Anda di halaman 1dari 3

2. a. Jelaskan bagaimana proses kerja indra sakit?

Jawab :
Antara stimulus cedera jaringan dan pengalaman subjektif nyeri terdapat empat
proses tersendiri: transduksi, transmisi, modulasi, dan persepsi. Transduksi nyeri adalah
proses rangsangan yang mengganggu sehingga menimbulkan aktivitas listrik di reseptor
nyeri. Transmisi nyeri melibatkan proses penyaluran impuls nyeri dari tempat transduksi
melewati saraf perifer sampai ke terminal di medula spinalis dan jaringan neuron-neuron
pemancar yang naik dari medula spinalis ke otak. Modulasi nyeri melibatkan aktivitas
saraf melalui jalur-jalur saraf descendens dari otak yang dapat mempengaruhi transmisi
nyeri setinggi medulla spinalis. Modulasi juga melibatkan faktor-faktor kimiawi yang
menimbulkan atau meningkatkan aktivitas di reseptor nyeri aferen primer. Akhirnya,
persepsi nyeri adalah pengalaman subjektif nyeri yang bagaimanapun juga dihasilkan oleh
aktivitas transmisi nyeri oleh saraf.
Serabut aferen juga memiliki diversitas reseptor-reseptor ionotropik dan
metabotropik. Beberapa reseptor ini terdapat di terminal sentral pada serabut aferen primer
dan aktivasi reseptor ini meregulasi pelepasan neurotransmitter. Reseptor yang dimaksud
adalah a-amino-3-hydroxy-5-methyl-4-isoxazole propionic acid (AMPA) dan N-methyl-
D-aspartic acid (NMDA) sebagai inotropik, glutamat (metabotropik), GABA, reseptor
opioid, nikotinik, dan muskarinik serta reseptor α-adrenergik
b. Apa perbedaan sensasi sakit somatik dan viseral?
Jawab :
Nyeri somatik adalah nyeri yang timbul pada organ non viseral, misal nyeri pasca bedah,
nyeri metatastik, nyeri tulang, dan nyeri artritik. Sedangkan nyeri viseral adalah nyeri
berasal dari organ viseral, biasanya akibat distensi organ yang berongga, misalnya usus,
kantung empedu, pankreas jantung. Nyeri juga sering diikuti referred pain dan sensasi
otonom, seperti mual dan muntah.
c. Apa yang disebut reffered pain pathway?
Jawab :
Reffered pain pathway merupakan suatu rasa sakit yang dirasakan jauh dari lokasi
rangsangan. Misalnya, nyeri iskemia jantung bisa dirasakan di leher dan di bahu kiri dan
lengan. Rasa sakit ini dapat terjadi karena beberapa neuron sensorik utama berkumpul di
suatu jalur naik. Menurut model ini, ketika rangsangan menyakitkan timbul pada reseptor
viseral, otak tidak dapat membedakan sinyal viseral dari sinyal yang lebih umum yang
timbul dari reseptor somatik. Akibatnya, otak menafsirkan rasa sakit berasal dari daerah
somatik daripada daerah visceral.

5. Dalam melakukan homeostasis, hormon bekerja saling terkait antara satu dengan yang lain.
Jelaskan cara kerja hormon melalui kerja sama sinergisme, permisif, dan antagonis!
Jawab :
Efek suatu hormon dipengaruhi tidak saja oleh konsentrasi hormon itu sendiri tetapi juga
oleh konsentrasi hormon lain yang berinteraksi dengannya. Karena hormon tersebar luas di
seluruh darah maka sel sasaran dapat menuju ke banyak hormon secara bersamaan,
menimbulkan banyak interaksi hormon kompleks di sel sasaran. Hormon sering mengubah
reseptor untuk hormon jenis lain sebagai bagian dari aktivitas fisiologi normalnya. Suatu
hormon dapat mempengaruhi aktivitas hormon lain di sel sasaran rerrenru melalui satu dari
tiga cara yaitu permisif, sinergisme, dan antagonisme.
a. Pada permisif, satu hormon harus ada dalam jumlah memadai agar hormon lain dapat
berefek secara penuh. Pada hakikatnya, hormon pertama, dengan meningkatkan kepekaan
sel sasaran terhadap hormon lain, "mengijinkan” hormon lain ini menimbulkan efek
penuhnya. Sebagai contoh, hormon tiroid meningkatkan jumlah resepror untuk epinefrin di
sel sasaran epinefrin, dapat meningkatkan efektivitas epinefrin. Tanpa hormon tiroid,
efektivitas epinefrin hanya marginal.
b. Sinergisme terjadi jika kerja beberapa hormon bersifat saling melengkapi dan efek
kombinasi mereka lebih besar daripada penjumlahan efek masing-masing. Satu contoh
adalah kerja sinergistik follicle-stimulating hormone dan testosteron, di mana keduanya
dibutuhkan untuk mempertahankan laju normal produksi sperma. Sinergisme terjadi karena
pengaruh masing-masing hormon terhadap jumlah atau afinitas reseptor hormon yang lain.
c. Antagonisme terjadi ketika suatu hormon menyebabkan berkurangnya resepror untuk
hormon lain, mengurangi efektivitas hormon kedua. Sebagai gambaran, progesteron (suatu
hormon yang disekresikan selama kehamilan yang mengurangi kontraksi uterus)
menghambat kepekaan uterus terhadap estrogen (hormon lain yang dikeluarkan selama
kehamilan yang meningkatkan kontraksi uterus). Dengan menyebabkan penurunan reseptor
esrrogen di otot polos uterus, prog€steron mencegah estrogen melaksanakan efek
eksitatoriknya selama kehamilan dan menjaga lingkungan uterus tetap renang (tidak
berkontraksi) agar janin dapat berkembang.

Sumber :
Sherwood, Lauree. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Silverthorn. 2010. Human Physiology An Integrated Approach. Fifth Edition.

Anda mungkin juga menyukai