Anda di halaman 1dari 8

Nama : Natasha Putri

NIM : 155020301111076

Mata Kuliah : Manajemen Strategi CG

BAB 3

Tanggung Jawab Sosial dan Etika Bisnis Perusahaan

Pemangku kepentingan terhadap tanggung jawab sosial

Dalam mendefinisikan atau meredefinisikan ulang misi perusahaan, manager

stategis harus memahami hak-hak sah dari phak yang memiliki klaim atas perusahaan.

Para pihak ini tidak hanya mencakup pemegang saham dan karyawan, melainkan juga

pihak luar yang terpengaruh dengan oleh tindakan perusahaan. Pihak luar semacam ini

biasanya mencakup pelanggan, pemasok, pemerintah serikat pekerja, pesaing, komunitas

lokal, dan masyarakat umum. Masing masing kelompok kepentingan ini memiliki alasan

untuk mengharapkan (dan sering kali menuntut) agar perusahaan memenuhi tuntutan

mereka secara bertanggung jawab.

Pada saat perusahaan akan menggabungkan kepentingan dari kelompok-

kelompok tersebut dalam penyataan misi, maka general;isasi yang yang bersifat luas

tidaklah memadai. Langkah berikut perlu diambil :

1. Identifikasi pemangku kepentingan


2. Memahami klaim sfesifik dari pemangku kepentingan terhadap perusahaan.
3. Merekonsisliasi klaim tersebut dan menentukan prioritasnya.
4. Mengkoordinasikan klaim tersebut dengan elemen-elemen lain dari misi perusahaan.

Dinamika tanggung jawab sosial


Pemangku Kepentingan dapat dikelompokkan menjadi pemangku kepentingan

pihak dalam dan pihak luar. Pihak dalam adalah individu atau kelompok pemegang

saham atau karyawan perusahaan. Pihak luar merupakan individu atau kelompok lain

yang dipengaruhi oleh tindajkan perusahaan. Pihak luar yang jumlahnya banyak

membuat klaim umum bahwa perusahaan harus beratnggung jawab secara sosial.

Jenis-jenis Tanggung jawab sosial

1. Tanggung jawab ekonomi


Tugas manager sebagai agen dari pemilik perusahaan untuk memaksimalkan kekayaan

pemegang saham
2. Tanggung jawab Hukum
Kewajiban perusahaan untuk mematuhi undang-undang yang mengatur aktifitas bisnis
3. Tanggung jawab etika
Gagasan manager stretegis mengenai prilaku bisnis yang layak
4. Tanggung jawab diskresi
Tanggung jawab yang secara suka rela diambil oleh suatu bisnis seperti hubungan

masyarakat, kewarganegaraan yang baik, dan tanggung jawab sosial secara penuh.

Tanggung jawab sosial dan profitabilitas perusahaan

Tanggung jawab sosial perusahaan dan laba

Memang saat ini belum tersedia formula yang dapat memperlihatkan hubungan

praktik tanggaung jawab sosial (Corporate Sosial Responsibility-CSR) terhadap

keuntungan perusahaan sehingga banyak kalangan dunia usaha yang bersikap skeptis dan

menganggap CSR tidak memberi dampak atas prestasi usaha, karena mereka memandang

bahwa CSR hanya merupakan komponen biaya yang mengurangi keuntungan. Praktek

CSR akan berdampak positif jika dipandang sebagai investasi “jangka panjang”. Karena

dengan melakukan praktek CSR yang berkelanjutan, perusahaan akan mendapat “tempat
di hati dan ijin operasional” dari masyarakat, bahkan mampu memberikan kontribusi bagi

pembangunan berkelanjutan.

Tujuan setiap perusahaan memelihara kelangsungan hidup melalui laba jangka

panjang sehingga semua biaya dan manfaat dicapai, laba dapat tidak diklaim

Undang-undang Sarbanes-Oxley tahun 2002

Konggres Amerika Serikat menetapkan undang-undang keuangan yang kemudian

dikenal dengan Sarbanes-Oxley Act 2002 (Sarbox) pada tanggal 30 Juli 2002. Undang-

undang ini diprakarsai oleh Senator Paul Sarbanes dan Representative Michael Oxley dan

disahkan oleh Presiden George W. Bush. Undang-undang ini dikeluarkan sebagai

tanggapan terhadap sejumlah skandal akuntansi perusahaan besar yang termasuk di

antaranya melibatkan Enron, Tyco International, Adelphia, Peregrine Systems, dan

WorldCom. Skandal-skandal yang menyebabkan kerugian bilyunan dolar bagi investor

karena runtuhnya harga saham perusahaan-perusahaan yang terpengaruh ini

mengguncang kepercayaan masyarakat terhadap pasar saham nasional. Kasus ini

merupakan salah satu contoh tidak adanya Good Corporate Governance pada perusahaan-

perusahaan tersebut

· CEO dan CFO harus menjamin tiap-tiap perusahaan berisi laporan laporan keuangan
· Dibatasi kontrol perusahaan dari eksekutif, firma akunting, komite auditing, dan jaksa
· Tetapkan bea dengan perusahaan akuntansi umum yang terdaftar pengaturan audit
· Pengaturan dari komite audit dan tanggungjawab spesifik
· Ketentuan untuk manajemen ahli hukum/pengacara
· Periode-periode pernyataan yang ditetapkan
· Hukuman lebih tegas untuk pelanggaran

Struktur tata kelola perusahaan baru


The Sarbanes-Oxley Act 2002 ( Pub.L. 107-204 , 116 Stat. 745, berlaku 30 Juli

2002), juga dikenal sebagai "Perusahaan Publik Reformasi Akuntansi dan Investor

Protection Act" (di Senat ) dan 'Perusahaan dan Audit Akuntabilitas dan Tanggung Jawab

Undang-Undang '(di Rumah ) dan biasanya disebut Sarbanes-Oxley, Sarbox atau SOX,

adalah hukum federal Amerika Serikat yang berlaku pada tanggal 30 Juli 2002. Hal ini

dinamai sponsor US Senator Paul Sarbanes ( D - MD ) dan US Representative Michael

G. Oxley ( R - OH ).

Dampak CSR terhadap Pernyataan Misi

Pernyataan misi tidak hanya mengidentifikasi produk atau jasa yang di hasilkan

oleh perusahaan, bagaimana perusahaan menghasilkannya, dan pasa yang dilayani oleh

perusahaan, melainkan memuat apa yang diyakini oleh perusahaan.

Dalam mengembangkan misi Manajer harus mengidentifikasi seluruh pemangku

kepentingan- stakeholders mengkelompokkan dan mempertimbangkan hak relatif mereka

dan kemampuan untuk mempengaruhi keberhasilan perusahaan.

Audit Sosial

Audit sosial adalah mencoba untuk mengukur kinerja sosial aktual perusahaan

dibandingkan tujuan sosial yang ditetapkan oleh perusahaan untuk dirinya sendiri. Audit

sosial dapat dilakukan sendiri oleh perusahaan, namun audit sosial yang dilakukan oleh

konsultan luar yang memeiliki bis yang minimal akan lebih bermanfaat bagi perusahaan

tersebut, sebagaiman audit keuangan dar auditor luar.


Audit sosial dapat digunakan untuk lebih dari sekedar memantau dan mengevaluasi

kinerja social perusahaan. Manajer juga menggunakan audit sosial untuk memindai

lingkungan eksternal, menentukan kerentanan perusahaan dan melembagakan CSR dalam

perusahaan.

Memenuhi tanggung jawab sosial

Saat ini perusahaan dihadapkan pada paradigma yang relatif masih baru di

Indonesia, yaitu paradigma yang melihat antara pihak perusahaan dan masyarakat

bukanlah dua pihak yang berbeda dan bertolak belakang, namun merupakan bagian yang

tak terpisahkan.

Inti perdebatan CSR

· Tekanan perselisihan pada eksekutif


· CSR Berdebat: abad kuno
· Ada keuntungan timbal balik untuk mempergunakan Inisiatif Kolaboratif sosial (CSIs)

Keuntungan bersama dari inisiatif sosial kolaboratif

1. Masing-masing jaringan antar perusahaan memperoleh manfaat ketika pihak lain

membawa sumberdaya, kapabilitas atau aset lain yang sulit dan tidak mudah diperoleh

sendiri.

2. Kapabilitas gabungan memungkinkan perusahaan memperoleh dan menyatukan

sumbardaya dan mengembangkan aplikasi baru dari sumberdaya tersebut, yang

menghasilkan tanggapan inovatif terhadap lingkungan yang berkembang pesat.

Lima perinsip sosial kolaboratif yang berhasil


Ada lima prinsip yang utama bagi CSR yang berhasil antara lain:

1. Mengidentifikasi sebuah misi jangka panjang yang bertahan lama


Perusahaan memberikan kontribusi sosial paling besar ketika mereka mengenali sebuah

tantangan kebijakan penting, bertahan lama dan mereka berpartisipasi memberi solusi

jangka panjang.
2. Mengkontribusikan apa yang kami lakukan
Perusahaan memaksimalkan manfaat semua kontribusi perusahaan ketika mereka

mengangkat kapabilitas inti dan mengkontribusikan produk dan jasa yang bedasarkan

keahlian yang ada di dalamnya.


3. Mengontribusikan jasa khusus berskala besar
Kalangan perusahaan memiliki dampak sosial paling besar ketika mereka memberikan

kontribusi khusus kepada upaya kerjasama yang berskala besra.


4. Menimbang pengaruh pemerintah
Dukungan pemerintah untuk partisipasi perusahan di dalam CSR atau paling tidak

keinginan untuk menghilangkan berbagai hambatan mempunyai pengaruh positif yang

sangat berarti.
5. Menyusun dan menilai total paket manfaat
Perusahaan akan memperoleh manfaat paling besar dari kontribusi sosial mereka ketika

mereka menetapkan suatu nilai untuk total paket manfaat.

Menyusun Komponen-komponen tersebut

Dari kelima komponen di atas perinsip yang paling penting adalah perinsip kedua.

Perusahaan harus mengaplikasikan apa yang perusahaan lakukan dalam operasi

komersial normalterhadap aktifitas tanggung jawab sosial.

Batasan Strategi CSR

Perusahaan besar harus bergerak melampaui pilihan-pilihan pemberian

sumbangan yang mudah tetapi juga harus menghindariri komitmen-komitmen yang tidak

terjangkau.
Masa Depan CSR

Dalam perspektif bisnis jangka panjang tanggung jawab sosial adalah setumpuk

kewajiban organisasi bisnis untuk melindungi lingkungan dan memajukan masyarakat di

mana organisasi beroperasi dan di mana para pelanggannya berada yang merupakan

jantung bisnis itu sendiri. Suka tidak suka serta mau tidak mau tanggung jawab tersebut

mesti mendapat perhatian yang lebih besar. Tanggung jawab sosial dunia bisnis bukanlah

bentuk tanggung jawab yang dipaksakan apalagi atas dasar tekanan, ancaman, atau

paksaan, melainkan sebuah tanggung jawab yang didasari kaidah moral, komitmen sosial,

dan etika bisnis.

ETIKA MANAJEMEN

Sifat etika dalam bisnis

Inti dari keyakinan bahwa perusahaan sebaiknya di operasikan dengan cara-cara

yang responsif secara sosial untuk kepentingan seluruh pemangku kepentingan adalah

keyakinan bahwa manajer akan berprilaku secara etis. Kata etika berasal dari bahasa

Yunani yaitu “ Ethos” yang berarti adat, akhlak, waktu perasaan, sikap dan cara berfikir

atau adat-istiadat. Etik adalah suatu studi mengenai yang benar dan yang salah dan

pilihan moral yang dilakukan oleh seseorang. Etika adalah tuntutan mengenai perilaku,

sikap dan tindakan yang diakui, sehubungan suatu jenis kegiatan manusia. Etika dalam

bisnis merupakan penerapan tanggung jawab sosial suatu bisnis yang timbul dari dalam

perusahaan itu sendiri

Pendekatan terhadap masalah etika

Ada tiga pendekatan etika mendasar yg perlu dipertimbangkan oleh para eksekutif:
1. Pendekatan utilitarian

Mempertimbangkan efek-efek sebuah tindakan tertentu terhadap orang-orang yang

terlibat langsung.

2. Pendekatan hak moral

Mempertimbangkan apakah keputusan-keputusan dan tindakan-tindakan sudah sesuai

dengan pemeliharaan hak-hak dasar dan hak-hak istimew individu dan kelompok.

3. Pendekatan keadilan sosial

Menilai konsistensi tindakan-tindakan itu dengan kesetaraan, keadilan, dan netralitas

dalam distribusi imbalan-imbalan dan biaya di antara individu dan kelompok.

Kode Etik Bisnis

Untuk membantu menjamin konsistensi dalam penerapan standar etika, semakin

banyak asosiasi profesi dan perusahaan menetapkan kode etik atau aturan-aturan prilaku

etis dan stekholder mempunyai kode etik standar masing-masing yang ditetapkan.

Tren utama Kode etik

Tren pertama semakin meningkatnya perhatian terhadap kodifikasi etika bisnis telah

mengarah pada pembuatan pernyataan formal. Biasa hanya ditemukan dalam buku saku

karyawan, tetapi sekaramg sudah di gambarkan secara besar dan di pajang di ruangan

perusahaan, di tuang dalam web site secara menyolok.

Tren kedua perusahaan menambah ukuran-ukuran penegakan kode etiknya.

Tren ketiga semakin meningkatnya perhatian perusahaan untuk memperbaiki pelatihan

karyawan dalam memahami kewajibannya berdasarkan kode etik perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai