Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Proses pembelajaran yang ideal adalah terjadinya interaksi antara

pendidik dan peserta didik sehingga terjalin komunikasi aktif dua arah. Kondisi

demikian dapat di lihat pada saat proses pembelajaran dimana peserta didik

akan aktif bertanya dan mengajukan pendapat disaat proses pembelajaran

berlangsung. Dengan proses pembelajran demikian sudah dapat dipastikan

pemahaman peserta didik terhadap materi yang dipelajari sangat tinggi

sehingga jika dilakukan evaluasi tidak ada kesulitan lagi dan dipastikan hasil

belajarnya baik

Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sesungguhnya salah satu

materi pelajaran yang sangat menyenangkan dan menantang serta mudah dalam

mencari bahan ajar serta contoh-contohnya karena dapat menggunakan alam

sekitar sebagai sumber pembelajaran baik di kelas maupun diluar kelas.

Menariknya pelajaran IPA banyak yang dapat dipraktekkan secara sederhana

namun dapat mengakomudir pengetahuan dan keterampilan yang ditutuntut

dalam kurikulum yang berlaku.

Kenyataan saat ini di kelas VI SD Negeri Srengseng Sawah 03 Pagi

Jakarta Selatan masih jauh dari kondisi ideal tersebut. Pemahaman terhadap

konsep-konsep esensial pada mata pelajaran IPA untuk materi kelas VI masih

rendah (rata-rata kelas 63,28). Selain itu jumlah peserta didik yang berhasil
mencapai dan melampaui KKM kurang dari 75%. KKM mata pelajaran IPA

pada Tahun Pelajaran 2016/2017 adalah ≥ 67. Jumlah peserta didik yang

berhasil mencapai dan melampaui KKM yang kurang dari 75% ini

menyebabkan pendidik harus melakukan pembelajaran remedial secara

klasikal. Kemudian, KKM mata pelajaran IPA pada Tahun Pelajaran

2017/2018 ini telah ditingkatkan menjadi ≥ 70, hal ini juga berarti bahwa

kemungkinan persentase peserta didik yang tidak dapat mencapai KKM yang

dinaikkan tersebut semakin besar.

Pada proses pembelajaran IPA umumnya peserta didik mengalami

kesulitan mengingat, hal ini dikarenakan materi IPA kebanyakan adalah

bersifat hafalan sebagai teori dasarnya. Kesulitan ini bertumpuk dari waktu-

kewaktu sehingga menjadi sebuah permasalahan yang terjadi bertahun-tahun

tapa ada solusi untuk pemecahan malah ini. Tidak heran pada saat dilakukan

tes evaluasi baik penilaian haria, Ujian Tengah Semester (UTS) dan Penilaian

Akhir Semester (PAS) banyak peserta didik yang mendapatkan nilai dibawah

ketuntasan belajar (KKM) yang telah ditetapkan sekolah atau guru kelasnya.

Selama ini jika hal ini terjadi umumnya pendidik selalu menyalahkan

peserta didik karena hasil evaluasinya rendah akan tetapi tidak secara adil

melihat dua sisi baik kondisi peserta didik maupun pendidik sebagai penyaji

mata pelajaran di kelas. Belum lagi jika dilihat dari model pembelajaran yang

diterapkan dikelas apakah sesuai dengan materi yang diajarkan atau tidak,

mudah dimengerti atau tidak bagaimana penanaman konsep kepada peserta

didik.
Demikian juga Model pembelajaran yang digunakan di SD Negeri

Srengseng Sawah 03 Pagi Jakarta Selatan selama ini masih bersifat

konvensional yaitu mengandalkan hafalan yang penyampaiannya belajarnya

dengan metode ceramah dan banyak mencatat di papan tulis. Dengan model

pembelajaran tersebut peserta didik cepat bosan, makin bertambah bingung dan

secara tidak langsung membatasi aktivitas dan keinginan mereka untuk

berekspresi, sementara karakter peserta didik di SD adalah aktif bergerak

secara fisik sehingga kurang nyaman didalam mengikuti kegiatan pembelajaran

yang bersifat monoton melalui metode ceramah, dampaknya peserta didik

menjadi pasif saat pembelajaran dan inilah yang menurut peneliti sumber

permasalahan rendahnya hasil belajar IPA di SD Negeri Srengseng Sawah 03

Pagi Jakarta Selatan.

Jika model pembelajaran ini dipertahankan sangat mungkin hasil

belajar peserta didik akan terus mengalami kemerosotan atau kemunduran.

Selain itu sifat egosentris pada usia anak SD mendorong mereka sulit untuk

melakukan kerja sama didalam tim atau kelompok kecenderungannya

individualistis. Peneliti memandang kondisi demikian adalah sebuah masalah

yang harus di carikan solusinya. Dengan metode pembelajaran yang tepat

proses pembelajaran dapat dilaksanakan sambil bermain, anak dapat bergerak

bebas namun dalam bermain dan bergerak tersebut banyak hal yang

merangsang anak untuk mendorong rasa ingin tahu dan mencoba hal-hal baru.

Peneliti berusaha mencari alternative bagaimana cara membelajarkan

peserta didik sesuai dengan cara dan gaya belajar mereka sehingga tujuan
pembelajaran dapat dicapai dengan optimal. Seperti kita ketahui bahwa anak

usia sekolah dasar pada umumnya senang melakukan kegiatan motorik teruma

menggambar. Mungkin ini dapat dikembangkan dalam pembelajaran sehingga

peserta didik merasa nyaman. Ada berbagai model pembelajaran yang dapat

diplih dan disesuaikon dengan materi serta kondisi peserta didik saat

pembelajaran berlangsung. Dalam prakteknya peneliti sekaligus sebagai

pendidik menyadari bahwa tidak ada model pembelajaran yang paling tepat

untuk segala situasi dan kondisi. Oleh karena itu untuk memilih model

pembelajaran yang tepat haruslah memperhatikan kondisi peserta didik, sifat

materi bahan ajar, fasilitas dan media yang tersedia serta kondisi pendidik itu

sendiri.

Macam-macam model pembelajaran diantaranya, model cooperative

learning (CL), model contekstual teaching and learning (CTL) , model

realistic (RME, Realistic Matematik Education), model pembelajaran langsung

(DL, Direct Learning), model pembelajaran berbasis masalah ( PBL, Problem

Based Learning), model problem solving, model problem posing, model

problem terbuka ( OE, Open Ended), model Probing-Promting, model

pembelajaran bersiklus (cycle learning), model SAVI, Somatis Auditori Visual

Intelektual, model Jigsaw dan masih banyak lagi model pembelajaran dalam

dunia pendidikan.

Dari sekian banyak model pembelajaran, peneliti menentukan pilihan

pada model pembelajaran mind mapping. Alasan peneliti memilih model

pembelajaran tipe mind mapping adalah bahwa model pembelajaran ini


berbeda dengan model pembelajaran yang lain. Perbedaan yang menonjol pada

mind mapping adalah adanya penekanan kreatifitas melalu sebuah gambar

peta pikiran yang dapat dimodifikasi sesuai keinginan peserta didik disamping

itu model pembelajaran ini dapat dikombinasikan dengan kesenangan anak

yaitu mewarnai, pada proses pembelajaran. Kondisi ini sangat menguntungkan

karena sekaligus mengasah motorik peserta didik dan juga mencari cara

bagaimana mudah mengingat suatu bahan ajar khususnya dari mata pelajaran

IPA. Selain itu dengan berbagai warna yang berbeda akan mudah menempel di

oikiran anak berdasarkan warna yang mereka buat sendiri.

Tujuan yang ingin dicapai tidak hanya kemampuan akademik dalam

pengertian penguasaan materi pelajaran saja akan tetapi juga mengasah unsur

keterampilan motorik peserta didik yang dibangun untuk melalui melukis peta

konsep untuk menguasai materi pelajaran IPA. Sehingga peneliti memandang

model pembelajaran mind mapping inilah yang cocok sebagai solusi

permasalahan yang terjadi di SDN Srengseng Sawah 03 Pagi pada kelas VI

khususnya pada pembelajaran IPA.

B. Fokus Penelitian

Agar lebih fokus dan terarah pada Penelitian Tindakan Kelas ini

peneliti fokus pada permasalahan dan ruang kajian pada upaya peningkatan

hasil belajar IPA melalui penerapan model pembelajaran kooperatif mind

mapping pada peserta didik kelas VI di SDN Srengseng Sawah 03 Pagi.


C. Pertanyataan Penelitian
Apakah Penerapan model pembelajaran mind mapping dapat

meningkatkan hasil belajar IPA pada peserta didik kelas VI di SDN Srengseng

Sawah 03 pagi

D. Tujuan Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini bertujuan untuk meningkatkan

hasil belajar IPA pada peserta didi kelas VI di SDN Srengseng Sawah 03 Pagi

melalui Penerapan model pembelajaran Mind Mapping

E. Manfaat Penelitian
Semoga Penelitian Tindakan Kelas ini bermanfaat bagi :

1. Peserta didik

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi peserta didik sehingga dapat

meningkatkan interaksi dan keberaniannya dalam mengeksplor kemampuan

khususnya dalam pembelajaran IPA.

2. Bagi Pendidik.

Dengan dilaksanakannya Penelitian Tindakan Kelas ini, mampu

memberikan tambahan wawasan dan pengetahuan bagi pendidik yang

diharapkan selalu peka terhadap permasalahan yang terjadi dikelasnya

masing-masing dan terampil dalam mencari solusi pemecahannya.

3. Bagi Sekolah (Kepala Sekolah)

Hasil Penelitian Tindakan Kelas ini diharapkan dapat memberi sumbangan

yang bermanfaat bagi sekolah khususnya bagi Kepala Sekolah SDN Pinang

Ranti 07 Pagi, terutama dalam rangka perbaikan pembelajaran sehingga


meningkatkan mutu pendidikan sekaligus sebagai bahan pembinaan

terhadap pendidik yang lainnya.

4. Calon Pendidik

Semoga hasil Penelitian Tindakam Kelas ini memberikan manfaat bagi para

calon pendidik khususnya didalam mendeteksi berbagai masalah didalam

kelas sekaligus mampu mencari model pembelajaran yang tepat sebagai

solusi pemecahan masalahnya.

Anda mungkin juga menyukai