Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
SKRIPSI
“Untuk memenuhi salah satu syarat ujian guna mencapai Gelar Sarjana Keperawatan”
Oleh :
Lastanto
NIM. ST13045
SKRIPSI
“Untuk memenuhi salah satu syarat ujian guna mencapai Gelar Sarjana Keperawatan”
Oleh :
Lastanto
NIM. ST13045
i
ii
iii
KATA PENGANTAR
iv
7. Kakak - kakakku yang tersayang. Terima kasih atas dukungan yang telah
kalian berikan dalam lembar kehidupan ini.
8. Kepala Puskesmas Cebongan Kota Salatiga yang telah memberikan ijin
lahan untuk melakukan penelitian.
9. Seluruh Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Cebongan yang telah
berpartisipasi dalam penelitian ini.
10. Seluruh rekan - rekan di Puskesmas Cebongan Kota Salatiga yang telah
memberikan dukungan dan kerjasamanya dalam melakukan penelitian.
11. Sahabat seperjuanganku, kelompok V. Semoga kesabaran, ketekukan serta
keyakinan kita tidak sia-sia.
12. Seluruh Dosen dan Staf STIKes Kusuma Husada Surakarta.
13. Seluruh rekan se-angkatan STIKes Kusuma Husada Surakarta.
14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Yang telah
memberikan dukungan baik secara langsung maupun tidak langsung dalam
penyusunan skripsi ini.
Akhir kata penulis berharap semoga dengan doa, dukungan, dan nasehat
yang telah diberikan, dapat bermanfaat bagi penulis untuk menjadi orang yang
lebih baik, dan semoga dengan disusunnya skripsi ini dapat memberikan manfaat
kepada penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Penulis
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
LEMBAR PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI vi
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR LAMPIRAN xi
Abstrak xii
Abstrak xii
BAB I PENDAHULUAN
vi
BAB III METODE PENELITIAN
BAB V PEMBAHASAN
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan 82
6.2 Saran 83
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
viii
Gizi Kurang di Puskesmas Cebongan Tahun 2015 ........................ 52
4.15. Hubungan Antara Berat Badan Balita Saat Lahir Dengan Kejadian
ix
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR LAMPIRAN
9 Kuesioner
12 Hasil Penelitian
14 Foto Penelitian
15 Lembar Konsultasi
16 Jadwal Penelitian
xi
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2015
Lastanto
Abstrak
Kata Kunci : Balita gizi kurang, tingkat pengetahuan ibu, tingkat pendidikan ibu,
tingkat pendapatan keluarga, pemberian ASI, kelengkapan
imunisasi, BBLR.
xii
BACHELOR PROGRAM IN NURSING SCIENCE
KUSUMA HUSADA HEALTH SCIENCE COLLEGE OF SURAKARTA
2015
Lastanto
ABSTRACT
References : 36 (2002-2014)
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
kekurangan gizi dan gizi buruk (Notoatmodjo, 2010). Kebutuhan gizi untuk
anak pada awal masa kehidupannya merupakan hal yang sangat penting.
gizi yang artinya permasalahan ini terjadi dalam populasi yang jumlahnya
sangat besar.
menjadi 15% dan prevalensi balita pendek menjadi 32% pada tahun 2014.
salah satu faktornya disebabkan oleh gizi buruk. Masalah gizi buruk dan
gizi kurang nampaknya belum bisa teratasi dengan baik dalam skala
internasional maupun nasional, tercatat 101 juta anak di dunia dibawah lima
1
2
kurang pada tahun 2013 di Indonesia adalah 19,6 %, terdiri dari 5,7 %
gizi buruk dan 13,9 % gizi kurang. Angka prevalensi secara nasional jika
dibandingkan pada tahun 2007 (18,4 %) dan tahun 2010 (17,9 %) terlihat
meningkat. Perubahan terutama pada prevalensi gizi buruk yaitu dari 5,4
% pada tahun 2007, 4,9 % pada tahun 2010, dan 5,7 % pada tahun 2013.
Hal ini menunjukan bahwa adanya peningkatan jumlah gizi kurang dan
gizi buruk setiap tahunnya dari tahun 2010 hingga 2013 (Litbang Depkes,
tertinggi melebihi 30%, sedangkan prevalansi gizi kurang dan gizi buruk
(KVA), anemia gizi pada balita, serta kekurangan yodium sudah dapat
masyarakat (DINKES Prov Jateng, 2013). Tingkat status gizi optimal akan
perlu diketahui bahwa keadaan gizi seseorang dalam suatu masa bukan
saja ditentukan oleh konsumsi zat gizi pada saat itu saja, tetapi lebih
banyak ditentukan oleh konsumsi zat gizi pada masa yang telah lampau,
bahkan jauh sebelum masa itu. Ini berarti bahwa konsumsi zat gizi masa
3
pengetahuan orang tua, pola asuh orang tua, makanan pendamping, infeksi
Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR), nutrisi pada masa kehamilan ( Jamra &
Bankar, 2013; Pei, Ren & Yan, 2013; Ghazi, Musta, Isa & Mohhamed,
2011; McDonald, Kupka, Manji, Okuma, Bosch, Aboud, 2012; Kumar &
Singh, 2013).
Food Progam, 2007). Permasalahan gizi kurang dan gizi buruk merupakan
kekurangan gizi ini tentunya dibutuhkan pemetaan yang tepat untuk dapat
buruk dan gizi kurang sudah cukup baik. Pemerintah sudah melakukan
banyak progam untuk menekan angka gizi buruk maupun gizi kurang,
gizi (Kadarzi), tetapi angka gizi kurang dan gizi buruk masih tetap ada
(Kemenkes, 2012).
Cebongan dari bulan Januari – Juni tahun 2014 masih terdapat anak yang
balita dengan gizi kurang didapatkan data bahwa orang tua balita
. Orang tua menyatakan bahwa MPASI yang diberikan kepada balita yang
gizi pun sangat kompleks dengan potensial penyebab setiap daerah yang
potensi yang baik untuk menuntaskan angka balita gizi kurang melalui
hal-hal tersebut peneliti tertarik untuk meneliti faktor apa saja yang
Puskesmas Cebongan?
eksklusif dan berat bayi saat lahir terhadap kejadian balita gizi
kurang.
1.4. Manfaat
cebongan.
gizi kurang.
kurang.
Puskesmas Cebongan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1. Balita
bawah lima tahun dan merupakan periode usia setelah bayi dengan
rentang 0-5 tahun (Gibney, 2009). Anak balita adalah anak yang
telah menginjak usia di atas satu tahun atau lebih popular dengan
defisiensi atau defisit energi dan protein dan sering disebut dengan
10
11
Tabel 2.1
Pengukuran Status Gizi Balita Berdasarkan Z- Score
Batas
Sebutan Status Gizi
Pengelompokan
- 2 s/d +2 SD Normal
> +2 SD Tinggi
- 2 s/d +2 SD Normal
> +2 SD Gemuk
dari dua hal yakni sumber daya potensial dan sumber daya
(Priharsiwi, dkk.,2006).
a. Asupan makanan
makanan oleh orang tua, nafsu makan anak dan jenis makanan.
2009).
c. Pendidikan ibu
kesehatan, dalam hal ini gizi buruk dan gizi kurang karena
e. Pengetahuan ibu
(Watloly, 2002).
17
seperti HIV aids, bayi prematur, dan BBLR dengan status gizi
anak.
g. Kelengkapan Imunisasi
(Kahleen, 2009).
anti body sehingga anak dapat terhindar dari infeksi, hal ini
i. Keamanan Lingkungan
j. Kebudayaan
penurunan IQ.
23
2. Perkembangan sosial
tersebut.
3. Gangguan pertumbuhan
4. Keluarga
perawatan anak sakit akibat kekurangan gizi dan hal itu dapat
yaitu :
2011
2011
2012
menjelaskan
faktor-faktor
berkontribusi
terhadap
kesenjangan gizi
antara anak-anak
miskin dan non-
miskin di
perkotaan India.
Penarikan
sampel dilakukan
secara
systematical
random sampling
parents and
weight
problems in
early
childhood:
results from
the
30
population-
based
Generation R
Study
2012
31
Faktor Dampak
Sumber : Jamra & Bankar, 2013; Pei, Ren & Yan, 2013; Ghazi, Musta, Isa &
Mohhamed, 2011; McDonald, Kupka, Manji, Okuma, Bosch, & Aboud, 2012;
Kumar & Singh, 2013;Supartini, 2004; Supariasa, 2013; Feinstorm, Uauy, &
Arroyo. 2001; World Food Progam of UK, 2007.
32
Pengetahuan Ibu
Pendidikan Ibu
Pendapatan
Gizi Kurang
Kelengkapan
Imunisasi
Pemberian ASI
Ekslusif
BBLR
Ho1 : Tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu terhadap kejadian
Ho2 : Tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu terhadap kejadian
Ho3 : Tidak ada hubungan antara tingkat pendapatan terhadap kejadian balita
gizi kurang.
Ho5 : Tidak ada hubungan antara tingkat pemberian asi eksklusif terhadap
Ho6 : Tidak ada hubungan antara bayi berat lahir rendah terhadap kejadian
Ha1 : Ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu terhadap kejadian balita
gizi kurang.
Ha2 : Ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu terhadap kejadian balita
gizi kurang.
Ha3 : Ada hubungan antara tingkat pendapatan terhadap kejadian balita gizi
kurang.
gizi kurang.
Ha5 : Ada hubungan antara tingkat pemberian asi eksklusif terhadap kejadian
Ha6 : Ada hubungan antara bayi berat lahir rendah terhadap kejadian balita
gizi kurang.
BAB III
METODE PENELITIAN
desain Cross Sectional Study atau penelitian dengan pengambilan data satu
area populasi yang sudah ditentukan sehingga hasil yang ditemukan dapat
faktor resiko (Dharma, 2011). Rancangan penelitian ini dapat dilihat melalui
34
35
Keterangan :
3.2.1 Populasi
3.2.2 Sampel
adalah 60 balita yang terdiri dari 30 balita gizi kurang dan 30 balita
kecil lebih kecil dari 10.000 dapat menggunakan formula yang lebih
N
n=
1 + N (d 2 )
Keterangan :
n : besarnya sampel
70 70
n= 2
= = 59,57 dibulatkan menjadi 60
1 + 70(0,05 ) 1,175
adalah 60 balita yang terdiri dari 30 balita dengan gizi kurang dan
sebagai berikut :
penelitian
2 = Lengkap(5
imunisasi dasar)
39
Lima Imunisasi
Dasar Lengkap:
- BCG
- DPT
- Polio
- Campak
- Hepatitis B
nilainya 1.
41
Tabel 3.2
Kisi-kisi jawaban
2012).
42
1) Editing data
2) Coding data
3) Tabulasi
4) Entery data
1. Analisis Univariat
2. Analisis Bivariat
square).
Intepretasi hasil:
independen.
1. Tahap pertama
Kusuma Husada.
45
2. Tahap kedua
pearson correlation. Data dianggap valid jika nilai korelasi > 0,361
(Priyatno, 2010).
item soal saja yang dinyatakan valid dengan rhitung (0,474 – 0,849) > rtabel
(0,361). Sedangkan ketiga item soal dinyatakan tidak valid yaitu item
nomor 6 dengan nilai rhitung (0,324) < rtabel (0,361), nomor item 7 dengan
nilai rhitung (-0,129) < rtabel (0,361), dan item nomor 30 dengan nilai rhitung (-
3. Tahap ketiga
Croncbach :
(k-1) σ 2t
Keterangan :
∑
σ b2 : jumlah varians butir
σ2 t : varians total
Jika hasil rhitung > rtabel maka item dikatakan signifikan, dan
sebaliknya jika rhitung < rtabel maka item dikatakan tidak signifikan. Jika
2006).
Dari hasil uji reliabilitas diperoleh nilai r11 cronbach alpha sebesar
0,949) > 0,7. Hal ini berarti ke-27 item pertanyaan dinyatakan reliabel
1. Informed Concent
2. Anonimity
3. Confidentiality
HASIL PENELITIAN
kejadian balita gizi kurang di wilayah kerja Puskesmas Cebongan. Faktor resiko
imunisasi, pemberian ASI eksklusif dan berat balita saat lahir. Sampel penelitian
adalah 30 orang balita dengan gizi kurang dan 30 orang balita gizi baik di
Wilayah Kerja Puskesmas Cebongan Kota Salatiga. Berikut hasil penelitian yang
Tabel 4.1
Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Status Pekerjaan
(n = 30)
Status Pekerjaan Balita gizi baik Balita gizi kurang
Ibu f % f %
Buruh 19 63.3 23 76.6
Pedagang 1 3.4 3 10.0
PNS 0 0 2 6.7
Swasta 10 33.3 2 6.7
Jumlah 30 100 30 100
48
49
Tabel 4.2
Distribusi Karakteristik Jenis Kelamin Balita
(n = 30)
Jenis Kelamin Balita gizi baik Balita gizi kurang
f % f %
Laki –laki 19 63.3 9 30.0
Perempuan 11 36.7 21 70.0
Jumlah 30 100 30 100
balita dengan gizi baik adalah laki-laki dan balita dengan gizi kurang
adalah perempuan.
c. Umur Balita
Tabel 4.3
Distribusi Karakteristik balita berdasarkan umur
(n = 30)
antara 37-50 bulan baik pada balita gizi baik dan gizi kurang.
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Orang Tua Balita Tentang
Gizi
(n = 30)
Pengetahuan Balita gizi baik Balita gizi kurang
f % f %
Tinggi 24 20 15 50
Rendah 6 80 15 50
Jumlah 30 100 30 100
50
balita gizi baik mempunyai pengetahuan tinggi dan orang tua balita
Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Ibu Balita
(n = 30)
Pendidikan Ibu Balita gizi baik Balita gizi kurang
f % f %
Dasar 16 53.3 17 56.7
Menengah dan tinggi 14 46.7 13 43.3
Jumlah 30 100 30 100
pendidikan ibu balita adalah berpendidikan dasar, baik pada balita gizi
Tabel 4.6
Distribusi Frekuensi Tingkat Pendapatan Keluarga
(n = 30)
Pendapatan Balita gizi baik Balita gizi kurang
f % f %
≥UMR 26 86.7 16 53.3
< UMR 4 13.3 14 46.7
Jumlah 30 100 30 100
tua lebih dari upah UMR sebesar Rp. 1.287.000,- baik pada balita gizi
Tabel 4.7
Distribusi Frekuensi Pemberian ASI
(n = 30)
Pemberian ASI Balita gizi baik Balita gizi kurang
f % f %
Eksklusif 15 50.0 11 36.7
Tidak eksklusif 15 50.0 19 63.3
Jumlah 30 100 30 100
Berdasarkan tabel 4.7 diketahui ibu pada balita gizi baik antara
eksklusif adalah sama besar, sementara ibu dari balita gizi kurang
4.1.6 Imunisasi
Tabel 4.8
Distribusi Frekuensi Pemberian Imunisasi pada Balita
(n = 30)
Pemberian Balita gizi baik Balita gizi kurang
Imunisasi f % f %
Lengkap 30 100 30 100
Tidak lengkap 0 0 0 0
Jumlah 30 100 30 100
Tabel 4.9
Distribusi Frekuensi Berat Balita Saat Lahir
(n = 30)
Berat Balita Saat Gizi Baik Gizi Kurang
Lahir f % f %
Normal 30 100 21 70.0
Rendah 0 0 9 30.0
Jumlah 30 100 30 100
52
semuanya memiliki berat badan lahir normal, sementara pada balita gizi
Kurang
Tabel 4.10
Hubungan antara Pengetahuan Ibu dengan kejadian Balita Gizi
Kurang
(n = 30)
gizi yang kurang sebesar 25%. Hasil uji bivariat diketahui nilai p
tentang gizi.
Tabel 4.11
Hubungan antara Tingkat Pendidikan Ibu dengan Kejadian
Balita Gizi Kurang
Pendidikan Gizi baik Gizi kurang Jumlah
p OR
ibu f % f % f %
Dasar 16 48,5 17 51,5 33 100 1,000 0,874
Menengah 14 51,9 13 48,1 27 100
dan Tinggi
menjadikan balita memiliki gizi baik sebesar 51,9%. Hasil uji bivariat
Cebongan.
Tabel 4.12
Hubungan antara Tingkat Pendapatan Keluarga dengan Kejadian
Balita Gizi Kurang
gizi baik. Orang tua balita dengan pendapatan kurang dari UMR lebih
Kurang
Tabel 4.13
Hubungan antara Pemberian ASI dengan Kejadian Balita Gizi Kurang
Hasil uji bivariat diketahui nilai p sebesar 0,038 < 0,05 sehingga
Tabel 4.14
Hubungan antara Kelengkapan Imunisasi dengan Kejadian
Balita Gizi Kurang
gizi baik dan balita gizi kurang semuanya secara lengkap telah
Tabel 4.15
Hubungan antara Berat Badan Balita saat Lahir dengan Kejadian
Balita Gizi Kurang
saat lahir normal lebih banyak menjadikan balita memiliki gizi baik
artinya ada hubungan antara berat badan bayi saat lahir dengan
Nilai Odd Ratio (OR) sebsar 2,429 mempunyai makna balita saat
lahir dengan berat badan normal mempunyai peluang 2,429 kali lebih
besar menjadikan balita dengan gizi baik daripada balita dengan berat
PEMBAHASAN
orang tua responden sebagai buruh, dimana pada balita gizi baik
tenaga kerja perempuan. Ibu yang bekerja sebagai buruh bekerja selama
balita. Ibu yang mendapat pengetahuan tentang gizi balita tentu akan
lebih berusaha untuk memberikan gizi yang baik kepada balita mereka.
57
58
kelompok gizi kurang sebanyak 15 orang (50%). Hal ini wajar dengan
tingkat pengetahuan ibu yang rendah tentang status gizi balita menjadi
gizi ini dapat disebabkan masih banyak ibu balita berpendidikan dasar.
pendidikan kesehatan tentang status gizi bagi bayi dan balita. Meskipun
pada balita yang mempunyai gizi baik pun ibu juga memiliki tingkat
ibu, sehingga balita tetap dapat terpenuhi gizi dengan baik meskipun
salah. Hal ini didukung oleh pendapat dari Ihsan (2012), bahwa tingkat
masuk dalam pendidikan dasar yaitu lulus SD dan lulus SMP. Balita
gizi baik sebanyak 16 orang (53,3%) dan Balita gizi kurang sebanyak
meskipun tempat tinggal responden yang tidak jauh dari kota Salatiga.
Hal ini tidak terlepas dari karakteristik wilayah Desa Noborejo yang
SMP sudah dianggap cukup atau wajar dan siap untuk bekerja atau
puskesmas.
61
masih ditemukan balita dengan status gizi kurang. Hal ini dipengaruhi
oleh faktor lain seperti jumlah anggota keluarga yang ditanggung lebih
pemerintah daerah.
Kondisi ini dapat berpengaruh pada status gizi balita. Selain itu
baik diberikan kepada balita sehingga balita tetap dalam kondisi gizi
buruk.
pendapatan ikut menentukan jenis pangan apa yang akan dibeli dengan
hingga bayi usia 6 bulan adalah sulit. Kondisi ini terjadi karena ibu
yang sudah habis masa cuti selama 2 bulan tidak dapat memberikan
63
dalam botol ASI, namun kebutuhan bayi selama ditinggal bekerja masih
bakteri dan virus. Anak yang sehat karena ASI lebih tahan terhadap
penyakit.
kandungan protein pada ASI lebih rendah dibandingkan pada susu sapi
dicerna. Selain itu, ASI mengandung lemak dalam bentuk asam amino
dianjurkan untuk jangka waktu sampai 6 bulan, jika usia anak sudah
padat. Dengan demikian bahwa balita yang telah berumur diatas 6 bulan
tergantung dari pengetahuan dan kemampuan orang tua. Orang tua yang
sudah tidak mendapat ASI ekslusif lagi dimana pada saat penelitian usia
pendidikan ibu dan pengetahuan serta sikap ibu. Pendidikan pada satu
penyakit tertentu lebih mudah untuk menyusu. Kondisi ibu yang tidak
baik pada balita yang menderita gizi buruk dan pada balita gizi baik.
menjadi 53,8% pada tahun 2010 dan 59,2 persen pada tahun 2013,
tubuh bayi atau anak akan membentuk antibody, sehingga tubuh bayi
atau balita telah siap (telah kebal) bila terinfeksi oleh penyakit menular
tersebut. Dengan kata lain terhindarnya bayi atau anak dari berbagai
dengan gizi baik saat lahir memiliki berat badan normal sedangkan
sebanyak 21 balita (70%) pada saat lahir memiliki berat badan normal
namun saat ini mengalami gizi kurang. Hal ini mungkin disebabkan
saat masa tumbuh kembang anak tidak diberikan asupan gizi secara
nutrisi pada masa kehamilan ibu dan hal ini berhubungan dengan
berpendapat bahwa bayi yang lahir dengan BB rendah akan lebih cepat
sedangkan bayi non BBLR umumnya sering tumbuh lambat hal ini
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi status gizi kurang atau
buruk pada balita adalah berat lahirnya yang kurang (BBLR). Bayi
buruk lagi jika BBLR kurang mendapat asupan energi dan zat gizi,
mendapat pola asuh yang kurang baik, dan sering menderita penyakit
infeksi.
Kurang
memberikan sayur mayur dan buah yang sangat dibutuhkan oleh bayi
68
pada balita dengan gizi baik maupun balita dengan gizi kurang. Pada
balita gizi kurang terjadi karena itu ibu berpengetahuan rendah tentang
disebabkan ibu bekerja dan lebih banyak diasuh oleh nenek atau
pengasuh yang jauh lebih mengetahui gizi seimbang yang baik bagi
tinggi maka ibu lebih banyak memahami asupan gizi seimbang yang
baik.
balita mempunyai gizi kurang, hal ini seperti yang diungkapkan oleh
seperti besarnya keluarga dimana jarak kelahiran antar anak amat dekat
kurang bisa dijamin. Penyakit infeksi juga menjadi salah satu faktor
tentang gizi pada orang tua dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
makanan.
70
Glugur Darat tahun 2014, begitu juga mendukung hasil penelitian dari
kurang tentang gizi hal ini dikarenakan responden tidak aktif bertanya
gizi seimbang kepada balita agar tidak terjadi gizi buruk pada balita.
Gizi Kurang
yang tinggi akan diikuti dengan kondisi gizi yang baik pada bayi. Hal
ini terjadi karena orang yang berpendidikan tinggi dan lebih banyak
untuk memasak bagi kebutuan makan bayi secara sehat. Meskipun ibu
71
bayi secara penuh, sehingga ibu dapat memberi asupan gizi yang baik
bagi balita dimana ibu berbelanja di pasar dan memilih sayur dan buah
gizi yang dikonsumsi balita juga kurang. Dengan adanya anak yang
mengalami status gizi kurus dan sangat kurus ini harus mendapat
perhatian yang serius agar keadaan tidak menjadi hal yang buruk. Hal
anak.
72
tersebut rajin membaca informasi tentang gizi atau turut serta dalam
pendidikan yang tinggi akan lebih mudah dalam menerima pesan dan
Gizi Kurang
Tingkat pendapatan yang cukup, maka ibu lebih leluasa untuk memilih
73
dan membeli kebutuhan bayi seperti membeli daging sapi, ikan, buah
memberikan asupan gizi yang baik kepada bayi dimana ibu hanya
tingkat pendapatan ikut menentukan jenis pangan apa yang akan dibeli
dalam hal kualitas dan penurunan kuantitas pangan yang dibeli dan
ekonomi yang cukup dominan sebagai determinan pola asuh gizi yaitu
Kurang
menjadikan bayi lebih sering sakit dibandingkan bayi yang diberi ASI
esksklusif. Sehingga dengan diberi ASI ekslusif maka berat bayi lebih
seimbang dengan usianya dibanding pada bayi yang tidak diberi ASI
zat ini akan cepat sekali menurun segera setelah anak lahir. Badan
76
hasil penelitian ini diketahui bahwa balita dengan status gizi baik
dengan balita dengan status gizi kurang diketahui ada yang mendapat
terdapat pengaruh pemberian air susu ibu (ASI) terhadap status gizi
bayi. Hasil penelitian dari Giri, dkk (2013) juga menujukkan bahwa
ada hubungan antara pemberian ASI Eksklusif dengan status gizi balita
sekitar 6 bulan, kecuali jika ibu megalami keadaan gizi kurang yang
cenderung memiliki frekuensi sakit dan periode lama sakit yang lebih
rendah dibandingkan dengan bayi yang tidak diberi ASI eksklusif pada
periode lama sakit yang rendah maka bayi dapat sehat sehingga nutrisi
memiliki status gizi yang baik dimana seimbang antara berat badan
Gizi Kurang
baik dan balita gizi kurang semuanya telah diimunisasi secara lengkap.
peningkatan mulai dari 41,6 persen pada tahun 2007 menjadi 53,8%
pada tahun 2010 dan 59,2 persen pada tahun 2013, termasuk di
bayi maka frekuensi sakit bayi semakin rendah dan lama sakit bayi
semakin singkat. Namun hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian
5.2.6 Hubungan antara Berat Badan Bayi Saat Lahir dengan Kejadian
berat badan bayi saat lahir dengan kejadian balita gizi kurang dengan p
= 0,002. Menurut peneliti bayi yang lahir dengan berat badan rendah
dengan bayi yang sudah lahir dengan berat badan normal, maka bayi
ASI ekslusif. Dalam penelitian ini masih ditemukan balita pada saat
lahir memiliki berat badan normal namun saat sekarang balita justru
kurang.
dilahirkan oleh ibu-ibu dengan usia muda. Faktor kebiasaan ibu juga
sering tumbuh lambat hal ini diperkirakan oleh kualitas dan kuantitas
80
pertumbuhan bayi berat lahir rendah tampak lebih mendatar. Bayi yang
usia 6-12 bulan sebesar 3,6 kali dibandingkan dengan bayi yang lahir
usia 3-4 tahun dibandingkan dengan usia 6-12 bulan yaitu meningkat
sebanyak 6,3%.
dan ibu. Anak balita dari keluarga sosial ekonomi yang tinggi
didapatkan hasil bahwa ada hubungan antara BBLR dengan status gizi
2012. Namun ada korelasi yang positif atau searah antara berat lahir
dan status gizi. Artinya, semakin besar nilai berat lahir semakin besar
pula nilai status gizi. Anak usia 2-3 tahun dengan riwayat berat lahir
rendah dan kecil masa kehamilan akan mengalami tumbuh kejar. Hal
ini dikarenakan ada faktor lain yang dapat mempengaruhi status gizi
dan perawatan kesehatan yang cepat dan tepat waktu memiliki efek
positif yang signifikan pada kesehatan anak. Selain itu status gizi dan
pertumbuhan.
82
BAB VI
6.1. Kesimpulan
50 bulan.
balita dengan gizi baik dan ibu tidak memberikan ASI eksklusif
82
83
8. Ada hubungan antara berat badan bayi saat lahir dengan kejadian
6.2. Saran
eksklusif kepada bayi usia 0-6 bulan agar bayi dapat tumbuh dan
posyandu kepada ibu hamil dan ibu yang mempunyai anak balita
bayi setelah lahir, sehingga jumlah balita dengan gizi kurang dapat
berkurang.
tepat saat ibu memiliki waktu luang dimana pada saat anak sedang
Depkes RI. (2008). Pedoman Respon Cepat Penanggulangan Gizi Buruk, Jakarta:
Departemen Kesehatan.
Depkes RI. (2011). Bagan Tatalaksana Anak Gizi Buruk. Jakarta: Departemen
Kesehatan.
DINKES Prov Jateng. (2013). Data informasi kesehatan jawa tengah 2013.
Gibney MJ, Barrie MM, John MK, and Leonore A. 2005. Public Health Nutrition.
Oxford: Blackwell Publishing Ltd.
Gibney, J., Michael, Barnie, M., Margarets, John, M.K. & Lenore, A. (2009). Gizi
Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC.
Gulo,W. (2007). Metodelogi Penelitian. Jakarta: Grasindo.
Henderson, C., Jones, K. (2006). Buku Ajar Konsep Kebidanan. Jakarta. EGC.
http://www.indonesia.go.id/in/kementerian/kementerian/kementerian-negara-
pemberdayaan-perempuan-dan-perlindungan-anak/1596-kesehatan/2319-
86-bayi-di-indonesia-tidak-diberi-asi-eksklusif. Diakses 27 Nopember
2014. Pukul:22.00 WIB.
Ihsan M. (2012). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Anak Balita
di Desa Teluk Rumbia Kecamatan Singkil Kabupaten Aceh Singkil. Jurnal
Gizi Indonesia. 2012; 22(3): 44-54.
Mastin, Masruroh dan Katrin Roosita. (2015). Kecukupan Vitamin A dan Praktek
Pemberian Air Susu Ibu serta Kelengkapan Imunisasi Dasar dan
Morbiditas Bayi. Jurnal Gizi Pangan, Maret 2015, 10(1): 49-56.
Muqni, Asry Dwi. (2012). Hubungan Berat Badan Lahir dan Pelayanan KIA
terhadap Status Gizi Anak Balita di Kelurahan Tamamaung Makassar.
Media Gizi Masyarakat Indonesia, Vol.1,No.2, Februari 2012 :109-116.
Nilakesuma, Aisyah. (2015). Hubungan Status Gizi Bayi dengan Pemberian ASI
Ekslusif, Tingkat Pendidikan Ibu dan Status Ekonomi Keluarga di Wilayah
Kerja Puskesmas Padang Pasir. Artikel Penelitian Jurnal Kesehatan
Andalas. 2015; 4(1) hal37-44 diakses dari http://jurnal.fk.unand.ac.id
tanggal 6 Juni 2015. Pukul: 15.30 WIB.
Pei, L., Ren. & Yan, H. (2014). A Survey of Undernutrition in Childern Under
Three Years of Age in Rural Western China.BMC Public Health ,14 : 121.
Pormes, Wellem Elseus. (2014). Hubungan Pengetahuan Orang Tua Tentang Gizi
Dengan Stunting Pada Anak Usia 4-5 Tahun di TK Malaekat Pelindung
Manado. Jurnal Keperawatan vol 2 no 2 2014.
Pujiyanti, Suci. (2008). Pengaruh Pemberian Air Susu Ibu (ASI), Konsumsi Zat
Gizi, dan Kelengkapan Kartu Menuju Sehat (KMS) terhadap Status Gizi
Bayi. Jurnal Gizi dan Pangan, Maret 2008 3(1): 7 – 11.
Saputra & Nurizka. (2012). Faktor Demografi dan Resiko Gizi Buruk dan Gizi
Kurang. Tanjung Biru Research Institute, 16(2): 95-101.
Sihadi. (2006). Kurang Energi Protein pada Anak Balita. Jurnal Epidemiologi
Indonesia. Vol. 8 Edisi 3.
Sukmawati, Yohana. (2011). Pengaruh BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) dan
Pemberian ASI Eksklusif terhadap Perubahan Status Stunting Pada Balita
di Kota dan Kabupaten Tangerang Provinsi Banten. Prosiding Seminar
Nasional “Peran Kesehatan Masyarakat dalam Pencapaian MDG’s di
Indonesia” 12 April 2011 161-169.
Supariasa, N., Bakhri,B. & Fajar,I. (2013). Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.
Supartini, Y., (2004). Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan anak. Jakarta: EGC.
Syarif DR, Lestari ED, Mexitalia M, Nasar SS. (2011). Buku Ajar Nutrisi
Pediatrik dan Penyakit Metabolik. Jilid I. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan
Dokter Anak Indonesia.
Tonda, Mikhael. (2012). Hubungan Status Gizi Saat Lahir dengan Pertumbuhan
Balita Saat Ini di Desa Caturtunggal Kecamatan Depok Sleman
Yogyakarta. Artikel Penelitian. Yogyakarta: Prodi Gizi Universitas
Respati Yogyakarta.
Ulfah, Maria dan Septya Ayu Fransiska. (2014). Analisis Faktor Penyebab
Langsung Dan Tidak Langsung Status Gizi Anak Balita Di Desa
Tanahbaya Kecamatan Randudongkal Kabupaten Pemalang Tahun 2014.
Jurnal Kesehatan Kusuma Husada Vol. 2, No 2 Agustus 2014 hal 70-77.
UNICEF Indonesia. (2012). Ringkasan Kajian. Di akses pada 2 Oktober 2014 dari
www.Unicef.or.id. Pukul: 16.00WIB.
Wasis. (2007). Pedoman riset praktis untuk profesi perawat. Jakarta: EGC.
Wong, D., Merylin, H., David, W., Merylin, L. & Patricia, S. (2008). Buku Ajar
Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC.