(kalsium karbonat). Pembentukan batu gamping dapat terjadi secara mekanik, kimia, dan organik.
Mineral calcite banyak terdapat pada organisme laut, oleh karena itu biasanya terbentuk dari
cangkang binatang laut, kerang, dan jasad makhluk hidup laut yang telah mati. Batu Gamping (kapur)
mudah larut dalam air terutama yang mengandung CO2, dan bila ditetesi zat asam maka akan
membentuk gas CO2. Batuan ada yang keras adapula yang lunak. Warna batuan ini umumnya putih
keabu-abuan, namun adajuga yang berwarna merah, kuning, hitam, atau abu – abu gelap. Batu
Kapur sering dimanfaatkan sebagai bahan baku semen.
Batu Gamping
Batu kapur (Gamping) merupakan salah satu mineral industri yang banyak digunakan oleh sektor
industri ataupun konstruksi dan pertanian, antara lain untuk bahan bangunan, batu bangunan bahan
penstabil jalan raya, pengapuran untuk pertanian dll. Batu kapur (Gamping) dapat terjadi dengan
beberapa cara, yaitu secara organik, secara mekanik, atau secara kimia. Sebagian besar batu kapur
yang terdapat di alam terjadi secara organik, jenis ini berasal dari pengendapan cangkang/rumah
kerang dan siput, foraminifera atau ganggang, atau berasal dari kerangka binatang koral/kerang.
Batu kapur dapat berwarna putih susu, abu muda, abu tua, coklat bahkan hitam, tergantung
keberadaan mineral pengotornya. Mineral karbonat yang umum ditemukan berasosiasi dengan batu
kapur adalah aragonit (CaCO3), yang merupakan mineral metastable karena pada kurun waktu
tertentu dapat berubah menjadi kalsit (CaCO3). Mineral lainnya yang umum ditemukan berasosiasi
dengan batu kapur atau dolomit, tetapi dalam jumlah kecil adalah Siderit (FeCO3), ankarerit
(Ca2MgFe(CO3)4), dan magnesit (MgCO3).
Kalsium karbonat (CaCO3) dengan kemurnian dan kehalusan yang tinggi banyak diperlukan dalam
industri tapal gigi, cat, farmasi, kosmetik, karet, kertas, dan lain lain, baik sebagai bahan dasar
maupun bahan penolong. Untuk kebutuhan itu, Indonesia masih mendatangkan CaCO3 dari luar
negeri. Umumnya bahan itu dibuat secara kimia dari suspensi kapur padam dan gas karbon dioksid.
Di Indonesia banyak terdapat batu kapur atau marmer yang berupa serpihan atau butir kecil yang
dibuang sia sia. Di samping itu, gas CO2 juga banyak yang belum dimanfaatkan. Pembuangan kedua
jenis bahan itu dapat mencemari lingkungan. Oleh karena itu, kalau serbuk limbah marmer
disuspensikan dalam air dan direaksikan dengan CO2 akan diperoleh Ca(HCO) yang tidak banyak
tercampur zat pengotor. Selanjutnya Ca(HCO3)2 mudah berubah menjadi CaCO3 murni. Pada
penelitan ini akan direaksikan suspensi batu kapur dan gas CO2 seperti pembentukan stalakmit dan
stalaktit di alam.
Chalk
Oilitic
A. Mula Jadi
Batu Kapur dapat terjadi dengan beberapa cara yaitu secara organik secara mekanik atau secara
kimia sebagian batu kapur dialam terjadi secara organik. Jenis ini berasal dari pengembangan
cangkang atau rumah kerang dan siput. Untuk batu kapur yang terjadi secara mekanik sebetulnya
bahannya tidak jauh beda dengan batu kapur secara organik yang membedakannya adalah terjadinya
perombakan dari bahan batu kapur tersebut kemudian terbawa oleh arus dan biasanya diendapkan
tidak jauh dari tempat semula. Sedangkan yang terjadi secara kimia jenis batu kapur yang terjadi
dalam kondisi iklim dan suasana lingkungan tertentu dalam air laut ataupun air tawar.
B. Mineralogi
Batu Kapur dan dolomit merupakan batuan karbonat utama yang banyak digunakan diindustri
Aragonit yang berkomposisi kimia sama dengan Kalsit (CaCO3) tetapi berbeda dengan struktur
kristalnya, merupakan mineral metas table karena pada kurun waktu tertentu dapat berubah
menjadi Kalsit. Karena sifat fisika mineral-mineral karbonat hampir sama satu sama lain, maka tidak
mudah untuk mengidentifikasinya.
Batu gamping merupakan salah satu golongan batuan sedimen yang paling banyak jumlahnya.Batu
gamping itu sendiri terdiri dari batu gamping non-klastik dan batu gamping klastik.
Batu gamping non-klastik, merupakan koloni dari binatang laut antara lain dari Coelentrata, Moluska,
Protozoa dan Foraminifera atau batu gamping ini sering juga disebut batu gamping Koral karena
penyusun utamanya adalah Koral.
Batu gamping Klastik, merupakan hasil rombakan jenis batu gamping non-klastik melalui proses erosi
oleh air, transportasi, sortasi, dan terakhir sedimentasi.selama proses tersebut banyak mineral-
mineral lain yang terikut yang merupakan pengotor, sehingga sering kita jumpai adanya variasi warna
dari batu gamping itu sendiri. Seperti warna putih susu, abu-abu muda, abu-abu tua, coklat, merah
bahkan hitam.
Secara kimia batu gamping terdiri atas Kalsium karbonat (CaCO3). Dialam tidak jarang pula dijumpai
batu gamping magnesium. Kadar magnesium yang tinggi mengubah batu gamping dolomitan dengan
komposisi kimia CaCO3MgCO3
e. Pecahan : Uneven
Dibeberapa daerah endapan batu batu gamping seringkali ditemukan di gua dan sungai bawah tanah.
Hal ini terjadi sebagai akibat reaksi tanah. Air hujan yang mengandung CO3 dari udara maupun dari
hasil pembusukan zat-zat organic dipermukaan, setelah meresap ke dalam tanah dapat melarutkan
batu gamping yang dilaluinya. Reaksi kimia dari proses tersebut adalah sebagai berikut :
Ca (HCO3)2 larut dalam air, sehingga lambat laun terjadi rongga di dalam tubuh batu gamping
tersebut. Secara geologi, batu gamping erat sekali hubungannya dengan dolomite. Karena pengaruh
pelindian atau peresapan unsure magnesium dari air laut ke dalam batu gamping, maka batugamping
tersebut dapat berubah menjadi dolomitan atau jadi dolomite. Kadar dolomite atau MgO dalam batu
gamping yang berbeda akan memberikan klasifikasi yang berlainan pula pada jenis batu gamping
tersebut.
Batuan kapur atau batuan gamping (limestone) termasuk batuan sedimen. Batuan sedimen sering
pula disebut dengan batuan endapan. Batuan ini berwarna putih, kelabu, atau warna lain yang terdiri
dari kalsium karbonat (CaCO3). Batuan kapur ini pada dasarnya berasal dari sisa-sisa organisme laut
seperti kerang, siput laut, radiolarit, tumbuhan/binatang karang (koral), dsb yang telah mati.
Berdasarkan hal tersebut, maka batuan kapur adalah batuan sedimen yang berbasis dari laut. Karena
hal itu, batuan kapur berdasarkan tenaga alam yang mengangkutnya dan tempat batuan kapur itu
diendapkan termasuk klasifikasi batuan sedimen marin. Berdasarkan proses pengendapannya, batu
gamping radiolarit dan batu karang merupakan batuan sedimen organik. Disamping hal tersebut,
batuan kapur (termasuk di dalamnya stalaktit dan stalakmit yang banyak dijumpai di gua-gua kapur)
menurut proses pengendapannya juga termasuk batuan sedimen kimiawi (sedimen khemis).
Klasifikasi Dunham (1962) Klasifikasi ini didasarkan pada tekstur deposisi dari batu gamping, karena
menurut Dunham dalam sayatan tipis, tekstur deposisional merupakan aspek yang tetap. Kriteria
dasar dari tekstur deposisi yang diambil Dunham (1962) berbeda dengan Folk (1959).
Kriteria Dunham lebih condong pada fabrik batuan, misal mud supported atau grain supported bila
ibandingkan dengan komposisi batuan. Variasi kelas-kelas dalam klasifikasi didasarkan pada
perbandingan kandungan lumpur. Dari perbandingan lumpur tersebut dijumpai 5 klasifikasi Dunham
(1962). Nama nama tersebut dapat dikombinasikan dengan jenis butiran dan mineraloginya.
Batugamping dengan kandungan beberapa butir (<10%) di dalam matriks lumpur karbonat disebut
mudstone dan bila mudstone tersebut mengandung butiran yang tidak saling bersinggungan disebut
wackestone. Lain halnya apabila antar butirannya saling bersinggungan disebut packstone /
grainstone.
Packstone mempunyai tekstur grain supported dan punya matriks mud. Dunham punya istilah
Boundstone untuk batu gamping dengan fabrik yang mengindikasikan asal-usul komponen-
komponennya yang direkatkan bersama selama proses deposisi.
Klasifikasi Dunham (1962) punya kemudahan dan kesulitan. Kemudahannya tidak perlu menentukan
jenis butiran dengan detail karena tidak menentukan dasar nama batuan. Kesulitannya adalah di
dalam sayatan petrografi, fabrik yang jadi dasar klasifikasi kadang tidak selalu terlihat jelas karena di
dalam sayatan hanya memberi kenampakan 2 dimensi, oleh karena itu harus dibayangkan bagaimana
bentuk 3 dimensi batuannya agar tidak salah tafsir. Pada klasifikasi Dunham (1962) istilah-istilah yang
muncul adalah grain dan mud. Nama-nama yang dipakai oleh Dunham berdasarkan atas hubungan
antara butir seperti mudstone, packstone, grainstone, wackestone dan sebagainya. Istilah sparit
digunakan dalam Folk (1959) dan Dunham (1962) memiliki arti yang sama yaitu sebagai semen dan
sama-sama berasal dari presipitasi kimia tetapi arti waktu pembentukannya berbeda.
Sparit pada klasifikasi Folk (1959) terbentuk bersamaan dengan proses deposisi sebagai pengisi pori-
pori. Sparit (semen) menurut Dunham (1962) hadir setelah butiran ternedapkan. Bila kehadiran
sparit memiliki selang waktu, maka butiran akan ikut tersolusi sehingga dapat mengisi grain.
Peristiwa ini disebut post early diagenesis. Dasar yang dipakai oleh Dunham untuk menentukan
tingkat energi adalah fabrik batuan. Bila batuan bertekstur mud supported diinterpretasikan
terbentuk pada energi rendah karena Dunham beranggapan lumpur karbonat hanya terbentuk pada
lingkungan berarus tenang. Sebaliknya grain supported hanya terbentuk pada lingkungan dengan
energi gelombang kuat sehingga hanya komponen butiran yang dapat mengendap.
a. Bahan bangunan
Bahan bangunan yang dimaksud adalah kapur yang dipergunakan untuk plester,adukan pasangan
bata, pembuatan semen tras ataupun semen merah.
Sebagai warangan timbal (PbAsO3) dan warangan kalsium (CaAsO3) atau sebagai serbuk belerang
untuk disemprotkan.
Apabila ditaburkan untuk menetralkan tanah asam yang relatife tidak banyak air, sebagai pupuk
untuk menambah unsur kalsium yang berkurang akibat panen, erosi serta untuk menggemburkan
tanah. Kapur ini juga dipergunakan sebagai disinfektan pada kandang unggas, dalam pembuatan
kompos dan sebagainya
e. Penjernihan air
Dalam penjernihan pelunakan air untuk industri , kapur dipergunakan bersama-sama dengan soda
abu dalam proses yang dinamakan dengan proses kapur soda.
Semua material yang mengandung senyawa Ca dapat digunakan sebagai bahan pengkapuran untuk
menetralisir keasaman tanah, yaitu meningkatkan pH tanah yang pada dasarnya menambahkan Ca
dan menurunkan Al.
g. Batugamping keprus sebagai campuran agregat pada lapis pondasi agregat kelas b
Bertujuan untuk mengkaji kemungkinan pemakaian batugamping keprus sebagai bahan campuran
agregat pada lapis pondasi agregat kelas B.
Batu gamping sebagai salah satu bahan baku pembuatan semen, dengan eksplorasi yang tidak
bijaksana, lambat laun warisan dunia yang unik dan terbentuk ribuan tahun ini akan hilang dan hanya
menjadi cerita anak cucu kita kelak, jika kita tidak ikut membantu melestarikannya.
Sebagian besar kawasan kars di Indonesia tersusun oleh batuan karbonat, dan hampir tidak ada yang
tersusun oleh batuan lain seperti gipsum, batugaram, maupun batuan evaporit. Hampir di setiap
pulau di Indonesia memiliki batuan karbonat, tapi tidak semuanya terkartsifikasi menjadi kawasan
kars. Kars di indonesia tersebar di sebagian besar pulau-pulau di Indonesia, namun demikian tidak
semuanya berkembang dengan baik. Balazs (1968) selanjutnya mengidentifikasi terdapat tujuh belas
kawasan kars mayor di Indonesia. Diantara kawasan kars tersebut, terdapat dua kawasan kars yang
paling baik dan dianggap sebagai prototipe dari kars daerah tropis, yaitu kars Maros dan Gunung
Sewu.
Hampir semua daerah yang memiliki bentang alam kars mempunyai bentukan-bentukan yang khas di
setiap daerah. Perbedaan-perbedaan tersebut menjadi dasar pengelompokan kawasan kars di
Indonesia, yang antara lain adalah:
Tipe ini hadir berupa kawasan kars yang luas dan dicirikan bukit gamping berbentuk kerucut (konical)
dan kubah yang jumlahnya ribuan. Selain itu di dapati adanya lembah dolin dan polje diantara bukit-
bukit tersebut. Di dalam dolin didapati adanya terrarosa yang menahan air sehingga tidak bocor ke
dalam tanah. Terrarosa juga digunakan untuk lahan pertanian. Sungai-sungai yang mengalir masuk
kebawah permukaan tanah melalui mulut-mulut gua maupun dari sink yang ada. Sungai-sungai yang
mengair di bawah tanah akan bergabung membentuk sistem besar. Arah aliran sungai umumnya
dikendalikan oleh struktur geologi. Tipe ini berkembang di sepanjang jalur pegunungan selatan dari
Jawa Timur hingga Yogyakarta.
b. Tipe Gombong
Bentang alam kars dicirikan oleh pembentukan cockpit, terutama yang dijumpai di daerah selatan
Gombong (daerah Karangbolong). Bentukan depresi yang ada umumnya dibatasi oleh lereng yang
terjal dan kadang dijumpai bentukan seperti bintang. Karena batugamping berada di atas lapisan
batuan yang kedap air maka batas antara keduanya menjadi tempat keluarnya mata air.
c. Tipe Maros
Tipe ini dicirikan oleh bukit-bukit yang berbentuk menara (tower karst/mogote). Pembentukan
bentan alam ini berkaitan dengan bidang retakan (kekar dan sesar) yang arahnya berkedudukan
tegak atau hanpir tegak. Tinggi menara antara 50-200 meter, berlereng terjal dan datar pada bagian
puncaknya. Diantara bukit-bukit tersebut terdapat lembah-lembah sempit, berdasar rata, berbentuk
memanjang. Bentukan yang khas ini dijumpai di daerah Maros, Sulawesi Selatan.
d. Tipe Wawolesea
Tipe ini dicirikan adanya lorong-lorong yang terisi oleh air panas dan di beberapa tempat terdapat
jembatan alam (natural bridge). Tipe ini dicirikan terutama oleh kontrol hidrologi air panas sehingga
terjadi proses pengendapan ulang larutan kalsit yang membentuk undak travertin yang beraneka
ragam serta jarang dijumpai di tempat lain.
e. Tipe Semau
Tipe ini merupakan tipe kawasan kars yang melibatkan batugamping yang berumur muda (Kala
Kwarter). Bentang alam yang dijumpai berupa surupan (sink) dan lorong-lorong gua yang pendek.
Undak-undak pantai yang disusun oleh koral dapat mencapai tebal 25-100 meter dan mengalami
pengangkatan 2,5 cm/tahun. Tipe Semau dijumpai pada P. Semau sebelah barat Kupang, NTT.
Pulau Nusa Penida yang terletak di sebelah selatan P. Bali memiliki kawasan karst yang tersusun atas
batugamping klastik dan non klastik. Pada batugamping klastik terdapat sisipan batuan berukuran
halus dan kedap air. Adanya perulangan jenis batuan menyebakan terjadi keluaran air tanah yang
bertingkat. Bentang alam dolin dan bukit kerucut tidak berkembang dengan baik. Gua-gua juga tidak
berkembang dengan baik.
g. Tipe Irian
Berdasar informasi yang ada, tipe kars di Irian dicirikan oleh adanya gua-gua yang panjang. Kars
disusun oleh batugamping klastik dan bioklastik, sebagian bahkan telah terubah menjadi
metasedimen akibat kontak dengan intrusi batuan beku.
Pada umumnya bahan kapur untuk pertanian adalah berupa kalsium karbonat (CaCO3), beberapa
berupa kalsium magnesium karbonat [CaMg (CO3)2], dan hanya sedikit yang berupa CaO atau
Ca(OH)2. Dalam ilmu kimia kapur adalah CaO, tetapi dalam ilmu pertanian kapur umumnya adalah
berupa CaCO3.
Terdiri dari batu kapur kalsit. Proses pembentukannya yaitu batu kapur kalsit ditumbuk (digiling)
sampai kehalusan tertentu.
Terdiri dari batu kapur dolomite. Proses pembentukannya yaitu batu kapur dolomite ditumbuk
(digiling) sampai kehalusan tertentu.
Ada berbagai macam- macam batu gamping (kapur) dapat di jelaskan sebagai berikut :
– Limestone : batu kapur yang utama terdiri dari kalsit (CaCO3) yang berbentuk Kristal, yang
menunjukan bahwa asalnya dari pengendapan kimia.
– Chalk : batuan kapur yang terdiri atas frakmen-frakmen binatang berkerangka kapur dan tumbuh-
tumbuhan.
– Mergel (Marl) : batuan kapur yang terdiri atas campuran CaCO3 dengan tanah liat dan pasir.
– Dolomit : batuan kapur yang terjadi dari batu kapur yang lebih keras dan rumus kimianya
CaMg(CO3)2.
– Travertin : endapan kapur di daratan, yang terjadi pada mata air yang mengandung banyak
gamping.
Kapur memiliki sifat basa yang tinggi sehingga banyak digunakan petani untuk menurunkan
keasaman tanah. Dengan fungsi ini banyak petani menggunakan dolomit untuk disebar di lahan.
Selain itu, manusia berkemungkinan membantu menyebarluaskan secara tidak sengaja ke
permuakaan bumi lewat penggunaan batu kapur untuk berbagai keperluan
DAFTAR PUSTAKA
http://ariefgeo.blogspot.com/2012/01/pemanfaaatan-batugamping-batu
Umum
PT Semen Tonasa adalah produsen semen terbesar di Kawasan Timur Indonesia yang menempati
lahan seluas 715 hektar di Desa Biringere, Kecamatan Bungoro, Kabupaten Pangkep, sekitar 68
kilometer dari kota Makassar. Perseroan yang memiliki kapasitas terpasang 5.980.000 ton semen per
tahun ini, mempunyai empat unit pabrik, yaitu Pabrik Tonasa II, III, IV dan V. Keempat unit pabrik
tersebut menggunakan proses kering dengan kapasitas masing-masing 590.000 ton semen pertahun
untuk Unit II dan III, 2.300.000 ton semen per tahun untuk Unit IV serta 2.500.000 ton semen untuk
Unit V.
Berdasarkan Anggaran Dasar, perseroan merupakan produsen semen di Indonesia yang telah
memproduksi serta menjual semen di dalam negeri dan mancanegara sejak tahun 1968. Proses
produksi bermula dari kegiatan penambangan tanah liat dan batu kapur di kawasan tambang tanah
liat dan pegunungan batu kapur sekitar pabrik hingga pengantongan semen zak di packing plant.
Proses produksi secara terus menerus dipantau oleh satuan Quality Control guna menjamin kualitas
produksi.
Lokasi pabrik yang berada di Sulawesi Selatan merupakan daerah strategis untuk mengisi kebutuhan
semen di daerah Indonesia Bagian Timur. Dengan didukung oleh jaringan distribusi yang tersebar dan
diperkuat oleh sembilan unit pengantongan semen yang melengkapi sarana distribusi penjualan,
telah menjadikan perseroan sebagai pemasok terbesar di kawasan tersebut. unit pengantongan
semen berlokasi di Palu, Banjarmasin, Bitung, Kendari, Ambon dan Mamuju dengan kapasitas
masing-masing 300.000 ton semen per tahun serta di Makassar, Bali, dan Samarinda dengan
kapasitas masingmasing 600.000 ton semen per tahun . Sarana pendukung operasi lainnya yang
berkontribusi besar terhadap pencapaian laba perusahaan adalah utilitas Pembangkit listrik Tenaga
Uap (PLTU) dengan kapasitas 2 X 25 MW dan 2 X 35 MW yang berlokasi di Desa Biringkassi,
Kabupaten Pangkep, sekitar 17 km dari lokasi pabrik.
Pendapatan utama perseroan adalah hasil penjualan Semen Portland (OPC), Semen non OPC yaitu
Tipe Komposit (PCC), tersebar di wilayah Sulawesi, Kalimantan, Bali, Nusa Tenggara, Maluku, dan
Papua. Didukung dengan merek yang sudah terkenal di Kawasan Timur Indonesia, perseroan
berusaha secara terus menerus mempertahankan brand image produk dengan menjaga kestabilan
pasokan produk di pasar. Selain itu, dukungan sistem distribusi yang optimal juga merupakan unsur
kesuksesan penjualan semen. Disamping itu, penjualan ekspor juga dilakukan jika terjadi kelebihan
produksi setelah pemenuhan pasar dalam negeri.
Sejak 15 September 1995 Perseroan terkonsolidasi dengan PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. yang
sebelumnya bernama PT Semen Gresik (Persero) Tbk. dan sekarang menjadi perusahaan induk dari
Perseroan. lebih dari satu dekade perseroan berbenah dan berupaya keras meningkatkan nilai
Perseroan di mata para pemegang saham dan pemangku kepentingan. Berbagai terobosan strategi
dan program kerja dalam meningkatkan kinerja Perseroan secara terintegrasi terus dipacu untuk
mewujudkan visi perseroan menjadi produsen semen yang terefisien dan mempunyai keunggulan
yang kompetitif diantara para produsen semen lainnya.
Perseroan telah menyelesaikan pembangunan pabrik Semen Tonasa Unit V yang beroperasi dengan
kapasitas 2.500.000 ton pertahun dengan dukungan Power Plant 2 X 35 MW dengan pembiayaan
proyek tersebut bersumber dari dana sendiri dan kredit pembiayaan sindikasi perbankan nasional.
Sasaran utama Perseroan adalah meningkatkan nilai perusahaan kepada para pemegang saham dan
pemangku kepentingan dengan strategi yang berfokus pada kegiatan bisnis utama, yaitu
menambang, memproduksi, dan memasarkan produksinya untuk menjamin kelangsungan perseroan
dalam jangka panjang. Perseroan juga berkomitmen untuk mempertahankan kekuatan finansialnya
dengan manajemen likuiditas yang sehat untuk memenuhi pembiayaan investasi dan pembayaran
kewajiban perusahaan dan pertumbuhan arus kas secara berkelanjutan. Selain itu, Perseroan terus
melakukan inovasi kerja dalam operasional perusahaan. inovasi kerja dipacu utamanya atas kegiatan-
kegiatan inti produksi yang dapat menjamin kelangsungan kinerja Perseroan. Kelangsungan
Perseroan merupakan pendekatan terpadu terhadap kinerja perusahaan di bidang lingkungan, sosial
dan ekonomi, dimana ketiga bidang tersebut saling terkait satu sama lain.
Indikator Kinerja
Perseroan menggunakan volume produksi, penjualan, laba bersih setelah pajak, ebitda serta ratio
keuangan sebagai indikator kunci kinerja. Perseroan dianggap berkinerja bagus jika berhasil
melampaui target produksi dan penjualan maupun laba bersih serta ebitda. Selain itu, Perseroan
berkewajiban mempertahankan covenant ratio atas DSR dan DSCR yang telah ditetapkan dalam
perjanjian kredit pembiayaan unit Tonasa V yang pembiayaannya memperoleh sumber dana
pinjaman dari Bank Mandiri (Persero) Tbk. dengan sindikasi banknya. Sedangkan untuk proyek
pengembangan baru, IRR minimum merupakan target pengembalian yang diinginkan.
Sumber pendapatan Perseroan yang besar berasal dari hasil penjualan semen dalam negeri,
khususnya di Kawasan Timur Indonesia. Konsumsi semen nasional yang tinggi telah memberikan
keuntungan harga yang kompetitif bagi produsen semen nasional. Oleh karena itu, pasar semen
dalam negeri tetap merupakan pasar utama yang potensial untuk memperoleh keuntungan yang
optimal. Mengingat tantangan yang semakin meningkat ke depan, perseroan tidaklah terlena
menikmati kondisi tersebut. Dengan penuh kesadaran, manajemen senantiasa melakukan berbagai
strategi alternatif terbaik yang dapat meningkatkan kinerja dengan efisiensi operasional yang optimal
dan strategi keuangan yang kuat.
Konsumen dan Pasar
Perseroan berupaya meningkatkan loyalitas pelanggan di daerah pasar dengan berbagai langkah.
Menjalin kerjasama yang baik dengan para distributor sebagai mediator bisnis serta turut serta
dalam pembangunan berbagai proyek infrastruktur merupakan upaya yang dilakukan oleh Perseroan
untuk terus mengembangkan pangsa pasar.
Lebih dari dua dekade, perseroan dalam menjalankan bisnisnya didukung oleh perusahaan afiliasi
yang berlokasi di sekitar perusahaan dengan bidang bisnis yang saling berhubungan dengan bisnis
utama perseroan. Dukungan bisnis tersebut dibidang transportasi darat dan laut, tenaga kerja
bongkar muat angkutan semen, pengelola pensiun karyawan perusahaan serta bidang konstruksi
beton dan jasa bengkel. Berikut disajikan informasi singkat tentang perusahaan afiliasi tersebut. PT
Prima Karya Manunggal merupakan perusahaan yang variatif dalam mengembangkan bidang
usahanya. Selain sebagai penyedia jasa konstruksi dan pengangkutan darat untuk semen PT Prima
Karya Manunggal juga sebagai distributor produk perseroan. Untuk kegiatan pengangkutan darat
bahan mentah dan barang jadi, perseroan mendapat dukungan dari PT EMKL Topabiring sejak Juli
1989. Sedangkan kegiatan strategis perusahaan dalam rangka pengangkutan semen curah melalui
laut, PT Pelayaran Tonasa Lines telah setia mendistribusikan produk perseroan ke unit pengantongan
yang tersebar di berbagai lokasi sejak Februari 1989. Dalam rangka kegiatan bongkar muat serta yang
terkait, sejak Juli 1989 PT Biringkassi Raya telah bermitra dengan perseroan. Untuk menjamin
kelancaran pasokan kantong, angkutan darat serta penyediaan tenaga alih daya, perseroan
melakukan kerjasamadengan Koperasi Karyawan Semen Tonasa. Selain yang bersifat komersial,
perseroan juga membentuk entitas yang bergerak dalam kegiatan untuk mendukung kesejahteraan
seluruh pihak terkait. Pada tahun 1966 telah dibentuk Yayasan Kesejahteraan Semen Tonasa (YKST)
yang bergerak dalam bidang pendidikan, olahraga, rekreasi kolektif dan sebagainya. Sedangkan
dalam rangka memberikan kesinambungan kesejahteraan bagi para purna bakti, perseroan
membentuk Dana Pensiun Semen Tonasa sebagai pengelola jaminan hari tua