Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

DERMATITIS KONTAK

I. TEORI MEDIS.
1. Pengertian
Dermatitis kontak ( dermatitis venenata ) merupakan reaksi inflamasi kulit
terhadap unsure – unsure fisik, kimia, atau biologi. Penyakit ini adalah kelainan
inflamasi yang sering bersifat ekzematosoa dan disebabkan oleh reaksi kulit
terhadap sejumlah bahan yang iritatif atau alergenik. Dermatitis kontak adalah
peradangan oleh kontak dengan suatu zat tertentu, ruamnya terbatas pada daerah
tertentu dan seringkali memiliki batas yang tegas.

2. Penyebab
Zat – zat yang dapat menyebabkan dermatitis kontak melelui 2 cara yaitu :
1. Iritasi ( dermatitis iritan )
2. Reaksi alergi ( dermatitis kontak alergika )
 Sabun detergen dan logam – logam tertentu bisa mengiritasi kulit
setelah beberapa kali digunakan.
 Penyebab dermatitis kontak alergika
Kosmetika : Cat kuku, penghapus cat kuku, deodorant, pelemban
lotion sehabis bercukur, parfum, tabir surya.
 Senyawa kimia ( dalam perhiasan ) : nikel
Tanaman : Racun IVY ( tanaman merambat ) racun pohon ek,
sejenis rumput liar, primros.
 Obat – obat yang terkandung dalam kritim kulit : antibiotic (
penisilin, sulfonagnid, neomisin ), autihistamin ( defenhidramin )
 Zat kimia yang digunakan dalam pengelolaan pakaian.
3. Manifestasi klinik
Gejala dermatitis kontak mencakup keluhan :
 Gatal – gatal
 Rasa terbakar
 Lesi kulit ( vesikel )
 Edema yang diikuti oleh pengeluaran secret
 Pembentukan krusta serta akhirnya mongering dan mengelupas kulit.
Reaksi yang berulang – ulang dapat disertai penebalan kulit dan perubahan
pigmentasi. Invasi sekunder oleh bakteri dapat terjadi pada kulit yang mengalami
ekskoriasis karena dogosok atau digaruk. Biasanya tidak terdapat gejala sistemik
kecuali jika erupsinya tersebar luas.
4. Patofisiologi
Pada dermatitis kontak iritan kelainan kulit timbul akibat kerusakan sel yang
disebabkan oleh bahan iritan melalui kerja kimiawi maupun fisik. Bahan iritan
merusak lapisan tanduk, dalam beberapa menit atau beberapa jam bahan-bahan
iritan tersebut akan berdifusi melalui membran untuk merusak lisosom,
mitokondria dan komponen-komponen inti sel. Dengan rusaknya membran lipid
keratinosit maka fosfolipase akan diaktifkan dan membebaskan asam arakidonik
akan membebaskan prostaglandin dan leukotrin yang akan menyebabkan dilatasi
pembuluh darah dan transudasi dari faktor sirkulasi dari komplemen dan system
kinin. Juga akan menarik neutrofil dan limfosit serta mengaktifkan sel mast yang
akan membebaskan histamin, prostaglandin dan leukotrin. PAF akan
mengaktivasi platelets yang akan menyebabkan perubahan vaskuler. Diacil
gliserida akan merangsang ekspresi gen dan sintesis protein. Pada dermatitis
kontak iritan terjadi kerusakan keratisonit dan keluarnya mediator- mediator.
Sehingga perbedaan mekanismenya dengan dermatis kontak alergik sangat tipis
yaitudermatitiskontak iritan tidak melalui fase sensitisasi.
Ada dua jenis bahan iritan yaitu : iritan kuat dan iritan lemah. Iritan kuat akan
menimbulkan kelainan kulit pada pajanan pertama pada hampir semua orang,
sedang iritan lemah hanya pada mereka yang paling rawan atau mengalami
kontak berulang-ulang. Faktor kontribusi, misalnya kelembaban udara, tekanan,
gesekan dan oklusi, mempunyai andil pada terjadinya kerusakan tersebut.
DermatitisKontakAlergi
Pada dermatitis kontak alergi, ada dua fase terjadinya respon imun tipe IV yang
menyebabkan timbulnya lesi dermatitis ini yaitu :

a.FaseSensitisasi
Fase sensitisasi disebut juga fase induksi atau fase aferen. Pada fase ini terjadi
sensitisasi terhadap individu yang semula belum peka, oleh bahan kontaktan yang
disebut alergen kontak atau pemeka. Terjadi bila hapten menempel pada kulit
selama 18-24 jam kemudian hapten diproses dengan jalan pinositosis atau
endositosis oleh sel LE (Langerhans Epidermal), untuk mengadakan ikatan
kovalen dengan protein karier yang berada di epidermis, menjadi komplek hapten
protein.
Protein ini terletak pada membran sel Langerhans dan berhubungan dengan
produk gen HLA-DR (Human Leukocyte Antigen-DR). Pada sel penyaji antigen
(antigenpresentingcell).
Kemudian sel LE menuju duktus Limfatikus dan ke parakorteks Limfonodus
regional dan terjadilah proses penyajian antigen kepada molekul CD4+ (Cluster of
Diferantiation 4+) dan molekul CD3. CD4+berfungsi sebagai pengenal komplek
HLADR dari sel Langerhans, sedangkan molekul CD3 yang berkaitan dengan
protein heterodimerik Ti (CD3-Ti), merupakan pengenal antigen yang lebih
spesifik, misalnya untuk ion nikel saja atau ion kromium saja. Kedua reseptor
antigen tersebut terdapat pada permukaan sel T. Pada saat ini telah terjadi
pengenalanantigen(antigenrecognition).
Selanjutnya sel Langerhans dirangsang untuk mengeluarkan IL-1 (interleukin-1)
yang akan merangsang sel T untuk mengeluarkan IL-2. Kemudian IL-2 akan
mengakibatkan proliferasi sel T sehingga terbentuk primed me mory T cells, yang
akan bersirkulasi ke seluruh tubuh meninggalkan limfonodi dan akan memasuki
fase elisitasi bila kontak berikut dengan alergen yang sama. Proses ini pada
manusia berlangsung selama 14-21 hari, dan belum terdapat ruam pada kulit.
Pada saat ini individu tersebut telah tersensitisasi yang berarti mempunyai resiko
untukmengalamidermatitiskontakalergik
.
b.Faseelisitasi
Fase elisitasi atau fase eferen terjadi apabila timbul pajanan kedua dari antigen
yang sama dan sel yang telah tersensitisasi telah tersedia di dalam kompartemen
dermis. Sel Langerhans akan mensekresi IL-1 yang akan merangsang sel T untuk
mensekresi Il-2. Selanjutnya IL-2 akan merangsang INF (interferon) gamma. IL-1
dan INF gamma akan merangsang keratinosit memproduksi ICAM-1
(intercellular adhesion molecule-1) yang langsung beraksi dengan limfosit T dan
lekosit, serta sekresi eikosanoid. Eikosanoid akan mengaktifkan sel mast dan
makrofag untuk melepaskan histamin sehingga terjadi vasodilatasi dan
permeabilitas yang meningkat. Akibatnya timbul berbagai macam kelainan
kulit seperti eritema, edema dan vesikula yang akan tampak sebagai
dermatitis.
Proses peredaan atau penyusutan peradangan terjadi melalui beberapa mekanisme
yaitu proses skuamasi, degradasi antigen oleh enzim dan sel, kerusakan sel
Langerhans dan sel keratinosit serta pelepasan Prostaglandin E-1dan 2 (PGE-1,2)
oleh sel makrofag akibat stimulasi INF gamma. PGE-1,2 berfungsi menekan
produksi IL-2R sel T serta mencegah kontak sel T dengan keratisonit. Selain itu
sel mast dan basofil juga ikut berperan dengan memperlambat puncak degranulasi
setelah 48 jam paparan antigen, diduga histamin berefek merangsang molekul
CD8 (+) yang bersifat sitotoksik. Dengan beberapa mekanisme lain, seperti sel B
dan sel T terhadap antigen spesifik, dan akhirnya menekan atau meredakan
peradangan.

5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis gangguan
integument yaitu :

 Biopsi kulit
Biopsi kulit adalah pemeriksaan dengan cara mengambil cintih jaringan
dari kulit yang terdapat lesi.
Biopsi kulit digunakan untuk menentukan apakah ada keganasan atau
infeksi yang disebabkan oleh bakteri dan jamur.

 Uji kultur dan sensitivitas


Uji ini perlu dilakukan untuk mengetahui adanya virus, bakteri, dan jamur
pada kulit.
Kegunaan lain adalah untuk mengetahui apakah mikroorganisme tersebut
resisten pada obat – obat tertentu. Cara pengambilan bahan untuk uji
kultur adalah dengan mengambil eksudat pada lesi kulit.

 Pemeriksaan dengan menggunakan pencahayaan khusus


Pemeriksaan kulit perlu mempersiapkam pencahayaan khusus sesuai
kasus. Factor pencahayaan memegang peranan penting.

 Uji tempel
Uji ini dilakukan pada klien yang diduga menderita alergi.
Untuk mengetahui apakah lesi tersebut ada kaitannya dengan factor
imunologis.
Untuk mengidentifikasi respon alergi
Uji ini menggunakan bahan kimia yang ditempelkan pada kulit,
selanjutnya dilihat bagaimana reaksi local yang ditimbulkan.
Apabila ditemukan kelainan pada kulit, maka hasil nya positif.

6. Pencegahan
Pencegahan dermatitis kontak berarti menghindari berkontak dengan bahan yang
telahdisebutkan diatas. Strategi pencegahan meliputi:

 Bersihkan kulit yang terkena bahan iritan dengan air dan sabun. Bila
dilakukan secepatnya, dapat menghilangkan banyak iritan dan alergen dari
kulit.
 Gunakan sarung tangan saat mengerjakan pekerjaan rumah tangga untuk
menghindari kontak dengan bahan pembersih.
 Bila sedang bekerja, gunakan pakaian pelindung atau sarung tangan untuk
menghindarh kontak dengan bahan alergen atau iritan.

7. Penatalaksanaan

Tujuan penatalaksanaan adalah untuk mengistirahatkan kulit yang sakit dan


melindunginya terhadap kerusakan lebih lanjut. Riwayat sakit yang rinci harus
dianamnesia. Kemudian iritan yang menyebabkan didentifikasi dan dihilangkan,
iritasi local harus dihindari, dan pemakaian sabun umumnya tidak dilakukan
sebelum terjadi kesembuhan banyak preparat dianjurkan penggunaannya untuk
meredakan dermatitis. Umumya lotion yang netral dan tidak mengandung obat
dapat dioleskan pada bercak – bercak eritema ( inflamasi kulit ) yang kecil.
Kompres yang sejuk dan basah juga dapat dilakukan pada daerah dermatitis
vesikuler yang kecil. Remukan halus es yang ditambahkan pada air kompres
kerapkali memberikan efek antipruritus. Kompres basah biasanya membantu
membersihkan lesi eozema yang mengeluarkan secret. Kemudian preparat krim
atau salep yang mengandungsalah satu jenis kostikoateroid dioleskan tipis – tipis.
Mandi dengan larutan yang mengandung obat dapat diresepkan, untuk dermatitis
dengan daerah – daerah lesi yang lebih luas. Pada dermatitis yang menyebar luas,
pemberian kortokosteroid jangka pendek dapat diprogramkan.

8. TEORI KEPERAWATAN
9. Pengkajian
1. Aktivitas / Istirahat
Tanda : Penurunan kekuatan, tahanan, Perubahan tonus
2. Sirkulasi
Tanda : pembentukan edema jaringan
3. Integritas Ego
Gejala : Pekerjaan, masalah tentang keluarga
Tanda : ansietas, menarik diri
4. Eliminasi
Tanda : Diuresis ( setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan ke
dalam sirkulasi )
5. Makanan / Cairan
Tanda : edema jaringan umum
6. Neurosensori
Tanda : perubahan orientasi, perilaku

7. Nyeri / kenyamanan
Gejala : nyeri pada kulit
8. Pernapasan
Gejala : terkurung dalam ruang tertutup, terpajan lama
9. Keamanan
1Tanda : adanya destruksi jaringan.

10. Diagnosa keperawatan


1. Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan perubahan fungsi barier kulit
Sasaran : pemeliharaan integritas kulit
Hasil yang diharapkan :
 Mempertahankan integritas kulit
 Tidak ada laserasi
 Tidak ada tanda – tanda cedera termal
 Tidak ada infeksi
 Memberikan obat topical yang diprogramkan
 Menggunakan obat yang diresepkan sesuai jadwal.
INTERVENSI RASIONAL
Mandiri:
1. pantau keadaan kulit pasien 1. Mengetahui kondisi kulit untuk
dilakukan pilihan intervensi yang tepat
2. Jaga dengan cermat terhadap
2. Penderita dermatosis dapat mengalami
resiko terjadinya cedera termal
penurunan sensitivitas terhadap panas.
akibat penggunaan kompres
hangat dengan suhu yang terlalu
tinggi dan akibat cidera panas
yang tidak terasa ( bantalan
pemanasan, radiator )
3. Banyak masalah kosmetika pada
HE:
hakekatnya semua kelainan malignitas
3. Anjurkan pasien untuk
kulit dapat dikaitkan dengan kerusakan
menggunakan kosmetik dan
kulit kronik.
preparat tabir surya.
4. Penggunaan anti histamine dapat
kolaborasi
mengurangi respon gatal serta
4. Kolaborasi dengan dokter dalam
mempercepat proses pemulihan
pemberian obat anti histamine dan
salep kulit

2. Nyeri dan yang berhubungan dengan lesi kulit


Sasaran : peredaan ketidaknyamanan
Hasil yang diharapkan :
 Mencapai peredaan gangguan rasa
 Mengutarakan dengan kata – kata bahwa gatal telah reda
 Memperlihatkan tidak adanya gejala ekskoriasi kulit karena garukan
 Mematuhi terapi yang diprogramkan
 Pertahankan keadekuatan hidrasi dan lubrikasi kulit.
 Menunjukkan kulit utuh ; kulit menunjukkan, kemajuan dalam penampilan
yang sehat.

INTERVENSI RASIONAL
Mandiri:
1. Periksa daerah yang terlibat1. Pemahaman tentang luas dan
karakteristik kulit meliputi bantuan
dalam menyusun rencana intervensi.
2. Upaya untuk menemukan 2. Membantu mengidentifikasi tindakan
penyebab gangguan rasa yang tepat untuk memberikan
nyaman kenyamanan.

3. Mencatat hasil – hasil observasi 3. Deskripsi yang akurat tentang erupsi


secara rinci dengan memakai kulit diperlukan untuk diagnosisi dan
terminology deskriptif. pengobatan. Banyak kondisi kulit
tampak serupa tetapi mempunyai
etiologi yang berbeda. Respons
inflamasi kutan mungkin mati pada
4. Mengantisipasi reaksi alergi pasien lansia.
yang mungkin terjadi ; 4. Ruam menyeluruh terutama dengan
mendapatkan riwayat pemakaian aeitan yang mendadak dapat
obat. mennjukkan reaksi alergi terhadap
obat.
5. Kendalikan factor – factor iritan
5. Rasa gatal diperburuk oleh panas,
6. Pertahankan kelembaban kira – kimia, dan fisik.
kira 60 % ; gunakan alat 6. Dengan kelembaban yang rendah,
pelembab. kulit akan kehilangan air.

7. Pertahankan lingkungan dingin 7. Kesejukan mengurangi gatal

8. Gunakan sabun ringan ( Dove ) 8. Upaya ini mencakup tidak adanya


atau sabun yang dibuat untuk larutan detegen, zat pewarna atau
kulit sensitive ( Neutrogena, bahan pengeras.
Avveno ).
9. Lepaskan kelebihan pakaian 9. Meningkatkan lingkungan yang sejuk
atau peralatan di tempat tidur.
10. Cuci linen tempat tidur dan 10. Sabun yang keras dapat
pakaian dengan sabun ringan menimbulkan iritasi kulit.

11. Hentikan pemajanan berulang 11. Setiap substansi yang mneghilangkan


terhadap detergen, pembersih, air, lipid atau protein dari epidermis
dan pelarut. akan mengubah fungsi barier kulit.

12. Gunakan tindakan perawatan 12. Kulit merupakan barier yang penting
kulit untuk mempertahankan yang harus dipertahankan
integritas kulit dan keutuhannya agar dapat berfungsi
meningkatkan kenyamanan dengan benar.
pasien.
13. Penghisapan air yang bertahap dari
13. lakukan kompres penyejuk kasa kompres akan menyejukkan
dengan air suam – suam kuku kulit dan meredakan pruritus.
ataukompres dingin guna 14. Kulit yang kering dapat
meredakan rasa gatal. menimbulkan daerah dermatitis
dengan kemerahan, gatal, deskuamasi
14. Atasi kekeringan ( serosis ) dan pada bentuk yang lebih berat,
sebagaimana dipreskripsikan. pembengkakan, pembentukan lepuh,
keretakan dan eksudat.
Kolaborasi: 15. Hidrasi yang efektif pada stratum
korneum mencegah gangguan lapisan
15. Oleskan lotion dan krim kulit barier pada kulit.
segera setelah mandi
16. Tindakan ini membantu meredakan
16. Gunakan terapi topical seperti gejala
yang dipreskripsikan.

17. Anjurkan pasien untuk 17. Masalah pasien dapat disebabkan


menghindari pemakaian salep oleh iritasi atau sensitisasi karena
ayau lotion yang dibeli tanpa pengobatan sendiri.
resep dokter.
18. Jaga agar kuku selalu 18. Pemotongan kuku akan mengurangi
terpangkas. kerusakan kulit karena garukan.

3. perubahan pola tidur yang berhubungan dengan pruritus


Sasaran : Pencapaian tidur yang nyenyak.
Hasil yang diharapkan :
 Mencapai tidur yang nyenyak
 Melaporkan peredaan rasa gatal
 Mempertahankan kondisi lingkungan yang tepat
 Menghindari konsumsi kafein pada sore gari dan menjelang tidur pada
malam hari.
 Mengenali tindakan untuk mneingkatkan tidur.
 Mengalami pola tidur / istirahat yang memuaskan.
INTERVENSI RASIONAL
Mandiri :
1. Bantu pasien melakukan gerak 1. Gerak badan memberikan efek
badan secara teratur yang menguntungkan untuk tidur
jika dilaksanakan pada sore hari.
2. jaga kamar tidur agar tetap 2. Udara yang kering membuat kulit
memiliki ventilasi dan terasa gatal. Lingkungan yang
kelembaban yang baik. nyaman meningkatkan relaksasi.

Kolaborasi:
3. Pruritus noeturnal mengganggu
3. Cegah dan obati kulit yang tidur yang normal.
kering
4. Tindakan ini mencegah kehilangan
HE: air. Kulit yang kering dan gatal
4. Anjurkan kepada klien biasanya tidak dapat disembuhkan
menjaga kulit selalu lembab tetapi bisa dikendalikan.
5. Kafein memiliki efek puncak 2 – 4
5. Anjurkan klien Menghindari jam sesudah dikonsumsi.
minuman yang mengandung
kafein menjelang tidur di
malam hari. 6. Tindakan ini memudahkan
6. Anjurkan klien Mengerjakan peralihan dari keadaan terjaga
hal – hal yang ritual dan rutin menjadi keadaan tertidur.
menjelang tidur.

4. Perubahan citra tubuh yang berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak
baik.
Sasaran : Pengembangan peningkatan penerimaan diri.
Hasil yang diharapkan :
 Mengembangkan peningkatan kemauan untuk menerima keadaan diri.
 Mengikuti dan turut berpatisipasi dalam tindakan perawatan – mandiri.
 Melaporkan perasaan dalam penegndalian situasi.
 Menguatkan kembali dukungan positif dari diri sendiri.
 Mengutarakan perhatian terhadap diri sendiri yang lebih sehat.
 Tampak tidak begitu memperhatikan kondisi.menggunakan teknik
menyembunyikan kekurangan dan menekankan teknik untuk
meningkatkan penampilan.
INTERVENSI RASIONAL
Mandiri:
1. Kaji adanya gangguan pada 1. Gangguan citra diri akan menyertai
citra diri pasien ( menghindari setiap penyakit atau keadaan yang
kontak mata, ucapan yang tampak nyata bagi pasien. Kesan
merendahkan diri sendiri, sesorang terhadap dirinya sendiri
ekpresi keadaan muak akan berpengaruh pada konsep diri.
terhadap kondisi kulitnya ). 2. Terhadap hubungan antara stadium
2. Identifikasi stadium perkembangan, citra diri dan reaksi
psikososial tahap serta pemahaman pasien terhadap
perkembangan. kondisi kulitnya.
3. Pasien membutuhkan pengalaman
yang harus didengarkan dan
3. Berikan kesempatan untuk dipahami.
pengungkapan. Dengarkan (
dengan cara yang terbuka,
tidak menghakimi ) untuk
mengekspresikan berduka /
ansietas tentang perubahan 4. Tindakan ini memberikan
citra tubuh. kesempatan pada petugas kesehatan
4. Nilai rasa keprihatinan dan untuk menetralkan kecemasan yang
ketakutan pasien. Bantu pasien tidak perlu terjadi dan memulihkan
yang cemas dalam realitas situasi. Ketakutan
mengembangkan kemampuan merupakan unsure yang merusak
untuk menilai diri dan adaptasi pasien.
mengenali serta mengatasi 5. Meningkatkan penerimaan diri dan
masalah. sosialisasi.

5. dorong sosialisasi dengan


orang lain

5. Kurang pengetahuan tentang perawatan kulit dan cara – cara menangani kelainan
kulit.
Sasaran : Pemahaman terhadap perawatan kulit
Hasil yang diharapkan :
 Memiliki pemahaman terhadap perawatan diri
 Mengikuti terapi seperti yang diprogramkan dan dapat mengungkapkan
rasional tindakan yang dilakukan.
 Menjalankan mandi, pencucian, dan balutan basah sesuai yang
diprogramkan.
 Gunakan obat topical dengan tepat
 Memahami pentingnya nutrisi unutk kesehatan kulit.
INTERVENSI RASIONAL
1. Tentukan apakah pasien 1. Memberikan data dasar untuk
mnegetahui ( memahami dan mengembangkan rencana
salah mengerti ) tentang kondisi penyuluhan.
dirinya.
2. Jaga agar pasien mendapatkan 2. Pasien harus memiliki perasaan
informasi yang benar ; bahwa ada sesuatu yang dapat
memperbaiki kesalahan konsepsi mereka perbuat. Kebanyakan
/ informasi pasien merasakan manfaatnya.
3. Peragakan penerapan terapi yang 3. Memungkinkan pasien
diprogramkan ( kompres basah ; memperoleh kesempatan untuk
obat topical ) menunjukkan cara yang tepat
4. Berikan nasihat kepada pasien unutk melakukan terapi.
untuk menjaga agar kulit tetap 4. Stratum korneum memerlukan
lembab dan fleksibel dengan air agar fleksibilitas kulit tetap
tindakan hidrasi dan pengolesan terjaga. Pengolesan krim atau
krim serta lotion kulit. lotion untuk melembabkan kulit
akan memcegah agar kulit tidak
menjadi kering, kasar, retak, dan
bersisik.
5. Dorong pasien untuk 5. Penampakan kulit mencerminkan
mendapatkan status nutrisi yang kesehatan umum seseorang.
sehat. Perubahan pada kulit dapat
menandakan status nutrisi yang
abnormal.

6. Resiko infeksi berhubungan dengan lesi, bercak – bercak merah pada kulit
Sasran : tidak adanya komplikasi
Hasil yang diharapkan :
 Tetap bebas dari infeksi
 Mengungkapakn tindakan perawatan kulit yang mneingktakan kebersihan
dan mencegah kerusakan.
 Mengidentifikasi tanda dan gejala infeksi untuk dilaporkan
 Mengidentifikasi efek merugikan dari obat yang harus dilaporkan ke
petugas perawatan kesehatan
 Berpartisipasi dalam tindakan perawatan kulit ( mis : penggantian balutan,
mandi )

INTERVENSI RASIONAL
1. Miliki indeksi kecurigaan yang 1. Setiap keadaan yang mneggangu
tinggi terhadap suatu infeksi pada status imun akan memperbesar
pasien yang system kekebalannya resiko terjadinya infeksi kulit.
teganggu. 2. Pendidikan pasien yang efektif
2. Berikan petunjuk yagn jelas dan bergantung pada ketrampilan –
rinci kepada pasien mengenai ketrampilan interpersonal
program terapi professional kesehatan dan pada
pemberian instruksi yang jelas
yang diperkuat dengan instruksi
tertulis.
3. Laksanakan pemakaian kompres 3. Kompres basah akan
basah seperti yang diprogramkan menghasilkan pendinginan lewat
untuk mengurangi intensitas pengisatan yang cepat.
inflamasi

Anda mungkin juga menyukai