Anda di halaman 1dari 25

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb.
Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan limpahan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusunan laporan
penugasan penulisan ilmiah yang berkaitan dengan penyakit tetanus dapat terlaksana
dengan baik.
Tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan Kritis serta menambah pengetahuan mengenai penyakit tetanus.
Terselesaikannya penyusunan laporan ini tidak lepas dari dukungan dan peran serta
berbagai pihak.
Kami menyadari bahwa laporan ini belum sempurna baik dari segi isi ataupun
penyajiannya. Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
Wassalamu’alaikum wr.wb.

Cianjur, 12 Oktober 2017

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………… i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………….....................……...... 3
B. Rumusan Masalah……………………………………….............................. 4
C. Tujuan……………………………………………....................………........ 4

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian……………….............…………………………………............. 5
B. Etiologi ………………………………......................................………. 6
C. Tanda dan Gejala ................................................................................ 7
D. Pathway…............................................………………………………...9
E. Diagnosis……………………………….................................................10
F. Pemeriksaan penunjang……………………………………………. ...........10
G. Penatalaksanaan……………………………………...............................10
H. Komplikasi ……………………………………......................................12
I. Pencegahan …………………………………………..............................12
J. Asuhan Keperawatan............................................................................12

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ……………………………………………………................... 24
B. Saran …………………………………………………………..................... 24

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tetanus merupakan salah satu penyakit infeksi yang dapat
dicegah dengan imunisasi. Tetanus dapat terjadi pada orang yang belum
diimunisasi, orang yang diimunisasi sebagian, atau telah diimunisasi
lengkap tetapi tidak memperoleh imunitas yang cukup, karena tidak
melakukan booster secara berkala.
Tetanus merupakan masalah kesehatan masyarakat yang terjadi di
seluruh dunia. Diperkirakan angka kejadian pertahunnya sekitar satu juta
kasus dengan tingkat mortalitas yang berkisar dari 6% hingga 60%. Pada
tahun 2000, hanya 18.833 kasus tetanus yang dilaporkan ke WHO.
Berdasarkan data dari WHO, penelitian yang dilakukan oleh Stanfield
dan Galazka, dan data dari Vietnam diperkirakan insidens tetanus di
seluruh dunia adalah sekitar 700.000 – 1.000.000 kasus per tahun. Selama
20 tahun terakhir, insidens tetanus telah menurun seiring dengan
peningkatan cakupan imunisasi. Namun demikian, hampir semua negara
tidak memiliki kebijakan bagi orang yang telah divaksinasi yang lahir
sebelum program imunisasi diberlakukan ataupun penyediaan booster
yang diperlukan untuk perlindungan jangka lama, serta pada orang-orang
yang lupa melakukan jadwal imunisasi. Di Amerika Serikat, tetanus
sudah jarang ditemukan. Tetanus neonatorum menyebabkan 50%
kematian perinatal dan menyumbangkan 20% kematian bayi. Angka
kejadian 6-7/100 kelahiran hidup di perkotaan dan 11-23/100 kelahiran
hidup di pedesaan. Sedangkan angka kejadian tetanus pada anak di rumah
sakit 7-40 kasus/tahun, 50% terjadi pada kelompok 5-9 tahun, 30%
kelompok 1-4 tahun, 18% kelompok >10 tahun, dan sisanya pada bayi
<12 bulan.
Di Indonesia, tetanus masih menjadi salah satu dari sepuluh besar
penyebab kematian pada anak. Meskipun insidens tetanus saat ini sudah
menurun, namun kisaran tertinggi angka kematian dapat mencapai angka

3
60%. Selain itu, meskipun angka kejadiannya telah menurun setiap
tahunnya, namun penyakit ini masih belum dapat dimusnahkan meskipun
pencegahan dengan imunisasi sudah diterapkan secara luas di seluruh
dunia. Oleh karena itu, diperlukan kajian lebih lanjut mengenai
penatalaksanaan serta pencegahan tetanus guna menurunkan angka
kematian penderita tetanus, khususnya pada anak.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian penyakit tetanus ?
2. Apa etiologi penyakit tetanus ?
3. Apa saja tanda dan gejala penyakit tetanus ?
4. Bagaimana pathway penyakit tetanus ?
5. Apa diagnosis dari tetanus ?
6. Apa saja pemeriksaan penunjang penyakit tetanus ?
7. Bagaimana penatalaksaan penyakit tetanus ?
8. Apa saja komplikasi penyakit tetanus ?
9. Bagaimana pencegahan agar terhidar dari penyakit tetanus ?
10. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien tetanus ?
C. Tujuan Penulisan
1. Memahami pengertian penyakit tetanus
2. Memahami etiologi penyakit tetanus
3. Mengetahui tanda dan gejala dari tetanus
4. Mengetahui pathway dari tetanus
5. Mengetahui diagnosis dari klien dengan tetanus
6. Mengetahui pemeriksaan penunjang klien dengan tetanus
7. Mengetahui penatalaksanaan klien dengan tetanus
8. Mengetahui komplikasi dari penyakit tetanus
9. Mengrtahui pencegahan agar terhindar dari penyakit tetanus
10. Mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan tetanus

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Tetanus adalah penyakit dengan tanda utama kekakuan otot (spasme) tanpa
disertai gangguan kesadaran. Gejala ini bukan disebabkan kuman secara langsung,
tetapi sebagai dampak eksotoksin (tetanoplasmin) yang dihasilkan oleh kuman
pada sinaps ganglion sambungan sumsum tulang belakang, sambungan neuro
muscular (neuro muscular jungtion) dan saraf autonom. (Smarmo 2002)
Tetanus adalah penyakit yang disebabkan oleh tetonospamin yang di
produksi oleh clostridium tetani yang menginfeksi system urat saraf dan otot
sehingga otot menjadi kaku. (Gardjito, Widjoseno 2011).
Tetanus adalah gangguan neurologis yang ditandai dengan meningkatnya tonus otot
dan spasme, yang disebabkan oleh tetanuspasmin, suatu toksin protein yang kuat
yang dihasilkanoleh Clostridium tetani. Terdapat beberapa bentuk klinis tetanus
termasuk di dalamnyatetanus neonatorum, tetanus generalisata dan gangguan neurologis
loka. (Aru W. Sudoyo,2011).
Penyakit infeksi yang disebabkan oleh toksin kuman clostridium tetani,
bermanifestasi dengan kejang otot secara paroksisimal dan diikuti oleh kekakuan
otot seluruh badan, khususnya otot-otot massester dan otot rangka.
Klasifikasi tetanus berdasarkan bentuk klinis yaitu: (Sudoyo Aru, 2009)
1. Tetanus local: Biasanya ditandai dengan otot terasa sakit, lalu timbul
rebiditas dan spasme pada bagian proksimal luar. Gejala itu dapat menetap
dalam beberapa minggu dan menghilang.
2. Tetanus sefalik: Varian tetanus local yang jarang terjadi. Masa inkubasi 1-
2 hari terjadi sesudah otitis media atau luka kepala dan muka. Paling
menonjol adalah disfungsi saraf III, IV, VII, IX, dan XI tersering saraf
otak VII diikuti tetanus umum.
3. Tetanus general: yang merupakan bentuk paling sering. Spasme otot, kaku
kuduk, nyeri tenggorokan, kesulitan membuka mulut, rahang terkunci
(trismus), disfagia. Timbul kejang menimbulkan aduksi lengan dan

5
ekstensi ekstremitas bagian bawah. Pada mulanya, spasme berlangsung
beberapa detik sampai beberapa menit dan terpisah oleh periode relaksasi.
4. Tetanus neonatorum: biasa terjadi dalam bentuk general dan fatal apabila
tidak ditanggani, terjadi pada anak-anak yang dilahirkan dari ibu yang
tidak imunisasi secara adekuat, rigiditas, sulit menelan ASI, iritabilitas,
spasme.

Klasifikasi beratnya tetanus oleh albert (Sudoyo Aru, 2009):


Derajat Manifestasi Klinis
I : Ringan Trismus (kekauan otot mengunyah) ringan sampai
sedang; spastisitas umum tanpa spasme atau
gangguan pernapasan;tanpa disfagia atau disfagia
ringan
II : Sedang Trismus sedang; rigiditas dengan spasme ringan
sampai sedang dalam waktu singkat; laju
napas>30x/menit; disfagia ringan
III : Berat Trismus berat; spastisitas umum; spasmenya lama;
laju napas>40x/menit; laju nadi > 120x/menit,
apneic spell, disfagia berat
IV : Sangat (derajat III + gangguan sistem otonom termasuk
berat kardiovaskular) Hipertensi berat dan takikardia
yang dapat diselang-seling dengan hipotensi relatif
dan bradikardia, dan salah satu keadaan tersebut
dapat menetap

B. Penyebab
Spora bacterium clostridium tetani (C. Tetani). Kuman ini mengeluarkan
toxin yang bersifat neurotoksik (tetanospasmin) yang menyebabkan kejang otot
dan saraf perifer setempat. Termasuk bakteri gram positif. Bentuk: batang.
Terdapat: di tanah, kotoran manusia dan binatang (khususnya kuda) sebagai spora,
debu, instrument lain. Spora bersifat dorman dapat bertahan bertahun-tahun (> 40
tahun)

6
C. Tanda dan gejala
Periode inkubasi (rentang waktu antara trauma dengan gejala pertama) rata-
rata 7-10 hari dengan rentang 1-60 hari. Onset (rentang waktu antara gejala
pertama dengan spasme pertama) bervariasi antara 1-7 hari. Minggu pertama:
regiditas, spasme otot. Gangguan ototnomik biasanya dimulai beberapa hari
setelah spasme dan bertahan sampai 1-2 minggu tetapi kekakuan tetap bertahan
lebih lama. Pemulihan bisa memerlukan waktu 4 minggu. (Sudoyo, Aru 2009)

Pemeriksaan fisis (Sumarmo, 2002)


1. Trismus adalah kekakuan otot mengunyah sehingga sukar membuka mulut.
2. Risus sardonicus, terjadi sebagai kekakuan otot mimic, sehingga tampak dahi
mengkerut, mata agak tertutup, dan sudut mulut tertarik keluar kebawah.
3. Opistotonus adalah kekakuan otot yang menunjang tubuh seperti: otot
punggung, otot leher, otot badan, dan trunk muscle. Kekakuan yang sangat
berat dapat menyebabkan tubuh melengkung seperti busur.
4. Otot dinding perut kaku sehingga dinding perut seperti papan
5. Bila kekakuan semakin berat, akan timbul kejang umum yang awalnya hanya
terjadi setelah dirangsang misalnya dicubit, digerakkan secara kasar, atau
terkena sinar yang kuat.
6. Pada tetanus yang berat akan terjadi gangguan pernapasan akibat kejang yang
terus-menerus atau oleh kekakuan otot laring yang dapat menimbulkan
anoksia dan kematian.

Secara umum tanda dan gejala yang akan muncul:


1. Spasme dan kaku otot rahang (massester) menyebabkan kesukaran membuka
mulut (trismus)
2. Pembengkakan, rasa sakit dan kaku dari berbagai otot:
a. Otot leher
b. Otot dada
c. Merambat ke otot perut
d. Otot lengan dan paha
e. Otot punggung, seringnya epistotonus

7
3. Tetanik seizures (nyeri, kontraksi otot yang kuat)
4. Iritabilitas
5. Demam

Gejala penyerta lainnya:


1. Keringat berlebihan
2. Sakit menelan
3. Spasme tangan dan kaki
4. Produksi air liur
5. BAB dan BAK tidak terkontrol
6. Terganggunya pernapasan karena otot laring terserang

8
D. Pathway

Terpapar kuman Clostridium tetani

Eksotoksin

Pengangkutan toksin melewati saraf motorik

Ganglion sumsum Otak Saraf otonom


tulang belakang

Menempel pada Mengenai saraf


Tonus otot Cerebral Gangliosides simpatis

Menjadi kaku Kekakuan & kejang  Keringat berlebihan


khas pada tetanus  Hipertermi
 Hipotermi
 Aritmia
Hilangnya keseimbangan tonus otot  Takikardi

Kekakuan otot Hipoksia berat

O2 di otak
Sistem pencernaan Sistem pernafasan

Kesadaran
 Ketidakseimbangan nutrisi  Ketidakefektifan
kurang dari kebutuhan jalan nafas
tubuh  Gangguan perfusi jaringan
 Gangguan pertukaran gas
 Ketidakefektifan
termoregulasi
 Defisit pengetahuan
 Defisit perawatan diri
 Intoleransi aktifitas

9
E. Diagnosis
1) Riwayat dan temuan secara fisik
Kenaikan tonus otot skelet: trismus, kontraksi otot-otot kepala/wajah dan
mulut, perut papan
2) Pemeriksaan laboratorium
Kultur luka (mungkin negative)
Test tetanus anti bodi
3) Tes lain untuk menyingkirkan penyakit lain seperti meningitis, rabies,
epilepsy dll

F. Pemeriksaan penunjang
a. EKG: interval CT memanjang karena segment ST. Bentuk takikardi
ventrikuler (Torsaderde pointters)
b. Pada tetanus kadar serum 5-6 mg/al atau 1,2-1,5 mmol/L atau lebih
rendah kadar fosfat dalam serum meningkat.
c. Sinar X tulang tampak peningkatan denitas foto Rontgen pada jaringan
subkutan atau basas ganglia otak menunjukkan klasifikasi.

G. Penatalaksanaan
1. Netralisasi toksin dengan tetanus antitoksin (TAT)
a. Hiperimun globulin (paling baik)
Dosis: 3.000-6.000 unit IM
Waktu paruh: 24 hari, jadi dosis ulang tidak diperlukan
Tidak berefek pada toksin yang terikat di jaringan saraf; tidak dapat
menembus barier darah-otak
b. Pemberian ATS (anti tetanus)
ATS profilaksis diberikan untuk (luka yang kemungkinan terdapat
clostridium: luka paku berkarat), luka yang besar, luka yang
terlambat dirawat, luka tembak, luka yang terdapat diregio leher dan
muka, dan luka-luka tusuk atau gigitan yang dalam) yaitu sebanyak
1500 IU – 4500 IU ATS terapi sebanyak > 1000 IU, ATS ini tidak
berfungsi membunuh kuman tetanus tetapi untuk menetralisir

10
eksotoksin yang dikeluarkan clostridium tetani disekitar luka yang
kemudian menyebar melalui sirkulasi menuju otak.
Untuk terapi, pemberian ATS melelui 3 cara yaitu:
- Di suntik disekitar luka 10.000 IU (1 ampul)
- IV 200.000 IU (10 ampul lengan kanan dan 10 ampul lengan
kiri)
- IM di region gluteal 10.000 IU
2. Perawatan luka
a. Bersihkan, kalau perlu didebridemen, buang benda asing, biarkan
terbuka (jaringan nekrosis atau pus membuat kondisis baik C. Tetani
untuk berkembang biak)
b. Penicillin G 100.000 U/kg BB/6 jam (atau 2.000.000 U/kg BB/24
jam IV) selama 10 hari
c. Alternatif
Tetrasiklin 25-50 mg/kg BB/hari (max 2 gr) terbagi dalam 3 atau 4
dosis
Metronidazol yang merupakan agent anti mikribial.
Kuman penyebab tetanus terus memproduksi eksotoksin yang hanya
dapat dihentikan dengan membasmi kuman tersebut.
3. Berantas kejang
a. Hindari rangsang, kamar terang/silau, suasana tenang
b. Preparat anti kejang
c. Barbiturat dan Phenotiazim
- Sekobarbital/Pentobarbital 6-10 mg/kg BB IM jika perlu tiap 2
jam untuk optimum level, yaitu pasien tenag setengah tidur
tetapi berespon segera bila dirangsang
- Chlorpromazim efektif terhadap kejang pada tetanus
- Diazepam 0,1-0,2 mg/kg BB/3-6 jam IV kalau perlu 10-15
mg/kg BB/24 jam: mungkin 2-6 minggu
4. Terapi suportif
a. Hindari rangsang suara, cahaya, manipulasi yang merangsang
b. Perawatan umum, oksigen

11
c. Bebas jalan napas dari lendir, bila perlu trakeostomi
d. Diet TKTP yang tidak merangsang, bila perlu nutrisi parenteral,
hindari dehidrasi. Selama pasase usus baik, nutrisi interal
merupakan pilihan selain berfungsi untuk mencegah atropi saluran
cerna.
e. Kebersihan mulut, kulit, hindari obstipasi, retensi urin

H. Komplikasi
1. Hipertensi
2. Kelelahan
3. Asfiksia
4. Aspirasi pneumonia
5. Fraktur dan robekan otot

I. Pencegahan
1. Imunisasi tetanus
Dipertimbangkan proteksi terhadap tetanus selama 10 tahun setelah
suntukan
a. DPT vaksin pada bayi dan anak-anak
b. Td vaksin digunakan pada booster untuk remaja dan dewasa.
Ada juga yang menganjurkan dilakukan imunisasi setiap interval 5 tahun
2. Membersihkan semua jenis luka setelah injuri terjadi, sekecil apapun.
3. Melahirkan di tempat yang terjaga kebersihannya

J. Asuhan Keperawatan Tetanus


1. Pengkajian
1) Anamnesa
a) Riwayat terkena luka tusuk / luka dalam.
b) Keluhan sukar menelan
c) Nyeri kepala
d) Nyeri anggota badan (badan kaku)

12
2) Pengkajian
1) Pernafasan ( Breathing = B1 )
a) Peningkatan sekresi atau produksi mucus
b) Sesak dan sianosis
c) Kaji status pernapasan (napas cepat)
2) Kardiovaskular ( Blood = B2 )
a) Hipertensi, peningkatan nadi, sianosis
b) Tanda vital normal atau depresi dengan penurunan nadi dan
pernafasan.
3) Persyarafan ( Brain = B3 )
a) Trismus (kesukaran membuka mulut)
b) Kaku kuduk sampai epistotonus
c) Ketegangan pada otot dinding perut
d) Kejang tonik
e) Rhisus sardonikus (spasme otot muka, alis tertarik ke atas )
f) Gelisah
g) Sensitif pada rangsangan eksternal
h) Tenderness pada otot leher dan rahang
4) Perkemihan ( Bladder = B4 )
a) Incontinencia episodik
b) Peningkatan tekanan Bandung kemih dan tonos sfingter
c) Otot relaksasi yang mengakibatkan incontinencia ( baik urine
/ fecal )
5) Pencernaan ( Bowel = B5 )
a) Sensitivitas terhadap makanan, mual / muntah yang
berhubungan dengan aktivitas kejang.
b) Kerusakan jaringan lunak / gigi ( cidera selama kejang )
6) Otot – tulang – integumen ( Bone = B6 )
a) Keletihan, kelemahan umum.
b) Keterbatasan dalam beraktivitas / bekerja yang ditimbulkan
oleh diri sendiri / orang terdekat
c) Perubahan tonus / kekuatan otot.

13
d) Gerakan involunter / kontraksi otot ataupun sekelompok otot.
2. Diagnosa keperawatan
Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan tetanus
antara lain:
1. Ketidakefektifan termoregulasi berhubungan dengan proses penyakit
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi
jalan napas
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan penurunan reflek menelan, intake kurang
4. Defisit perawatan diri, makan, toileting, berpakaian berhubungan
dengan kelemahan umum
5. Defisit pengetahuan (tentang penyakit, penyebab) berhubungan
dengan tidak mengenal sumber informasi.
6. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum
7. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan hipoksia berat
8. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan hipoksia berat

14
K. INTERVENSI KEPERAWATAN

NO. Diagnosa
Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)
Keperawatan
1. Ketidak efektifan Setelah dilakukan tidakan keperawatan selama NIC: Temperature regulation
termoregulasi proses keperawatan diharapkan status termoregulasi Intervensi:
berhubungan dengan efektif - Monitor S, N, RR, TD
proses penyakit NOC: Immune status - Monitor suhu tiap 2 jam
Kriteria hasil - Monitor tanda-tanda hipotermia dan
- Keseimbsngan antara produksi panas, panas hipertermia
yang diterima dan kehilangan panas - Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
- Temperature stabil - Selimuti pasien untuk mencegah
- Tidak ada kejang hilangnya kehangatan tubuh
- Tidak ada perubhan warna kulit - Berikan antipiuretik jika perlu
Keterangan Skala :
1 : Tidak pernah menunjukkan.
2 : Jarang menunjukkan
3 : Kadang menunjukkan
4 : Sering menunjukkan
5 : Selalu menunjukkan

15
2. Bersihan jalan nafas Setelah dilakukan tidakan keperawatan selama NIC: Airways management
tidak efektif proses diharapkan bersihan jalan nafas efektif Intervensi:
berhubungan dengan NOC: Respiratori status: Airways patency - Posisikan pasien untuk memaksimalkan
obstruksi jalan napas Kriteria Hasil : ventilasi
- Suara napas bersih - Lakukan fisioterapi dada jika perlu
- Tidak ada sianosis - Keluarkan sekret dengan batuk efektif atau
- Tidak ada sputum suction
- Tidak ada dyspneu - Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
- Menunjukan jalan nafas yang paten. tambahan
Keterangan Skala : - Berikan bronkodilator bila perlu
1 : Tidak pernah menunjukkan. - Monitor respirasi dan status O2
2 : Jarang menunjukkan - Ajarkan batuk efektif
3 : Kadang menunjukkan - Anjurkan untuk minum air putih hangat
4 : Sering menunjukkan - Anjurkan untuk menghindari makanan
5 : Selalu menunjukkan yang merangsang batuk
- Anjurkan untuk menghindari makanan
merangsang pembentukkan dahak
- Kolaborasi dokter dengan pemberian

16
nebulizer
- Bantu dan ajarkan kepada pasien dalam
menggunakan teknik napas dalam

3. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama NIC : Nutrition Management


nutrisi kurang dari proses keperawatan diharapkan kebutuhan nutrisi Intervensi :
- Kaji adanya alergi makanan
kebutuhan terpenuhi.
- Anjurkan pasien untuk meningkat intake
berhubungan dengan NOC : Nutritional Status
Fe
penurunan reflek Kriteria Hasil :
- Anjurkan pasien untuk meningkatkan
menelan, intake - Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan
intake protein
kurang
tujuan
- Monitor jumlah nutrisi dan kandungan
- Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
kalori
- Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
- Berikan informasi tentang kebutuhan
- Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
nutrisi
Keterangan Skala :
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
1 : Tidak pernah menunjukkan.
menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
2 : Jarang menunjukkan
dibutuhkan pasien.
3 : Kadang menunjukkan

17
4 : Sering menunjukkan
5 : Selalu menunjukkan

Defisit perawatan diri Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama NIC : Self care assistance
4.
berhubungan dengan proses keperawatan diharapkan personal hygiene Intervensi :
kelemahan umum. pasien dapat terpenuhi. - Monitor kebutuhan pasien untuk personal
NOC : Self care ; activity of daily living hygiene termasuk makan. Mandi,
Kriteria Hasil : berpakaian, toileting.
- Makan secara mandiri - Mandirikan aktivitas rutin untuk
- Berpakaian terpenuhi perawatan diri.
- Mandi terpenuhi - Bantu pasien sampai pasien mampu
- Kebersihan terjaga berdiri.
Keterangan Skala : - Ajarkan kepada anggota keluarga untuk
1 : Ketergantungan peningkatan kemandirian
2 : Membutuhkan bantuan orang lain dan alat
3 : Membutuhkan bantuan orang lain
4 : Mandiri dengan bantuan alat.
5 : Mandiri sepenuhnya

18
5. Defisit pengetahuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama NIC: Teaching : disease Process
(tentang penyakit, proses keperawatan diharapkan tingkat pengetahuan Intervensi:
penyebab) meningkat - Berikan penilaian tentang tingkat
berhubungan dengan NOC: Kowlwdge : disease process pengetahuan pasien tentang proses
tidak mengenal Kriteria hasil: penyakit yang spesifik
sumber informasi. - Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman - Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan
tentang penyakit, kondisi, prognosis dan bagaimana hal ini berhubungan dengan
program pengobatan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang
- Pasien dan keluarga mampu melaksanakan tepat.
prosedur yang dijelaskan secara benar - Gambarkan tanda dan gejala yang biasa
- Pasien dan keluarga mampu menjelaskan muncul pada penyakit, dengan cara yang
kembali apa yang dijelaskan perawat/tim tepat
kesehatan lainnya - Gambarkan proses penyakit, dengan cara
Keterangan Skala : yang tepat
1 : Tidak pernah menunjukkan. - Identifikasi kemungkinan penyebab,
2 : Jarang menunjukkan dengna cara yang tepat
3 : Kadang menunjukkan - Sediakan informasi pada pasien tentang
4 : Sering menunjukkan kondisi, dengan cara yang tepat

19
5 : Selalu menunjukkan - Hindari harapan yang kosong
- Sediakan bagi keluarga atau SO informasi
tentang kemajuan pasien dengan cara yang
tepat
- Diskusikan perubahan gaya hidup yang
mungkin diperlukan untuk mencegah
komplikasi di masa yang akan datang dan
atau proses pengontrolan penyakit
- Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
- Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau
mendapatkan second opinion dengan cara
yang tepat atau diindikasikan
- Eksplorasi kemungkinan sumber atau
dukungan, dengan cara yang tepat
- Rujuk pasien pada grup atau agensi di
komunitas lokal, dengan cara yg tepat
- Instruksikan pasien mengenai tanda dan
gejala untuk melaporkan pd pemberi
perawatan kesehatan, dngan cara yg tepat.

20
6. Intoleransi aktifitas Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama NIC : Activity therapy
berhubungan dengan proses keperawatan intoleransi aktifitas tidak Intervensi:
kelemahan umum muncul. - Pantau asupan nutrisi untuk memastikan
NOC: Activity tolarence keadekuatan sumber energi.
Kriteria hasil: - Ajarkan tentang pengaturan aktifitas dan
- Menyadari keterbatasan energi tehnik manajemen waktu untuk
- Menyeimbangkan aktifitas dan istirahat mencegah kelelahan.
- Tingkat daya tahan adekuat untuk beraktifitas - Bantu dengan aktifitas fisik teratur
Keterangan Skala : - Rencanakan aktifitas pada periode pasien
1 : Tidak pernah menunjukkan. mempunyai energi paling banyak
2 : Jarang menunjukkan - Bantu pasien untuk mengidentifikasi
3 : Kadang menunjukkan pilihan aktivitas
4 : Sering menunjukkan
5 : Selalu menunjukkan

7.1. Gangguan perfusi NOC : NIC :


· Circulation status Peripheral Sensation Management
jaringan berhubungan
· Tissue Prefusion : cerebral (Manajemen sensasi perifer)
dengan hipoksia berat Kriteria Hasil :  Monitor adanya daerah tertentu yang hanya
 mendemonstrasikan status sirkulasi peka terhadap panas/dingin/tajam/tumpul

21
 Tekanan systole dan diastole dalam rentang yang  Monitor adanya paretese
diharapkan  Instruksikan keluarga untuk
 Tidak ada ortostatikhipertensi mengobservasi kulit jika ada lsi atau
 Tidak ada tanda tanda peningkatan tekanan laserasi
intrakranial (tidak lebih dari 15 mmHg)  Gunakan sarun tangan untuk proteksi
 Mendemonstrasikan kemampuan kognitif yang  Batasi gerakan pada kepala, leher dan
ditandai dengan: punggung
 Berkomunikasi dengan jelas dan sesuai  Monitor kemampuan BAB
dengan kemampuan  Kolaborasi pemberian analgetik
 Menunjukkan perhatian, konsentrasi dan  Monitor adanya tromboplebitis
orientasi  Diskusikan menganai penyebab perubahan
 Memproses informasi sensasi
 Membuat keputusan dengan benar
 Menunjukkan fungsi sensori motori cranial
yang utuh : tingkat kesadaran membaik, tidak
ada gerakan gerakan involunter
8. Gangguan pertukaran NOC : NIC :
Respiratory Status : Gas exchange Airway Management
gas berhubungan Respiratory Status : ventilation  Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift
Vital Sign Status atau jaw thrust bila perlu
dengan hipoksia berat
Kriteria Hasil :  Posisikan pasien untuk memaksimalkan
 Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan ventilasi
oksigenasi yang adekuat  Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat
 Memelihara kebersihan paru paru dan bebas dari jalan nafas buatan
tanda tanda distress pernafasan  Pasang mayo bila perlu
 Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas  Lakukan fisioterapi dada jika perlu
yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu  Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
(mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas

22
dengan mudah, tidak ada pursed lips)  Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
 Tanda tanda vital dalam rentang normal tambahan
 Lakukan suction pada mayo
 Berika bronkodilator bial perlu
 Barikan pelembab udara
 Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
keseimbangan.
 Monitor respirasi dan status O2

Respiratory Monitoring
 Monitor rata – rata, kedalaman, irama dan
usaha respirasi
 Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan,
penggunaan otot tambahan, retraksi otot
supraclavicular dan intercostal
 Monitor suara nafas, seperti dengkur
 Monitor pola nafas : bradipena, takipenia,
kussmaul, hiperventilasi, cheyne stokes, biot
 Catat lokasi trakea
 Monitor kelelahan otot diagfragma ( gerakan
paradoksis )
 Auskultasi suara nafas, catat area penurunan
/ tidak adanya ventilasi dan suara tambahan
 Tentukan kebutuhan suction dengan
mengauskultasi crakles dan ronkhi pada
jalan napas utama
 Uskultasi suara paru setelah tindakan untuk
mengetahui hasilnya

23
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tetanus adalah penyakit dengan tanda utama kekakuan otot (spasme)
tanpa disertai gangguan kesadaran. Gejala ini bukan disebabkan oleh
kuman Clostridium tetani, tetapi akibat toksin (tetanospasmin) yang dihasilkan
kuman.Tetanus adalah penyakit infeksi yang ditandai oleh kekakuan dan kejang
otot, tanpa disertai gangguan kesadaran, sebagai akibat dari toksin kuman
closteridium tetani.
Tetanus adalah penyakit infeksi yang diakibatkan toksin kuman
Clostridium tetani, bermanifestasi sebagai kejang otot paroksismal, diikuti
kekakuan otot seluruh badan. Kekakuan tonus otot ini selalu tampak pada otot
masseter dan otot-otot rangka.
Penyebabnya adalah Spora bacterium clostridium tetani (C. Tetani). Kuman
ini mengeluarkan toxin yang bersifat neurotoksik (tetanospasmin) yang
menyebabkan kejang otot dan saraf perifer setempat.
Secara umum tanda dan gejala yang akan muncul: 1) Spasme dan kaku otot
rahang (massester) menyebabkan kesukaran membuka mulut (trismus), 2)
Pembengkakan, rasa sakit dan kaku dari berbagai otot ( otot leher, otot dada,
merambat ke otot perut, otot lengan dan paha, otot punggung, seringnya
epistotonus), 3) Tetanik seizures (nyeri, kontraksi otot yang kuat), 4) Iritabilitas,
5) Demam.

B. Saran
Mahasiswa dapat memahami dan mengerti mengenai konsep asuhan
keperawatan tetanus. Memahami tentang Definisi, Etiologi, patofisiologi,
manifestasi klinis, pemeriksaan penunjang, pemeriksaan fisik dan dapat
memberikan Asuhan Keperawatan yang tepat pada klien tetanus.

24
DAFTAR PUSTAKA

Komite medik RSUP Dr. Sardjito, 2000. Standar Pelayanan Medis, Edisi 2,
Cetakan I, Medika FK UGM: Yogyakarta
Nanda, 2012. Nursing Diagnosis: Definitions & Classification 2012-2014, Ed-,
United States of America.
Arif, Hardi. 2013. Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa medis &
nanda nic noc jilid 1. Media Action publishing: Yogyakarta
Sudoyo Aru, dkk. 2009. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid 1, 2, 3, edisi
keempat. Internal Publising: Jakarta
Sumarmo, herry. 2002. Buku ajar nfeksi dan pediatric tropis edisi kedua. IDAI.
Jakarta

25

Anda mungkin juga menyukai