Anda di halaman 1dari 20

Hindun Rokhmawatin

ANALISIS METAFORA
NOVEL RANTAU 1 MUARA KARYA AHMAD FUADI
Hindun Rokhmawatin
SMP Negeri 3 Bojonegoro

ABSTRAK
Dalam mewujudkan karyanya, pengarang menampilkan
tokoh dengan nilai-nilai keagamaan yang paling menonjol.
Dengan gaya bahasa yang digunakan pengarang dapat
menggugah emosionalnya untuk berperilaku dalam kehidupan
sesuai dengan amanat penulis. Oleh karena itu, sebuah novel
dapat dianalisis secara mikro yaitu dengan menggunakan
analisis nilai-nilai filosofis. Di samping itu, novel dibangun oleh
komunikasi antar tokoh dalam menampilkan nilai-nilai tersebut,
sehingga dengan kondisi ini memungkinkan muncul nilai
filosofi di antara tokoh-tokoh tersebut. Kedua hal di atas yang
mendasari peneliti mendekati novel dengan pendekatan post-
modern dengan menekankan analisis metafora novel Rantau 1
Muara karya A. Fuadi. Penelitian dengan metode deskriptif
kualitatif ini memperoleh hasil sebagai berikut :
Pertama, bentuk dan elemen-elemen kontekstual wacana
antara tokoh wacana yang dituangkan dalam wacana antar tokoh
dalam novel Rantau 1 Muara karya Ahmad Fuadi merupakan
wacana yang berbentuk pilihan diksi khusus dan berbagai gaya
atau majas metaforis yang berupa ungkapan ketidaklangsungan
dan bentuk lain dari yang pengarang katakan sebenarnya dapat
dipilah atas tiga elemen konteks menurut perspektif Halliday,
yaitu Tennor yang terdiri dari pelaku atau tokoh sebagai subjek
maupun tokoh tambahan sebagai objek ataupun subjeks. Adapun
mode atau cara terkait dengan pilihan diksi dan ungkapan
metaforis tersebut untuk menyampaikan amanah dengan cara
menyampaikan rangkaian ungkapan.
Kedua, secara garis besar amanat yang diemban sang
tokoh dalam memberikan nilai-nilai filosofis sebagai amanat
yang hendak disampaikan kepada pembaca anatara lain:
Jurnal Solusi, Volume 2 Nomor 2 23
Hindun Rokhmawatin

Petualangan dan perjuangan hidup menuju kesuksesan serta


kaya makna filosofis tentang kesuksesan berawal dari kerja
keras, penderitaan dan konsistensi. Adapun yang terjadi sang
tokoh mencoba mengambil hatinya tetap tabah dan damai,
bersyukur, tangguh dalam menghadapi petualangan hidup yang
menderanya. Amanat merupakan implementasi nyata
perjuangan mental yang telah dinukilkan dalam wacana
sosiologis kehidupan sang tokoh, tokoh termasuk sosok yang
tergolong suri tauladan.
Kata kunci: metafora dan amanat filosofi tokoh

Jurnal Solusi, Volume 2 Nomor 2 24


Hindun Rokhmawatin

ABSTRACT
In realizing his work, the author displays characters with
religious values are most prominent. With the author's style of
language used can arouse emotional to behave in accordance
with the mandate of the author's life. Therefore, a novel micro
can be analyzed by using analysis of philosophical values. In
addition, a novel built by communication between the characters
in the display of these values, so the value of this condition
allows emerging philosophy among these figures. Both of the
above research underlying a novel approach to the post modern
approach by emphasizing the analysis of novel metaphors
Rantau 1 Muara A. Fuadi work. Research with this qualitative
descriptive method to obtain the following results:
First, the shape and contextual elements of discourse
between discourse figures as outlined in the discourse between
characters in the novel Overseas 1 Estuary by Ahmad Fuadi is
discourse shaped special diction and choice of various styles or
metaphorical figure of speech that expresses an indirect and
other forms of the author say can actually be divided into three
elements of context from the perspective of Halliday, namely
Tennor consisting of actors or character as a subject or as an
object or an extra character subjeks. As for the mode or manner
related to choice of diction and the metaphorical expression to
convey trust by conveying a series of expressions.
Second, an outline of the character's mandate is carried
in providing philosophical values as a trust to be conveyed to
the reader among other things: adventure and struggle of life
towards success and a rich philosophical significance of the
success came from hard work, suffering and consistency. As that
happens the hero tries to take his heart remains steadfast and
peaceful, grateful, resilient in the face of the adventure of life he
suffered. Mandate is a real implentasi mental struggle has
dinukilkan in sociological discourse of the hero's life, including
leaders belonging figure role model.
Keywords: metaphor and philosophical mandate figures

Jurnal Solusi, Volume 2 Nomor 2 25


Hindun Rokhmawatin

PENDAHULUAN

Secara garis besar penulis makalah mengemukakan latar


belakang dan alasan-alasan penting telaah analisis metafora
Novel Rantau 1 Muara karya Ahmad Fuadi. Alasan-alasan
tersebut meliputi beberapa pertimbangan: Dari sisi sumber
data, karya sastra ini tergolong karya sastra ‘Petuaalangan dan
perjuangan hidup menujukesuksesan serta kaya makna
filosofis tentang kesuksesan berawal dari kerja keras,
penderitaan dan konsistensi,’ sebagaimana cuplikan berikut
ini:
“Man yazra yahsud, siapa yang menanam dia yang
menuai.”
Salah satu kutipan tersebut, tentunya sarat dengan ekspresi
ketidaklangsungan dan syarat dengan makna konotatif. Cara
pengungkapan yang demikian agaknya memberikan peluang
bagi sang peneliti untuk mencermati secara seksama dan
selakaligus melakukan eksplorasi dengan menggunakan
analisis metafora yang mewarnai wacana novel Rantau 1
Muara karya A. Fuadi. Peneliti berpendapat bahwa karya sastra
ini tergolong memiliki ramuan pengalaman dan imajinasi yang
menarik, yang menjawab inti pertanyaan kita tentang
hubungan-hubungan antar gagasan sederhana, kendala, dan
perjuangan dan petualangan sang tokoh-tokoh yang
menghadapi berbagi rintangan dan tantangan. Oleh karena itu,
novel tersebut termasuk katagori ‘high textual and contextual
values’, atau memiliki nuansa wacana tekstual dan kontekstual
yang tinggi terkait dengan ungkapan ketidaklangsungan dan
wahana metafora yang mengungkap sesuatu gagasan, ide dan
perasaan yang berkonotasi dan bermakna lain, sebagai
keunggulan dan keindahan karya sastra novel tersebut yang
perlu ditelaah maknanya.

Oleh karena itu, peneliti pada makalah ini


mengembangkan dan mengetengahkan telaah wacana
sosiologis, yang diharapkan akan menghasilkan telaah blending
Jurnal Solusi, Volume 2 Nomor 2 26
Hindun Rokhmawatin

baik dari sisi kebahasaan dan kesastraan sebagai teks intrinsik


yang otonom.
Hal yang paling mendasar dalam analisis metafora yang
menjadi tema dan fokus penelitian, agaknya terilhami dengan
pemikiran Darma yang menegaskan bahwa wacana kesastraan
bukanlah teks yang otonom, paradigma itu dipengaruhi adanya
dinamika transpsransi dan era kesejagatan perkembangan teori
bahasa dan kesusasteraan yang semakin integral.
Telaah ini diharapkan dapat menjembatani kebuntuan
telaah dan opini yang menganggap bahwa telaah sastra dan
linguistik seolah-oleh keduanya sebagai disiplin ilmu yang tak
dapat dirujuk, padahal kedua telaah tersebut memiliki objek
material dan bahan dasar yang sama yaitu, elemen linguistik
sebagai bahan bakunya. Telaah blending juga memungkinkan
adanya ketercapaian pemaknaan lateral; pemaknaan yang
demikian dapat menghantarkan pada pemaknaan yang integral
dan mendalam, sehingga menghasilkan pemaknaan yang
melibatkan prinsip pemaknaan tektual, kontekstual dan
intertekstual seiiring dengan pemahaman bahwa setiap teks
yang dimunculkan tidak pernah lepas dari aspek amanat
kehidupan.
Karya sastra merupakan sebuah sistem yang mempunyai
konvensi-konvensi sendiri. Dalam sastra ada jenis sastra
(genre) dan ragam-ragam, jenis sastra prosa dan puisi. Puisi
mempunyai ragam: pantun, syair, gurindam dan sebagainya.
Sedangkan prosa mempunyai ragam: cerpen, novel, cerita
bersambung dan sebagainya. Tiap ragam itu merupakan sistem
yang mempunyai konvensi-konvensi sendiri. Dalam
menganalisis karya sastra, peneliti harus menganalisis sistem
tanda itu dan menentukan konvensi-konvensi apa yang
memungkinkan tanda-tanda atau struktur tanda-tanda dalam
rangka sastra itu mempunyai makna sebagai perwujudan
bahwa karya sastra secara substansial diramu dengan bahan
dasar ‘bahasa’ yang dirancang dari konstruksi dengan
‘linguistic engineering’ sehingga melahirkan bahasa yang
memiliki estetika tinggi (bahasa sastra/ bahasa rinenggo),

Jurnal Solusi, Volume 2 Nomor 2 27


Hindun Rokhmawatin

sebagai contohnya, genre novel merupakan sistem tanda, yang


mempunyai satuan-satuan tanda (yang minimal) seperti kosa
kata, bahasa kiasan, diantaranya: personifikasi, simile,
metafora dan metonimia.
Cerkan (cerita rekaan), termasuk novel pun mempunyai
konvensi-konvensi yang lain dari konvensi puisi, misalnya
konvensi yang berhubungan dengan bentuk cerita yang sifat
naratifnya, misalnya plot, penokohan, latar atau setting, dan
pusat pengisahan (point of view). Disamping itu, juga
mempunyai konvensi-konvensi kebahasaan yang berupa gaya
bahasa. Elemen-elemen cerkan itu merupakan satuan-satuan
tanda yang harus dianalisis dan disendirikan (dalam arti
dieksplisitkan) pemaknaannya, terutama pada setiap teks yang
syarat dengan nuansa sosial kultur dan metaforis pragmatik.
Pandangan wacana diatas, mengilhami peneliti untuk
melakukan analisis wacana sosiologis karya sastra yang
menggunakan pendekatan integral telaah kesastraan dan
kebahasaan.
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang berarti
studi yang mencakup penggunaaan dan pengumpulan berbagai
data empirik yang bisa dilakukan melalui interview, observasi
dan interaksi. Dalam hal ini, Denzin & Lincoln dalam Murray,
menegaskan bahwa pendekatan deskriptif kualitatif selalu
mendasarkan hal-halyang bersifat fenomena dianalisis dan
dideskripsikan dan akhirnya disimpulkan berdasarkan temuan
dan analisis yang telah dilakukan.1 Glaser dalam Thomas
menyatakan bahwa” as a research method, consist of
discovering theory from data” yaitu dengan cara triangulasi,

1
Eriyanto, Analisis Wacana, Pengantar Analisis Teks Media
(Yogyakarta: LKiS, 2003), hlm. 2.

Jurnal Solusi, Volume 2 Nomor 2 28


Hindun Rokhmawatin

yaitu dengan melakukan interview, serta pencatatan data dengan


beberapa pakar dan penulis karya sastra tersebut.2
Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian menggunakan pendekatan post-
modern, karena peneliti mencoba menelaah teks sastra novel
Rantau 1 Muara ini dengan menggunakan berbagai disiplin
analisis, pendekatan yang demikian tidak sekedar melakukan
telaah teks secara otonomi, namun peneliti mencoba memaknai
konteks menurut sudut pandang penulis dan skemata pembaca
secara leteral atau multianalisis. Dengan demikian pemaknaan
analisis novel ini bertumpu pada pemaknaan yang independen
dan sangat ditentukan oleh schemata peneliti.
Peneliti melakukan pembacaan dan penelahan secara
langsung baik yang menyangkut berbagai data yang ada dalam
sumber data sebagaimana yang telah ditetapkan dalam fokus
masalah. Selanjutnya dideskripsikan dan diintreprestasikan, dan
disimpulkan atas dasar trianggulasi yang sudah dilakukan.
Instrumen Penelitian
Instrumen didalam pandangan pendekatan penelitian
kualitatif tidak dipahami sebagai alat dan sarana atau perlatan
yang digunakan untuk mendapat data secara akurat, tetapi yang
dimaksud dengan di sini yaitu, peneliti itu sendiri yang
merupakan subjek dan pelaku langsung yang akan sangat
menentukan kualitas rancangan, teori, analisis dan kesimpulan
yang tepat. Namun sebagai penelitian ilmiah apapun yang
dilakukan peneliti yang lebih banyak mengutamakan penalaraan
induktif harus dapat dibuktikan (diverifikasi). Oleh sebab itu,
peneliti itu sendiri yang lebih menentukan kualitas hasil
penelitian, peneliti merupakan kunci instrument atau instrument
penentu dalam meraih hasil penelitian yang diharapkan.
Paradigma inilah merupakan model khas penelitian yang bersifat
kualitatif, yang sama dengan pendekatan dan paradigma
kuantitatif.

2
Ibid., hal. 24
Jurnal Solusi, Volume 2 Nomor 2 29
Hindun Rokhmawatin

Sumber Data dan Data Penelitian


Penelitian ini diterapkan pada wacana percakapan para
tokoh novel Rantau 1 Muara karya A. Fuadi sebagai sumber
data dan sekaligus sebagai data, maksudnnya ketika sumber
data sudah ditelaah secara seksama dan selanjutnya dilakukan
kegiatan fragmentasi teks sesuai dengan fokus masalah yang
akan dianalisis yang meliputi sarana retorika, stilistika dan
amanah yang hendak diusung oleh sang pengarang dalam
rangka memberikan pencerahan bagi pembaca.
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang kami lakukan dengan cara
pembacaan yang intensif wawancara dengan pakar, pencatatan
data, dihimpun dan selanjutnya dianalisa dan dideskripsikan
sesuai dengan fokus masalah yang sedang dianalisis dari
implikatur percakapan para tokoh Novel yang diteliti.
Prosedur Analisis Data
Prosedur analisis data yaitu dengan cara mendeskripsikan
kedua fokus permasalahan yang sudah ditetapkan, dan
selanjutnya dianalisis dan disimpulkan, yang secara rinci dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a. Reduksi Data
Kegiatan reduksi data meliputi; selesksi, simplikasi,
abstraksi dan pemindahan data yang masih mentah dari
catatan yang dilakukan. Selanjutnya data diferifikasi
menurut kelompok data sesuai dengan fokus yang diteliti
yaitu, memilih wacana implikatur percakapan para tokoh
novel Rantau 1 Muara karya Ahmad Fuadi ke dalam slot-
slot fragmen yang terkait dengan fokus masalah data yang
ada.
Kegiatan ini meliputi presentasi data yang sudah
diperoleh berdasarkan masing-masing kelompok fokus,
disajikan dan dianalisa, dan selanjutnya disimpulkan sesuai
dengan fokus yang sudah ditetapkan, dalam bentuk tabel,
matrik, ataupun dalam bentuk penjelasan lainya.
Jurnal Solusi, Volume 2 Nomor 2 30
Hindun Rokhmawatin

b. Verifikasi
Verifikasi dilakukan dalam rangka melakukan
pemikiran induktif untuk mendapatkan kesimpulan terakhir,
yaitu dengan cara “cross chesk” data satu dengan data yang
lainya. Cara yang lazim dipakai yaitu dengan sistem
“Trianggulasi”, yang meliputi tiga tahapan, pertama dengan
cara membandingkan antara data satu dengan data yang
lain, data-data yang sudah didapatkan dari sumber data
novel Rantau 1 Muara karya Ahmad Fuadi yang sudah
terjaring berdasarkan fokus masalah diadakan pengecekan
secara cermat dengan cara memilah, memilih dan
membandingkan antara data satu terhadap data lain,
sehingga data yang terpilih merupakan data yang akurat
isinya dengan fokus masalah yang dibahas dalam penelitian
ini. Tahapan penelitian ini diterapkan pada semua rumusan
masalah 1, 2 dan 3 (trianggulasi Data). Selanjutnya, tahapan
kedua, peneliti melakukan trianggulasi personal dengan
melibatkan pakar dan promoter/ pembimbing agar setiap
temuan data valid dan akurat, dan bilamana perlu diadakan
konsultasi untuk mendapatkan temuan yang berkualitas
secara akademis. Ketiga tahapan trianggulasi data, yaitu
untuk memperoleh data yang akurat pada sumber data
tersebut, dijelaskan dan disarankan oleh Miles dan
Hubberman.
Teknik Analisis Data
Dilakukan dengan cara pembacaan intensif ditelaah novel
terutama implikatur percakapan para tokoh novel Rantau 1
Muara secara pembacaan semiotik, heuristik (dianalisis dari
konvensi linguistik) hermeneutik dan retroaktif (kovensi sastra)
disempurnakan dengan fragmentasi, penyajian, diskusi dan
elaborasi dan pengintepretasian yang selanjutnya dideskripsikan
dan disimpulkan, jadi tidak melalui uji hipotesa.
1. Pembacaan Heruistik dan Diteruskan Retroaktif
Teknik analisis ini digunakan sejak awal penelitian,
yaitu dengan cara membaca secara seksama dan telaah

Jurnal Solusi, Volume 2 Nomor 2 31


Hindun Rokhmawatin

secara teks dan konteks dari wacana novel yang diteliti.


Teknik ini sebenarnya diilhami oleh model stretegi telaah
hermeneutik; strategi ini ditempuh agar penulis memperoleh
gambaran yang jelas isi dan maksud, isi dan maksud secara
kontekstual akan lebih berarti jika diteruskan membaca
retroaktif; membaca secara berulang sehingga semakain
valid dan jelas pemaknaannya terutama ketika membaca
teks yang berkonvensi kesasteraan. Pembacaan yang
demikian akan memperoleh pemaknaan yang lebih
mendekati maksud yang sebenarnya yaitu implikatur
percakapan para tokoh novel Rantau 1 Muara karya Ahmad
Fuadi.
2. Fragmentasi (fragmentating)
Setelah melakukan pemetaan isi dari sumber data,
peneliti melakukan fragmentasi, pemilihan bagian sumber
data yang terkait dengan fokus masalah yang terdapat dalam
rumusan masalah atau fokus masalah. Selanjutnya, setelah
melakukah pembacaan dengan cara pemenggalan sumber
data secara akurat yang berupa frase ataupun kalimat yang
dipastiakan terkait dengan rumusan masalah dan sumber
data novel Rantau 1 Muara karya Ahmad Fuadi yang telah
ditetapkan, dan sekaligus sebagai elemen signifikan yang
menjadi sentral analisi dan temuan, yang terdapat dalam
novel Rantau 1 Muara karya Ahmad Fuadi, yang selanjutya
disebut dengan fragmentasi.
3. Coding
Coding adalah penyandian terhadap data yang
dipandang relevan dengan elemen-elemen yang sudah
dirumuskan dalam fokus masalah yang telah ditetapkaan,
hal inimempermudah analisis dan penyajian data dan
sekaligus menjadikan analisis data implikatur percakapan
para tokoh novel Rantau 1 Muara karya Ahmad Fuadi yang
ditelitilebih sistematik dan memudahkan untuk ditelusuri.

Jurnal Solusi, Volume 2 Nomor 2 32


Hindun Rokhmawatin

4. Penyajian
Hasil pemetaan yang sudah akurat dari fragmentasi
perlu disajikan dalam bentuk paparan, tabel dan bagan agar
mudah dicerna dan sistemetik dalam penampilan
pembahasan dan diskusi. Model penyajian ini berfungsi
sebagai pendukung fakta dan eviden dari sumber data
wacana implikatur percakapan para tokoh novel Rantau 1
Muara karya Ahmad Fuadi yang diteliti yang telah
dikaitkan dengan fokus masalah.
5. Diskusi dan Elaborasi
Tahapan analisis ini merupakan kegiatan utama dan
paling penting seiring paradigma dan pendekatan kualitatif
memang intinya mencari makna dibalik data wacana
implikatur percakapan para tokoh novel Rantau 1 Muara
karya Ahmad Fuadi yang diteiti yang tersurat, dan yang
tersirat; yaitu dengan cara mendiskusikan dan
mengelaborasi setiap elemen sumber data dengan landasan
teori yang digunakan dan menggunakan logika dan intuitif
yang dituangkan melalui ekspresi kata-kata. Frase dan
kalimat baik berupa penjelasan, sanggahan penegasan,
evaluasi, generalisasi ataupun penyimpulan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Terkait dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian,
yaitu makna ungkapan sang tokoh dan amanat sang tokoh yang
cerahkan pada pembaca, yang dapat dianalisis dan
diproyeksikan sebagaimana pembahasan berikut ini:
1. Aspek Konteks Metafora Rantau 1 Muara Karya
Ahmad Fuadi
Untuk menjawab rumusan permasalahan pertama,
peneliti medeskripsikan konteks metafora dengan
mengunakan teori Halliday terkait dengan tantangan sang
tokoh yang digunakan dalam menghadapi ujian dan
petualangan, ataupun rintangan hidup, melalui tiga komponen
konteks, yaitu: Tennor (partisipan), field (topic atau tema),

Jurnal Solusi, Volume 2 Nomor 2 33


Hindun Rokhmawatin

sedang Mode (cara yang digunakan sang partisipan)


menyampaikan pesan antara lain:
F1,Dengan malu-malu aku menelpon Bang Togar untuik
melakukan hal yang aku benci: meminjam uang, Bukanya
bersimpati, dia malah menyalak, “Macam mana kau ini.
Gayanya bisa ke luar negri tapi kere. Foya-foya kau di
sana?’
F2,“Nggak Bang, duit abis untuk di kirim ke amak dan
beli oleh-oleh buat semua ornag, termasuk oleh-oleh buat
Abang,” kataku mencoba mengambil hatinya. Itu
setengah dari fakta. Selain hadiah buat orang alin,
uangku sebagian lagi tandas untuk membeli buku-buku di
Montreal buat diriku sendiri
Penggunaan metafora pada pilihan diksi ‘menggambil
hati” merupakan ungkapan metafor yang berarti, merayu
yaitu, Alif sebagai addresser atau subjek participan (tenor)
supaya Metek atau paman sebagai Adreessee objek
(tenor)yang digunakan yaitu ada pilihan diksi dan gaya
pengungkapan sang tokoh antara lain:‘malah menyalak,
Gayanya bisa ke luar, kataku mencoba mengambil hatinya
negri tapi kere, pilihan diksi dan gaya bahasa
ketidaklangsungan metafor dan sarkasme pada kata,’ kere’
menjadikan wacana stilistka yang indah bagi pembaca.
Adapun Field atau tema terkait dengan fragmen di atas yaitu
sang partisipan menyatakan pengaduan kepada pamanya
bahwa si Alif sang tokoh kehabisan uang. Sedang, mode atau
cara, yaitu cara yang disampikan dengan cara merayu atau
mengambil hati sang Paman
Adapun Implementasi nilai-nilai dan amanat sang tokoh
nampak jelas pada f1, dan f2, dimana kecerdasan yang
terdapat pada f1, dan f2 yang menunjukan amanat filosofis
yaitu: dengan penanda lingual malu pinjam uang, dan
mengambil hati, merupakan wacana pengarang yang
diimplemnasikan sang tokoh dalam menghadapi perjalanan
dan petualangan hidup ketika pada posisi terjepit. Hal ini
sesunguhnya merupakan kecerdasan sang tokoh sebagai
Jurnal Solusi, Volume 2 Nomor 2 34
Hindun Rokhmawatin

tennor atau pelaku dalam menghadapi pelaku atau tokoh lain,


sehingga dapat dijadikan pembelajaran dan ittiba’, bahwa
kecerdasan yang dimiliki sang tokoh utama merupakan
keunggulan mental dan spritual berbagai fenomena sosial,
kondisi hina masih mampu bersabar dan berbesar hati,
F3, Tentulah aku beruntung. Seandainya dia tahu dan
merasakan bagaimana aku mengorbankan kenikmatan-
kenikmatan sesaat untuk bisa sampai “beruntung”.
Berapa ratus malam sepi yang aku habiskan sampai dini
hari untuk mengasah kemampuanku belajar, membaca,
menulis , berlatih tanpa henti. Melebihkan usaha di atas
rata-rata orang lain agar aku bisa meningkatkan harkat
diriku.
F4, Bayangakan aku selama ini mengirimkan tulisan dan
belum tentu dimuat, sekarang aku yang di minta menulis.
Kini setiap tulisan yang keluar dari kamarku adalah
tulisan yang pasti di muat. Semangat menulisku semakin
menggebu-gebu, apalagi belakangan aku juga sering
menjadi juara lomba karya tulis level nasional.
Fragmen 3 dan 4 mendeskripsikan poses sang tokoh
sebagai Tennor atau pelaku subjektif yaitu sang tokoh Alif,
dalam mewacanakan amanatnya melalu Mode, dengan cara
menarasikan dirinya yang selalu bekerja keras, dengan plot
narasi dengan cara banting tulang, kerja sungguh-sunguh dan
mati-matian, sebagaimanan penanda lingual pilihan diksi
pada masing-masing fragmen juga merupakan Mode sang
tokoh mendeskripsikan kesungguhanya dalam mewujudkan
mimpiannya. Semua petanda lingual dan pilihan diksi yang
melekat pada sang tokoh atau Tennor secara tektual
merupakn saran wacana sang tokoh, sesungguhnya dilihat
dari sisi amanat merupakan implementasi nyata perjuangan
mental yang telah dinukilkan dalam wacana sosiologis
kehidupan sang tokoh. Adapun Field atau topik yang
diamanatkan merupakan pengejawantahan seorang pioner
hidup yang tidak pernah lapuk dan lekang di setiap musim
dan zaman yang semakin hidonisme ini.

Jurnal Solusi, Volume 2 Nomor 2 35


Hindun Rokhmawatin

F5,’Kombinasi honor yang teratur dan hadiah lomba


karya tulis yang berjuta-juta membuat hidupku sejahtera.
Hanya dalam beberapa bulan aku sudah punya uang
cukup untuk membeli computer yang lebih layak. Sudah
naik ke kelas Pentium, bukan XT lagi. Sedangkan jatah
kiriman untuk Amak dan biaya sekolah adik-adik ku bisa
aku naik kan setiap bulan.
F6,’Mungkin benar juga pepatah yanhg konon berasal
dari Imam Al-Ghazali, “Jika kau bukan anak raja dan
bukan anak ulam besar, maka menulislah.”Aku bukan
anak orang kaya, bukan anak orang berkuasa, dan bukan
pula anak orang berkuasa, dan bukan pula anak orang
terpandang, maka menulis sajalah yang aku lakukan.
F7, Ujung-ujung rambut berkibar –kibar di tiup angin
dan musik yang megah mengiringi. Inilah aku, seorang
anak kampung, yang telah melanglang separuh dunia
dengan tanpa membayar sepeserpun, ini lah aku
mahasiswa yang jadi kolumnis tetap di media dan telah
sukses membiayai hidup dan kuliah sendiri. Belum
pernah aku rasanya sepercaya diri ini.
Tiga fragmen 5, 6, dan 7 sebagai contoh nyata bahwa sang
tokoh Tennor yaitu, Alif mampu mewujudkan amanat dalam
bentuk perilaku dan sikap yang nyata. Cara penyampaian
wacana atau Mode disampakan dengan mengunakan penanda
lingual secara tekstual sebagai stilistika berwacana, serta
pilihan diksi khusus yang sangat mencerakan pembaca
berupa: deskripsi honor yang berlebih, tapi diprioritaskan
untuk adik dan keluarga, dengan bekal menulis mampu
mengangkat dirinya dan keluarganya. Demikian juga rasa
bangga ditandai dengan diksi ujung rambut berkibar-kibar
merupakan wacana pencerahan kehidupan yang
diimplentasikan sang tokoh, adapun wujud pencerahan
tersebut sebagaimana dimunculkan pada penanda lingual
bernuansa metafora dalam novel Rantau I Muara, antara lain:
‘yang telah melanglang setengah dunia, tanpa bayar
sepeserpun, menjadi kolumnis di media, sukses membiayai

Jurnal Solusi, Volume 2 Nomor 2 36


Hindun Rokhmawatin

hidup dan kuliah sendiri. Semua mode atau cara


pengungkapannya mengunakan ekspresi ketidaklangsungan
sebagai realisasi estetika wacana bagi pembaca. Semuan
patut dibanggakan yang secara kontekstual merupakan
amanat sang tokoh yang hebat.
F8,“Kamu sih enak Lif, banyak pengalaman luar
negerinya. Pasti banyak yang manggil wawancara,” Kata
wira kepadaku ketika kami sama-sama antre
mendapatkan cap legalisasi di depan ruang tata usaha.
F9,“Ah, nggak juga,” kataku mencoba merendah walau
dalam hatiku aku mengiyakan.
F10, ‘Amak pernah bertanya mengapa aku tidak mau
menjadi pegawai negeri. Di keluargaku salah satu profesi
favorit adalah menjadi guru dan pegawai negeri.“Jadi
pegawai negri itu jelas dan pasti, di masa tua pun akan
aman karena mendapatkan pensiun,” terang Amak.Aku
hanya menggeleng. Ingatanku kembali ke pesan Kiai Rais
, “Jangan gampang terbuai keamanan dan kemapanan.
Hidup itu kadang perlu beradu, bergejolak, bergesekan.
Dari bergesekan dan kesulitanlah, sebuah pribadi akan
terbentuk matang.
Gaya penyampaian teks pada Fragmen 8, merupakan
pilihan diksi sanjungan Tennor atau tokoh lain, yaitu si Amak
yang disampian ke Tennor objektif si Alif, f9, Pilihan diksi
yang ke 9 ini mencoba merendah merupakan interteks dalam
satu teks, ketika teks pertama berupa pujian, ia Tennor dalam
halini si Alif tetap secara verbal tidak menimpali dengan
ucapan yang sepadan, sehingga tidak memunculkan verbal
arogan dan membanggakan drinya. Komunikasi yang
demikian merupakan komunikasi yang sehat. Sementara,
F10, Tennor si Alif menasehati dengan cara atau mode yang
merupakan petuah sang kiai, agar jangan gampang terbuai
dengan keamanan dan kemapanan, hidup perlu beradu,
bergejolak, bergesekan, kesulitan yang mampu menghantar
kematangan, pesan nasehat yang merupaka topik yang
terngiyang di hati dan telinga sang tokoh merupakan bentuk
Jurnal Solusi, Volume 2 Nomor 2 37
Hindun Rokhmawatin

amanat petualangan spritual yang ampuh dalam menghadapi


ujian dan cobaan berat, tetapi tetap bertahan.
F11“Jadi Lif karena mulai minggu depan kita akan
menyusutkan halaman, saya mohon peringatanmu. Untuk
sementara waktu kami tidak akan bisa membuat tulisan
dari
F12,’penulis luar lagi, Karena itu, kontrakmu menulis
teratur untuk sementara kami tangguhkan. Sekali lagi,
untuk sementara saja, sampai situasi kembali normal.
F13“Aku ikut.”Aku lupa kalau sedang flu berat.
Bergabung dengan para pendemo untuk menurunkan
pemerintah orde baru saat itu rasanya bagiku berjihad
membela Ibu Pertiwi. Heroisme inilah yang menyulut
gelombang demi gelombang mahasiswa untuk turun
kejalan dan menyemut memenuhi gedung DPR/MPR.
Fragmen 11 dan F12 merupakan gaya pilihan diksi
interteks, keduanya membawa amanat dan pesan amanat
dalam katagori citra secara kontekstual pragmatik antiklimak
sangtokoh atau tennor, penderitaan mulai mendera, seiring
dengan kondisi awal krismon. Kali ini, kondisi krisis cukup
mendera semua pihak. Namun demikian sang tokoh secara
kontekstual sebagai tennor atau pelaku tetap sabar dan tabah.
Sementara F13, memberikan signal amanat baru merupahan
mode atau cara dan peran sang tokoh, yaitu keberanian
menberi kontribusi walau sang tokoh sendiri sudah kalang
kabut dalam mengahadapi dirinya sendiri.
2. Aspek Amanat Filosofis dari Sang TokohNovel Rantau 1
Muara karya Ahmad Fuadi.
Secara garis besar amanat yang diemban sang tokoh dalam
novel memberikan nilai-nilai filosofis sebagai amanat yang
akan disampaikan kepada pembaca anatara lain:
a. Petualangan dan perjuangan hidup menuju kesuksesan
serta kaya makna filosofis tentang kesuksesan berawal
dari kerja keras, penderitaan dan konsistensi.

Jurnal Solusi, Volume 2 Nomor 2 38


Hindun Rokhmawatin

b. Apapun yang terjadi sang tokoh mencoba mengambil


hatinya tetap tabah dan damai, bersyukur, tangguh
dalam menghadapi petualagan hidup yang menderanya,
demikian amanat yang hendak disampaikan pengrang
kepada pembaca
c. Amanat merupakan implentasi nyata perjuangan mental
yang telah dinukilkan dalam wacana sosiologis
kehidupan sang tokoh, tokoh termasuk sosok yang
tergolong suri tauladan yang mampu tampil beda diatas
rata-rata orang pada umunya.
d. Mereka akan hidup dalam berbagai kondisi dan dapat
diprediksi akan dapat menyelesaikan semua amanah
dengan istiqimah dan tangguh atas kretivitasnya
sehingga mampu membiayai kebutuhanya selama kuliah
e. Kerendahan, yaitu, tetap respek terhadap lawan bicara.
Komunikasi yang demikian merupakan komunikasi yang
sehat, kerena ia mampu mengorangkan orang lain, tanpa
harus meninggikan harga dirinya.
f. Krisis republik ini nampak berimplikasi langsung
terhadap media yang selaman ini merupakan angin sehat,
sang tokoh yang ahli menulis
g. Sang tokoh ada pada garda terdepan meneladani misi
reformasi dan berjihat memperbaiki keadan yang kian
carut marut, meskipun sang tokoh sendiri sudah kalang
kabut dalam mengahadapi dirinya sendiri.
h. Keberanian memberi kontribusi sebagai pejuang
reformasi.
Demikian amanat filosofis yang diperoleh masing
masing fragmen dari novel Rantau1 Muara karya Ahmad
Fuadi.

Jurnal Solusi, Volume 2 Nomor 2 39


Hindun Rokhmawatin

KESIMPULAN
Atas dasar hasil analisis dapat disimpulkan bahwa:
1. Bentuk dan elemen kontekstual wacana antara tokoh yang
dituangkan dalam wacana antar tokoh dalam novel Rantau 1
Muara karya Ahmad Fuadi merupakan wacana yang
berbentuk pilihan diksi khusus dan berbagai gaya atau
majas metafora yang berupa ungkapan ketidaklangsungan
dan bentuk lain dari yang pengarang dapat dipilah atas tiga
elemen konteks menurut perspektif Halliday, yaitu Tennor
yang terdiri dari pelaku atau tokoh sebagai subjek, mode
atau cara terkait dengan pilihan diksi untuk menyampaikan
amanah, juga field atau topikisasi dari amanat yang
disampaikan sebagaimana dibahas masing-masing fragmen.
2. Secara garis besar amanat yang diemban sang tokoh dalam
memberikan nilai-nilai filosofis sebagai amanat yang
hendak disampaikan kepada pembaca anatara lain:
Petualangan dan perjuangan hidup menuju kesuksesan
serta kaya makna filosofis tentang kesuksesan berawal dari
kerja keras, penderitaan dan konsistensi. Apapun yang
terjadi sang tokoh mencoba tetap tabah dan damai,
bersyukur, tangguh dalam menghadapi petualangan hidup
yang menderanya. Amanat merupakan implentasi nyata
perjuangan mental yang telah dinukilkan dalam wacana
sosiologis kehidupan sang tokoh, tokoh termasuk sosok
yang tergolong suri tauladan.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, Pengantar Metode Penelitian Linguistik Struktural,
Surakarta; Sebelas Maret University Press, 1992.
Anonim, Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa,
Yogyakarta: Duta Wacana University Press, 2001.
Brown, Gillian and Yule, George, analisis Wacana.
DiIndonesiakan oleh I.Soetikno, Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama, 1996.
Jurnal Solusi, Volume 2 Nomor 2 40
Hindun Rokhmawatin

Darma, Budi, Hand Out Perkulihan Teori satra: hanya untuk


kalangan sendiri, 2005.
Edi, Subroto, Metafora dan Kemataforaan, Analisis pada
Beberapa Puisi Indonesia’ dalam Majalah Haluan Sastra
Budaya No. 17, Tahun X Oktober 1991, Surakarta:
Universitas Sebelas Maret Surakarta, 1991.
Effendi, S., Bimbingan Apresiasi Puisi, Ende: Nusa Indah, 1974.
Endaswara, Suwardi, Metodelogi Penelitian Sastra, Yogyakarta:
Pustaka Widyatama, Cetakan II, 2004.
Eriyanto, Analisis Wacana, Pengantar Analisis Teks Media,
Yogyakarta: LKiS, 2003.
Gonzalez, and Tanno, Rhetoric in Intercultural Contexts,
London: Sage Publication. Inc, 1999.
Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa, Jakarta: Gamedia Pustaka
Utama, 2002.
Halliday, M.A.K, Ruqaiya Hasan, Bahasa, Konteks dan Teks:
Aspek-Aspek Bahasa Dalam Pandangan Semiotik Sosial,
diterjemahkan oleh Asruddin Barori Tou, Yogyakarta:
Gajah Mada University Press, 1994.
Hasan alwi, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai
Pustaka, 2001.
Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik, Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 2001

http://nie07independent.wordpress.com/2008/11/18/teori-
perubahan-sosial-karl-marx-dan-max-weber/
http://organisasi.org/jenis-jenis-macam-macam-status-sosial-
stratifikasi-sosial-dalam-masyarakat-sosiologi
Leech, Geoffrey, Prinsip-prinsip Pragmatik (Terjemahan
M.D.D. Oka), Jakarta: Universitas Indonesia, 1993.

Jurnal Solusi, Volume 2 Nomor 2 41


Hindun Rokhmawatin

Pradopo, Rachmat Djoko, Pengkajian Puisi, Yogyakarta:


Gadjah Mada University Press, 1990.
Suryadi AG, Linus, Di Baik sebuah Nama, Yogyakarta: Gama
Press, 1989.

Jurnal Solusi, Volume 2 Nomor 2 42

Anda mungkin juga menyukai