Disusun Oleh:
1. Fajar Gian Pratama (P17420213009)
2. Fauzan Vega (P17420213010)
3. Hamidah Nurul Aini (P17420213011)
4. Hendi Maryanto (P17420213012)
KELAS IIA
C. TUJUAN
1. Mengetahui apa yang dimaksud kanker payudara
2. Mengetahui jenis-jenis kanker payudara
3. Mengetahui penyebab dari kanker payudara
4. Mengetahui tanda dan gejala kanker payudara
5. Mengetahui tingkatan stadium kanker payudara
6. Mengetahui proses terjadinya kanker payudara
7. Mengetahui pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mendeteksi adanya
kanker payudara
8. Mengetahui penatalaksanaan dari kanker payudara
9. Mengetahui pencegahan kanker payudara
10. Mengetahui komplikasi dari kanker payudara
11. Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan kanker payudara
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN CA MAMMAE
Kanker payudara adalah sekelompok sel tidak normal yang terus tumbuh
di dalam jaringan mammae (Tapan, 2005).
Kanker payudara adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara yang
terus tumbuh berupa ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk
benjolan di payudara. Jika benjolan kanker tidak terkontrol, sel-sel kanker
bias bermestastase pada bagian-bagian tubuh lain. Metastase bisa terjadi pada
kelenjar getah bening ketiak ataupun diatas tulang belikat. Selain itu sel-sel
kanker bisa bersarang di tulang, paru-paru, hati, kulit, dan bawah kulit (Erik
T, 2005).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kanker payudara atau ca
mammae merupakan kondisi dimana sel- sel pada jaringan payudara
mengalami pertumbuhan tidak terkendali sehingga menjadi tumor ganas atau
kanker. Jika benjolan kanker tersebut tidak terkontrol, sel-sel kanker bisa
bermestastase pada bagian-bagian tubuh lain.
B. TIPE CA MAMMAE
Menurut Prawirohardjo (2005), ca mammae mempunyai beberapa tipe
berdasarkan gambaran histopatologi :
1. Karsinoma duktal menginflitrasi
Adalah tipe histopatologi yang paling umum, merupakan 75 % dari semua
jenis kanker payudara. Kanker ini sangat jelas karena keras saat palpasi.
Kanker jenis ini biasanya bermetastasis ke nodus aksila, tulang, paru,
hepar dan otak
2. Karsinoma lobular menginfiltrasi
Tipe ini umumnya multisentris, dapat terjadi penebalan beberapa area
pada salah satu atau kedua mammae. Karsinoma lobular biasanya
bermetastasis ke permukaan meningeal.
3. Karsinoma medular
Pada 6 % karsinoma modular tumbuh dalam kapsul, dapat menjadi besar
tetapi meluas dengan lambat, sehingga prognosis seringkali lebih baik.
4. Karsinoma musinus
Pada 3 % karsinoma musinus adalah penghasil lendir, juga tumbuh
dengan lambat.
5. Karsinoma duktal-tubular
Hanya 2% dan jarang terjadi, karena metastasis aksilaris secara histologi
tidak lazim maka prognosisnya sangat baik.
6. Karsinoma inflamatori
Merupakan tipe karsinoma mammae yang jarang (1-2 %) dan
menimbulkan gejala-gejala yang berbeda dari karsinoma mammae yang
lain. Tumor ini nyeri tekan dan sangat nyeri, mammae secara abnormal
keras dan membesar. Kulit diatas tumor merah dan agak hitam. Sering
terjadi edema dan retraksi papilla mammae.
C. ETIOLOGI CA MAMMAE
Menurut Sharon J Reeder (2011), banyak wanita menderita kanker
payudara setelah mereka berusia 35 tahun, dengan puncak kejadian pada usia
antara 40 dan 60 tahun. Resiko individu meningkat seiring dengan
pertambahan usia. Teori sebab akibat mencakup mekanisme hormonal yang
melibatkan steroid endogen, agens virus, transmisi genetik, dan defisiensi
imun.
Faktor resiko munculnya kanker payudara terdiri atas :
1. Usia (lebih dari 75% kanker payudara terjadi setelah wanita berusia 40
tahun). Resiko perempuan terkena kankerpayudara meningkat seiring
usianya. ketika perempuan bertambah usia, ada kemungkinan terjadi
perubahan sel yang tidak normal.
2. Ras
Walaupun secara keseluruhan insiden kanker payudara rendah pada wanita
Afrika dan Amerika, tetapi pada kelompok ini ditemukan stadium lanjut
sehingga angka mortalitas meningkat jika dibandingkan dengan wanita
kulit putih berusia lebih dari 40 tahun. Pada wanita kulit hitam yang
menderita kanker payudara umumnya dengan nuclear high-grade., lebih
sering tanpa reseptor hormonal dan terjadinya mutasi sporadic p53.
Penderita kanker payudara paling banyak ditemukan pada wanita
kaukasia.
3. Kerabat tingkat pertama menderita kanker payudara
4. Nulipara (wanita yang belum pernah melahirkan)
Lebih lama terpapar dengan hormon estrogen relatif lebih lama
dibandingkan wanita yang sudah pernah melahirkan.
5. Menarke dini (sebelum 12 tahun)
6. Menopause lambat (lebih dari 30 tahun setelah menarke)
7. Kehamilan pertama terjadi setelah berusia 30 tahun
8. Ooforektomi sebelum berusia 40 tahun
9. Obesitas, diet tinggi lemak dan protein, rendah selenium
10. Riwayat pribadi menderita kanker, terutama di payudara sebelahnya
11. Seringnya terpajan radiasi
12. Faktor risiko genetik
Terjadi pada keluarga yang memiliki riwayat kuat menderita kanker
payudara. Apabila terdapat 2 atau lebih wanita dalam satu tingkat silsilah
keluarga yang menderita kanker, wanita bersangkutan 3x lipat mengalami
kanker.
13. Terapi hormon
Meningkatkan resiko kanker payudara pada wanita pascamenopause.
Peningkatan risiko kanker payudara invasif ini paling besar terjadi pada
wanita berusia lebih dari 55 tahun yang telah menggunakan terapi hormon
selama 5 tahun atau lebih. Estrogen tunggal, estrogen ditambah progestin,
dan progestin tunggal tampaknya meningkatkan risiko kanker payudara.
Estrogen menstimulasi sel epitel di payudara, dan progestin dapat
meningkatkan proses ini.
D. MANIFESTASI KLINIS CA MAMMAE
Menurut Sharon J Reeder (2011), Tanda dan gejala penyakit payudara yaitu:
Penyakit fibrokistik Fibroadenoma Kanker
Usia umum 30- 55, membaik 15- 20 +, terjadi 30-80, puncak
setelah menopause sampai dengan insidensi adalah
usia 55 42-48
Jumlah Biasanya multipel; Biasanya Biasanya
dapat juga tunggal tunggal; dapat tunggal, tetapi
juga multipel dapat disertai
dengan lesi lain
Bentuk Bundar Bundar, seperti Tidak teratur
lempeng, atau atau berpola
lobular seperti bintang
Konsistensi Nodular payudara Biasanya keras, Keras atau
lunak sampai keras, dapat lunak kokoh
tidak rata
Batasan Biasanya berbatas Berbatas tegas, Tidak berbatas
tegas tepi jelas tegas dari
jaringan di
sekelilingnya
Mobilitas Dapat digerakkan Sangat dapat Dapat difiksasi
digerakkan, licin ke kulit atau
jaringan di
bawahnya
biasanya tidak
sakit, tetapi
tidak selalu
Nyeri tekan Sering kali terasa Biasanya tidak Biasanya tidak
nyeri tekan nyeri sakit, tetapi
tidak selalu
Tanda retraksi Tidak ada Tidak ada Sering kali ada
E. STADIUM CA MAMMAE
MenurutTjindarbumi (2002), membagi stadium ca mammaeyanng
disesuaikan dengan aplikasi klinis sebagai berikut :
1. Stadium I
Diameter tumor kurang dari 2 cm dan terletak dalam payudara.
2. Stadium II
Tumor kurang dari 5 cm, atau lebih kecil dengan keterlibatan nodus
limfe aksilaris yang dapat digerakkan.
3. Stadium III
a) Stadium IIIa
Tumor lebih besar dari 5 cm, atau tumor disertai dengan perbesaran
nodus limfe aksila yang terfiksasi satu sama lain atau pada jaringan di
dekatnya.
b) Stadium IIIb
Lesi disertai nodulus satelit, terfiksai pada kulit atau dinding dada,
ulserasi, edema, atau dengan keterlibatan nodus supraklavikular atau
intraklavikular.
4. Stadium IV
Semua tumor dengan metastasis jauh.
F. PATOFISIOLOGI
Menurut(Lowdermilk et al 2000, Swart 2011), patofisiologi kanker
payudara yaitu:
Kanker payudara adalah penyakit yang terjadi jika terjadi kerusakan
genetik pada DNA dari sel epitel payudara. Ada banyak jenis dari kanker
payudara. Perubahan genetik ditemukan pada sel epitel, menjalar ke duktus
atau jaringan lobular. Tingkat dari pertumbuhan kanker tergantung pada efek
dari estrogen dan progesteron. Kanker dapat berupa invasif (infiltrasi) maupun
noninvasif (in situ). Kanker payudara invasif atau infiltrasi dapat berkembang
ke dinding duktus dan jaringan sekitar, sejauh ini kanker yang banyak terjadi
adalah invasif duktus karsinoma. Duktus karsinoma berasal dari duktus
lactiferous dan bentuknya seperti tentakel yang menyerang struktur payudara
di sekitarnya. Tumornya biasanya unilateral, tidak bisa digambarkan, padat,
non mobile, dan nontender. Lobular karsinoma berasal dari lobus payudara.
Biasanya bilateral dan tidak teraba. Nipple karsinoma (paget’s disease) berasal
dari puting. Biasanya terjadi dengan invasif duktal karsinoma. Perdarahan,
berdarah, dan terjadi pengerasan puting.
Kanker payudara dapat menyerang jaringan sekitar sehingga mempunyai
tentakel. Pola pertumbuhan invasif dapat menghasilkan tumor irregular yang
bisa terapa saat palpasi. Pada saat tumor berkembang, terjadi fibrosis di
sekitarnya dan memendekkan Cooper’s ligamen. Saat Cooper’s ligamen
memendek, mengakibatkan terjadinya peau d’orange (kulit berwarna orange)
perubahan kulit dan edema berhubungan dengan kanker payudara. Jika kanker
payudara menyerang duktus limpatik, tumor dapat berkembang di nodus
limpa, biasanya menyerang nodus limpa axila. Tumor bisa merusak lapisan
kulit, menyebabkan ulserasi. Metastasis diakibatkan oleh kanker payudara
yang menempati darah dan sistem lympa, menyebabkan perkembangan tumor
di tulang, paru-paru, otak, dan hati.
2. Rekonstruksi Payudara
Rekonstruksi payudara dapat dilakukan saat mastektomi atau
sesudahnya. Sebelumnya digunakan implan silikon, tetapi masalah
kebocoran dan komplikasi telah mengurangi metode penggunaan metode
ini. Implan salin paling sering dilakukan, tetapi kini sedang berkembang
minat dalam rekonstruksi jaringan autolog (dari tubuh sendiri). Metode
autolog menggunakan jaringan dari otot abdomen atau otot latisimus dorsi,
yakni dengan mengambil sepotong jaringan dibawahnya kemudian
menempatkannya dibawah kulit payudara yang masih dipertahankan.
3. Terapi hormonal
Dikenal sebagai ‘Therapy anti-estrogen’ yang system kerjanya
memblock kemampuan hormon estrogen yang ada dalam menstimulus
perkembangan kanker pada payudara.
4. Terapi Adjuvan
Terapi adjuvan yaitu terapi tambahan yang digunakan untuk
menghilangkan penyakit mikroskopik dan mendukung penyembuhan atau
meningkatkan respon klien agaknya melindungi tubuh dari kekambuhan.
a) Onkologi medis sering kali menggunakan obat-obatan antineoplastik
dan terapi endokrin untuk menghambat pertumbuhan tumor.
b) Radiasi
Radiasi dianjurkan untuk wanita yang mengalami kanker stadium I dan
II. Terapi penyinaran radiasi biasanya dilakukan setelah insisi massa
tumor untik mengurangi kecenderungan kambuh dan untuk
menyingkirkan kanker residual.
c) Kemoterapi
Kemoterapi diberikan untuk menyingkirkan penyebaran penyakit
mikrometastik. Kemoterapi digunakan setelah mansektomi. Pada
beberapa kasus, kemoterapi diberikan dalam beberapa siklus, dan
siklus kemoterapi final diberikan setelah radiasi. Kemoterapi tidak
hanya diberikan sebagai single drugs regiment tetapi multiple drug
regiment.
I. PENCEGAHAN
MenurutSharon J Reeder (2011),Untuk pencegahan awal ca mammae
dapat pemeriksaan payudara sendiri (SADARI). Sebaiknya pemeriksaan
dilakukan sehabis selesai masa menstruasi, karena sebelum menstruasi
payudaya agak membengkak sehingga menyulitkan pemeriksaan.
1. Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI)
Periksakan diri sendiri terhadap kanker payudara secara teratur. Deteksi
dini membri banyak pilihan pengobatan dan kesempatan yang lebih baik
untuk kesembuhan dan bertahan hidup. Bertanggung jawablah terhadap
kesehatan payudara sendiri dan temukanlah perubahan pada payudara
melalui pemeriksaan payudara klinis oleh tenaga profesional (dokter), dan
dapat pula melalui mammografi.
Langkah- langkah pemeriksaan payudara sendiri yaitu sbb:
2. Praktek gaya hidup sehat. Lakukanlah aktifitas fisik setidaknya 150 menit
seminggu. Aktifitas fisik dengan intensitas sedang. Lakukanlah masing-
masing 10 menit setiap harinya, misalnya dengan naik turun tangga, jalan
cpat, dan jogging, dll.
3. Menjaga berat badan dengan cara hidup sehat. Diet kaya buah-buahan,
sayuran, biji-bijian dan rendah lemak dengan memprtahankan lemak baik
(lemak tak jenuh tunggal dan tak jenuh ganda) dari pada lemak jahat
(lemak jenuh dan lemak sintesis).
4. Hindari konsumsi minuman beralkohol.
5. Menyusui anak dengan air susu sendiri (ASI).
J. KOMPLIKASI CA MAMMAE
Menurut Prawirohardjo (2005), Limfedema terjadi jika saluran limfe untuk
menjamin aliran balik limfe bersirkulasi umum tidak berfungsi dengan kuat.
Jika nodus axilaris dan sistem limfe di angkat maka sistem kolater dan
axilaris harus mengambil ahli fungsi mereka. Limfedema dapat dicegah
dengan meninggikan setiap sendi lebih tinggi dari sendi yang prokximal. Jika
terjadi limfedema keluasan biasanya berhubungan dengan jumlah saluran
limfatik kolateral yang diangkat selama pembedahan.
Menurut Danielle (2001), komplikasi kanker payudara metastatik meliputi:
1. Metastase tulang. Jika metastas itu ke tulang belakang, dapat terjadi
kompresi medula spinalis.Ini merupakan masalah krisis medis dan harus
segera ditangani.
2. Metastase otak terjadi pada kira-kira 30% wanita dengan penyakit
metastatik, ini dapat mengganggu baik secara fisik ataupun secara
psikologi bagi klien dan keluarga.
3. Sindroma Paraneoplastik adalah sekumpulan gejala yang bukan
disebabkan oleh tumornya sendiri, tetapi oleh zat-zat yang dihasilkan oleh
kanker. Beberapa zat yang dapat dihasilkan oleh tumor adalah hormone,
sitokinese, dan berbagai protein lainnya. Zat-zat tersebut mempengaruhi
organ atau jaringan melalui efek kimianya. Bagaimana tepatnya kanker
mengenai sisi yang jauh belum sepenuhnya dimengerti. Beberapa kanker
mengeluarkan zat ke dalam aliran darah yang merusak jaringan yang jauh
melalui suatu reaksi autoimun. Kanker lainnya mengeluarkan zat yang
secara langsung mempengaruhi fungsi dari organ yang berbeda atau
merusak jaringan. Bisa terjadi kadar gula yang rendah, diare, dan tekanan
darah tinggi.
BAB III
TINJAUAN ASUHAN KEPERAWATAN
CA MAMMAE
A. Pengkajian
1. Anamnesa
Menurut Sharon J. Reeder. ( 2011 ) Pengkajian keperawatan berfokus
pada hal-hal berikut :
a) Karakter nyeri payudara, jika ada rabas dari puting berikut
karakteristiknya
b) Adanya ruam atau eksem pada puting
c) Riwayat trauma payudara dan riwayat keluarga memiliki resiko kanker
d) Respon emosional wanita dan keluaarga dan sumber untuk koping
perlu diidentifikasi
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik meliputi : pengkajian perubahan kulit (terdapat
cekungan, eritema, ruam ), rabas dari puting dan penebalan atau teraba
adanya massa. Wanita harus diperiksa dalam posisi duduk atau terlentang
Menurut Jonathan (2007), pemeriksaan fisik untuk mendeteksi
kelainan pada payudara yaitu dengan :
a) Inspeksi
Lakukan inspeksi payudara untuk melihat bentuk, ukuran, simetri,
abnormalitas kulit dan jaringan parut. Cari adanya benjolan yang
tampak, pengerutan, tarikan kulit. Minta pasien mengangkat kedua
lengan diatas kepala dan lakukan inspeksi lagi. Lihat puting untuk
mencari adanya retraksi, perubahan kulit, atau sekret.
b) Palpasi
Lakukan palpasi payudara, mulai dengan lembut kemudian
semakin keras menggunakan bantalan tiga jari tangan. Lakukan
gerakan berputar perlahan dan periksa setiap kuadran payudara serta
bagian yang meluas di aksila. Luangkan waktu untuk memeriksa
dengan teliti. Jika menemukan benjolan, periksa dengan teliti untuk
menilai ukuran, konsistensi, hubungan dengan kulit diatasnya atau
struktur dibawahnya. Mungkin akan membantu bila saat memeriksa
kedua lengan diangkat keatas kepala dan pasien berbaring datar.
Lakukan palpasi untuk mencari limfadenopatiaksilaris dan
supraklavikularis.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Menurut Sharon J Reeder (2011), diagnosis keperawatan yang sering
dialami klien dalam masalah kanker payudara yaitu :
1. Defisiensi Pengetahuan yang berhubungan dengan kondisi, tes diagnosis
dan pilihan penanganan.
2. Ketidakefektifan Koping Individu yang berhubungan dengan pengaruh
diagnosis kanker.
3. Gangguan Citra Tubuh yang berhubungan dengan kemungkinan
kehilangan bagian atau fungsi tubuh.
4. Ketakutan yang berhubungan dengan antisipasi nyeri, pembedahan,
penyakit yang mengancam jiwa dan prognosis, kehilangan bagian atau
fungsi tubuh.
5. Kecemasan yang berhubungan dengan penyakit yang mengancam jiwa,
efek samping penanganan, pengaruh penyakit terhadap hubungan dengan
pasangan.
6. Nyeri yang berhubungan dengan insisi bedah pascaoperasi.
7. Ketidakberdayaan yang berhubungan dengan hasil penyakit dan
pengaruhnya pada aktivitas.
8. Gangguan proses keluarga yang berhubungan dengan pembedahan,
dampak penyakit pada keluarga, pengaruh penyakit yang mengancam
jiwa.
9. Perubahan pola seksualitas yang berhubungan dengan mastektomi,
ketakutan akan penolakan dari pasangan.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Menurut Buku Saku Diagnosis Keperawatan (NANDA NIC-NOC,
Wilkinson, Ahern, 2012), Intervensi Keperawatan pada diagnosis diatas,
sebagai berikut:
1. Defisiensi Pengetahuan yang berhubungan dengan kondisi, tes
diagnosis dan pilihan penanganan.
Tujuan : Klien mengerti tentang penyakitnya.
Kriteria Hasil :
a) Klien tidak menanyakan tentang penyakitnya.
b) Klien dapat memahami tentang proses penyakitnya dan
pengobatannya.
Intervensi :
a) Kaji pengetahuan pasien/ keluarga mengenai kanker payudara dan
pengobatannya.
Rasional : memberikan informasi untuk menyusun rencana
penyuluhan secara individual.
b) Jelaskan patofisiologi dari kanker payudara sesuai kebutuhan.
Rasional : meningkatkan pemahaman mengenai proses penyakit.
c) Berikan informasi tentang pilihan pengobatan yang sesuai.
Rasional : mengembangkan pengambilan keputusan yang sesuai
dengan informasi yang diberikan.
d) Beritahu pasien/ keluarga mengenai sumber- sumber dukungan
masyarakat yang ada untuk wanita dengan kanker payudara.
Rasional : pemberitahuan terhadap sumber- sumber yang ada di
komunitas.
e) Ajarkan pentingnya melakukan sadari pada payudara yang masih ada.
Rasional : wanita yang terdiagnosa kanker payudara mempunyai
risiko yang lebih tinggi terhadap berkembangnya kanker payudara
pada payudara yang masih ada.
2. Ketidakefektifan Koping Individu yang berhubungan dengan
pengaruh diagnosis kanker.
Tujuan :Penurunan stress emosional, ketakutan, dan ansietas
Kriteria hasil :
a) Klien dapat merasa kenyamanan fisik dan psikologis.
b) Klien dapat menggambarkan koping yang efektif.
c) Klien dapat mengidentifikasi respons penanganan diri
Intervensi :
a) Mulai lakukan persiapan emosional pasien (dan pasangannya) secepat
setelah ia diinformasikan tentang diagnosis tentatif.
Rasional : hal ini memberdayakan pasien untuk mengerahkan respon
koping.
b) Kaji
- Pengalaman pribadi dan pengetahuan tentang kanker payudara
- Mekanisme koping saat krisis
- Sistem pendukung
- Perasaan mengenai diagnosis
Rasional : Faktor- faktor ini sangat mempengaruhi perilaku dan
kemampuan pasien menghadapi diagnosis, pembedahan, dan
pengobatan tindak lanjut.
c) Uraikan pengalaman- pengalaman yang akan dialami pasien dan
dorong pasien untuk mengajukan pertanyaan.
Rasional : ketakutan akan ketidaktahuan menurun.
d) Lengkapi pasien dengan sumber- sumber yang tersedia untuk
memfasilitasi penyembuhan.
Rasional : informasi tentang prostetik baru, spesialis rekonstruksi, dan
sumber- sumber lainnya menguatkan bahwa perhatian yang besar telah
diberikan pada metode pengobatan terbaru untuk kanker payudara.
3. Gangguan Citra Tubuh yang berhubungan dengan kemungkinan
kehilangan bagian atau fungsi tubuh.
Tujuan : menunjukkan citra tubuh
Kriteria Hasil :
a) Klien tidak malu dengan keadaan dirinya.
b) Klien dapat menerima efek pembedahan.
Intervensi :
a) Diskusikan dengan klien atau orang terdekat respon klien terhadap
penyakitnya.
Rasional : membantu dalam memastikan masalah untuk memulai
proses pemecahan masalah
b) Tinjau ulang efek pembedahan
Rasional : bimbingan antisipasi dapat membantu pasien memulai
proses adaptasi.
c) Berikan dukungan emosi klien.
Rasional : klien bisa menerima keadaan dirinya.
d) Anjurkan keluarga klien untuk selalu mendampingi klien.
Rasional : klien dapat merasa masih ada orang yang
memperhatikannya.
D. Evaluasi
Menurut Shraron J Reeder (2011), kemungkinan kriteria evaluasi untuk
klien kanker payudara terdiri atas :
1. Klien menyebut informasi tentang penyakit dan penanganannya.
2. Klien menunjukkan mekanisme koping yang positif.
3. Klien menunjukkan penerimaan terhadap upaya penanganan dan
diagnosis.
4. Klien atau keluarga menyatakan perasaan dan kekhawatirannya secara
terbuka.
5. Klien kembali ke tingkat fungsi sebelumnya setelah mendapat
penanganan.
6. Klien dibantu untuk meninggal dalam keadaan damai dan bermartabat.
DAFTAR PUSTAKA
Gale, Danielle ,RN, MS & Jane Charette, RN, BSN, ONC. 2001. “ Rencana
asuhan keperwatan onkologi “. Jakarta ; EGC.
Lowdermilk, D. L., Shanon E. P., Irene M. B. 2000. Maternity and women’s
Healtyh Care Seventh Edition. St. Louis, Missouri : Mosby, Inc.
Marilyan, Doenges E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan (Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatyan px) Jakarta :
EGC
Prawirohardjo, Sarwono. 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.
Reeder, Sharon J. 2011. Keperawatan Maternitas : Kesehatan Wanita, Bayi &
Keluarga Ed.18, Vol.1. Jakarta : EGC
Swart, R., 2011. Breast Cancer Risk Factors. Medscape Reference.
Tapan, Erik. 2005. Kanker, Antioksidan, dan Terapi Komplementer. Jakarta : Elex
Media Komputindo.
Tjindarbumi, D. 2002. Deteksi Dini Kanker Payudara dan Penanggulangannya
dalam Deteksi Dini Kanker. Jakarta : FK UI.
Wiknjosastro, N., Saifuddin, A. B., Rachimhadhi, T., 2007. Ilmu kandungan.
Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Wilkinson, Ahern. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, Edisi 9. Jakarta :
EGC