Anda di halaman 1dari 23

I.

IDENTITAS PASIEN
Nama :Ny. S
Usia :47 tahun
Jenis Kelamin :Perempuan
Alamat :Sangen RT 03/08, Candirejo, Borodur, Magelang
Suku : Jawa
Agama : Islam
Pendidikan : Tamat SMA
Pekerjaan : Buka warung
Status Pernikahan : Menikah
Tanggal Masuk RS : 04 November 2014

II. ANAMNESIS RIWAYAT PSIKIATRI


A. Keluhan Utama
Pasien ketakutan akan kematian yang menimpa pasien.
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluhkan memiliki vertigo dan sudah pergi berobat ke empat
dokter yang berbeda namun tak kunjung sembuh. Setiap kali berobat, dokter
mengatakan bahwa sakit pasien hanya disebabkan terlalu banyak pikiran saja. Karena
tidak kunjung sembuh, pasien berpikir penyakitnya ini sangat berat dan sebentar lagi
akan mati. Pasien selalu merasa was-was dan selalu timbul pertanyaan kapan dirinya
akan meninggal. Saat memikirkan hal ini, pasien selalu merasa cemas dan berdebar-
debar, dan seluruh badan terasa nyeri.
Hal ini sudah berjalan selama 1 bulan terakir. Selama 1 bulan terakir ini pasien
selalu tampak murung, kehilangan minat untuk melakukan apapun seperti mengurus
anaknya, dan lebih mudah merasa lelah sehingga malas untuk melakukan apapun.
Pasien juga mengeluhkan selama 1 bulan ini memiliki pandangan pesismis karena
takut sebentar lagi akan meninggal, lebih sulit untuk berkonsentrasi, rasa percaya diri
menurun, nafsu makan menurun, dan lebih sulit untuk tidur.

1
C. Riwayat Penyakit Dahulu
1. Riwayat Psikiatri
Pasien pernah mengalami keluhan yang sama 20 tahun yang lalu. Saat
20 tahun yang lalu pasien pernah mengalami keguguran pada kehamilan
pertamanya dan harus dikuret. Setelah dikuret, pasien merasa perutnya terus
menerus nyeri. Hal inilah yang membuat pasien cemas dan berpikir bahwa
dirinya akan segera meninggal karena sakit di perutnya tidak kunjung sembuh.
2. Medis umum
Riwayat trauma kepala (-), kejang (-), tekanandarah tinggi (-), DM (-), asma(-)
3. NAPZA dan merokok
Pasien tidak menggunakan NAPZA dan tidak merokok

D. Grafik perjalanan penyakit

1995 November 2015

E. Riwayat Kehidupan Pribadi


1. Riwayat Kehamilan dan Persalinan
Kehamilan yang direncanakan. Persalinan secara normal di tolong dukun
bayi di rumah, cukup bulan (9 bulan 10 hari), berat badan lahir dalam
batas normal. Penderita merupakan anak ke-3 dari 4 bersaudara.
2. Riwayat masa anak-anak awal (0-3 tahun)
Pertumbuhan dan perkembangan pasien normal, sesuai dengan anak
seusianya.
3. Riwayat masa anak-anak tengah (3-11 tahun)
Pada masa ini penderita tumbuh dan berkembang seperti anak seusianya.
Pasien termasuk anak yang aktif namun lebih senang mengalah dengan
teman-temannya. Pasien lulus SD sampai tamat kelas 6.
2
4. Riwayat masa anak-anak akhir (11-18 tahun)
Pada masa ini pasien tumbuh dan berkembang seperti anak seusianya.
5. Riwayat Masa Dewasa
a. Riwayat keagamaan
Pasien rajin dalam menjalankan ibadah (shalat).
b. Riwayat pendidikan
Pasien tamatpendidikan SD. Kemudian melanjutkan tingkat SMP
dan kemudian melajutkan pendidikan ke jenjang SMA. Setelah itu
pasien tidak melanjutkan ke jenjang kuliah
c. Riwayat pekerjaan
Pasien bekerja dengan membuka warung makan..
d. Riwayat pernikahan
Pasien menikah pada usia 22 tahun.
e. Riwayat aktivitas sosial
Pasien mudah untuk bergaul dan selalu mengikuti kegiatan sosial
di lingkungan rumahnya.
f. Riwayat hukum
Pasien tidak pernah melakukan pelanggaran hukum.
g. Situasi hidup sekarang
Pasien tinggal bersama suami dan anak ke-2

F. Riwayat Keluarga

: Pasien
: Meninggal
…… : Tinggal serumah
: Wanita
: laki-laki

3
G. Riwayat psikoseksual
Pasien menyadari bahwa dirinya wanita, berpakaian dan bertingkah laku sesuai jenis
kelamin.
H. Riwayat mimpi dan fantasi
Pasien tidak pernah mimpi yang sama dan berulang.

III. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL


1.Gambaran Umum
a. Penampilan :
Tampak seorang perempuan, sesuai umur, rawat diri baik, berpakaian bersih dan
wajar.
b. Sikap terhadap pemeriksa :
Kooperatif
c. Tingkahlaku :
Normoaktif
d. Kontak Psikis :
Mudah ditarik, mudah dicantum
e. Pembicaraan :
Pasien berbicara cukup, intonasi, volume, dan suara cukup, artikulasi jelas,
produktivitas bicara cukup, spontanitas baik, jawaban pasien sesuai dengan
pertanyaan pemeriksa (jawaban relevan).
2. Alam Perasaan
a. Mood : Eutimik
b. Afek : Appropriate
3. Bicara
a. Kualitas : Kohern
b. Kuantitas : Talk Active
4. Gangguan persepsi
a. Ilusi :-
b. Halusinasi :-
c. Depersonalisasi :-
d. Derealisasi :-
5. Proses pikir
4
a. Bentuk pikir : realistik
b. Arus pikir : kohern, jawaban relevan
c. Isi pikir : waham (-)
6. Sensorium danKognisi
a. Kesadaranneurologis : Composmentis (GCS 15)
psikiatri : Jernih
b. OrientasiWaktu : Baik
Tempat : Baik
Orang : Baik
Situasional : Baik
c. Daya ingat Segera : Baik
Jangka pendek : Baik
Jangka panjang :Baik
d. Konsentrasi : Baik
e. Perhatian : Mudah ditarik, mudah dicantum
f. Kemampuan baca tulis : Baik
g. Kemampuanvisuospasial : Baik
h. Pikiran abstrak : Baik
7. Pengendalian impuls : Baik
8. Tilikan : True insight
9. Reliabilitas : Autoanamnesis dapat dipercaya

IV. PEMERIKSAAN FISIK


A. Status Internus
1. Keadaan umum : Baik, kesan gizi cukup
2. Kesadaran : Compos mentis
3. Tanda vital
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : Afebris

5
4. Kepala ( mata dan THT )
Kepala : Normocephali
Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
Hidung : Kavum nasi lapang/lapang, sekret -/-
Telinga : Normotia/normotia, sekret -/-
Mulut : Sianosis (-)
Tenggorokan : Faring hiperemis (-)
Leher : Pembesaran KGB (-)
5. Thorax
a. Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis teraba di ICS 5-6
Auskultasi : Suara jantung I/II reguler, murmur (-), gallop (-)
b. Paru
Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris
Palpasi : Vokal fremitus kanan=kiri
Perkusi : Sonor kanan=kiri
Auskultasi : Bunyi nafas dasar vesikuler
6. Abdomen
Inspeksi : Perut tampak datar
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-)
Perkusi : Timpani
7. Urogenital : Dalam batas normal
8. Ekstremitas :
Superior Inferior
Oedem -/- -/-
Sianosis -/- -/-
Akral hangat/ hangat hangat/hangat
Cappilary refill test <2detik <2 detik
Deformitas -/- -/-

6
B. Pemeriksaan Neurologis :
1. Kaku kuduk : Tidak ditemukan
2. Saraf kranialis I - XII : Tidak ada penemuan bermakna
3. Motorik :
Motorik Superior Inferior
Gerakan N/N N/N
Kekuatan 5/5 5/5
Tonus N/N N/N
Trofi E/E E/E

4. Sensorik : Tidak dilakukan pemeriksaan


5. Refleks fisiologis : ++/++
6. Refleks patologis : - /-

V. Resume

Telah dilakukan pemeriksaan terhadap Ny. S, agama Islam, usia 47 tahun, dengan
status menikah, pekerjaan wiraswasta yang beralamat di Sangen 03/08 Candirejo
Borobudur. Pasien datang ke RSJS Magelang diantar oleh temannya yang berprofesi yang
sebagai perawat di RSJS. Pasien memutuskan untuk menerima saran berobat kepsikiatri
setelah melakukan 4 kali pengobatan yang tidak kunjung sembuh. Awalnya pasien
terkena vertigo semenjak itu pasien selalu merasa was-was dan selalu timbul pertanyaan
apakah dirinya akan meninggal. Saat memikirkan hal ini, pasien selalu merasa cemas
dan berdebar-debar, dan seluruh badan terasa nyeri. Pasien merasakan hal ini setelah
vertigonya muncul kemudian timbul pertanyaan-pertanyaan tentang kematian dan
ketakutan bahwa dirinya akan mati.
Kejadian seperti ini pernah dialami oleh pasien 20 tahun yang lalu setelah pasien
mengalami keguguran anak pertama, setelah pasien dikuret pasien sering mengalami sakit
sepeti ISK dan merasa tidak kunjung sembuh setelah itu pasien menjadi berpikir bahwa
dirinya akan mati. Pasien berhenti bekerja karena selalu merasa cepat lelah dan tidak
bersemangat dalam menjalankan aktivitas, tidak ada pandangan masa depan dan mudah
lelah serta nafsu makan pasien berkurang. Pasien mengatakan sulit untuk tidur. Pasien

7
juga mengeluh nafsu makannya berkurang. Tidakada riwayat gangguan jiwa dalam
keluarga pasien.
Pemeriksaan fisik di dapatkan keadaan umum kesan gizi cukup, kesadaran
compos mentis (GCS 15), tekanan darah 110/ 70 mmHg, nadi80 x/menit,
pernafasan20x/menit, suhu(afebris).Pemeriksaan status mental didapatkan mood euthimik,
afek appropiate, bentuk pikir realistik, arus pikir kohern, jawaban relevan, tilikan true
insight.

Sindrom yang ditemukan dari pemeriksaan:


a. Sindrom Depresi
- Perasaan hati sedih (disforik)
- Kehilangan minat dan kegembiraan
- Malas melakukan aktivtas (unenergic)
b. SindromSomatik Psikogenik
- Adanya keluhan fisik
- Gambaran keluhan tak sesuai klinis penyakit tertentu (tidak sesuai dengan
anatomi dan fisiologi bagian tubuh yang dikeluhkan)

IV. DIAGNOSIS BANDING


F 32.2 Episode Depresi Berat tanpa Gejala Psikotik

PEDOMAN DIAGNOSTIK PADA


PASIEN
Terpenuhi
Semua 3 gejala depresi harus ada
Ditambah sekurang kurangnya 4 dari gejala lainnya, dan beberapa Terpenuhi
diantaranya harus berintensitas berat

Bila ada gejala penting (misalnyaa agitasi atau retardasi psikomotor) yang
mencolok, maka pasien mungkin tidak mau atau tidak mampu untuk Tidak
melaporkan banyak gejalanya secara rinci. terpenuhi
Dalam hal demikian, penilaian secara menyeluruh terhadap episode
depresif berat masih dapat dibenarkan

Episode depresif biasanya harus berlangsung sekurang kurangnya 2


Terpenuhi
minggu, akan tetapi jika gejala amat berat dan beronset sangat cepat, maka
masi dibenarkan untuk menegakkan diagnosis dalam kurun waktu kurang
dari 2 minggu
8
Sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan kegiatan social,
pekerjaan, atau urusan rumahtangga, kecuali pada taraf yang sangat Terpenuhi
terbatas

F 45.4 Gangguan Nyeri Somatoform Menetap

PEDOMAN DIAGNOSTIK PADA PASIEN

Keluhan utama adalah nyeri berat, Terpenuhi


menyiksa dan menetap, yang tidak
dapat dijelakan sepenuhnya atas dasar
proses fisiologik maupun adanya
gangguan fisisk

Nyeri timbul dalam hubungan dengan Terpenuhi


adanya konflik emosional atau problem
psikososial yang cukup jelas untuk
dapat dijadikan alasan dalam
mempengaruhi terjadinya gangguan
tersebut

Dampaknya adalah meningkatnya


Terpenuhi
perhatian dan dukungan baik personal
maupun medis, untuk yang
bersangkutan

V. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
AKSIS I : F 32.2 Episode Depresi berat tanpa Gejala Psikotik
AKSIS II : Z 03.2tidak ada diagnosis
AKSIS III : Tidak ada (none)
AKSIS IV : Masalah psikososial dan lingkungan lain
AKSIS V : GAF : 80-71

VI. TERAPI
a. Psikofarmaka
 Antidepresan
Fluoxetin 20 mg 1 x 1
 Anti anxietas
Clobazam 10 mg 1x1

9
b. Non farmakoterapi
 Edukasikeluarga
 Menjelaskan tentang penyakit pasien kepada keluarga, perjalanan
penyakit dan prognosisnya.
 Menasihati keluarga untuk memberikan dukungan moral kepada
pasien.
 Menasihati keluarga untuk memahami cara berpikir pasien.
 Menasihati keluarga agar mengawasi pasien ketika minum obat dan
membawa pasien control tepat waktu.

VII. PROGNOSIS

No. Faktor Risiko ke Arah Baik Terpenuhi?


1. Onset lambat Ya
2. Faktor pencetus jelas Ya
3. Riwayat pekerjaan, sosial, premorbid baik Ya
4. Menikah Ya
5. Sistem pendukung baik Ya
6. Gejala positif menonjol Tidak
7. Non-genetik Tidak
8. Usia 15-25 tahun Tidak
9. Tidak ada kekambuhan Tidak
Kesimpulan: dubia ad bonam

10
Gambar 1. Rumah tampak depan

Gambar 2. Tempat berjualan di depan rumah pasien

11
Gambar 3. Ruang tamu pasien

12
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Depresi

Depresi merupakan salah satu gangguan mood. Gangguan mood dianggap sebagai sindrom,
yang terdiri atas sekelompok tanda dan gejala bertahan selama berminggu- minggu, berbulan-bulan
yang menunjukkan penyimpangan nyata fungsi habitual seseorang serta kecenderungan untuk
kambuh, sering dalam bentu periodik atau siklik.1 Pasien dengan mood terdepresi (yaitu, depresi)
merasakan hilangnya energi dan minat, perasan bersalah, sulit berkonsentrasi, hilang nafsu makan,
dan pikiran tentang kematian atau bunuh diri.2

Episode depresi berat harus harus ada setidaknya 2 minggu dan seseorang yang didiagnosis
memiliki episode depresif berat terutama juga harus mengalami empat gejala dari daftar yang
mencakup perubahan berat badan dan nafsu makan, perubahan tidur dan aktivitas, tidak ada energi,
rasa bersalah, masalah da;a, berpikir dan membuat keputusan, serta pikiran berulang mengenai
kematian dan bunuh diri.1

2.2 Epidemiologi

Gangguan depresif berat adalah suat gangguan yang sering, dengan prevalensi seumur hidup
adalah kira-kira 15 persen, kemungkinan setinggi 25 persen pada wanita. Prevalensi gangguan
depresif pada wanita dua kali lebih besar dibandingkan laki-laki.2 Alasan perbedaan ini yang telah di
hipotesiskan antara lain perbedaan hormonal, pengaruh kelahiran anak, stressor psikososial yang
berbeda antara laki-laki dan perempuan, serta model perilaku ketergantungan yang dipelajari.1

Rata-rata usia onset untuk gangguan depresi berat kira-kira 40 tahun, 50 % dari semua pasien
mempunyai onset antara 20 dan 50 tahun.2 Beberapa data epidemiologi baru-baru ini menyatakan
bahwa insidensi gangguan depresi berat mungkin meningkat pada orang-orang yang berusia kurang
dari 20 tahun. Jika pengamatan tersebut benar, mungkin berhubungan dengan meningkatnya
penggunaan alkohol dan zat-zat lain pada kelompok usia tersebut.2Pada umumnya gangguan depresi
berat terjadi paling sering pada orang tua yang tidak memiliki hubungan interpersonal yang erat atau
berpisah. 1,2

2.3 Etiologi dan Patofisiologi


13
Faktor organobiologi

Hipotesis yang paling konsisten mengenai gangguan mood ini berhubungan dengan
disregulasi heterogen pada amin biogenik. Norepinefrin dan serotonin adalah dua neurotransmitter
yang paling terlibat dalam patofisiologi dalam gangguan mood.3

Penurunan regulasi reseptor beta adrenergic dan respon klinik antidepresan mungkin
merupakan peran langsung system noradrenergik dalam depresi. Bukti lain yang melibatkan reseptor
2-presinaptik pada depresi, telah mengaktifkan reseptor yang mengakibatkan pengurangan jumlah
pelepasan norepinefrin. Reseptor 2-presinaptik juga terletak pada neuron serotonergic dan mengatur
pelepasan serotonin.3

Aktivitas dopamine mungkin berkurang pada depresi.Penemuan subtipe baru reseptor


dopamine dan meningkatnya pengertian fungsi regulasi presinaptik dan pascasinaptik dopamine
memperkaya hubungan antara dopamine dan gangguan mood. Dua teori terbaru tentang dopamine dan
depresi adalah jalur dopamine mesolimbik mungkin mengalami disfungsi pada depresi dan reseptor
dopamine D1 mungkin hipoaktif pada depresi.3

Aktivitas serotonin berkurang pada depresi.Serotonin bertanggung jawab untuk control


regulasi afek, agresi, tidur dan nafsu makan. Pada bebrapa penelitian ditemukan jumlah serotonin
yang berkurang di celah sinaps dikatakan bertanggung jawab untuk terjadinya depresi.3

Faktor genetik

Genetik merupakan faktor penting dalam perkembangan gangguan mood, tetapi jalur
penurunan sangat kompleks. Tidak hanya sulit untuk mengabaikan efek psikososial, tetapi juga, factor
nongenetik kemungkinan juga berperan sebagai penyebab berkembangnya gangguan mood setidak-
tidaknya pada beberapa orang.3

Penelitian menunjukkan anak biologis dari orang tua yang terkena gangguan mood berisiko
mengalami gangguan mood walaupun anak tersebut dibesarkan oleh keluarga angkat. Penelitian pada
anak kembar menunjukkan anak kembar monozigot lebih besar kemungkinan mengalami gangguan
depresi daripada anak kembar dizigot.3

Faktor Psikososial

Peristiwa kehidupan dan stress lingkungan, suatu pengamatan klinis yang telah lama
direplikasi bahwa peristiwa kehidupan yang menyebabkan stress lebih sering mendahului
episode pertama gangguan mood daripada episode selanjutnya, hubungan tersebut telah
dilaporkan untuk pasien dengan gangguan depresi berat.2
14
Data yang paling mendukung menyatakan bahwa peristiwa kehidupan paling
berhubungan dengan perkembangan depresi selanjutnya adalah kehilangan orang tua sebelum
usia 11 tahun. Stressor lingkungan yang paling berhubungan dengan onset satu episode
depresi adalah kehilangan pasangan.2
Beberapa artikel teoritik dan dari banyak laporan, mempermasalahkan hubungan
fungsi keluarga dan onset dalam perjalanan gangguan depresi berat. Selain itu, derajat
psikopatologi didalam keluarga mungkin mempengaruhi kecepatan pemulihan, kembalinya
gejala dan penyesuaian pasca pemulihan.2

3.4 Manifestasi Klinik

Mood terdepresi, kehilangan minat dan berkurangnya energy adalah gejala utama dari
depresi.Pasien mungkin mengatakan perasaannya sedih, tidak mempunyai harapan, dicampakkan, dan
tidak berharga. Emosi pada mood depresi kualitasnya berbeda dengan emosi duka cita atau kesedihan
yang normal.3

Pikiran untuk melakukan bunuh diri dapat timbul pada sekitar dua pertiga pasien depresi, dan
10 sampai 15 persen diantaranya melakukan bunuh diri.Mereka yang dirawat di rumah sakit dengan
percobaan bunuh diri mempunyai umur hidup lebih panjang dibandingkan yang tidak dirawat.
Beberapa pasien depresi terkadang tidak menyadiari ia mengalami depresi dan tidak mengeluh tentang
gangguan mood meskipun mereka menarik diri dari keluarga, teman dan aktivitas yang sebelumnya
menarik bagi dirinya.3

Hampir semua pasien depresi (97%) mengeluh tentang penurunan energi dimana mereka
mengalami kesulitan menyelesaikan tugas, mengalami hendaya di sekolah dan pekerjaan, dan
meurunnya motivasi untuk terlibat dalam kegiatan baru.Sekitar 80 persen pasien mengeluh masalah
tidur, khususnya terjada dini hari (terminal insomsia) dan sering terbangun di malam hari karena
memikirkan masalah yang dihadapi. Kebanyakan pasien menunjukkan peningkatan atau penurunan
nafsu makan demikian pula dengan bertambah dan menurunnya berat badannya serta mengalami tidur
lebih lama dari biasanya.3

Kecemasan adalah gejala tersering dari depresi dan menyerang 90 persen pasien depresi.
Berbagai perubahan asupan makanan dan istirahat dapat menyebabkan timbulnya penyakit lain secara
bersamaa, seperti diabetes, hipertensi, penyakit paru obstruksi kronik, dan penyakit jantung. Gejala
lain termasuk haid yang tidak normal dan meurunnya minat serta aktivitas seksual.3

Pada pemeriksaan status mental, episode depresi memperlihatkan retardasi psikomotor


menyeluruh merupakan gejala yang paling umum, walaupun agitasi psikomotor juga sering
15
ditemukan, khususnya pada pasien usia lanjut. Menggenggamkan tangan dan menarik-narik rambut
merupakan gejala agitasi yang paling umum.Secara klasik, seorang pasien depresi memiiki postur
yang membungkuk, tidak terdapat pergerakan yang sponta, dan pandangan mata yang putus asa dan
memalingkan pandangan.Pasien depresi seringkali dibawa oleh keluarga atau teman kerjanya karenan
penarikan sosial dan penurunan aktivitas secara menyeluruh.2

Banyak pasien terdepresi menunjukkan suatu kecepatn dan volume bicara yang menurun,
berespons terhadap pertanyaan dengan kata tunggal dan menunjukkan respons yang melambat
terhadapt pertanyaan. Secara sederhana, pemeriksa mungkin harus menunggu dua atau tiga menit
untuk mendapatkan suatu respons terhadap suatu pertanyaan.2

Pasien terdepresi dengan waham atau halusinasi dikatakan menderita episode depresif berat
dengan ciri psikotik.Waham atau halusinasi yang sesuai dengan mood terdepresi dikatan sesuai mood
(mood-congruent).Waham sesuai mood pada seorang pasien terdepresi adalah waham bersalah,
memalukan, tidak berguna, kemiskinan, kegagalan, kejar dan penyakit somatic terminal (sevagai
contoh, kanker dan otak “yang membusuk”).Isi waham atau halusinasi yang tidak sesuai mood (mood-
incongruent) adalah tidak sesuai dengan mood terdepresi. Pasien depresi juga memiliki pandangan
negatif tentang dunia dan dirinya sendiri.2

3.5 Diagnosis

Skala penilaian objektif untuk depresi

Skala penilaian objektif untuk depresi dapat berguna dalam praktik klinis untuk mendapatkan
dokumentasi keadaan klinis pada pasien terdepresi. Zung Self-Rating Depression Scale adalah skala
pelaporan yang terdiri dari 20 pertanyaan. Skor normal adalah 34 atau kurang, skor terdepresi adalah
50 atau lebih. Skala memberikan petunjuk global tentang kekuatan (intensitas) gejala depresi pasien,
termasuk ekspresi afektif dari depresi.3

Raskin Depression Scale adalah skala yang dinilai oleh dokter yang mengukur keparahan
depresi pasien, seperti yang dilaporkan oleh pasien dan seperti yang diamati oleh dokter, pada skala
lima angka dari tiga dimensiL laporan verbal, pengungkapan perliaku, dan gejala sekunder. Skala ini
memiliki rentang 3 sampai 13: normal adalah 3, dan terdepresi adalh 7 atau lebih.2

Hamilton Rating Scale for Depression (HAM-D) adalah skala depresif yang digunakan secara
luas yang memiliki sampai 24 nomor, masing-masingnya memiliki nilai 0 sampai 4 atau 0 sampai 2,
dengan skor total ada;h 0 sampai 76. Penilaian diturunkan dari suatu wawancara klinis dengan pasien.

16
Klinisi menilai jawaban pasien terhadap pertanyaan tentang perasaan bersalah, bunuh diri,
kebiasaantidur, dan gejala depresi lainnya.2

Pedoman diagnosis menurut PPDGJ-III.4

Pedoman diagnostik pada depresi dibagi menjadi :

• Semua gejala utama depresi :

o afek depresif

o kehilangan minat dan kegembiraan

o berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah.

• Gejala lainnya:

o konsentrasi dan perhatian berkurang

o harga diri dan kepercayaan diri berkurang

o gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna

o pandangan masa depan yang suram dan pesimis

o gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri

o tidur terganggu

o nafsu makan berkurang

Episode depresif biasanya harus berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu, akan tetapi jika gejala
amat berat dan beronset sangat cepat, maka masih dibenarkan untuk menegakkan diagnosis dalam
kurun waktu dari 2 minggu.

Episode depresif ringan menurut PPDGJ III

(1) Sekurang-kurangnya harus ada 2 dan 3 gejala utama depresi seperti tersebut di atas

(2) Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari gejala lainnya


17
(3) Tidak boleh ada gejala yang berat diantaranya lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-
kurangnya sekitar 2 minggu

(4) Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang biasa dilakukannya.

Episode depresif sedang menurut PPDGJ III

(1) Sekurang-kurangnya harus ada 2 dan 3 gejala utama

(2) Ditambah sekurang-kurangnya 3 atau 4 dari gejala lainnya

(3) Lamanya seluruh episode berlangsung minimum 2 minggu

(4) Menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan, dan urusanrumah
tangga.

Episode Depresif Berat dengan Tanpa Gejala Psikotik menurut PPDGJ III :

(1) Semua 3 gejala utama depresi harus ada

(2) Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya dan beberapa diantaranya harus
berintensitas berat

(3) Bila ada gejala penting (misalnya retardasi psikomotor) yang menyolok, maka pasien
mungkin tidak mau atau tidak mampu untuk melaporkan banyak gejalanya secara rinci. Dalam
hal demikian, penilaian secara menyeluruh terhadap episode depresi berat masih dapat
dibenarkan.

(4) Sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan atau urusan
rumah tangga, kecuali pada taraf yang sangat terbatas.

Episode Depresif Berat dengan Gejala Psikotik menurut PPDGJ III :

Episode depresi berat yang memenuhi kriteria menurut No. 3 di atas (F.32.2) tersebut di atas,
disertai waham, halusinasi atau stupor depresi.

Waham biasanya melibatkan ide tentang dosa, kemiskinan atau malapetaka yang mengancam
dan pasien merasa bertanggung jawab atas hal itu. Halusinasi auditorik atau alfatorik biasanya berupa
18
suara yang menghina atau menuduh, atau bau kotoran.Retardasi psikomotor yang berat dapat menuju
pada stupor.

3.6 Tatalaksana

Berbagai obat dan teknik psikoterapi telah dikembangkan untuk memulihkan


penderita depresi.Pada sebagian besar kasus, pengobatan penderita depresi akan paling efektif
dengan mengkombinasikan pemberian obat-obatan oleh psikiater dengan pemberian
psikoterapi oleh psikolog.5
Semua pasien depresi harus mendapatkan psikoterapi dan beberapa memerlukan
tambahan terapi fisik. Kebutuhan terapi khusus bergantung pada diagnosis, berat penyakit,
umur pasien, dan respon terhadap terapi sebelumnya. Bila seseorang menderita depresi berat,
maka diperlukan seorang yang dekat dan yang dipercayainya untuk membantunya selama
menjalani pemeriksaan dan pengobatan depresi tersebut.Kadang seorang penderita depresi
berat perlu rawat inap di rumah sakit, kadang cukup dengan pengobatan rawat jalan.5,6

1. Terapi psikologik.
Psikoterapi suportif selalu diindikasikan. Berikan kehangatan, empati, pengertian, dan
optimistik. Bantu pasien mengindentifikasi dan mengekspresikan hal-hal yang membuatnya
prihatin dan melontarkannya. Identifikasi faktor pencetus dan bantulah untuk mengoreksinya.
Bantulah memecahkan problem eksternal (misal pekerjaan) arahkan pasien terutama selama
episode akut dan bila pasien tidak aktif bergerak.
Terapi kognitif-perilaku dapat sangat bermanfaat pada pasien depresi ringan dan
sedang. Diyakini oleh sebagian orang “ketidak berdayaan yang dipelajari”, depresi diterapi
dengan memberikan pasien latihan keterampilan dan memberikan pengalaman-pengalaman
sukses. Dari perpektif kognitif pasien dilatih untuk mengenal dan menghilangkan pikiran-
pikiran negatif dan harapan-harapan negatif. Terapi ini mencegah kekambuhan.6

2. Terapi Fisik
Pada farmakoterapi digunakan obat anti depresan, dimana anti depresan dibagi dalam
beberapa golongan yaitu :
Golongan trisiklik, seperti : amitryptylin, imipramine, clomipramine dan opipramol.
Golongan tetrasiklik, seperti : maproptiline, mianserin dan amoxapine.
19
Golongan MAOI-Reversibel (RIMA, Reversibel Inhibitor of Mono Amine Oxsidase-A),
seperti : moclobemide.
Golongan atipikal, seperti : trazodone, tianeptine dan mirtazepine.
Golongan SSRI (Selective Serotonin Re-Uptake Inhibitor), seperti : sertraline, paroxetine,
fluvoxamine, fluxetine dan citalopram.

Dalam pengaturan dosis perlu mempertimbangkan onset efek primer (efek klinis)
sekitar 2-4 minggu, efek sekunder (efek samping) sekitar 12-24 jam serta waktu paruh sekitar
12-48 jam (pemberian 1-2 kali perhari). 3

Efek Samping obat anti depresi adalah:5


 Tricyclic antidepressants.
Obat-obatan yang termasuk kedalam kelompok ini (misal Amitryptiline) sudah dipakai
bertahun tahun dan telah terbukti tidak kalah manjur dibandingkan dengan obat anti depresi yang
lebih baru.Hanya saja, karena banyaknya dan lebih kerasnya efek samping obat, maka obat tricyclic
antidepressant biasanya tidak diberikan sebelum obat jenis SSRI dicoba dan tidak berhasil mengobati
depresi. Efek samping obat ini antara lain: penglihatan kabur, mulut kering, gangguan buang air besar
dan gangguan kencing, detak jantung cepat dan bingung. Obat jenis ini juga sering menyebabkan
penambahan berat badan.5

 Tetracyclic.
Obat-obatan yang termasuk kedalam kelompok ini misalnya Maproptiline (Ludiomil)
efek sampingnya seperti TCA; efek samping otonomik, kardiologik relatif lebih kecil, efek
sedasi lebih kuat diberikan pada pasien yang kondisinya kurang tahan terhadap efek
otonomik dan kardiologik (usia lanjut) dan sindrom depresi dengan gejala anxietas dan
insomnia yang menonjol.6

 Selective serotonine reuptake inhibitors (SSRI).


Banyak dokter yang memulai pengobatan depresi dengan SSRI.Efek samping yang
paling sering adalah menurunnya dorongan seksual dan sulitnya mencapai orgasme.Berbagai
efek samping lainnya biasanya menghilang sejalan dengan penyesuaian tubuh terhadap obat-
obatan tersebut.Beberapa efek samping SSRI yang sering adalah: sakit kepala, sulit tidur,
gangguan pencernaan, dan resah/ gelisah.5

20
 Monoamine oxidase inhibitors (MAOIs).
Obat obatan dalam kelompok ini biasanya merupakan pilihan terakhir bila obat dari kelompok
lain sudah tidak mempan mengobati depresi. Obat obatan dalam kelompok ini bisa menimbulkan efek
samping yang serius, bahkan bisa menyebabkan kematian.Obat MAOIs memerlukan diet ketat karena
bila berinteraksi dengan makanan seperti keju, acar mentimun (pickles) dan anggur, serta obat anti
pilek (decongestant) dapat berakibat fatal.Selegiline (Emsam) merupakan obat jenis terbaru dalam
kelompok ini yang memakainya tidak dengan diminum, cukup dengan ditempelkan di kulit. Obat
selegiline mempunyai lebih sedikit efek samping dibandingkan dengan obat MAOIs lainnya.5

 Atypical antidepressant
Merupakan obat anti depresi yang tidak bisa dimasukkan kedalam kelompok obat
lainnya.Pada beberapa kasus, obat tersebut dikombinasikan untuk mengurangi efeknya terhadap
tidur.Obat terbaru dalam kategori ini adalah vilazodone (Vibryd).Obat vilazidone mempunyai efek
samping kecil terhadap dorongan seksual. Beberapa efek samping dari vilazodone yang sering muncul
adalah: mual, muntah, mencret dan sulit tidur.5

Obat obatan lainnya. Dokter mungkin mengobati depresi dengan obat obat lainnya, misalnya
dengan obat stimulant, obat untuk menstabilkan suasana hati (mood), obat anti cemas/ anxiety, dan
obat anti psikotik.Pada beberapa kasus, dokter mungkin mengkombinasikan beberapa obat agar
dihasilkan efek yang optimal.Strategi ini dikenal sebagai augmentation (penguatan/ tambahan).5

3. Terapi Elektokonvulsif
Terapi Elektokonvulsif (ECT) digunakan untuk mengatasi depresi berat, terutama
pada penderita :7
a. Gangguan jiwa psikotik
b. Yang mengancam akan bunuh diri
c. Yang dapat memperberat penyakitnya, misal tidak mau makan
Terapi ini biasanya sangat efektif dan bisa segera meringankan depresi.Teknik terapi ini
adalah dengan memasang elektroda dikulit kepala, lalu diberi aliran listrik untuk merangsang
peningkatan arus listrik didalam otak.Efek kejang yang timbul dapat membuat depresinya berkurang,
kemungkinan kejang buatan ini memutus atau mengacaukan sambungan aliran impuls depresi
diotak.ECT bisa menyebakan hilangnya ingatan untuk sementara waktu. Pengobatan denga ECT
dilakukan sebanyak 5-7 kali, aliran listrik bisa menimbulkan efek kontraksi otot dan nyeri, karena itu
penderita dibius total selama pengobatan ECT.7

21
22
DAFTAR PUSTAKA

1. Sadock BJ and Sadock VA. Gangguan Mood/ Suasana Perasaan. Dalam: Kaplan &
Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis. Edisi 2, editor:Muttaqin H and Elseria RN. Jakarta:
EGC; 2010. p.189-229
2. Kaplan HI, BJ Sadock, JA Grebb. Sinopsis Psikiatri. Jilid 1, Jakarta Barat: Bina Rupa
Aksara,2012. Hal : 813-816
3. Maslim, Rusdi, Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas dari PPDGJ III,
2003 Jakarta.
4. Jiwo T. Pusat Pemulihan dan Pelatihan Penderita GangguanJiwa. Available From URL:
http://www.tirtojiwo.seri-depresi.pdf.com
5. Tomb DA, Buku Saku Psikiatri.Edisi 6, Cetakan 1. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC, 2004. Hal : 47-63
6. Junaldi I. Anomali Jiwa. Dalam : Gangguan Kecemasan. Edisi 1. Yogyakarta:Percetakan
Andi, 2012. Hal:124-141

23

Anda mungkin juga menyukai