PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
pendidik dan peserta didik sehingga terjalin komunikasi aktif dua arah. Kondisi
demikian dapat di lihat pada saat proses pembelajaran dimana peserta didik
sehingga jika dilakukan evaluasi tidak ada kesulitan lagi dan dipastikan hasil
belajarnya baik
materi pelajaran yang sangat menyenangkan dan menantang serta mudah dalam
Jakarta Selatan masih jauh dari kondisi ideal tersebut. Pemahaman terhadap
konsep-konsep esensial pada mata pelajaran IPA untuk materi kelas VI masih
rendah (rata-rata kelas 63,28). Selain itu jumlah peserta didik yang berhasil
mencapai dan melampaui KKM kurang dari 75%. KKM mata pelajaran IPA
pada Tahun Pelajaran 2016/2017 adalah ≥ 67. Jumlah peserta didik yang
berhasil mencapai dan melampaui KKM yang kurang dari 75% ini
2017/2018 ini telah ditingkatkan menjadi ≥ 70, hal ini juga berarti bahwa
kemungkinan persentase peserta didik yang tidak dapat mencapai KKM yang
bersifat hafalan sebagai teori dasarnya. Kesulitan ini bertumpuk dari waktu-
tapa ada solusi untuk pemecahan malah ini. Tidak heran pada saat dilakukan
tes evaluasi baik penilaian haria, Ujian Tengah Semester (UTS) dan Penilaian
Akhir Semester (PAS) banyak peserta didik yang mendapatkan nilai dibawah
ketuntasan belajar (KKM) yang telah ditetapkan sekolah atau guru kelasnya.
Selama ini jika hal ini terjadi umumnya pendidik selalu menyalahkan
peserta didik karena hasil evaluasinya rendah akan tetapi tidak secara adil
melihat dua sisi baik kondisi peserta didik maupun pendidik sebagai penyaji
mata pelajaran di kelas. Belum lagi jika dilihat dari model pembelajaran yang
diterapkan dikelas apakah sesuai dengan materi yang diajarkan atau tidak,
didik.
Demikian juga Model pembelajaran yang digunakan di SD Negeri
dengan metode ceramah dan banyak mencatat di papan tulis. Dengan model
pembelajaran tersebut peserta didik cepat bosan, makin bertambah bingung dan
menjadi pasif saat pembelajaran dan inilah yang menurut peneliti sumber
Selain itu sifat egosentris pada usia anak SD mendorong mereka sulit untuk
bebas namun dalam bermain dan bergerak tersebut banyak hal yang
merangsang anak untuk mendorong rasa ingin tahu dan mencoba hal-hal baru.
peserta didik sesuai dengan cara dan gaya belajar mereka sehingga tujuan
pembelajaran dapat dicapai dengan optimal. Seperti kita ketahui bahwa anak
usia sekolah dasar pada umumnya senang melakukan kegiatan motorik teruma
peserta didik merasa nyaman. Ada berbagai model pembelajaran yang dapat
diplih dan disesuaikon dengan materi serta kondisi peserta didik saat
pendidik menyadari bahwa tidak ada model pembelajaran yang paling tepat
untuk segala situasi dan kondisi. Oleh karena itu untuk memilih model
materi bahan ajar, fasilitas dan media yang tersedia serta kondisi pendidik itu
sendiri.
Intelektual, model Jigsaw dan masih banyak lagi model pembelajaran dalam
dunia pendidikan.
peta pikiran yang dapat dimodifikasi sesuai keinginan peserta didik disamping
karena sekaligus mengasah motorik peserta didik dan juga mencari cara
bagaimana mudah mengingat suatu bahan ajar khususnya dari mata pelajaran
IPA. Selain itu dengan berbagai warna yang berbeda akan mudah menempel di
pengertian penguasaan materi pelajaran saja akan tetapi juga mengasah unsur
keterampilan motorik peserta didik yang dibangun untuk melalui melukis peta
B. Fokus Penelitian
Agar lebih fokus dan terarah pada Penelitian Tindakan Kelas ini
peneliti fokus pada permasalahan dan ruang kajian pada upaya peningkatan
meningkatkan hasil belajar IPA pada peserta didik kelas VI di SDN Srengseng
Sawah 03 pagi
D. Tujuan Penelitian
hasil belajar IPA pada peserta didi kelas VI di SDN Srengseng Sawah 03 Pagi
E. Manfaat Penelitian
Semoga Penelitian Tindakan Kelas ini bermanfaat bagi :
1. Peserta didik
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi peserta didik sehingga dapat
2. Bagi Pendidik.
yang bermanfaat bagi sekolah khususnya bagi Kepala Sekolah SDN Pinang
4. Calon Pendidik
Semoga hasil Penelitian Tindakam Kelas ini memberikan manfaat bagi para