Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia harus selalu menyesuaikan diri dengan kehidupan dunia yang selalu
berubah-ubah. Manusia sebagaimana ia ada pada suatu ruang dan waktu, merupakan
hasil interaksi antara jasmani, rohani, dan lingkungan. Ketiga unsure tersebut saling
mempengaruhi satu dengan yang lain. Dalam segala masalah, kita harus
mempertimbangkan ketiganya sebagai suatu keseluruhan (holistic) sehingga manusia
disebut makhluk somato-psiko-sosial
Oleh karena itu, apabila terjadi gangguan pada jasmani, akan menimbulkan
usaha penyesuaian secara fisik atau somatic. Demikian pula apabila terjadi gangguan
pada unsure rohani, akan menimbulkan usaha penyesuaian secara psikologis. Usaha
yang dilakukan organisme untuk mengatasi stress agar terjadi keseimbangan yang
terus-menerus dalam batas tertentu dan tetap dapat mempertahankan hidup dinamakan
homeostasis.
Sumber gangguan jasmani (somatic) maupun psikologis adalah stress. Apabila
kita mampu mengatasi keadaan stress, perilaku kita cenderung berorientasi pada
tugas (task oriented), yang intinya untuk menghadapi tuntutan keadaan. Namun,
apabila stress mengancam perasaan, kemampuan, dan harga diri kita, reaksi kita
cenderung pada orientasi pembelaan ego (ego defence-oriented). Penyesuaian yang
berorientasi pada tugas disebut adaptasi dan yang berorientasi pada pembelaan ego
disebut “mekanisme pertahanan diri atau MPE = Mekanisme Pertahanan/Pembelaan
Ego ( Ego defence mechanism)”.

B. Rumusan Masalah
1. Apa stres dan adaptasi itu ?
2. Apa saja stres dan adaptasi pada siklus kehidupan perempuan dan
penanggulangannya?
3. Apa mekanisme koping itu?
4. Apa perbedaan stres dan gangguan jiwa?

C. Tujuan
Sebagai bahan pembelajaran dalam mata kuliah Humaniora dan untuk lebih
mengetahui tentang apa itu stres dan adaptasi itu.
BAB II
STRES ADAPTASI
A. STRES
1. Pengertian Stres
Stres adalah gangguan pada tubuh dan pikiran akibat tekanan, perubahan,
ketegangan, emosi dan lain-lain yang menimbulkan dampak pada fisik dan psikologi
seseorang.
2. Faktor yang mempengaruhi Stres
a. Faktor biologisà Herediter, konstitusi tubuh, kondisi fisik, neurofsiologik, dan
neurohormonal.
b. Faktor psikoedukatif/sosio culturalà Perkembangan kepribadian, pengalaman,
dan kondisi lain yang mempengaruhi
3. Penggolongan Stres
Apabila ditinjau dari penyebab stress, menurut Sri Kusmiati Desminiarti
(1990), dapat digolongkan sebagai berikut.
a. Stres fisik, disebabkan oleh suhu atau temperature yang terlalu tinggi atau rendah,
suara amat bising, sinar yang terlalu terang, atau tersengat arus listrik.
b. Stres kimiawi, disebabkan oleh asam-basa kuat, obat-obatan, zat beracun,
hormone, atau gas.
c. Stres mikrobiologik, disebabkan oleh virus, bakteri atau parasit yang
menimbulkan penyakit.
d. Stres fisiologik, disebabkan oleh gangguan struktur , fungsi jaringan, organ atau
sistemik sehingga menimbulkan fungsi tubuh tidak normal.
e. Stres proses pertumbuhan dan perkembangan, disebabkan oleh gangguan
pertumbuhan dan perkembangan pada masa bayi hingga tua.
f. Stres psikis/emosional, disebabkan oleh gangguan hubungan interpersonal, social,
budaya, atau keagamaan.
Adapun menurut Brench Grand (2000), stress ditinjau dari penyebabnya hanya
dibedakan menjadi 2 macam, yaitu :
a. Penyebab makro, yaitu menyangkut peristiwa besar dalam kehidupan, seperti
kematian, perceraian, pensiun, luka batin, dan kebangkrutan.
b. Penyebab mikro, yaitu menyangkut peristiwa kecil sehari-hari, seperti
pertengkaran rumah tangga, beban pekerjaan, masalah apa yang akan dimakan,
dan antri.
4. Sumber Stres Psikologis
Menurut Maramis, ada empat sumber atau penyebab stress psikologis, yaitu :
a. Frustasi
Timbul akibat kegagalan dalam mencapai tujuan karena ada aral melintang,
misalnya apabila ada perawat Puskesmas lulusan SPK bercita-cita ingin
mengikuti D3 Akper program khusus puskesmas, tetapi tidak diizinkan oleh
istri/suami, tidak punya biaya, dan sebagainya. Frustasi ada yang bersifat intrinsic
(cacat badan dan kegagalan usaha) dan ekstrinsik (kecelakaan, bencana alam,
kematian orang yang dicintai, kegoncangan ekonomi, pengangguran,
perselingkuhan, dan lain-lain).
b. Konflik
Timbulnya karena tidak bisa memilih antara dua atau lebih macam keinginan,
kebutuhan, atau tujuan. Bentuknya approach-approach conflict, approach-
avoidance conflict, atau avoidance-avoidance conflict.
c. Tekanan
Timbul sebagai akibat tekanan hidup sehari-hari. Tekanan dapat berasal dari
dalam diri individu, misalnya cita-cita atau norma yang terlalu tinggi. Tekanan
yang berasal dari luar diri individu, misalnya orang tua menuntut anaknya agar di
sekolah selalu ranking satu atau istri menuntut uang belanja yang berlebihan
kepada suami.
d. Krisis
Krisis yaitu keadaan yang mendadak, yang menimbulkan stress pada individu,
misalnya kematian orang yang disayangi, kecelakaan, dan penyakit yang harus
segera dioperasi. Keadaan stress dapat terjadi beberapa sebab sekaligus, misalnya
frustasi, konflik, dan tekanan.

5. Model stress-kesehatan
Model stress-kesehatan dibagi menjadi 3 kategori yaitu :
a. Problem solving
Kita mengalahkan stress dengan cara menyelesaikan problem stressor (hal
yang membuat stress itu). Misalnya, kita stress karena menderita suatu penyakit,
maka kita menyelesaikan masalah dengan berobat sehingga penyakit kita bisa
sembuh.
b. Avoidance
Kebalikan dari problem solving, dengan tekhnik ini seseorang menghindar.
Menghindar dari orang lain atau dengan cara-cara seperti :
daydreaming(memimpikan) masa-masa yang lebih baik,menonton TV lebih
banyak dari sebelumnya.
c. Seeking of social support
Dengan tekhnik ini, ketika seseorang menghadapi stress atau kecemasan maka
dia pergi mencari orang lain,menceritakan dan mempercayakan masalahnya
kepada orang lain (biasanya teman atau saudara) untuk kemudian mendapatkan
ketentraman hatinya kembali.
6. Faktor Pengaruh respon terhadap stressor
Kondisi-kondisi yang cenderung menyebabkan stress disebut stressor.
Meskipun stress dapat diakibatkan oleh hanya satu stressor, biasanya karyawan
mengalami stress karena kombinasi stressor.
Menurut Robbins (2001:565-567) ada tiga sumber utama yang dapat
menyebabkan timbulnya stress yaitu:
a. Faktor Lingkungan
Keadaan lingkungan yang tidak menentu akan dapat menyebabkan pengaruh
pembentukan struktur organisasi yang tidak sehat terhadap karyawan. Dalam
faktor lingkungan terdapat tiga hal yang dapat menimbulkan stress bagi karyawan
yaitu ekonomi, politik dan teknologi. Perubahan yang sangat cepat karena adanya
penyesuaian terhadap ketiga hal tersebut membuat seseorang mengalami ancaman
terkena stress.Hal ini dapat terjadi, misalnya perubahan teknologi yang begitu
cepat. Perubahan yang baru terhadap teknologi akan membuat keahlian seseorang
dan pengalamannya tidak terpakai karena hampir semua pekerjaan dapat
terselesaikan dengan cepat dan dalam waktu yang singkat dengan adanya
teknologi yang digunakannya.
b. Faktor Organisasi
Didalam organisasi terdapat beberapa faktor yang dapat menimbulkan stress
yaitu role demands, interpersonal demands, organizational structure dan
organization al leadership.
Pengertian dari masing-masing faktor organisasi tersebut adalah sebagai
berikut :
1) Role Demands
Peraturan dan tuntutan dalam pekerjaan yang tidak jelas dalam suatu
organisasi akan mempengaruhi peranan seorang karyawan untuk memberikan
hasil akhir yang ingin dicapai bersama dalam suatu organisasi tersebut.
2) Interpersonal Demands
Mendefinisikan tekanan yang diciptakan oleh karyawan lainnya dalam
organisasi. Hubungan komunikasi yang tidak jelas antara karyawan satu
dengan karyawan lainnya akan dapat menyebabkan komunikasi yang tidak
sehat. Sehingga pemenuhan kebutuhan dalam organisasi terutama yang
berkaitan dengan kehidupan sosial akan menghambat perkembangan sikap dan
pemikiran antara karyawan yang satu dengan karyawan lainnya.
3) Organizational Structure
Mendefinisikan tingkat perbedaan dalam organisasi dimana keputusan tersebut
dibuat dan jika terjadi ketidak jelasan dalam struktur pembuat keputusan atau
peraturan maka akan dapat mempengaruhi kinerja seorang karyawan dalam
organisasi.
4) Organizational Leadership
Berkaitan dengan peran yang akan dilakukan oleh seorang pimpinan dalam
suatu organisasi. Karakteristik pemimpin menurut The Michigan group
(Robbins, 2001:316) dibagi dua yaitu karakteristik pemimpin yang lebih
mengutamakan atau menekankan pada hubungan yang secara langsung antara
pemimpin dengan karyawannya serta karakteristik pemimpin yang hanya
mengutamakan atau menekankan pada hal pekerjaan saja.
Empat faktor organisasi di atas juga akan menjadi batasan dalam mengukur
tingginya tingkat stress. Pengertian dari tingkat stress itu sendiri adalah muncul
dari adanya kondisi-kondisi suatu pekerjaan atau masalah yang timbul yang tidak
diinginkan oleh individu dalam mencapai suatu kesempatan, batasan-batasan,
atau permintaan-permintaan dimana semuanya itu berhubungan dengan
keinginannya dan dimana hasilnya diterima sebagai sesuatu yang tidak pasti tapi
penting (Robbins,2001:563).
c. Faktor Individu
Pada dasarnya, faktor yang terkait dalam hal ini muncul dari dalam keluarga,
masalah ekonomi pribadi dan karakteristik pribadi dari keturunan. Hubungan
pribadi antara keluarga yang kurang baik akan menimbulkan akibat pada
pekerjaan yang akan dilakukan karena akibat tersebut dapat terbawa dalam
pekerjaan seseorang. Sedangkan masalah ekonomi tergantung dari bagaimana
seseorang tersebut dapat menghasilkan penghasilan yang cukup bagi kebutuhan
keluarga serta dapat menjalankan keuangan tersebut dengan seperlunya.
Karakteristik pribadi dari keturunan bagi tiap individu yang dapat menimbulkan
stress terletak pada watak dasar alami yang dimiliki oleh seseorang tersebut.
Sehingga untuk itu, gejala stress yang timbul pada tiap-tiap pekerjaan harus diatur
dengan benar dalam kepribadian seseorang.

7. Reaksi dan Respon Tubuh Terhadap Stres


Respon stres melibatkan semua fungsi tubuh, sehingga terlampau besarnya
stres yang menghabiskan sumber-sumber adaptif kita dapat menyebabkan kelelahan,
beragam masalah kesehatan, dan bahkan akibat yang fatal.
a. Respon Fisik
1) Rambut
Warna rambut yang semula hitam pekat, lambat laun mengalami perubahan
warna menjadi kecoklat-coklatan serta kusam. Ubanan (rambut memutih)
terjadi sebelum waktunya, demikian pula dengan kerontokan rambut.
2) Mata
Ketajaman mata seringkali terganggu misalnya kalau membaca tidak jelas
karena kabur. Hal ini disebabkan karena otot-otot bola mata mengalami
kekenduran atau sebaliknya sehingga mempengaruhi fokus lensa mata.
3) Telinga
Pendengaran seringkali terganggu dengan suara berdenging (tinitus).
4) Ekspresi wajah
Wajah seseorang yang stress nampak tegang, dahi berkerut, mimic nampak
serius, tidak santai, bicara berat, sukar untuk senyum/tertawa dan kulit muka
kedutan (tic facialis).
5) Mulut
Mulut dan bibir terasa kering sehingga seseorang sering minum. Selain
daripada itu pada tenggorokan seolah-olah ada ganjalan sehingga ia sukar
menelan, hal ini disebabkan karena otot-otot lingkar di tenggorokan
mengalami spasme (muscle cramps) sehingga serasa “tercekik”.
6) Kulit
Pada orang yang mengalami stress, reaksi kulit bermacam-macam; pada kulit
dari sebahagian tubuh terasa panas atau dingin atau keringat berlebihan.
Reaksi lain kelembaban kulit yang berubah, kulit menjadi lebih kering. Selain
daripada itu perubahan kulit lainnya adalah merupakan penyakit kulit, seperti
munculnya eksim, urtikaria (biduran), gatal-gatal dan pada kulit muka
seringkali timbul jerawat (acne) berlebihan; juga sering dijumpai kedua belah
tapak tangan dan kaki berkeringat (basah).
7) Sistem Pernafasan
Pernafasan seseorang yang sedang mengalami stres dapat terganggu misalnya
nafas terasa berat dan sesak disebabkan terjadi penyempitan pada saluran
pernafasan mulai dari hidung, tenggorokan dan otot-otot rongga dada. Nafas
terasa sesak dan berat dikarenakan otot-otot rongga dada (otot-otot antar
tulang iga) mengalami spasme dan tidak atau kurang elastic sebagaimana
biasanya. Sehingga ia harus mengeluarkan tenaga ekstra untuk menarik nafas.
Stres juga dapat memicu timbulnya penyakit asma (asthma bronchiale)
disebabkan karena otot-otot pada saluran nafas paru-paru juga mengalami
spasme.
8) Sistem Kardiovaskuler
Sistem jantung dan pembuluh darah atau kardiovaskuler dapat terganggu
faalnya karena stres. Misalnya, jantung berdebar-debar, pembuluh darah
melebar (dilatation) atau menyempit (constriction) sehingga yang
bersangkutan nampak mukanya merah atau pucat. Pembuluh darah tepi
(perifer) terutama di bagian ujung jari-jari tangan atau kaki juga menyempit
sehingga terasa dingin dan kesemutan. Selain daripada itu sebahagian atau
seluruh tubuh terasa “panas” (subfebril) atau sebaliknya terasa “dingin”.
9) Sistem Pencernaan
Orang yang mengalami stres seringkali mengalami gangguan pada sistem
pencernaannya. Misalnya, pada lambung terasa kembung, mual dan pedih; hal
ini disebabkan karena asam lambung yang berlebihan (hiperacidity). Dalam
istilah kedokteran disebut gastritis atau dalam istilah awam dikenal dengan
sebutan penyakit maag. Selain gangguan pada lambung tadi, gangguan juga
dapat terjadi pada usus, sehingga yang bersangkutan merasakan perutnya
mulas, sukar buang air besar atau sebaliknya sering diare.
10) Sistem Perkemihan.
Orang yang sedang menderita stress faal perkemihan (air seni) dapat juga
terganggu. Yang sering dikeluhkan orang adalah frekuensi untuk buang air
kecil lebih sering dari biasanya, meskipun ia bukan penderita kencing manis
(diabetes mellitus).
11) Sistem Otot dan tulang
Stres dapat pula menjelma dalam bentuk keluhan-keluhan pada otot dan tulang
(musculoskeletal). Yang bersangkutan sering mengeluh otot terasa sakit (keju)
seperti ditusuk-tusuk, pegal dan tegang. Selain daripada itu keluhan-keluhan
pada tulang persendian sering pula dialami, misalnya rasa ngilu atau rasa kaku
bila menggerakan anggota tubuhnya. Masyarakat awam sering mengenal
gejala ini sebagai keluhan ”pegal-linu”.
12) Sistem Endokrin
Gangguan pada sistem endokrin (hormonal) pada mereka yang mengalami
stress adalah kadar gula yang meninggi, dan bila hal ini berkepanjangan bisa
mengakibatkan yang bersangkutan menderita penyakit kencing manis
(diabetes mellitus); gangguan hormonal lain misalnya pada wanita adalah
gangguan menstruasi yang tidak teratur dan rasa sakit (dysmenorrhoe).
b. Respon Psikologis
Faktor-faktor Psikologis dapat mempengaruhi fungsi fisik, faktor-faktor fisik juga
dapat mempengaruhi fungsi mental. Gangguan fisik yang diyakini disebabkan
atau dipengaruhi faktor psikologis pada masa lalu yang disebut psikosomatis
(psychosomatic) atau psikofisiologis.
8. Mekanisme terjadinya stress dan pengaruhnya terhadap pikiran dan tubuh.
Setiap kali ada ransangan/ perubahan yang dirasakan oleh panca indra
kita, maka melalui syaraf2 panca indra tersebut mengirimkan signyal ke Hypophyse
(berada di dasar otak) sebagai alaram selanjutnya mengirimkan signyalnya ke kelenjar
anak ginjal untuk melepaskan hormone Adrenalin dan Cortisol, Cortisol ini
meningkatkan gula darah yang terutama digunakan otak (berfikir/mengatur), selain itu
fungsi cortisol untuk meningkatkan persediaan bahan perbaikan sel2 tubuh, system
kekebalan tubuh, reproduksi dan pertumbuhan serta merangsang beberapa kelenjar
tubuh lainnya untuk peroses metabolisme sedangkan Adrenaline meningkatkan
denyut jantung , dan peningkatan tekanan darah dan juga meningkatkan pasokan
energi.
Jika pikiran dan tubuh selalu cemas karena stres yang berlebihan setiap
hari,lama kelamaan tubuh akan menghadapi masalah-masalah kesehatan serius.Tubuh
sebagai Hardwire akan bekerja terus menerus dalam kondisi tidak normal/ overload
yang akhirnya dapat menyebabkan:
a. Gangguan jantung
b. Masalah tidur
c. Masalah pencernaan
d. Depresi
e. Obesitas
f. pelemahan Memori/ingatan
g. Kelainan pada kulit seperti eksim dan lain-lain,Dengan adanya kelainanan-
kelainan pada tubuh tadi (dirasakan) menyebabkan kekewatiran , memicu
pemikiran2 yang tidak rasional.
9. Cara Menilai Stress
Tingkat stress dapat dikelompokkan dengan menggunakan kriteria HARS
(Hamilton Anxiety Rating Scale). Umsur yang dinilai antara lain : perasaan ansietas,
ketegangan, ketakutan, gangguan tidur, gangguan kecerdasan, perasaan depresi, gejala
somatik, gejala respirasi, gejala-gejala kardiovaskuler,gejala gastrointetinal, gejala
urinaria, gejala otonom, gejala tingkah laku, unsur yang dinilai dapat menggunakan
skoring,dengan ketentuan penilaian sebagai berikut :
a. 0 : tidak ada gejala dari pilihan yang ada
b. 1 : satu gejala dari pilihan yang ada
c. 2 : kurang dari separuh dari pilihan yang ada
d. 3 : separuh atau lebih dari pilihan yang ada
e. 4 : semua gejala yang ada
Untuk selanjutnya skor yang dicapai dari masing-masing atau item
dijumlahkan sebagai indikasi penilaian derajat stress,dengan ketentuan sebagai
berikut :
a. Skor <14 tidak ada stress
b. Skor 14-20 stress ringan
c. Skor 21-27 stress sedang
d. Skor 28-41 stress berat
e. Skor 42-56 stress berat sekali
B. Adaptasi (Mekanisme Penyesuaian Diri)
1. Pengertian Adaptasi
a. Adaptasi adalah penyesuaian diri, dapat menyesuaikan diri dengan keadaan
lingkungan sekitar dengan harapan mengatasi kesulitan dan hambatan dari
persoalan yang ada karena perbedaan dari kebiasaan.
b. Adaptasi adalah suatu upaya untuk mempertahankan fungsi optimal yang
melibatkan refleks,mekanisme otomatis untuk perlindungan mekanisme koping
dan idealnya dalam mengarah pada penyesuaian atau penguasaan situasi (Potter, P,
2005)
c. Adaption. Adaption diartikan penyesuaian psikologis terhadap berbagai keadaan
yang berubah untuk mempertahankan fungsi yang normal. (Brooker, 2001)
d. Adaption model adalah proses dinamika dalam pikiran,perasaan,perilaku dan
biofisiologik individu yang terus berubah untuk menyesuaikan lingkungan terus
berubah (Hartanto, 2004) Adaptability. Adaptability merupakan kemampuan untuk
beradaptasi baik secara maternal maupun fisik terhadap keadaan sekitar agar
fleksibel (Hirchliff, S, 1999).
2. Macam-macam Adaptasi
Ketika mengalami stres,orang menggunakan energi fisiologis,psikologis,sosial
budaya dan spiritual untuk beradaptasi.jumlah energi yang dibutuhkan dan
efektifitasnya upaya adaptasi tersebut bergantung pada intensitas,lingkup,dan jangka
waktu stresor,serta jumlah stresor lainya.
a. Adaptasi fisiologis
Riset klasik yang dilakukan Selye 1976(dalam potter dan Perry,1997)membagi
adaptasi fisiologi menjadi sindrom adaptasi lokal(lokal adaptasi sindrom,LAS)dan
sindrom adaptasi umum(general adaptation syndrom-GAS).
Adaptasi fisiologis dapat berupa: LAS (local Adaptation Syndroma)
merupahkan proses adaptasi yang bersifat Misalnya :
Manifestasi dari proses infectic
1) Merah
2) Nyeri
3) Bengkak
4) Panas
5) Fungsiolaesa
Ciri-ciri LAS ada :
1) Bersifat lokal yaitu tidak melibatkan seluruh sistim tubuh
2) Bersifat adaptif yaitu diperluhkan stresor untuk menstimulasikan
3) Bersifat jangka pendek yaitu tidak berlangsung selamanya
4) Bersifat restoratif yaitu membantu memperbaiki homeostatis daerah atau
bagian tubuh
GAS adalah proses adaptasi bersifat umum atau sistemik.misalnya apabila
reaki lokal tidak dapat diatasi,maka timbul gangguan sistim atau seluruh tubuh
lainya berupa panas diseluruh tubuh,berkeringat,dll.
Gas terdiri 3 tahap :
1) Tahap reaksi
Merupakan tahap awal dari proses adaptasi,yaitu tahap dimana individu siap
menghadapi stresor yang akan masuk kedalam tubuh.tahap ini ditandai dengan
kesiagaan yang ditandai dengan perubahan fisiologis pengeluaran hormon oleh
hipotalamus yang menyebabkan kelenjar adrenal mengeluarkan adrenalin
,yang selanjutnya memacu denyut jantung dan menyebabkan pernapasan
menjadi cepat dan dangkal,kemudian hipotalamus melepaskan hormon
ACTH(hormon adrenokortikotropik)yang dapat merangsang adrenal untuk
mengeluarkan kortikoid yang akan mempengaruhi berbagai fungsi
tubuh.aktifitas hormonal yang ekstensif tersebut mempersiapkan seseorang
untuk ‘’fight or flight”.
2) Tahap resistensi
Pada tahap ini tubuh mulai stabil,tingkat hormon tekanan darah dan output
jantung kembali kenormal.individu berupaya beradaptasi
dengan stres.jika stres dapat diselesaikan tubuh akan memperbaiki kerusakan
yang mungkin telah tejadi,namun jika stresor tidak hilang ia akan memasuki
tingkat ke 3.
3) Tahap kelelahan
Tahap ini ditandai dengan terjadinya kelelahan karena tubuh tidak mampu lagi
menanggung stres dan habisnya energi yang diperluhkan untuk
beradaptasi,tubuh tidak mampu melindungi dirinya sendiri menghadap
stresor,regulasi fisiologis menurun,dan jika stres terus berkelanjut dapat
menyebabkan kematian.
b. Adaptasi Psikologis
Adapatasi adalah proses penyesuaian secara psikologis dengan cara
melakukan mekanisme pertahanan diri yang bertujuan untuk melindungi atau
bertahan dari serangan atau hal yang tidak menyenangkan. adaptasi psikologis bisa
bersifat konstruktif dan destruktif. Perilaku yang konstruktif membantu individu
menerima tantangan untuk memecahkan konflik.perilaku destruktif ,tidak
membantu individu mengatasi stresor. Perilaku adaptasi juga mengacu pada
mekanisme koping(coping mechanisme) yang berorientasi pada tugas(task
oriented)dan mekanisme pertahanan diri (ego oriented).
c. Adaptasi sosial budaya
Merupakan cara untuk mengadakan perubahan dengan melakukan proses
penyesuaian perilaku yang sesuai dengan normal yang berlaku
dimasanyarakat.misalnya seseorang yang tinggal dalam lingkungan masnyarakat
dengan budaya gotong royong akan berupaya beradaptasi dengan lingkungannya
tersebut.
d. Adaptasi spiritual
Proses penyesuaian diri dengan melakukan perubahan perilaku yang
didasarkan pada keyakinan atau kepercayaan yang dimilikisesuai dengan agama
yang dianutnya.misalnya apabila mengalami stres, seseorang akan giat melakukan
ibadah, seperti rajin smbayang, puasa dan sebagainya.
3. Stres dan Adaptasi pada Siklus Kehidupan Perempuan dan Penanggulangannya
Perempuan adalah individu yang seringkali berperan ganda sehingga pada
perempuan sering kali mudah terjadi stres, dari mulai remaja, pranikah, masa hamil,
masa nifas, masa menyusui dan masa menopause atau sering disebut siklus kehidupan
wanita.
a. Pada Masa Remaja
Masa remaja bisa disebut sebagai puncak stress seseorang. Disinilah masa
dimana pertentangan antara naluri keremajaannya berbenturan dengan peraturan,
konflik, tuntutan, dominasi, keluarga dan lingkungan. Peralihan masa dari jiwa
kanak-kanak yang labil menuju jiwa yang lebih dewasa. Di masa remaja inilah
stress yang akan menentukan tingkat kedewasaan seseorang.
b. Pada Masa Pranikah
Penyebab Terjadinya Sindrom Pranikah:
1) Belum benar-benar siap untuk menikah.
2) Belum siap untuk punya anak.
3) Kedua calon mempelai membayangkan indahnya pernikahan, tapi terkadang
tanpa belajar untuk siap menerima kekurangan-kekurangan dari orang yang
kelak menikah dengannya, akibatnya menjelang pernikahan berlangsung
muncul rasa gamang dan ragu terhadap pasangannya.
4) Kejenuhan pada salah satu calon mempelai atau keduanya.
c. Pada Masa Kehamilan
Hubungan episode kehamilan dengan reaksi psikologi yaitu:
1) Trimester pertama : timbul fluktuasi lebar aspek emosional sehingga periode
ini mempunyai resiko tinggi untuk terjadinya pertengkaran atau rasa tidak
nyaman.
2) Trimester kedua : fluktuasi emosional sudah mulai mereda dan
perhatian wanita hamil lebih berfokus pada berbagai perubahan tubuh yang
terjadi selama kehamilan, kehidupan seksual, keluarga dan hubungan batiniah
dengan bayi yang dikandungnya.
3) Trimester ketiga : berkaitan dengan bayangan resiko kehamilan dan proses
persalinan sehingga wanita hamil sangat emosional dalam upaya
mempersiapkan atau mewaspadai segala sesuatu yang mungkin akan dihadapi.
d. Pada Masa Nifas
Periode masa nifas merupakan waktu dimana ibu mengalami stress pasca
persalinan, terutama pada ibu primipara. Hal-hal yang dapat membantu ibu dalam
beradaptasi pada masa nifas adalah sebagai berikut:
1) Fungsi yang memengaruhi untuk sukses dan lancarnya masa transisi menjadi
orang tua
2) Respons dan dukungan dari keluarga dan teman dekat
3) Riwayat pengalaman hamil dan melahirkan sebelumnya
4) Harapan, keinginan, dan aspirasi ibu saat hamil juga melahirkan
e. Pada Masa Menyusui
Masa menyusui terkadang menjadi masa yang membuat stres ibu, banyak
gangguan dan perubahan pada fisik dan psikologi pada ibu yang
menyusui,contohnya pada payudara menjadi besar, keras dan menghitam di
sekitar puting susu, ini menandakan dimulainya proses menyusui. Segera
menyusui bayi sesaat setelah lahir (walaupun ASI belum keluar) dapat mencegah
perdarahan dan merangsang produksi ASI. Pada hari ke 2 hingga ke 3 akan
diproduksi kolostrum atau susu jolong yaitu ASI berwarna kuning keruh yang
kaya akan anti body, dan protein, sebagian ibu membuangnya karena dianggap
kotor, sebaliknya justru ASI ini sangat bagus untuk bayi.
f. Pada Masa Menopause/Klimaksterium
Selama menopause, wanita menghadapi perubahan-perubahan psikososial
dalam hal konsep diri, transisi karir (pekerjaan), seksualitas dan keluarga.
Perubahan-perubahan ini dapat menimbulkan stress yang dapat mempengaruhi
kesehatan mereka (Potter & Perry, 1992). Namun demikian, stress tidak hanya
menimbulkan dampak negatif, tetapi juga dampak positif. Apakah dampak itu
positif atau negatif tergantung pada bagaimana seorang wanita menopause
memandang dan mengendalikannya (Kuntjoro, 2002). Selain itu, apakah wanita
menganggap menopause sebagai bagian dari suatu kehidupan yang wajar dan
harus dialami sebagai sesuatu yang menandakan masa kehidupan yang baru dan
lebih baik, maka gejala-gejala yang berkaitan dengan menopause tidak akan
terlalu berat dan tidak akan menimbulkan kekacauan dalam keluarga (Gunarsa,
2002).
Masa menopause sering bertepatan dengan keadaan menegangkan dalam
kehidupan wanita seperti merawat orang tua lanjut usia, memasuki masa pensiun,
anak meninggalkan rumah. Ketegangan ini dapat menimbulkan gejala fisik dan
Wanita menopause akan mengalami kestabilan emosi. Jika mereka mudah
beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada masa menopause.
Apabila seorang wanita tidak siap mental menghadapi masa menopause dan
lingkungan psikososial tidak memberi dukungan yang positif, maka akan
berakibat tidak baik terhadap kesehatan wanita menopause tersebut (Maspaitela,
2004).

C. Mekanisme Koping
1. Pengertian Koping
a. Koping adalah suatu proses dimana individu mencoba untuk mengatur
kesenjangan persepsi antara tuntutan situasi yang menekan dengan kemampuan
mereka dalam memenuhi tuntutan tersebut (Lazarus & Folkman, 1985).
b. Koping menurut Lasaruz juga terdiri atas usaha kognitif dan prilaku dilakukan
untuk mengatur kebutuhan eksternal dan internal tertentu yang membatasi sumber
seseorang. Koping dapat berfokus pada emosi atau berfokus pada masalah
(smeltzer & Bare, 2001).
c. Koping merupakan upaya prilaku dan kognitif seseorang dalam menghadapi
ancaman fisik dan psikososial (Stuart & Laraia, 2005).
Berdasarkan ketiga definisi diatas maka yang dimaksudkan dengan koping
adalah usaha kognitif dan prilaku seseorang sebagai proses untuk mengatur
kesenjangan dalam menghadapi situasi yang menekan yang berupa ancaman fisik dan
psikososial dengan kemampuan mereka dalam memenuhi tuntutan tersebut dapat
berfokus pada emosi atau masalah.
2. Penggolongan Mekanisme Koping
Mekanisme koping adalah suatu keadaan dimana seseorang harus bisa
menyesuaikan diri terhadap masalah yang dihadapinya (Stuart & Laraia, 2005).
Mekanisme koping adalah cara yang dilakukan individu dalam menyelesaikan
masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan, serta respon terhadap situasi yang
mengancam (Keliat, 1999). Mekanisme koping berdasarkan penggolongannya dibagi
menjadi dua (Stuart dan Sundeen, 1995) yaitu :
a. Mekanisme Koping Adaptif.
Mekanisme, koping yang mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan, belajar dan
mencapai tujuan. Kategorinya adalah berbicara dengan orang lain, memecahkan
masalah secara efektif, teknik relaksasi, latihan seimbang dan aktivitas
konstruktif. Adaptif jika memenuhi kriteria sebagai berikut :
1) Masih mengontrol emosi pada dirinya.
2) Memiliki kewaspadaan yang tinggi, lebih perhatian pada masalah.
3) Memiliki persepsi yang luas
4) Dapat menerima dukungan dari oang lain
b. Mekanisme Koping Maladaptif.
Mekanisme koping yang menghambat fungsi integrasi, memecah pertumbuhan,
menurunkan otonomi dan cendrung menguasai lingkungan. Kategorinya adalah
makan berlebihan atau tidak makan, bekerja berlebihan, menghindar. Maladaptif
jika memenuhi kriteria sebagai berikut :
1) Tidak mampu berfikir apa-apa atau disorientasi
2) Tidak mampu menyelesaikan masalah
3) Prilakunya cenderung merusak
Sedangkan Stuart dan laraia (2005) menyebut penggolongan dua mekanisme
koping ini sebagai mekanisme koping positif dan mekanisme koping negatif.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setiap individu pasti pernah mengalami stres dan Manusia juga haruslah
mampu dan pandai beradaptasi terutama pada wanita. Karena wanita sangat rentan
dan mudah mengalami stres.Dari masa remaja, pranikah, kehamilan, melahirkan, nifas
menyusui dan menopuse.
Stres adalah gangguan pada tubuh dan pikiran akibat tekanan, perubahan,
ketegangan, emosi dan lain-lain yang menimbulkan dampak pada fisik dan psikologi
seseorang. Sedangkan Adaptasi adalah penyesuaian diri, dapat menyesuaikan diri
dengan keadaan lingkungan sekitar dengan harapan mengatasi kesulitan dan
hambatan dari persoalan yang ada karena perbedaan dari kebiasaan.

B. Saran
Kesehatan merupakan harta yang paling berharga bagi manusia, oleh karena
itu jagalah kesehatan sebagaimana mestinya. Stress dapat dikatakan sebagai salah satu
tes mental bagi jiwa manusia walaupun tidak dapat dipungkiri stress juga berdampak
pada fisik manusia. Untuk menghindari stress dapat dilakukan dengan menjaga
kondisi tubuh antara input dan output agar tetap seimbang (homeostatis). Sebagai
manusia terapi psikologis juga diperlukan untuk membangun spirit hidup, terapi
psikologis yang paling sederhana dapat dilakukan dengan cara selalu berpikir positif.
Berpikir positif akan selalu membawa manusia kepada hal-hal yang menjurus kepada
keberhasilan dan sikap optimisme, selain itu berpikir positif juga dapat mengurangi
dampak stress pada diri seseorang.
DAFTAR PUSTAKA

Keliat, B.A. (1999). Penatalaksanaan stres. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran: EGC.
Lazarus, S.R. dan Folkman, S. (1985). Stress appraisal and coping. New York: Publishing
Company.
Maramis, W.F. (2000) Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlanggan Univercity Press.
Niven,neil.2000.Psikologi Kesehatan Pengantar untuk Perawat & Profesional Kesehatan
Lain.Jakarta : EGC

Philadelphia: F.A. Davis Company.Smeltzer, Suzanna C. (2001). Buku Ajar Keperawatan


Medikal – Bedah, Brunner &Suddarth; Ed.8 Vol.1 (terjemahan). Jakarta; EGC
Rasmun.,SKp.,M.Kep. Stress, Koping dan Adaptasi. 2004. Jakarta:Sagung Seto.
Smeltzer, Suzanna C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal – Bedah, Brunner &
Suddarth; Ed.8 Vol.1 (terjemahan). Jakarta; EGC.
Stuart, G.W., and Sundeen, S.J. (1995). Principles and practice of psychiatric nursing.
Sixth edition. St. Louis : Mosby Year Book.
Townsend, M.C. (1996). Psychiatric mental health nursing: concepts of care. Second
edition. Philadelphia: F.A. Davis Company.
http://ebekunt.wordpress.com/2009/06/30/stress-3/
http://andaners.wordpress.com/2009/04/21/konsep-cemas-stress-dan-adaptasi/

Anda mungkin juga menyukai