wawasan, pengetahuan dan informasi seanyak mungkin. Manusia juga
membuat telepon, alat-alat transportasi dan beragam produk kemudahan dalam berinteraksi
antarsesama. Akan tetapi, bukan berarti kecanggihan teknologi itu melulu mendatangkan
kemanfaatan dan dampak positif saja. Tak sedikit yang justru merugikan manusia jika tidak
digunakan dengan tepat. Sekadar ilustrasi, reaksi nuklir amat berguna dalam produksi
isotop, yaitu untuk berbagai keperluan baik di bidang kesehatan maupun pertanian, juga
dapat difungsikan sebagai pembangkit tenaga listrik. Namun, reaksi nuklir tersebut dapat
pula dipakai sebagai senjata pemusnah masal, seperti yang terjadi di Hirosima dan
Nagasaki. Oleh karena itu, di sini diperlukan kesiapan pengguna teknologi untuk
memahami serta mengaplikasikan aneka produk teknologi dengan baik dan benar, agar
fungsi dari adanya teknologi, yakni membantu kehidupan manusia, dapat tercapai.Kesiapan
yang dibutuhkan para pemakai teknologi ialah kesiapan pengethuan tentang produk
tenologi maupun kesiapan mental untuk tidak menggunakan produk-produk teknologi yang
mengakibatkan dampak negatif dan merugikan masyarakat.
Berbicara mengenai sains dan teknologi, tentu saja tidak bisa dilepaskan dari
konteks sosio-budaya yang melingkupi kelahirannya. Semua kajian keilmuan modern, ilmu
sosial atau alam, berasal dari Amerika Utara dan Eropa Barat pada awal perkembangannya.
Ilmu pengetahuan modern, para awal kelahirannya, menjadi bersifat “euro-sentris”.Menjadi
seperti itu karena pengaruh para filosof Eropa modern seperti Rene Descartes, sangat
dominan pada seluruh bangunan fisikanya Isaac Newton dan kimianya Lavosier. Keadaan
menjadi seperti ini, dimana Amerika Utara dan Eropa Barat memegang hegemoni atas
perkembangan sains dan teknologi (sainstek), karena di bagian dunia yang lain seperti
China, Timur Tengah dan India, terjadi stagnasi besar-besaran di bidang sosial kebudayaan.
Sebetulnya, kebudayaan China, Timur Tengah dan India pada waktu itu sempat lebih maju
dari barat. Namun karena serangkaian perang saudara dan perebutan kekuasaan atau coup
d’etat di China, Timur Tengah dan India akhirnya negara barat mampu menyalip mereka.
C.1 Pergeseran Paradigma
Kita tidak mungkin mengabaikan, sumbangan seorang Isaac Newton dan Antoine
Lavosier terhadap peradaban dunia. Tanpa kedua tokoh ini, ilmu fisika dan ilmu kimia
tidak akan pernah ada. Dengan fisikanya Newton umat manusia bisa mendaratkan astronot
di bulan, dan dengan kimianya Lavosier berbagai obat-obatan seperti penisilin dapat
ditemukan. Namun akhirnya harus disadari bahwa perkembangan sains-teknologi tidaklah
bebas nilai. Menurut Thomas Kuhn, selalu terjadi apa yang disebut “pergeseran paradigma”
sebelum akhirnya suatu teori diterima sebagai suatu hukum. Dalam konteks ini, akhirnya
negara barat menggunakan sains-tek untuk menjalankan politik kolonialisme dan
imperialismenya. Negara barat menyewa para ilmuwan untuk menjadi corong politik
imperialis mereka. Di sini politik hegemoni bermain.
Sejak awal tarikh masehi, bangsa China telah menemukan mesiu. Namun sejauh
mungkin China hanya menggunakan mesiu untuk hiburan atau hal-hal lain yang bersifat
damai. Mereka berusaha keras agar mesiu tidak digunakan sebagai senjata. Sebagai contoh,
sewaktu Cheng Ho, panglima angkatan laut China, melakukan pelayaran keliling dunia
pada sekitar tahun 1400an, dia hanya membawa senjata ringan untuk pasukannya. Senjata
berat yang berbasis mesiu tidak dibawa.
Namun sewaktu mesiu sampai di barat, perubahan besar terjadi. Mesiu dimodifikasi
oleh para ilmuwan untuk digunakan sebagai senjata utama untuk menggantikan busur dan
panah. Sekitar tahun 1500an, senapan tipe “musket” dan meriam telah menjadi jamak
digunakan. Musket dan meriam inilah yang digunakan para imperialis eropa untuk
membantai bangsa Indian beserta produk budayanya di dunia baru yang diklaim sebagai
milik mereka (Kasus penemuan benua Amerika oleh Colombus yang diikuti oleh
kolonialisasi besar-besaran oleh bangsa2 Eropa barat).
Selama sekian ratus tahun musket dan meriam digunakan untuk berperang dalam
konflik-konflik besar yang melibatkan orang Eropa, contohnya para perang 30 tahun di
Jerman (1618-1648), perang suksesi Spanyol (1703-1714), perang kemerdekaan Amerika
(1776-1781), dan tentu saja perang Napoleon (1804-1815). Tidak terhitung berapa juta
manusia yang meninggal, cacat, atau kehilangan tempat tinggal akibat konflik yang
menggunakan musket dan meriam ini. Pada akhir abad ke 19, perkembangan dalam dunia
militer menjorok ke arah yang lebih jauh lagi. Richard Gatling dari Amerika Serikat
menemukan senapan mesin, yang tentunya bisa digunakan untuk membunuh orang lebih
banyak lagi, dan senapan tipe musket berhasil dimodifikasi menjadi tipe rifle yang lebih
mudah digunakan. Dan Inggris pun berhasil menemukan tank pada awal abad ke 20.
Pesawat tempur dan kapal selam pun mulai intensif digunakan.
C.2 Modifikasi
Modifikasi yang digunakan secara intensif di perang dunia ke I (1914-1918) yang
memakan korban 20 juta jiwa manusia. Lebih jauh lagi, para ilmuwan Jerman berhasil
menemukan gas Lewisite, yang ampuh untuk membunuh tentara Inggris di medan perang.
Ditemukannya Lewisite, merupakan babak awak dari perkembangan senjata pemusnah
massal (weapon of mass destruction).
Secara paradigmatik, Perang Dunia II (1939-1945) masih menggunakan sains-
teknologi yang pernah digunakan pada Perang Dunia I. Namun ada sedikit perkembangan.
Proyek Manhattan yang dipimpin oleh DR. Robert Oppenheimer, seorang ahli fisika
eksentrik, telah berhasil menguji coba bom atom pertamanya. Presiden Truman setuju
menggunakan bom atom itu terhadap Jepang, yang waktu itu belum menyerah seperti
Jerman.
Akhirnya kota Hirosima dan Nagasaki dibom dengan total sekitar 500.000 orang
meninggal. Hal tersebut sangat mengerikan. Penemuan bom atom merupakan puncak
gunung dari perkembangan senjata pemusnah massal yang meliputi senjata biologi
(bakteri/fungi/virus), Kimia (gas beracun), dan Fisika (nuklir). Senjata pemusnah massal
pun masih terus digunakan dalam konflik besar dunia sampai detik ini, contohnya di perang
Vietnam, Amerika menggunakan gas kimia tertentu untuk membabat hutan, sehingga
tentara Vietkong tidak bisa bersembunyi.
Melihat kasus-kasus di atas, mudah sekali mengajak orang untuk menjadi anti sains
dan teknologi. Mudah sekali mengajak orang untuk menjadi pesimis, karena perkembangan
sains-teknologi malah menjadi langkah maju menuju kepunahan umat manusia di bumi
ini.Beberapa ilmuwan dari Amerika, seperti Albert Einsten dan Linus Pauling ada yang
secara frontal beroposisi dengan Oppenheimer. Menurut mereka, seharusnya teknologi
nuklir digunakan semata-mata untuk kepentingan damai, maka dengan itu penggunaan bom
atom harus ditolak. Karena pandangannya yang anti penggunaan bom atom itu, justru Linus
Pauling dituduh sebagai seorang komunis yang pro Uni Soviet oleh pemerintah Amerika
Serikat dan paspornya dibekukan. Namun ini tidak menghalangi Pauling untuk
mendapatkan nobel keduanya, yaitu nobel perdamaian karena idealismenya yang teguh
dalam memperjuangkan perdamaian dunia..
Sering kali manusia memandang persoalan secara dualistik. Mereka sering sekali
memisahkan antara yang sekular dan religius, antara jiwa dan badan, antara ilmu sosial dan
ilmu alam, antara politik kiri dan kanan, dan antara subjek dan objek. Menurut pendapat
Frijof Capra, semua ini karena manusia mengikuti filsafat Rene Descartes secara kaku dan
dogmatis. Descartes menganggap bahwa seorang pengamat harus menjadi subjek otonom,
yang terpisah secara tegas dari objek pengamatannya. Descartes dengan instrumen geometri
analitisnya (bagian dari ilmu matematika), beranggapan bahwa semua fenomena alam dan
kemanusiaan bisa dijelaskan dengan bahasa matematika. Filsafat Descartes apabila
diterapkan secara dogmatik akan muncul berbagai kerancuan. Manusia mengklasifikasikan
fenomena alam dan sosial berdasarkan sistem biner. Setelah itu, tanpa sadar, mereka
pertentangkan dan ditabrakkan satu sama lain distingsi biner. Sering sekali wacana di
masyarakat beredar untuk mempertentangkan antara sekular dan religius, sosial dan alam ,
China dan pribumi dan sebagaimya. Filosofi biner ini justru menimbulkan kebingungan dan
konflik di masyarakat. Mungkin apabila filosofi ini diterapkan di Eropa, yang membangun
filsafat atas dasar konflik dan individualisme (dialektika) hal tersebut tidak ada masalah.
Tetapi di Asia (Indonesia) dimana semangat kolektivisme masih kuat, hal tersebut menjadi
problematis karena mengharapkan agar masyarakat hidup dalam konflik terus menerus
antara pendukung salah satu nilai biner itu. Hal ini hanya memecah belah masyarakat dan
memarginalisasikan mereka.Lebih Arif
Melihat keadaan distingsi biner ini seharusnya manusia lebih arif dalam menyikapi
keadaan. Semua disitingsi biner antara dua hal yang bertentangan itu sebetulnya tidak lain
adalah suatu manifestasi budaya, yang dengan kata lain adalah buatan manusia. Bila
demikian, tentu saja terbuka akan kritik. Sudah bukan saatnya untuk menjadikan sains-
teknologi menjadi semacam “dewa penyelamat” yang akan menolong manusia, atau justru
menjadikan sains-teknologi menjadi “malaikat maut” yang akan membunuh manusia pula.
Pandangan seperti ini memecah belah dan membuat masyarakat bingung. Mereka akan
semakin bertanya-tanya apa gunanya sains-teknologi bagi kehidupan mereka karena
tenggelam oleh pro kontra yang tidak ada habis-habisnya antara elit-elit teknokrat.
Sebaiknya para teknokrat, dari berbagai bidang disiplin ilmu apapun, entah itu
kimia, hukum, fisika, psikologi, dan lainnya, bersatu dan berpartisipasi dalam
perkembangan sains-teknologi. Seorang ahli kimia dari FMIPA menemukan senyawa kimia
yang punya potensi menjadi obat, namun bila produk itu telah matang menjadi obat, yang
mempromosikan ke masyarakat adalah para ahli komunikasi massa dari FISIPOL. Adalah
suatu kebajikan yang amat paripurna bila para teknokrat dari berbagai disiplin ilmu (sosial
dan alam), bersatu dalam suatu sinergi yang selaras, harmonis, holistik dan apik, untuk
menyusun suatu konsep sains-teknologi yang memiliki potensi untuk diaplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari di masyarakat. Penelitian ilmu alam secara murni dan idealis
memang masih diperlukan, tetapi masyarakat punya hak bertanya karena adanya pajak yang
mereka bayar.
Bila demikian, tentu saja masyarakat punya hak untuk menuntut kegunaan
penelitian itu untuk mereka. Walaupun bukan dari pajak masyarakat sekalipun, seorang
ilmuwan tetap memiliki tanggung jawab sosial kemasyarakatan untuk mengaplikasikan
sains-teknologi untuk perdamaian dunia, seperti yang ditunjukkan Albert Einstein dan
Linus Pauling. Untuk menjadikan masyarakat mendapatkan kegunaan sains-teknologi
secara optimal, peranan ilmu humaniora sama pentingnya dengan ilmu alam itu sendiri.
Ilmu alam dan ilmu sosial berasal dari satu induk, yaitu Filsafat. Sebagai matter
scientarum, filsafatlah yang melahirkan mereka dan menjadikan mereka berdua menjadi
seperti sekarang ini. Filsafat selalu mencari kebenaran, sementara anak-anaknya, yaitu ilmu
sosial dan alam, mewarisi tugas dari ibunya untuk juga mencari kebenaran. Bila ilmu sosial
dan alam dipertentangkan, berarti sama saja mempertentangkan kebenaran.
Mempertentangkan kebenaran berarti menegasikannya. Bila pencarian kebenaran tidak ada,
peradaban manusia tidak memiliki alasan sama sekali untuk eksis. Para filosof jaman
klasik, seperti Sokrates, Plato, dan Aristoteles, tidak pernah mempertentangkan ilmu alam
dan sosial. Menurut mereka, ilmu harus diteropong dalam satu kesatuan organis, harmonis
dan holistik, yaitu dalam rangka tercapainya kebahagiaan manusia.
D. Perkembangan dan Dampak Penggunaan Teknologi Bagi Kehidupan
Kemajuan sains dan teknologi membawa kejayaan dan kebahagiaan umat manusia.
Kenikmatan dan kemudahan hidup serta berbagai hiburan dapat dinikmati sebagai hasil
sains dan teknologi. Kekurangan tanah pertanian telah dapat diatasi dengan mengubah
gurun-gurun pasir serta daerah tertutup salju menjadi areal pertanian yang subur. Jarak
perjalanan, yang dulu mesti ditempuh berbulan-bulan, saat ini bisa ditempuh dalam
beberapa jam saja, bahkan tak lama lagi bisa sekian detik saja. Ilmu kedokteran pun kian
mengagumkan. Ginjal, paru-paru, jantung dan alat tubuh penting lainnya telah dibuat dan
diperdagangkan sebagaimana layaknya onderdil-onderdil mesin. Orang tua yang dulu
dianggap bakal tak punya anak, kini pun bisa terwujud. Dengan teknik-teknik yang canggih
dan seleksi gen, bersamaan dengan diagnosa janin dan perawatan yang cermat terbuka
harapan yang memungkinkan “mengendalikan kualitas” keturunan umat manusia.
Sekarang telah banyak juga digunakan teknik inseminasi buatan (artificial
insemination/AI) dengan air mani donor (orang lain), jika sang suami mandul, atau
berpenyakit turunan parah seperti Hutington. Seorang suami, kini dapat menyimpan air
maninya dalam cryobank (bank tabungan air mani) sebelum dirinya disterilkan, atau
memungkinkan sang istri punya anak dari suami yang sudah mati. Dengan sistem “kloning”
inti sebuah telur “dibuahi” dengan inti sel somatik (badan) lalu dicangkokkan kembali ke
rahim sehingga berkembang seperti biasa ada kemungkinan nantinya seseorang bisa
melahirkan anak monyet. Ada lagi cara fusi telur (penggabungan telur), yang akan
melenyapkan perlunya sperma pria dan akan selalu menghasilkan/melahirkan bayi wanita.
Bahkan, kedua telur itu, dapat diperoleh dari satu wanita yang sama.
Perkembangan teknologi yang demikian mengagumkan itu memang telah membawa
manfaat yang luar biasa bagi kemajuan peradaban umat manusia. Jenis-jenis pekerjaan
yang sebelumnya menuntut kemampuan fisik yang cukup besar, sekarang sudah bisa
digantikan oleh perangkat mesin-mesin otomatis. Demikian juga ditemukannya formulasi-
formulasi baru kapasitas komputer, seolah sudah mampu menggeser posisi kemampuan
otak manusia dalam berbagai bidang ilmu dan aktifitas manusia. Kemajuan teknologi yang
telah dicapai sekarang benar-benar telah diakui dan dirasakan memberikan banyak
kemudahan dan kenyamanan bagi kehidupan umat manusia.
Belum lagi metode memperlambat ketuaan, darmawisata ke ruang angkasa atau ke
tepi alam semesta ini. Begitu juga perkembangan komputer dan teknologi komunikasi yang
kian canggih dan sempurna yang akan dapat memberi solusi di berbagai bidang kehidupan.
Robot pun kian banyak mengambil alih tugas manusia. Teaching machine, yang jauh lebih
efisien, telah menggantikan fungsi guru. Untuk menambal kekurangan tidur digunakan pula
sleep machine. Pendeknya manusia akan dapat hidup enak dan sepuas mungkin. Semua
berkat sains dan teknologi.
Akibatnya timbul anggapan pada sebagian kalangan, diantaranya sains adalah
segala-galanya. Sains dapat membuat surga di dunia ini. Peradaban seperti ini oleh Prof.
Jaques Barzun dalam bukunya Science, The Glorious Entertaintment disebut sebagai
Scientific Culture -peradaban sains- manusia lebih percaya pada sains dan teknologi.
Manusia dipimpin semata-mata oleh ratio, akal sehat dan inteleknya saja.
Kendatipun demikian masih ada ahli pikir yang cemas melihat perkembangan
masyarakat dan cara pikir seperti itu, terlalu tunduk pada otoritas sains belaka. Keagamaan,
ketuhanan, susila dan nilai-nilai etis lainnya ditanggalkan. Secara kualitatif hidup
bergelimangan alam benda yang berlimpah-limpah dan tunduk hanya pada kekuasaan
intelek saja pada hakekatnya miskin, semu belaka. Sebab yang menjadi daya dorong adalah
keuntungan atau laba. Inilah yang jadi ciri khas utama masyarakat peradaban sains itu.
Saingan yang tajam dalam kehidupan manusia, kurangnya rasa kegotongroyongan,
tak pernah puas dengan segala yang ada, padahal hidup serba ada, menyebabkan timbulnya
kebingungan, kegelisahan batin dan kerisauan hati dalam masyarakat. Manusia hidup
dicekam stress dan ketegangan terus menerus. Lalu terjadilah peningkatan penjualan obat
tidur, obat bius dan penenang saraf. Hal semacam itu takkan terjadi jika manusia yang
hidup dalam peradaban sains itu memperoleh kebahagiaan dan ketenangan batin.
Kekhawatiran ini tercermin dari pendapat banyak ahli pikir Barat sendiri. Hampir
semua filosof besar mengatakan, “Kelam telah menyelimuti dunia barat dan satelitnya”.
Oswald Spengler, Nikolai Danilevski, Arnold J. Toynbee, P. A. Sorokin, Walter Schubart,
N. Berdyev, dan lainnya melukiskan zaman sekarang ini sebagai suatu masa transisi
teramat besar dari peradaban lama menuju peradaban baru. Sistem peradaban lama, secara
berangsur-angsur tapi pasti mulai melemah dan akhirnya padam sama sekali, lenyap dari
permukaan bumi.
Dewasa ini kemajuan perubahan terjadi begitu cepat seiring dengan perkembangan
jaman, sehingga diikuti oleh perubahan ekologi yang sangat cepat pula. Perkembangan
teknologi ini tentu saja tidak lepas dari adanya perkembangan dalam bidang sains yang juga
berlangsung dengan pesatnya terutama sejak abad ke-19 hingga sekarang.
Perkembangan teknologi tidak berlangsung dalam waktu yang pendek, tetapi pada
hakekatnya telah sejak ratusan ribu tahun yang lalu, yang disebut Zaman Batu, ketika orang
atau manusia purba mulai menggunakan batu sebagai alat untuk mempermudah pekerjaan
mereka. Lalu kemudian disusul dengan zaman berikutnya dimana manusia telah mengenal
Logam dan menggunakannya untuk berbagai keperluan. Dengan demikian perkembangan
teknologi jelas membawa dampak bagi perkembangan peradaban manusia.
Perkembangan teknologi pada dasarnya bertujuan untuk makin mempermudah
segala kegiatan yang dilakukan oleh manusia. Hubungan antar manusia yang berjauhan
letaknya dapat dipermudah dengan adanya telepon/handphone atau juga e-mail. Dengan
adanya alat peralatan komunikasi yang makin canggihmaka beberapa kelompok masyarakat
dari berbagai Negara dapat berinteraksi dengan mudah dan hal ini membawa dampak satu
terhadap yang lain.
Sebagai contoh pengaruh perkembangan teknologi terhadap kehidupan ialah adanya
penemuan mesin uap oleh James E.Watt (1736-1819) seorang insinyur Skotlandia.
Perkembangan tenologi terhadap mein uap tersebut ternyata membawa dampak pada
industri, yaitu lahirnya industrialisasi dengan menggunakan mesin serta “ Revolusi Industri
“ di bidang pertekstilan.
Dewasa ini hampir setiap segi kehidupan terkait dengan teknologi sejak bangun dari
tidur, melihat jam dinding untuk mengetahui waktu, pakaian, alat transportasi, peralatan
kantor untuk melakukan pekerjaan merupakan hasil teknologi. Kesiapan yang harus
dimiliki oleh pengguna suatu produk teknologi ialah kesiapan pengetahuan tentang produk
tersebut dan kesiapan mental untuk tidak menggunakan produk teknologi untuk tujuan yang
dampaknya merugikan manusia.
Teknologi sudah menjadi nadi kehidupan yang terus berjalan, mengalir dan
berkembang sedemikian cepat sehingga seluruh sendi kehidupan manusia modern telah
tergantung kepadanya. Dengan teknologi manusia semakin mudah dan cepat dalam
memenuhi kebutuhannya. Namun di sisi lain teknologi yang minim landasan nilai telah
melahirkan banyak krisis. Berbagai krisis seperti krisis ekonomi, krisis kemanusiaan, krisis
moral, krisis ketakwaaan, krisis lingkungan dan berbagai krisis lainnya semakin akrab
dalam kehidupan manusia.
E. Teknologi Informasi
E.1. Pengertian Teknologi Informasi
Teknologi Informasi adalah suatu teknologi yang digunakan untuk mengolah data,
termasuk memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan, memanipulasi data dalam
berbagai cara untuk menghasilkan informasi yang berkualitas, yaitu informasi yang relevan,
akurat dan tepat waktu, yang digunakan untuk keperluan pribadi, bisnis, dan pemerintahan
dan merupakan informasi yang strategis untuk pengambilan keputusan. Teknologi ini
menggunakan seperangkat komputer untuk mengolah data, sistem jaringan untuk
menghubungkan satu komputer dengan komputer yang lainnya sesuai dengan kebutuhan,
dan teknologi telekomunikasi digunakan agar data dapat disebar dan diakses secara global.
E.2. Peran Teknologi Informasi
Dalam kehidupan dimasa mendatang, sektor teknologi informasi dan telekomunikasi
merupakan sektor yang paling dominan. Siapa saja yang menguasai teknologi ini, maka dia
akan menjadi pemimpin dalam dunianya. Teknologi informasi banyak berperan dalam
bidang-bidang antara lain :
Bidang Pendidikan (e-education)
Globalisasi telah memicu kecenderungan pergeseran dalam dunia pendidikan dari
pendidikan tatap muka yang konvensional ke arah pendidikan yang lebih terbuka
(Mukhopadhyay M., 1995). Mason R. (1994) berpendapat bahwa pendidikan mendatang
akan lebih ditentukan oleh jaringan informasi yang memungkinkan berinteraksi dan
kolaborasi, bukannya gedung sekolah. Namun, teknologi tetap akan memperlebar jurang
antara di kaya dan si miskin. Tony Bates (1995) menyatakan bahwa teknologi dapat
meningkatkan kualitas dan jangkauan bila digunakan secara bijak untuk pendidikan dan
latihan, dan mempunyai arti yang sangat penting bagi kesejahteraan ekonomi. Dari ramalan
dan pandangan para cendikiawan di atas dapat disimpulkan bahwa dengan masuknya
pengaruh globalisasi, pendidikan masa mendatang akan lebih bersifat terbuka dan dua arah,
beragam, multidisipliner, serta terkait pada produktivitas kerja dan kompetitif.
Kecenderungan dunia pendidikan di Indonesia di masa mendatang adalah:
1. Berkembangnya pendidikan terbuka dengan modus belajar jarak jauh (Distance
Learning). Kemudahan untuk menyelenggarakan pendidikan terbuka dan jarak jauh
perlu dimasukan sebagai strategi utama.
2. Sharing resource bersama antar lembaga pendidikan / latihan dalam sebuah jaringan
3. Perpustakaan & instrumen pendidikan lainnya (guru, laboratorium) berubah fungsi
menjadi sumber informasi daripada sekedar rak buku.
4. Penggunaan perangkat teknologi informasi interaktif, seperti CD-ROM Multimedia,
dalam pendidikan secara bertahap menggantikan TV dan Video.
Dengan adanya perkembangan teknologi informasi dalam bidang pendidikan, maka
pada saat ini sudah dimungkinkan untuk diadakan belajar jarak jauh dengan menggunakan
media internet untuk menghubungkan antara mahasiswa dengan dosennya, melihat nilai
mahasiswa secara online, mengecek keuangan, melihat jadwal kuliah, mengirimkan berkas
tugas yang diberikan dosen dan sebagainya, semuanya itu sudah dapat dilakukan.
Dalam Bidang Pemerintahan (e-government)
E-government mengacu pada penggunaan teknologi informasi oleh pemerintahan,
seperti menggunakan intranet dan internet, yang mempunyai kemampuan menghubungkan
keperluan penduduk, bisnis, dan kegiatan lainnya. Bisa merupakan suatu proses transaksi
bisnis antara publik dengan pemerintah melalui sistem otomasi dan jaringan internet, lebih
umum lagi dikenal sebagai world wide web. Pada intinya e-government adalah penggunaan
teknologi informasi yang dapat meningkatkan hubungan antara pemerintah dan pihak-pihak
lain. penggunaan teknologi informasi ini kemudian menghasilkan hubungan bentuk baru
seperti: G2C (Governmet to Citizen), G2B (Government to Business), dan G2G
(Government to Government).
Manfaat e-government yang dapat dirasakan antara lain:
1. Pelayanan servis yang lebih baik kepada masyarakat. Informasi dapat disediakan 24 jam
sehari, 7 hari dalam seminggu, tanpa harus menunggu dibukanya kantor. Informasi dapat
dicari dari kantor, rumah, tanpa harus secara fisik datang ke kantor pemerintahan.
2. Peningkatan hubungan antara pemerintah, pelaku bisnis, dan masyarakat umum. Adanya
keterbukaan (transparansi) maka diharapkan hubungan antara berbagai pihak menjadi
lebih baik. Keterbukaan ini menghilangkan saling curiga dan kekesalan dari semua
pihak.
3. Pemberdayaan masyarakat melalui informasi yang mudah diperoleh. Dengan adanya
informasi yang mencukupi, masyarakat akan belajar untuk dapat menentukan
pilihannya. Sebagai contoh, data-data tentang sekolah: jumlah kelas, daya tampung
murid, passing grade, dan sebagainya, dapat ditampilkan secara online dan digunakan
oleh orang tua untuk memilihkan sekolah yang pas untuk anaknya.
4. Pelaksanaan pemerintahan yang lebih efisien. Sebagai contoh, koordinasi pemerintahan
dapat dilakukan melalui e-mail atau bahkan video conference. Bagi Indonesia yang luas
areanya sangat besar, hal ini sangat membantu. Tanya jawab, koordinasi, diskusi antara
pimpinan daerah dapat dilakukan tanpa kesemuanya harus berada pada lokasi fisik yang
sama. Tidak lagi semua harus terbang ke Jakarta untuk pertemuan yang hanya
berlangsung satu atau dua jam saja.· Bidang Keuangan dan Perbankan
Saat ini telah banyak para pelaku ekonomi, khususnya di kota-kota besar yang tidak
lagi menggunakan uang tunai dalam transaksi pembayarannya, tetapi telah memanfaatkan
layanan perbankan modern. Bahkan baru-baru ini salah satu bank swasta di Indonesia
memperkenalkan suatu alat yang akan menggantikan penggunaan uang.
Layanan perbankan modern yang hanya ada di kota-kota besar ini dapat dimaklumi
karena pertumbuhan ekonomi saat ini yang masih terpusat di kota-kota besar saja, yang
menyebabkan perputaran uang juga terpusat di kota-kota besar. Sehingga sektor perbankan
pun agak lamban dalam ekspansinya ke daerah-daerah. Hal ini sedikit banyak disebabkan
oleh kondisi infrastruktur saat ini selain aspek geografis Indonesia yang unik dan luas.
Untuk menunjang keberhasilan operasional sebuah lembaga keuangan/perbankan
seperti bank, sudah pasti diperlukan sistem informasi yang handal yang dapat diakses
dengan mudah oleh nasabahnya, yang pada akhirnya akan bergantung pada teknologi
informasi online, sebagai contoh, seorang nasabah dapat menarik uang dimanapun dia
berada selama masih ada layanan ATM dari bank tersebut, atau seorang nasabah dapat
mengecek saldo dan mentransfer uang tersebut ke rekening yang lain hanya dalam hitungan
menit saja, semua transaksi dapat dilakukan.
Institusi perbankan dan keuangan telah dipengaruhi dengan kuat oleh
pengembangan produk dalam teknologi informasi, bahkan mereka tidak dapat beroperasi
lagi tanpa adanya teknologi informasi tersebut.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
1. Teknologi berarti ilmu yang mempelajari tentang “techne” manusia.
2. Dalam memahami teknologi di Indonesia memerlukan beberapa pendekatan.
3. Sains merupakan cara kerja yang sistematis dan komprehensif dengan
menggunakan metode ilmiah.
4. Sains dan teknologi bersifat komplementer yang saling melengkapi sebagai bejana
berhubungan.
5. Syarat aplikasi sains yang layak sebagai teknologi adalah harus rasional dan efisien
6. Materi dapat menentukan ide tetapi ide mempengaruhi perkembangan materi.
7. Bunyi hukum Kekekalan Energi: “Energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat
dimusnahkan.
8. Perkembangan sains dan teknologi saat ini harus berbanding lurus dengan kualitas
Sumber Daya Manusia.
9. Teknologi banyak memberikan dampak positif bagi manusia, tetapi juga
mempunyai dampak negatif.
10. Teknologi Informasi adalah suatu teknologi yang digunakan untuk mengolah data,
termasuk memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan, memanipulasi data.
11. Teknologi Informasi berperan di bidang pendidikan, pemerintahan, keuangan dan
perbankan.

B. Saran

1. Sebaiknya penggunaan teknologi dan informasi dilaksanakan secara tepat guna dan
efisien.
2. Pemanfaatan teknologi yang tepat guna akan sangat membantu manusia.
3. Sebaiknya penggunaan energi alternatif lebih dilakukan guna mengurangi
pemakaian energi utama yang semakin menipis.
4. Pemanfaatan teknologi dan sains sebaiknya diikuti dengan peningkatan kualitas
Sumber Daya Manusia.
DAFTAR PUSTAKA

· Ali, Abdullah dkk. 2006. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.
· Gregory, Andrew. 2002. EUREKA! The Birth of Science (terjemahan). Yogyakarta:
Jendela Press..
· Poedjiadi, Anna. 2005. Sains Teknologi Masyarakat. Bandung: Rosda Karya.
· Rakhmat, Jalaludin. 2000. Rekayasa Sosial: Reformasi, Revolusi, atau Manusia Besar?.
Bandung: Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai