Anda di halaman 1dari 15

MAMALIA

Oleh :
Nama : Annisa Fitri Larassagita
NIM : B1J013111
Rombongan : VII
Kelompok :3
Asisten : Dini Prataksita Windriya

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN II

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2015
BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Identifikasi penting dalam mencari kebenaran terhadap suatu spesies.


Identifikasi adalah kegiatan untuk mencari dan mengenal ciri-ciri taksonomi individu
yang beraneka ragam dan memasukkannya dalam suatu takson. Klasifikasi hewan
adalah pengelompokan berdasarkan kesamaan bentuk dan fungsi pada tubuh hewan.
Tujuan klasifikasi itu sendiri adalah untuk memudahkan mengenali jenis-jenis hewan
serta memudahkan komunikasi di dalam biologi. Klasifikasi hewan bersifat dinamis.
Hal itu disebabkan beberapa kemungkinan seperti adanya perkembangan pengetahuan
tentang hewan, penggunaan karakter yang berbeda dalam klasifikasi. Klasifikasi
hewan didasarkan atas persamaan dan perbedaan karakter tertentu pada hewan yang
bersangkutan (Mayr, 1969).
Identifikasi dapat dilakukan dengan berbagai cara. Cara yang paling populer
yaitu dengan membandingkan hewan yang ingin diketahui dengan gambar di dalam
buku. Identifikasi penting artinya bila ditinjau dari segi ilmiah, sebab seluruh urutan
pekerjaan berikutnya sangat tergantung kepada hasil identifikasi yang benar dari suatu
spesies yang sedang diteliti. Langkah yang harus ditempuh untuk mengadakan
identifikasi yaitu pencanderaan sifat-sifat makhluk hidup, pengelompokan
berdasarkan ciri-ciri dan pemberian nama kelompok (Radiopoetro, 1996).
Menurut Simpson (1961), klasifikasi merupakan pengelompokan individu-
individu ke dalam suatu kelompok tertentu. Pengelompokan ini disusun secara runtut
sesuai dengan tingkatannya (hierarkinya), yaitu mulai dari yang lebih rendah
tingkatannya hingga ke tingkatan yang lebih tinggi. Ilmu yang mempelajari prinsip
dan cara klasifikasi makhluk hidup disebut taksonomi atau sistematik. Anggota dari
masing-masing kelompok memiliki sifat atau ciri khas tertentu yang membedakan
dengan anggota dari kelompok lainnya atau sering disebut dengan karakter taksonomi.
Mamologi adalah bagian dari ilmu zoologi yang mempelajari tentang segala
sesuatu yang berhubungan dengan hewan mamalia. Mamalia hidup di berbagai habitat
mulai dari kutub hingga ekuator, dari dasar laut sampai hutan lebat dan gurun pasir.
Hewan mamalia merupakan kelompok hewan yang memiliki rambut dan kelenjar susu
aktif menghasilkan susu pada saat menyusui anaknya. Karakter inilah yang merupakan
pembeda antara Class Mamalia dengan Class lainnya (Jenkins, 2002).
B. Tujuan

1. Mengenal beberapa anggota Class Mamalia.


2. Mengetahui beberapa karakter penting untuk identifikasi dan klasifikasi anggota
Class Mamalia.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Mamalia merupakan Tetrapoda dengan tubuh yang ditutupi rambut. Memiliki


kepala dan leher yang fleksibel yang dihubungkan dengan dua buah bongkol oksipital,
ruas vertebra leher berjumlah 7 ruas. Tulang dentari membentuk rahang bawah dan
bersendi dengan squamosal. Memiliki tiga tulang pendengaran (maleus, incus, dan
stapes). Umumnya mempunyai daun telinga. Suara dihasilkan oleh pita suara pada
laring. Rongga mulut sebelah lateral ditutupi dengan pipi dan memiliki langit-langit
palsu yang memisahkannya dari rongga hidung. Anggota badan berorientasi vertikal.
Jantung dengan empat kamar, peredaran darah paru-paru dan peredaran sistemik jelas
terpisah. Tidak mempunyai lengkung aorta kanan dan eritrosit tidak berinti. Thoraks
dan abdomen dipisahkan dengan diafragma. Telur kecil dan berkembang di dalam
uterus (kecuali pada Monotremata). Anak diasuh induknya dan menyusu. Bersifat
homoiotermis dan endotermis (Brotowijoyo, 1990).
Prototheria merupakan Mamalia yang masih bertelur dan mempunyai kloaka.
Tidak mempunyai puting susu, terdapat sebuah kantung marsupial temprorer yang
disokong oleh tulang epipubik. Subclass Prototheria terdiri dari satu ordo yaitu
Monotremata. Contohnya adalah Tachyglossus, Ornithorhynchus. Metatheria,
termasuk dalam subclass ini adalah berbagai jenis hewan bekantung. Kelompok hewan
ini memiliki telur yang memiliki cadangan makanan, ditutupi oleh albumin dan sebuah
membran tapi tidak mempunyai cangkang. Telur tersebut tetap berada dalam uterus
betina. Anak lahir pada tahap perkembangan yang masih awal kemudian anaknya
berpindah ke marsupium yang didalamnya terdapat puting susu. Pada jantan, skrotum
terletak anterior dari penis, yang termasuk ke dalam subclass ini adalah ordo
Marsupialia. Contohnya adalah Dasyurus, Dsayurops, Sminthopsis, Perameles,
Phascolarctos, Phalanger, Phasiolarctos, Petaurus, Meropus, Dendrolagus, Wallabia.
Eutheria merupakan Mamalia yang memiliki telur sangat kecil dengan sedikit atau
tidak ada yolk dan sebuah membran vitelia. Telur tetap berada di dalam uterus,
terdapat sebuah plasenta allantoik. Anak lahir setelah fase perkembangan yang lebih
maju. Tidak mempunyai marsupium, memiliki puting susu yang menonjol bebas dari
permukaan ventral tubuh. Tidak memiliki kloaka. Sebagian besar ordo dari Mamalia
termasuk pada Subclass Metatheria (Carter & Mess, 2013).
Gigi ditemukan hampir pada semua vertebrata, hal tersebut memberikan
paradigma umum untuk pengetahuan perkembangan dan evolusi dari organ ephitelia.
Mamalia memiliki perbedaan dari hewan vertebrata lainnya, Mamalia memiliki gigi
yang lebih kompleks dengan kapasitas yang terbatas untuk pembaharuannya. Gigi
Mamalia terdiri atas jenis gigi basal yang berbeda, antara lain gigi seri, gigi taring,
premolar, dan molar. Berdasarkan jumlahnya, gigi premolar dan molar mengalami
kompleksitas evolusi tertinggi pada Class Mamalia yang terspesialisasi untuk
memakan makanan yang berserat (Jenkins, 2002).
Gigi mamalia mengalami spesialisasi untuk memotong (gigi seri), menyobek
(gigi taring), dan menggiling (gigi geraham) makanannya. Gigi mamalia umumnya
terbagi menjadi empat tipe yaitu gigi seri, taring, premolar, dan molar. Ada tiga buah
osikel auditori, yaitu malleus, inkus, dan stapes (Brotowidjoyo, 1990). Mamalia
herbivora cenderung mengalami derajat signifikan pemakaian gigi ketika makan diet
alami mereka, dan pemakaian ini menghadirkan tantangan adaptif untuk mereka. Gigi-
gigi pada mamalia harus kuat sebelum digunakan hingga pada titik di mana mereka
kehilangan fungsi esensialnya. Mamalia telah berevolusi dengan adaptasi yang
beragam untuk mempertahankan fungsi gigi dalam menghadapi tingginya tingkat
penggunaan gigi dalam hidupnya seperti penebalan enamel, peningkatan tinggi
mahkota (hypsodonty), gigi yang terus tumbuh (hypselodonty), dan erupsi yang
tertunda (Damuth & Janis, 2014).
Gigi molar berukuran besar, gigi yang pipih dan berada di bagian belakang
mulut. Gigi molar lebih berkembang pada mamalia. Digunakan untuk melumatkan
makanan selama mengunyah. Gigi molar tipe bunodont memiliki katup yang rendah
dan membulat. Banyak ditemukan pada mamalia yang omnivora seperti babi, dan
beruang. Lophodont, mudah diidentifikasi dengan lophs pada enamel yang
menghubungkan katup pada mahkota gigi. Lophodont terdapat pada hewan herbivora
yang mengunyah makanan secara menyeluruh, misalnya pada tapir. Ketika dua lophs
melintang dan berbentuk cincin bentuk ini disebut bilophodont. Banyak ditemukan
pada primata, tetapi ditemukan juga pada Ordo Lagomorpha seperti kelinci.
Selenodont adalah tipe gigi molar yang banyak ditemukan pada herbivora ruminansia
seperti kambing dan sapi. Tipe gigi ini dikarakterisasi dengan bentuk mahkota gigi
yang pendek, dan katup yang berbentuk sabit ketika dilihat dari atas. Kebanyakan
mamalia karnivora memiliki gigi yang besar dan berbentuk seperti pisau yang
berfungsi untuk memotong makanan, tipe gigi seperti ini dinamakan secodont (Myers
et al., 2013).
Anggota gerak mammalia sangat teradaptasi dengan bentuk kehidupan dan
habitatnya masing-masing. Tipe gerak hewan mammalia dapat dibedakan menjadi
plantigrade (berjalan di atas tanah seperti beruang), cursorial (pelari cepat seperti rusa),
swimming (akuatik), saltorial (pelompat seperti kanguru), fossorial (hidup pada
lubang) serta aerial (terbang seperti kelelawar). Mamalia yang dapat terbang
diantaranya adalah kelelawar dari Ordo Chiroptera. Ordo ini kedua kakinya
berkembang menjadi sayap. Ketika terbang mengeluarkan suara yang sangat tinggi.
Gema suara ini dipantulkan sehingga kelelawar dapat mengatur terbangnya melalui
pantulan sonar suara tadi. Ekstremitas yang dimiliki oleh kelelawar sangat tidak cocok
digunakan untuk berjalan dan berarti juga tidak dapat berdiri dengan baik, oleh karena
itu jenis ini harus menggantung atau bertengger. Kelelawar merupakan hewan yang
nokturnal (Nowak, 1999).
Tiga jenis model lokomosi utama berdasarkan porsi dari kaki yang melakukan
kontak dengan substrat yaitu unguligrade, digitigrade dan plantigrade. Model ini
sangat berpengaruh pada lokomosi hewan mammal, terutama dilihat dari tungkai
belakangnya. Unguligrade memposisikan massa tubuh pada ujung phalanges dan
pergerakan hanya menggunakan distal phalanx. Contoh hewan ini adalah herbivora
seperti bison dan omnivora seperti babi. Digitigrade memposisikan massa tubuh pada
phalanges dan pergerakan menggunakan digiti. Kebanyakan hewan karnivora
bergerak dengan cara ini seperti kucing dan omnivora seperti tikus. Plantigrade
memposisikan massa tubuh pada seluruh kaki, menggunakan phalanges, metacarpal
dan metatarsal. Hewan omnivora seperti manusia dan beruang menggunakan cara ini
(Searfoss, 1995).
Fungsi utama dari kaki pada vertebrata darat adalah untuk pergerakan. Terdapat
tiga tipe kaki pada mamalia. Plantigrade, seluruh permukaan kaki menyentuh tanah
atau permukaan selama pergerakan, contohnya babon, dan beruang. Digitigrade,
dimana hanya phalanges (jari) yang menyentuh permukaan, pergelangan kaki dan
pergelangan tangan umumnya lebih tinggi, contohnya pada kucing dan anjing.
Unguligrade, dimana hanya kuku yang menyentuh permukaan dan terspesialisasi
untuk berlari, contohnya pada kuda (Hall, 2007).
BAB III. MATERI DAN METODE

A. Materi

Alat-alat yang digunakan dalam praktikum acara 8 yaitu bak preparat, dan alat
tulis.
Bahan-bahan yang digunakan yaitu kelelawar (Rhinolophus megaphyllus),
kelinci (Oryctolagus cuniculus), tikus putih (Rattus norvegicus), dan rangka kepala
tikus putih (Rattus norvegicus).

B. Metode

1. Spesimen diamati, digambar, dan dideskripsikan karakternya berdasarkan ciri-ciri


morfologi.
2. Spesimen diidentifikasi.
3. Laporan sementara dibuat dari hasil praktikum.
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel 4.1 Hasil Karakterisasi Masing-Masing Preparat


Keterangan:
1. Femur
7 2. Tibia
8
3. Fibula
5 6
4. Calcar
5. Humerus

2 6. Radius
7. Metacarpal
1 8. Phalanges
4
Klasifikasi:
3
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Mamalia
Ordo : Chiroptera
Family : Rhinolophidae
Genus : Rhinolophus
Spesies : Rhinolophus megaphyllus
Deskripsi :
Kelelawar (Rhinolophus megaphyllus) memiliki ukuran tubuh yang cukup besar
sehingga termasuk dalam Subordo Megachiroptera. Rambut tubuh berwarna
coklat. Bagian tubuuh dari kelelawar adalah femur, tibia, fibula, calcar, humerus,
radius, metacarpal, phalanges, lancet, sella, nosellaf, dan antitagrus. Antitagrus
merupakan tonjolan di luar telinga yang berbentuk tumpul yang berfungsi untuk
mengetahui letak mangsa. Hewan ini memiliki cakar pada jari kedua.
Keterangan:
1. Caput
2. Truncus
3. Caudal
4. Rima oris
7 5 5. Organon visus
1
2 6. Nares anteriores
6 7. Pinna auricularis
8. Pectoral
9. Abdominal
4 10. Anus
11
11. Vibrisae
3 8 12. Ekstrimitas anterior
12 13. Ekstrimitas posterior
9 14. Digiti
10 14
13
Klasifikasi:
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Mamalia
Ordo : Lagomorpha
Family : Leporidae
Genus : Oryctolagus
Spesies : Oryctolagus cuniculus
Deskripsi :
Kelinci (Oryctolagus cuniculus) memiliki warna rambut yang bervariasi. Tubuh
terbagi menjadi caput, truncus, dan caudal. Bagian caput terdiri atas rima oris,
nares anteriores, organon visus, pinna auricularis, dan vibrisae. Bagian truncus
terdiri atas pectoral, abdominal, ekstrimitas anterior yang terdiri dari 4 digigti dan
ekstrimitas posterior yang terdiri dari 3 digiti. Gigi incisivi kelinci terdiri dari 4
buah di bagian atas dan 2 buah di bagian bawah
Keterangan:
1. Caput
2. Truncus
3. Caudal
4. Rima oris
5. Nares anteriores
6. Organon visus
7. Auricula
8. Pectoral
11 7 2 9. Abdominal
1
10. Anus
3
11. Vibrisae
12. Gigi incisivi
13. Ekstrimitas anterior
5 12 14. Ekstrimitas posterior
10 15. Digiti
13 15
6 8
14 Klasifikasi:

4 9 Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Mamalia
Ordo : Rodentia
Family : Muridae
Genus : Rattus
Spesies : Rattus norvegicus
Deskripsi :
Bagian tubuh tikus putih (Rattus norvegicus) terbagi atas caput, truncus, dan
caudal. Bagian caput terdiri atas rima oris, nares anteriores, organon visus,
auricula, vibrisae, dan gigi incisivi. Bagian truncus terdiri atas pectoral, abdominal,
ekstrimitas anterior, dan ekstrimitas posterior dengan masing-masing 5 digiti. Gigi
incisivus pada tikus putih terdiri dari 2 buah di bagian atas dan bawah. Telinga
tikus putih membulat.
Keterangan:
12 1. Occipital

13 2. Interparietal

14 3. Parietal
4. Frontal
11
1 15
5 5. Temporal crest
2 6. Maxillary
3 7. Zygomatic notch
4 8. Premaxillary
9. Nasal
6
10. Foramen incisivi
7
8 11. Coronoid process
12. Condyloid process
9
10 13. Angular process
14. Alveolar process
15. Mandibula
Deskripsi:
Bagian atas rangka kepala tikus putih antara lain occipital, interparietal, parietal,
temporal crest, frontal, maxillary, zygomatic notch, premaxillary, dan nasal.
Bagian bawah antara lain foramen incisivi. Bagian samping antara lain coronoid
process, condyloid process, angular process, alveolar process, dan mandibula.
B. Pembahasan

Proses mengidentifikasi yaitu dimulai dengan mengenali sifat dan tanda yang
terdapat pada tubuh individu yang akan diidentifikasi dan disesuaikan dengan bagian-
bagian nomor yag ada, kemudian dilanjutkan pada nomor utama yang tercantum di
belakang bagian-bagian yang sesuai dengan sifat atau tanda yang ada pada
benda/individu yang diidentifikasi tersebut sehingga didapat nama spesiesnya.
Langkah-langkah yang harus ditempuh untuk mengadakan identifikasi terhadap
individu yaitu pengenalan ciri-ciri, pengelompokkan berdasarkan ciri-ciri dan
pembagian nama kelompok. Mendeskripsikan tiap ciri baik secara morfologi, anatomi,
fisiologi, biokimia maupun genetika, spesies yang diteliti harus diperhatikan dan
dijadikan sebagai data utama. Langkah selanjutnya yaitu dibandingkan dengan data
acuan yang telah ada atau buku identifikasi atau melalui website lalu masukkan spesies
tersebut pada kelompok acuan. Langkah terakhir yaitu setelah dikelompokkan,
kelompok-kelompok tersebut akan diberi nama sesuai dengan karakteristik umum
spesies yang ada di dalamnya. Bila diidentifikasi sudah masuk tahap yang spesifik,
maka persamaan yang dimiliki oleh suatu spesies yang berbeda ciri akan dimasukkan
pada kelompok yang berbeda pula.
Praktikum acara Mamalia menggunakan beberapa jenis spesimen. Spesimen
yang digunakan antara lain kelelawar (Rhinolophus megaphyllus), kelinci
(Oryctolagus cuniculus) dan tikus putih (Rattus norvegicus). Karakter yang penting
untuk identifikasi Mamalia antara lain morfologi dan anatomi rangka. Karakter
morfologi untuk identifikasi adalah pola warna, ukuran tubuh, geligi, dan glandula
mammae sedangkan anatomi rangka untuk identifikasi antara lain cranium, rahang
bawah, gigi, dan anggota gerak.
Kelelawar (Rhinolophus megaphyllus) termasuk ke dalam ordo Chiroptera.
Ukuran tubuhnya yang besar membuat dia termasuk ke dalam Subordo
Megachiroptera. Warna rambut tubuhnya coklat. Kelelawar jenis ini merupakan
pemakan tumbuh-tumbuhan. Bagian tubuhnya antara lain femur, tibia, fibula, calcar,
humerus, radius, metacarpal, phalanges, lancet, sella, nosellaf, dan antitagrus.
Kelinci (Oryctolagus cuniculus) termasuk dalam ordo Lagomorpha. Kelinci
memiliki warna rambut bervariasi. Kelinci termasuk hewan pengerat namun tidak
termasuk ke dalam Ordo Rodentia. Gigi incisivi pada kelinci terdiri dari 4 gigi di
bagian atas dan 2 gigi di bagian bawah. Bagian tubuh kelinci terbagi menjadi caput,
truncus dan caudal. Bagian caput tersusun atas rima oris, nares anterior, organon visus,
pinna auricalus, dan vibrisae. Bagian truncus tersusun atas pectoral, abdominal,
ekstrimitas anterior dengan 4 digiti dan ekstrimitas posterior dengan 3 digiti.
Tikus putih (Rattus norvegicus) termasuk ke dalam Ordo Rodentia. Tubuh
tertutupi rambut berwarna putih. Bagian tubuh dari tikus putih terbagi menjadi caput,
truncus dan caudal. Bagian caput tersusun atas rima oris, nares anteriores, organon
visus, pinna auricalus, dan vibrisae. Bagian truncus tersusun atas pectoral, abdominal,
ekstrimitas anterior dan ekstrimitas posterior dengan masing-masing 5 digiti. Gigi
incisivus pada tikus putih terdiri dari 2 buah di bagian atas dan bawah. Telinga tikus
putih membulat. Bagian atas rangka kepala tikus putih antara lain occipital,
interparietal, parietal, temporal crest, frontal, maxillary, zygomatic notch,
premaxillary, dan nasal. Bagian bawah antara lain foramen incisivi. Bagian samping
antara lain coronoid process, condyloid process, angular process, alveolar process,
dan mandibula.
Praktikum ini juga membahas tentang tipe kaki dan tipe gigi pada Class mamalia.
Tipe kaki pada Class Mamalia terdiri atas plantigrade (berjalan dengan seluruh telapak
kaki contohnya adalah monyet, unguligrade (berjalan dengan kuku contohnya adalah
kuda) dan digitigrade (berjalan dengan jari contohnya adalah kucing). Tipe gigi molar
pada Class Mamalia terdiri atas bunodont (terdapat pada omnivora), secodont (terdapat
pada karnivora), bilophodont (terdapat pada herbivora pengerat), lophodont (terdapat
pada herbivora, contohnya kambing) yang terakhir adalah selenodont (terdapat pada
kuda). Praktikum kali ini juga membedakan antara infraclass dari Subclass Theria
yaitu Infraclass Metatheria yang melahirkan janin secara prematur dan berkembang
sempurna di dalam kantung khusus di luar rahim, contoh dari hewan yang termasuk
Infraclass Metatheria adalah kangguru, sedangkan infraclass lainnya adalah Infraclass
Eutheria, merupakan mamalia yang janinnya berkembang sempurna di dalam rahim.
Janin dengan ibu dihubungkan dengan plasenta sebagai penyalur nutrisi.
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa:


1. Anggota Class Mamalia adalah kelelawar (Rhinolophus megaphyllus), kelinci
(Oryctolagus cuniculus), dan tikus putih (Rattus norvegicus).
2. Karakter penting untuk identifikasi dan klasifikasi anggota Class Mamalia antara
lain morfologi (pola warna, ukuran tubuh, geligi, dan glandula mammae) dan
anatomi rangka (cranium, rahang bawah, gigi, dan anggota gerak).

B. Saran

Saran untuk praktikum kali ini yakni sebaiknya praktikan lebih teliti dan cermat
dalam mengidentifikasi sehingga dapat membedakan karakter penting dari masing-
masing preparat.
DAFTAR REFERENSI

Brotowijoyo. 1990. Zoologi Dasar. Bandung: Erlangga.


Carter AM & Mess AM 2013. Conservation and Placentation during the Tertiary
Radiation of Mammals in South America. Journal of Morphology. 274: 557-
569.
Damuth J & CM Janis. 2014. A comparison of observed molar wear rates in extant
herbivorous mammals. Ann. Zool. Fennici. 51: 188–200.
Jenkins B. 2002. Learning Mamalia. New Delhi: Dominant Publisher and Distributors.
Mayr E. 1969. Principles of Systematic Zoology. New Delhi: Tata Mc Graw. Hill
Publishing Company.
Nowak R. 1999. Walkeis Mammal of the World. London: The Johns Hopkins
University Press.
Radiopoetro. 1996. Zoologi. Jakarta: Erlangga.
Searfoss G. 1995. Skulls and Bones: A Guide to Skeletal Structures and Behavior of
North American Mammals. Mechanisburg: Stackpole Books.
Simpson GG. 1961. Principal of Animal Taxonomy. New York and London: Columbia
University Press.

Anda mungkin juga menyukai