Anda di halaman 1dari 4

https://muttaqinhasyim.wordpress.

com/2009/05/17/peranan-guru-agama-dalam-meningkatkan-mutu-
pendidikan-agama-di-sekolah-umum/
A. Latar Belakan g Masalah
Dalam pengertian yang sederhana, guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik. Guru
dalam pandangan masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan di tempat-tempat tertentu, tidak mesti di
lembaga pendidikan formal, tetapi bisa juga di mesjid, surau/musalla, di rumah dan sebagainya.[1]
Guru adalah figur manusia yang menempati posisi dan memegang peranan penting dalam pendidikan. Ketika semua
orang mempersoalkan masalah dunia pendidikan, figur guru mesti dilibatkan dalam agenda pembicaraan terutama
yang menyangkut persoalan pendidikan formal di sekolah. Hal itu tidak dapat disangkal, karena lembaga pendidikan
formal adalah dunia kehidupan guru. Sebagian besar waktu guru ada di sekolah, sisanya ada di rumah dan masyarakat.
Guru sebagai figur sentral dalam dunia pendidikan, khususnya dalam proses belajar mengajar. Sehubungan dengan
ini, setiap guru sangat diharapkan memiliki karakteristik (ciri khas) kepribadian yang ideal sesuai dengan persyaratan
yang bersifat psikologis-pedagogis. [2]
Peran guru adalah ganda, disamping ia sebagai pengajar sekaligus sebagai pendidik. Dalam rangka mengembangkan
tugas atau peran gandanya maka oleh Zakiah Daradjah disarankan agar guru memiliki persyaratan kepribadian
sebagai guru yaitu:
Suka bekerja keras, demokratis, penyayang, menghargai kepribadian peserta didik, sabar, memiliki pengetahuan,
ketrampilan dan pengalaman yang bermacam-macam, perawakan menyenangkan dan berkelakuan baik, adil dan tidak
memihak, toleransi, mantap dan stabil, ada perhatian terhadap persoalan peserta didik, lincah, mampu memuji,
perbuatan baik dan menghargai peserta didik, cukup dalam pengajaran, mampu memimpin secara baik.[3]
Untuk tercapainya tujuan tersebut, maka guru memegang peranan penting. Oleh sebab itu guru di sekolah tidak hanya
sekedar mentransferkan sejumlah ilmu pengetahuan kepada murid-muridnya, tetapi lebih dari itu terutama dalam
membina sikap dan ketrampilan mereka. Untuk membina sikap murid di sekolah, dari sekian banyak guru bidang studi,
guru bidang studi agamalah yang sangat menentukan, sebab pendidikan agama sangat menentukan dalam hal
pembinaan sikap siswa karena bidang studi agama banyak membahas tentang pembinaan sikap, yaitu mengenai
aqidah dan akhlakul karimah.
Tugas guru tidak terbatas pada memberikan informasi kepada murid namun tugas guru lebih konprehensif dari itu.
Selain mengajar dan membekali murid dengan pengetahuan, guru juga harus menyiapkan mereka agar mandiri dan
memberdayakan bakat murid di berbagai bidang, mendisiplinkan moral mereka, membimbing hasrat dan menanamkan
kebajikan dalam jiwa mereka. Guru harus menunjukkan semangat persaudaraan kepada murid serta membimbing
mereka pada jalan kebenaran agar mereka tidak melakukan perbuatan yang menyimpang dari ajaran agama.
Seperti yang di jelaskan oleh Zakiah Daradjah bahwa:
Pendidikan agama dalam sekolah sangat penting untuk pembinaan dan penyempurnaan pertumbuhan kepribadian
anak didik, karena pendidikan agama mempunyai dua aspek terpenting. Aspek pertama dari pendidikan agama adalah
yang ditujukan kepada jiwa atau pembentukan kepribadian. Anak didik diberikan kesadaran kepada adanya Tuhan lalu
dibiasakan melakukan perintah-perintah Tuhan dan meninggalkan larangan Nya. Dalam hal ini anak didik dibimbing
agar terbiasa berbuat yang baik, yang sesuai dengan ajaran agama. Aspek kedua dari pendidikan agama adalah yang
ditujukan kepada pikiran yaitu pengajaran agama itu sendiri. Kepercayaan kepada Tuhan tidak akan sempurna bila isi
dari ajaran-ajaran Tuhan tidak diketahui betul-betul. Anak didik harus ditunjukkan apa yang disuruh, apa yang dilarang,
apa yang dibolehkan, apa yang dianjurkan melakukannya dan apa yang dianjurkan meninggalkannya menurut ajaran
agama.[4]
Dari kutipan dan uraian diatas menunjukkan bahwa pendidikan agama mutlak diperlukan di sekolah apalagi di sekolah
umum. Oleh sebab itu guru yang mengajar pelajaran agama sangat bertanggung jawab dalam pembinaan sikap mental
dan kepribadian anak didiknya. Guru agama harus mampu menanam nilai-nilai agama kepada setiap siswa dengan
berbagai cara. Akan tetapi tujuan itu tidak akan tercapai apabila tidak ada kerjasama dengan semua pihak terutama
dengan sesama guru dan antara guru dengan orang tua siswa. Sebab pendidikan agama dapat terbina apabila adanya
kesinambungan atau keterpaduan antara pembinaan orang tua didalam keluarga, masyarakat dan guru di sekolah.
Demikian juga dengan guru agama di SMP Negeri Kecamatan Sakti Kabupaten Pidie dalam membina sikap mental
dan kepribadian anak didiknya tidak terlepas dari peran guru di sekolah, orang tua di rumah dan masyarakat di
lingkungannya. Akan tetapi pada kenyataannya sekarang masih banyak diantara siswa yang ada di SMP Negeri
Kecamatan Sakti Kabupaten Pidie yang bertingkah laku kurang baik diantara mereka dalam bergaul sesama temannya
atau pun dalam berbicara dengan orang tua, konon lagi dengan anggota masyarakat.
Melalui peranannya sebagai pendidik guru diharapkan mampu mendorong siswa untuk senantiasa belajar dalam
berbagai kesempatan melalui bermacam-macam sumber dan media. Guru hendaknya mampu membantu setiap siswa
untuk secara efektif dapat mempergunakan berbagai kesempatan belajar dari berbagai sumber serta media belajar.
Kegiatan siswa dalam bersikap dan bertingkah laku yang baik di sekolah karena kurangnya pengetahuan siswa tentang
budi pekerti. Oleh karena itu perlu penambahan jam dan mata pelajaran agama di SMP Negeri Kecamatan Sakti
Kabupaten Pidie, seperti mata pelajaran akidah akhlak, fiqh dan Al-Qur’an hadits. Selain itu juga faktor guru sangat
mendukung dalam mendidik prilaku siswa. Jika seorang guru agama itu bertingkah laku yang baik maka siswanya juga
akan mencontoh prilaku tersebut atau sebaliknya. Karena seorang guru adalah suri tauladan bagi siswanya.
Dari latar belakang diatas, maka penulis dapat merumuskan suatu permasalahan sebagai berikut :
1. Apa saja kegiatan guru agama dalam meningkatkan mutu pendidikan agama di SMP Negeri Kecamatan Sakti
Kabupaten Pidie?
2. Apa saja hambatan guru agama dalam meningkatkan mutu pendidikan agama di SMP Negeri Kecamatan
Sakti Kabupaten Pidie?

Untuk mengetahui jawaban dari permasalahan diatas, penulis mengadakan suatu penelitian dengan judul : “Peranan
Guru Agama Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Agama di Sekolah Umum” (Studi Kasus SMP Negeri
Kecamatan Sakti Kabupaten Pidie).
B. Penjelasan Istilah
Setiap penelitian menimbulkan bermacam-macam pengertian dan penafsiran, begitu pula istilah yang terdapat dalam
skripsi ini yang berjudul “Peranan Guru Agama dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Agama di Sekolah Umum”, oleh
karena itu untuk mencegah kesimpangsiuran pengertian serta pemahaman dari pembaca, maka penulis merasa perlu
menjelaskan istilah-istilah sebagai berikut.
a. Peranan
Peranan artinya: “Suatu bagian memegang pimpinan yang terutama ( terjadinya suatu hal atau peristiwa)” misalnya
tenaga ahli dan buruh yang memegang peranan penting dalam pembangunan negara”.[5]
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa peranan merupakan “seperangkat tingkat yang diharapkan
untuk dimiliki oleh seseorang yang berkedudukan dalam masyarakat atau yang merupakan bagian utama yang harus
dilakukan”.[6]
Adapun peranan yang penulis maksud dalam skripsi ini adalah peran atau keikutsertaan guru agama dalam membina
sikap atau tingkah laku siswanya, ketingkat yang lebih baik dan sempurna. Dengan kata lain diartikan bahwa pengertian
peranan adalah peran serta atau usaha guru agama dalam mendidik, membina, membimbing serta mengarahkan
siswa kepada yang lebih baik dan sempurna.
b. Guru Agama
Guru agama adalah: seseorang yang pekerjaannya mengajar orang lain atau orang yang dicontoh dan ditiru, artinya
dicontoh perkataannya dan ditiru perbuataannya.
Adapun guru agama yang penulis maksud dalam pembahasan ini yaitu seseorang yang berprofesi sebagai pengajar
sub bidang studi agama Islam di SMP Negeri Kecamatan Sakti Kabupaten Pidie dan menjadi contoh teladan bagi
muridnya.
c. Pendidikan Agama
Pendidikan agama yang dimaksud disini adalah pendidikan agama Islam, yang pengertiannya sebagai mana
dirumuskan oleh: Ahmad D.Marimba: yaitu “Bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum ajaran Islam
menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam“.[7]
Kemudian Abdurrahman Saleh menyatakan pendidikan Islam adalah “sebagai usaha berupa bimbingan dan usaha
terhadap anak didik/murid agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran-ajaran
agama Islam, serta dapat menjadikannya sebagai jalan kehidupan“.[8]
Dengan mengutip dari beberapa pendapat para tokoh pendidikan tersebut, penulis dapat mengambil suatu kesimpulan
bahwa pendidikan agama adalah suatu proses pembinaan dan pengajaran yang dilaksanakan dalam segala segi, yang
dapat membimbing dan mengarahkan seseorang menjadi manusia yang bertakwa kepada Allah SWT dan berpegang
teguh terhadap ajaran agama Allah, yaitu agama Islam.
d. Sekolah Umum
Sekolah merupakan “suatu lembaga yang terdapat dalam masyarakat yang sungguh-sungguh melibatkan orang untuk
mengamatinya”.[9]
Sekolah Umum artinya: suatu lembaga belajar dan memberi pelajaran atau tempat pertemuan dan usaha untuk
menuntut kepandaian atau ilmu pengetahuan ketika murid diberi pelajaran.
Adapun sekolah umum yang penulis maksud dalam pembahasan ini adalah: suatu lembaga pendidikan yang berada
dibawah naungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (P dan K) seperti SD, SMP dan SMU atau sekolah umum
lainnya yang sederajat khususnya di SMP Negeri Kecamatan Sakti Kabupaten Pidie.
e. SMP Negeri
SMP (Sekolah Menengah Pertama) Negeri merupakan suatu Lembaga Pendidikan formal yang dikelola atau dibawah
tanggung jawab Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Dan juga sebagai lembaga pendidikan
lanjutan dari sekolah dasar dan mempersiapkan siswanya untuk pendidikan yang lebih tinggi.
SMP Negeri yang penulis maksud dalam pembahasan ini adalah SMP Negeri yang ada di Kabupaten Pidie dan terletak
di Kecamatan Sakti, yang terdiri dari empat SMP Negeri yaitu, SMP Negeri I Kota Bakti, SMP Negeri 2 Lingkok, SMP
Negeri 3 Kota Bakti, dan SMP Negeri 4 Cot Radi.
f. Kecamatan Sakti
Kecamatan Sakti merupakan salah satu kecamatan yang terdapat ditengah-tengah kabupaten Pidie Propinsi Nanggroe
Aceh Darussalam dengan pusat kecamatannya di Kota Bakti. kecamatan Sakti berbatasan dengan: sebelah timur
berbatasan dengan kecamatan Mutiara, sebelah barat berbatasan dengan kecamatan Mila, sebelah selatan
berbatasan dengan kecamatan Mutiara, dan sebelah utara berbatasan dengan kecamatan Keumala.
g. Kabupaten Pidie
Pidie atau kabupaten Pidie adalah salah satu daerah pemerintahan tingkat II yang termasuk bagian dari Propinsi
Nanggroe Aceh Darussalam dan yang dikepalai oleh seorang Bupati, dengan Ibu Kotanya Sigli.
C. Tujuan Penelitian
Setiap kegiatan dalam tindakan yang dilakukan manusia mempunyai tujuan tertentu, begitu pula halnya dengan
penelitian ini mempunyai tujuan tersendiri, adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui apa saja usaha guru agama dalam meningkatkan mutu pendidikan agama di SMP Negeri
Kecamatan Sakti Kabupaten Pidie.
2. Untuk mengetahui hambatan apa saja yang dialami guru agama dalam meningkatkan mutu pendidikan agama
di SMP Negeri Kecamatan Sakti Kebupaten Pidie.

D. Postulat dan Hipotesis


“Postulat” adalah suatu yang menjadi tumpuan pandangan dan segala kegiatan terhadap masalah yang dihadapi.
Postulat ini menjadi titik pangkal, titik mana tidak lagi menjadi keraguan bagi penyelidik. Adapun yang menjadi postulat
(anggapan dasar) dalam penelitian ini adalah ” Pendidikan agama merupakan kebutuhan dalam kehidupan manusia
untuk mencapai kebahagian dunia-akhirat, dan mengarahkan seseorang menjadi manusia yang bertaqwa kepada
Allah”. Sedangkan hipotesa adalah dugaan sementara terhadap suatu masalah, yang kebenarannya perlu dibuktikan
melalui suatu penelitian, maka yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Dalam meningkatkan mutu pendidikan agama di SMP Negeri Kecamatan Sakti Kabupaten Pidie guru selalu
mengadakan evaluasi pada akhir pembelajaran serta guru selalu memberi bimbingan dan arahan pada setiap
siswa.
2. Hambatan yang dialami guru agama dalam meningkatkan mutu pendidikan agama di SMP Negeri Kecamatan
Sakti Kabupaten Pidie adalah keterbatasan sarana dan prasarana serta kurangnya minat belajar dari siswa.

E. Populasi dan Sampel


Yang dimaksud dengan populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan objek yang berhubungan dengan masalah
penelitian. Sedangkan yang dimaksud dengan sampel adalah sebahagian yang diambil dari populasi sebagai bahan
objek penelitian.[10]
Berdasarkan pengertian tersebut, maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh SMP Negeri yang
ada di Kecamatan Sakti Kabupaten Pidie yang terdiri dari empat SMP Negeri, yaitu SMP Negeri 1 Kota Bakti, SMP
Negeri 2 Lingkok, SMP Negeri 3 Kota Bakti dan SMP Negeri 4 Cot Radi.
Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas IIa dari SMP Negeri 1 Kecamatan Sakti dengan
jumlah siswa 48 orang. Dipilih kelas IIa sebagai sampel dari lima ruang yang ada di SMP Negeri I Kecamatan Sakti
karena nilai rata-rata mata pelajaran agama lebih menonjol. Alasan mengapa dipilih kelas II, karena mereka dianggap
sudah lebih setahun menerima materi pelajaran sehingga lebih matang dibanding kelas I. dan alasan tidak dipilih kelas
III sebagai subjek penelitian karena dikhawatirkan dapat mengganggu proses belajar yang sedang ditekuni disebabkan
mereka akan menempuh ujian akhir.
F. Metode Penelitian
Setiap penulisan karya ilmiah memerlukan bermacam-macam metode. Metode yang penulis gunakan dalam
pembahasan skripsi ini adalah metode “ Deskriptif Analisis“,yaitu pembahasan yang bertujuan untuk memecahkan
masalah dengan cara mengumpulkan data, menyusun, mengklarifikasikan dan menganalisa.[11]
1. Tehnik Pengumpulan Data
Sedangkan pengumpulan data ditempuh dengan metode sebagai berikut:
1. Library Research (penelitian kepustakaan)
Penelitian ini penulis tempuh dengan jalan penalaahan sejumlah buku, artikel atau karya ilmiah lain yang
berhubungan dengan pembahasan skripsi.
2. Field Research (penelitian lapangan)
Penelitian lapangan dilakukan yaitu pengumpulan data di lapangan (lokasi penelitian). Adapun teknik atau alat
pengumpulan data yang digunakan sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi yaitu pengamatan langsung untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang objek penelitian, penulis
mengadakan pengamatan secara langsung terhadap objek penelitian itu. Adapun yang akan menjadi sasaran dalam
observasi adalah lingkungan sekolah termasuk didalamnya antara lain sarana ibadah, perpustakaan, kebersihan serta
aktivitas di sekolah yang berhubungan dengan peranan guru agama.

1. Angket
Angket adalah sejenis alat dengan jalan mengajukan pertanyaan yang telah disiapkan terlebih dahulu secara tertulis
dan responden menjawabnya langsung pada kertas tersebut.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan angket terbuka alasannya untuk mencegah kemungkinan yang tidak
terduga oleh responden, dalam hal ini penulis menyediakan ruangan kosong atau titik-titik untuk diisi pendapat
responden yang tidak sesuai dengan kemungkinan jawaban yang penulis sediakan. Angket ini akan disebarkan kepada
siswa dan wali murid.
b . Wawancara
Dalam penelitian ini wawancara dilakukan dengan kepala sekolah, guru agama dan wali murid yang ada di SMP Negeri
Kecamatan Sakti. Hal yang di wawancarai menyangkut dengan proses belajar mengajar sub bidang studi pendidikan
agama, serta hal-hal yang berkaitan dengan peranan guru agama dalam meningkatkan mutu pendidikan agama.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis berpedoman pada buku “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Mahasiswa Fakultas
Tarbiyah IAIN Ar-Raniry Banda Aceh Tahun 2002“. Sementara pedoman penterjemahan ayat-ayat Al-Qur’an penulis
gunakan Al-Qur’an dan Terjemahan yang diterbitkan oleh Departemen Agama Republik Indonesia tahun 2004.

[1] Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal. 31.
[2] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan suatu Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya , 1996), hal. 221.
[3]Ahmad Rohani dan A.Abu Ahmadi, pengelolaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta,1996), hal. 110.
[4] Zakiah Daradjah, Kesehatan Mental, (Jakarta: Haji Masagung, 1989), hal. 129.
[5] W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1976), hal. 735.
[6] Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia,(Jakarta: Balai Pustaka, 1982),
hal. 667.
[7] Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung, Al-Ma’rif, 1980), hal. 19.
[8] Abdurrahman Saleh, Didaktik Pendidikan Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976), hal. 19.
[9] H.Aswandi Bahar, Dasar-Dasar Pendidikan, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1989), hal. 3.
[10] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 1993), hal. 107.
[11] Winarno Surachman, Pengantar Penelitian Ilmiah, (Bandung: Tarsito, 1980), hal. 159.

Anda mungkin juga menyukai