BENAR Stres Dan Adaptasi
BENAR Stres Dan Adaptasi
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia harus selalu menyesuaikan diri dengan kehidupan dunia yang selalu
berubah-ubah. Manusia sebagaimana ia ada pada suatu ruang dan waktu, merupakan
hasil interaksi antara jasmani, rohani, dan lingkungan. Ketiga unsure tersebut saling
mempengaruhi satu dengan yang lain. Dalam segala masalah, kita harus
mempertimbangkan ketiganya sebagai suatu keseluruhan (holistic) sehingga manusia
disebut makhluk somato-psiko-sosial
Oleh karena itu, apabila terjadi gangguan pada jasmani, akan menimbulkan
usaha penyesuaian secara fisik atau somatic. Demikian pula apabila terjadi gangguan
pada unsure rohani, akan menimbulkan usaha penyesuaian secara psikologis. Usaha
yang dilakukan organisme untuk mengatasi stress agar terjadi keseimbangan yang
terus-menerus dalam batas tertentu dan tetap dapat mempertahankan hidup dinamakan
homeostasis.
Sumber gangguan jasmani (somatic) maupun psikologis adalah stress. Apabila
kita mampu mengatasi keadaan stress, perilaku kita cenderung berorientasi pada
tugas (task oriented), yang intinya untuk menghadapi tuntutan keadaan. Namun,
apabila stress mengancam perasaan, kemampuan, dan harga diri kita, reaksi kita
cenderung pada orientasi pembelaan ego (ego defence-oriented). Penyesuaian yang
berorientasi pada tugas disebut adaptasi dan yang berorientasi pada pembelaan ego
disebut “mekanisme pertahanan diri atau MPE = Mekanisme Pertahanan/Pembelaan
Ego ( Ego defence mechanism)”.
B. Rumusan Masalah
1. Apa stres dan adaptasi itu ?
2. Apa saja stres dan adaptasi pada siklus kehidupan perempuan dan
penanggulangannya?
3. Apa mekanisme koping itu?
4. Apa perbedaan stres dan gangguan jiwa?
C. Tujuan
Sebagai bahan pembelajaran dalam mata kuliah Humaniora dan untuk lebih
mengetahui tentang apa itu stres dan adaptasi itu.
BAB II
STRES ADAPTASI
A. STRES
1. Pengertian Stres
Stres adalah gangguan pada tubuh dan pikiran akibat tekanan, perubahan,
ketegangan, emosi dan lain-lain yang menimbulkan dampak pada fisik dan psikologi
seseorang.
2. Faktor yang mempengaruhi Stres
a. Faktor biologisà Herediter, konstitusi tubuh, kondisi fisik, neurofsiologik, dan
neurohormonal.
b. Faktor psikoedukatif/sosio culturalà Perkembangan kepribadian, pengalaman,
dan kondisi lain yang mempengaruhi
3. Penggolongan Stres
Apabila ditinjau dari penyebab stress, menurut Sri Kusmiati Desminiarti
(1990), dapat digolongkan sebagai berikut.
a. Stres fisik, disebabkan oleh suhu atau temperature yang terlalu tinggi atau rendah,
suara amat bising, sinar yang terlalu terang, atau tersengat arus listrik.
b. Stres kimiawi, disebabkan oleh asam-basa kuat, obat-obatan, zat beracun,
hormone, atau gas.
c. Stres mikrobiologik, disebabkan oleh virus, bakteri atau parasit yang
menimbulkan penyakit.
d. Stres fisiologik, disebabkan oleh gangguan struktur , fungsi jaringan, organ atau
sistemik sehingga menimbulkan fungsi tubuh tidak normal.
e. Stres proses pertumbuhan dan perkembangan, disebabkan oleh gangguan
pertumbuhan dan perkembangan pada masa bayi hingga tua.
f. Stres psikis/emosional, disebabkan oleh gangguan hubungan interpersonal, social,
budaya, atau keagamaan.
Adapun menurut Brench Grand (2000), stress ditinjau dari penyebabnya hanya
dibedakan menjadi 2 macam, yaitu :
a. Penyebab makro, yaitu menyangkut peristiwa besar dalam kehidupan, seperti
kematian, perceraian, pensiun, luka batin, dan kebangkrutan.
b. Penyebab mikro, yaitu menyangkut peristiwa kecil sehari-hari, seperti
pertengkaran rumah tangga, beban pekerjaan, masalah apa yang akan dimakan,
dan antri.
4. Sumber Stres Psikologis
Menurut Maramis, ada empat sumber atau penyebab stress psikologis, yaitu :
a. Frustasi
Timbul akibat kegagalan dalam mencapai tujuan karena ada aral melintang,
misalnya apabila ada perawat Puskesmas lulusan SPK bercita-cita ingin
mengikuti D3 Akper program khusus puskesmas, tetapi tidak diizinkan oleh
istri/suami, tidak punya biaya, dan sebagainya. Frustasi ada yang bersifat intrinsic
(cacat badan dan kegagalan usaha) dan ekstrinsik (kecelakaan, bencana alam,
kematian orang yang dicintai, kegoncangan ekonomi, pengangguran,
perselingkuhan, dan lain-lain).
b. Konflik
Timbulnya karena tidak bisa memilih antara dua atau lebih macam keinginan,
kebutuhan, atau tujuan. Bentuknya approach-approach conflict, approach-
avoidance conflict, atau avoidance-avoidance conflict.
c. Tekanan
Timbul sebagai akibat tekanan hidup sehari-hari. Tekanan dapat berasal dari
dalam diri individu, misalnya cita-cita atau norma yang terlalu tinggi. Tekanan
yang berasal dari luar diri individu, misalnya orang tua menuntut anaknya agar di
sekolah selalu ranking satu atau istri menuntut uang belanja yang berlebihan
kepada suami.
d. Krisis
Krisis yaitu keadaan yang mendadak, yang menimbulkan stress pada individu,
misalnya kematian orang yang disayangi, kecelakaan, dan penyakit yang harus
segera dioperasi. Keadaan stress dapat terjadi beberapa sebab sekaligus, misalnya
frustasi, konflik, dan tekanan.
5. Model stress-kesehatan
Model stress-kesehatan dibagi menjadi 3 kategori yaitu :
a. Problem solving
Kita mengalahkan stress dengan cara menyelesaikan problem stressor (hal
yang membuat stress itu). Misalnya, kita stress karena menderita suatu penyakit,
maka kita menyelesaikan masalah dengan berobat sehingga penyakit kita bisa
sembuh.
b. Avoidance
Kebalikan dari problem solving, dengan tekhnik ini seseorang menghindar.
Menghindar dari orang lain atau dengan cara-cara seperti :
daydreaming(memimpikan) masa-masa yang lebih baik,menonton TV lebih
banyak dari sebelumnya.
c. Seeking of social support
Dengan tekhnik ini, ketika seseorang menghadapi stress atau kecemasan maka
dia pergi mencari orang lain,menceritakan dan mempercayakan masalahnya
kepada orang lain (biasanya teman atau saudara) untuk kemudian mendapatkan
ketentraman hatinya kembali.
6. Faktor Pengaruh respon terhadap stressor
Kondisi-kondisi yang cenderung menyebabkan stress disebut stressor.
Meskipun stress dapat diakibatkan oleh hanya satu stressor, biasanya karyawan
mengalami stress karena kombinasi stressor.
Menurut Robbins (2001:565-567) ada tiga sumber utama yang dapat
menyebabkan timbulnya stress yaitu:
a. Faktor Lingkungan
Keadaan lingkungan yang tidak menentu akan dapat menyebabkan pengaruh
pembentukan struktur organisasi yang tidak sehat terhadap karyawan. Dalam
faktor lingkungan terdapat tiga hal yang dapat menimbulkan stress bagi karyawan
yaitu ekonomi, politik dan teknologi. Perubahan yang sangat cepat karena adanya
penyesuaian terhadap ketiga hal tersebut membuat seseorang mengalami ancaman
terkena stress.Hal ini dapat terjadi, misalnya perubahan teknologi yang begitu
cepat. Perubahan yang baru terhadap teknologi akan membuat keahlian seseorang
dan pengalamannya tidak terpakai karena hampir semua pekerjaan dapat
terselesaikan dengan cepat dan dalam waktu yang singkat dengan adanya
teknologi yang digunakannya.
b. Faktor Organisasi
Didalam organisasi terdapat beberapa faktor yang dapat menimbulkan stress
yaitu role demands, interpersonal demands, organizational structure dan
organization al leadership.
Pengertian dari masing-masing faktor organisasi tersebut adalah sebagai
berikut :
1) Role Demands
Peraturan dan tuntutan dalam pekerjaan yang tidak jelas dalam suatu
organisasi akan mempengaruhi peranan seorang karyawan untuk memberikan
hasil akhir yang ingin dicapai bersama dalam suatu organisasi tersebut.
2) Interpersonal Demands
Mendefinisikan tekanan yang diciptakan oleh karyawan lainnya dalam
organisasi. Hubungan komunikasi yang tidak jelas antara karyawan satu
dengan karyawan lainnya akan dapat menyebabkan komunikasi yang tidak
sehat. Sehingga pemenuhan kebutuhan dalam organisasi terutama yang
berkaitan dengan kehidupan sosial akan menghambat perkembangan sikap dan
pemikiran antara karyawan yang satu dengan karyawan lainnya.
3) Organizational Structure
Mendefinisikan tingkat perbedaan dalam organisasi dimana keputusan tersebut
dibuat dan jika terjadi ketidak jelasan dalam struktur pembuat keputusan atau
peraturan maka akan dapat mempengaruhi kinerja seorang karyawan dalam
organisasi.
4) Organizational Leadership
Berkaitan dengan peran yang akan dilakukan oleh seorang pimpinan dalam
suatu organisasi. Karakteristik pemimpin menurut The Michigan group
(Robbins, 2001:316) dibagi dua yaitu karakteristik pemimpin yang lebih
mengutamakan atau menekankan pada hubungan yang secara langsung antara
pemimpin dengan karyawannya serta karakteristik pemimpin yang hanya
mengutamakan atau menekankan pada hal pekerjaan saja.
Empat faktor organisasi di atas juga akan menjadi batasan dalam mengukur
tingginya tingkat stress. Pengertian dari tingkat stress itu sendiri adalah muncul
dari adanya kondisi-kondisi suatu pekerjaan atau masalah yang timbul yang tidak
diinginkan oleh individu dalam mencapai suatu kesempatan, batasan-batasan,
atau permintaan-permintaan dimana semuanya itu berhubungan dengan
keinginannya dan dimana hasilnya diterima sebagai sesuatu yang tidak pasti tapi
penting (Robbins,2001:563).
c. Faktor Individu
Pada dasarnya, faktor yang terkait dalam hal ini muncul dari dalam keluarga,
masalah ekonomi pribadi dan karakteristik pribadi dari keturunan. Hubungan
pribadi antara keluarga yang kurang baik akan menimbulkan akibat pada
pekerjaan yang akan dilakukan karena akibat tersebut dapat terbawa dalam
pekerjaan seseorang. Sedangkan masalah ekonomi tergantung dari bagaimana
seseorang tersebut dapat menghasilkan penghasilan yang cukup bagi kebutuhan
keluarga serta dapat menjalankan keuangan tersebut dengan seperlunya.
Karakteristik pribadi dari keturunan bagi tiap individu yang dapat menimbulkan
stress terletak pada watak dasar alami yang dimiliki oleh seseorang tersebut.
Sehingga untuk itu, gejala stress yang timbul pada tiap-tiap pekerjaan harus diatur
dengan benar dalam kepribadian seseorang.
C. Mekanisme Koping
1. Pengertian Koping
a. Koping adalah suatu proses dimana individu mencoba untuk mengatur
kesenjangan persepsi antara tuntutan situasi yang menekan dengan kemampuan
mereka dalam memenuhi tuntutan tersebut (Lazarus & Folkman, 1985).
b. Koping menurut Lasaruz juga terdiri atas usaha kognitif dan prilaku dilakukan
untuk mengatur kebutuhan eksternal dan internal tertentu yang membatasi sumber
seseorang. Koping dapat berfokus pada emosi atau berfokus pada masalah
(smeltzer & Bare, 2001).
c. Koping merupakan upaya prilaku dan kognitif seseorang dalam menghadapi
ancaman fisik dan psikososial (Stuart & Laraia, 2005).
Berdasarkan ketiga definisi diatas maka yang dimaksudkan dengan koping
adalah usaha kognitif dan prilaku seseorang sebagai proses untuk mengatur
kesenjangan dalam menghadapi situasi yang menekan yang berupa ancaman fisik dan
psikososial dengan kemampuan mereka dalam memenuhi tuntutan tersebut dapat
berfokus pada emosi atau masalah.
2. Penggolongan Mekanisme Koping
Mekanisme koping adalah suatu keadaan dimana seseorang harus bisa
menyesuaikan diri terhadap masalah yang dihadapinya (Stuart & Laraia, 2005).
Mekanisme koping adalah cara yang dilakukan individu dalam menyelesaikan
masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan, serta respon terhadap situasi yang
mengancam (Keliat, 1999). Mekanisme koping berdasarkan penggolongannya dibagi
menjadi dua (Stuart dan Sundeen, 1995) yaitu :
a. Mekanisme Koping Adaptif.
Mekanisme, koping yang mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan, belajar dan
mencapai tujuan. Kategorinya adalah berbicara dengan orang lain, memecahkan
masalah secara efektif, teknik relaksasi, latihan seimbang dan aktivitas
konstruktif. Adaptif jika memenuhi kriteria sebagai berikut :
1) Masih mengontrol emosi pada dirinya.
2) Memiliki kewaspadaan yang tinggi, lebih perhatian pada masalah.
3) Memiliki persepsi yang luas
4) Dapat menerima dukungan dari oang lain
b. Mekanisme Koping Maladaptif.
Mekanisme koping yang menghambat fungsi integrasi, memecah pertumbuhan,
menurunkan otonomi dan cendrung menguasai lingkungan. Kategorinya adalah
makan berlebihan atau tidak makan, bekerja berlebihan, menghindar. Maladaptif
jika memenuhi kriteria sebagai berikut :
1) Tidak mampu berfikir apa-apa atau disorientasi
2) Tidak mampu menyelesaikan masalah
3) Prilakunya cenderung merusak
Sedangkan Stuart dan laraia (2005) menyebut penggolongan dua mekanisme
koping ini sebagai mekanisme koping positif dan mekanisme koping negatif.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setiap individu pasti pernah mengalami stres dan Manusia juga haruslah
mampu dan pandai beradaptasi terutama pada wanita. Karena wanita sangat rentan
dan mudah mengalami stres.Dari masa remaja, pranikah, kehamilan, melahirkan, nifas
menyusui dan menopuse.
Stres adalah gangguan pada tubuh dan pikiran akibat tekanan, perubahan,
ketegangan, emosi dan lain-lain yang menimbulkan dampak pada fisik dan psikologi
seseorang. Sedangkan Adaptasi adalah penyesuaian diri, dapat menyesuaikan diri
dengan keadaan lingkungan sekitar dengan harapan mengatasi kesulitan dan
hambatan dari persoalan yang ada karena perbedaan dari kebiasaan.
B. Saran
Kesehatan merupakan harta yang paling berharga bagi manusia, oleh karena
itu jagalah kesehatan sebagaimana mestinya. Stress dapat dikatakan sebagai salah satu
tes mental bagi jiwa manusia walaupun tidak dapat dipungkiri stress juga berdampak
pada fisik manusia. Untuk menghindari stress dapat dilakukan dengan menjaga
kondisi tubuh antara input dan output agar tetap seimbang (homeostatis). Sebagai
manusia terapi psikologis juga diperlukan untuk membangun spirit hidup, terapi
psikologis yang paling sederhana dapat dilakukan dengan cara selalu berpikir positif.
Berpikir positif akan selalu membawa manusia kepada hal-hal yang menjurus kepada
keberhasilan dan sikap optimisme, selain itu berpikir positif juga dapat mengurangi
dampak stress pada diri seseorang.
DAFTAR PUSTAKA
Keliat, B.A. (1999). Penatalaksanaan stres. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran: EGC.
Lazarus, S.R. dan Folkman, S. (1985). Stress appraisal and coping. New York: Publishing
Company.
Maramis, W.F. (2000) Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlanggan Univercity Press.
Niven,neil.2000.Psikologi Kesehatan Pengantar untuk Perawat & Profesional Kesehatan
Lain.Jakarta : EGC