IDENTITAS PASIEN
Nama :Ny. S
Usia :47 tahun
Jenis Kelamin :Perempuan
Alamat :Sangen RT 03/08, Candirejo, Borodur, Magelang
Suku : Jawa
Agama : Islam
Pendidikan : Tamat SMA
Pekerjaan : Buka warung
Status Pernikahan : Menikah
Tanggal Masuk RS : 04 November 2014
1
C. Riwayat Penyakit Dahulu
1. Riwayat Psikiatri
Pasien pernah mengalami keluhan yang sama 20 tahun yang lalu. Saat
20 tahun yang lalu pasien pernah mengalami keguguran pada kehamilan
pertamanya dan harus dikuret. Setelah dikuret, pasien merasa perutnya terus
menerus nyeri. Hal inilah yang membuat pasien cemas dan berpikir bahwa
dirinya akan segera meninggal karena sakit di perutnya tidak kunjung sembuh.
2. Medis umum
Riwayat trauma kepala (-), kejang (-), tekanandarah tinggi (-), DM (-), asma(-)
3. NAPZA dan merokok
Pasien tidak menggunakan NAPZA dan tidak merokok
F. Riwayat Keluarga
: Pasien
: Meninggal
…… : Tinggal serumah
: Wanita
: laki-laki
3
G. Riwayat psikoseksual
Pasien menyadari bahwa dirinya wanita, berpakaian dan bertingkah laku sesuai jenis
kelamin.
H. Riwayat mimpi dan fantasi
Pasien tidak pernah mimpi yang sama dan berulang.
5
4. Kepala ( mata dan THT )
Kepala : Normocephali
Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
Hidung : Kavum nasi lapang/lapang, sekret -/-
Telinga : Normotia/normotia, sekret -/-
Mulut : Sianosis (-)
Tenggorokan : Faring hiperemis (-)
Leher : Pembesaran KGB (-)
5. Thorax
a. Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis teraba di ICS 5-6
Auskultasi : Suara jantung I/II reguler, murmur (-), gallop (-)
b. Paru
Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris
Palpasi : Vokal fremitus kanan=kiri
Perkusi : Sonor kanan=kiri
Auskultasi : Bunyi nafas dasar vesikuler
6. Abdomen
Inspeksi : Perut tampak datar
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-)
Perkusi : Timpani
7. Urogenital : Dalam batas normal
8. Ekstremitas :
Superior Inferior
Oedem -/- -/-
Sianosis -/- -/-
Akral hangat/ hangat hangat/hangat
Cappilary refill test <2detik <2 detik
Deformitas -/- -/-
6
B. Pemeriksaan Neurologis :
1. Kaku kuduk : Tidak ditemukan
2. Saraf kranialis I - XII : Tidak ada penemuan bermakna
3. Motorik :
Motorik Superior Inferior
Gerakan N/N N/N
Kekuatan 5/5 5/5
Tonus N/N N/N
Trofi E/E E/E
V. Resume
Telah dilakukan pemeriksaan terhadap Ny. S, agama Islam, usia 47 tahun, dengan
status menikah, pekerjaan wiraswasta yang beralamat di Sangen 03/08 Candirejo
Borobudur. Pasien datang ke RSJS Magelang diantar oleh temannya yang berprofesi yang
sebagai perawat di RSJS. Pasien memutuskan untuk menerima saran berobat kepsikiatri
setelah melakukan 4 kali pengobatan yang tidak kunjung sembuh. Awalnya pasien
terkena vertigo semenjak itu pasien selalu merasa was-was dan selalu timbul pertanyaan
apakah dirinya akan meninggal. Saat memikirkan hal ini, pasien selalu merasa cemas
dan berdebar-debar, dan seluruh badan terasa nyeri. Pasien merasakan hal ini setelah
vertigonya muncul kemudian timbul pertanyaan-pertanyaan tentang kematian dan
ketakutan bahwa dirinya akan mati.
Kejadian seperti ini pernah dialami oleh pasien 20 tahun yang lalu setelah pasien
mengalami keguguran anak pertama, setelah pasien dikuret pasien sering mengalami sakit
sepeti ISK dan merasa tidak kunjung sembuh setelah itu pasien menjadi berpikir bahwa
dirinya akan mati. Pasien berhenti bekerja karena selalu merasa cepat lelah dan tidak
bersemangat dalam menjalankan aktivitas, tidak ada pandangan masa depan dan mudah
lelah serta nafsu makan pasien berkurang. Pasien mengatakan sulit untuk tidur. Pasien
7
juga mengeluh nafsu makannya berkurang. Tidakada riwayat gangguan jiwa dalam
keluarga pasien.
Pemeriksaan fisik di dapatkan keadaan umum kesan gizi cukup, kesadaran
compos mentis (GCS 15), tekanan darah 110/ 70 mmHg, nadi80 x/menit,
pernafasan20x/menit, suhu(afebris).Pemeriksaan status mental didapatkan mood euthimik,
afek appropiate, bentuk pikir realistik, arus pikir kohern, jawaban relevan, tilikan true
insight.
Bila ada gejala penting (misalnyaa agitasi atau retardasi psikomotor) yang
mencolok, maka pasien mungkin tidak mau atau tidak mampu untuk Tidak
melaporkan banyak gejalanya secara rinci. terpenuhi
Dalam hal demikian, penilaian secara menyeluruh terhadap episode
depresif berat masih dapat dibenarkan
V. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
AKSIS I : F 32.2 Episode Depresi berat tanpa Gejala Psikotik
AKSIS II : Z 03.2tidak ada diagnosis
AKSIS III : Tidak ada (none)
AKSIS IV : Masalah psikososial dan lingkungan lain
AKSIS V : GAF : 80-71
VI. TERAPI
a. Psikofarmaka
Antidepresan
Fluoxetin 20 mg 1 x 1
Anti anxietas
Clobazam 10 mg 1x1
9
b. Non farmakoterapi
Edukasikeluarga
Menjelaskan tentang penyakit pasien kepada keluarga, perjalanan
penyakit dan prognosisnya.
Menasihati keluarga untuk memberikan dukungan moral kepada
pasien.
Menasihati keluarga untuk memahami cara berpikir pasien.
Menasihati keluarga agar mengawasi pasien ketika minum obat dan
membawa pasien control tepat waktu.
VII. PROGNOSIS
10
Gambar 1. Rumah tampak depan
11
Gambar 3. Ruang tamu pasien
12
TINJAUAN PUSTAKA
Depresi merupakan salah satu gangguan mood. Gangguan mood dianggap sebagai sindrom,
yang terdiri atas sekelompok tanda dan gejala bertahan selama berminggu- minggu, berbulan-bulan
yang menunjukkan penyimpangan nyata fungsi habitual seseorang serta kecenderungan untuk
kambuh, sering dalam bentu periodik atau siklik.1 Pasien dengan mood terdepresi (yaitu, depresi)
merasakan hilangnya energi dan minat, perasan bersalah, sulit berkonsentrasi, hilang nafsu makan,
dan pikiran tentang kematian atau bunuh diri.2
Episode depresi berat harus harus ada setidaknya 2 minggu dan seseorang yang didiagnosis
memiliki episode depresif berat terutama juga harus mengalami empat gejala dari daftar yang
mencakup perubahan berat badan dan nafsu makan, perubahan tidur dan aktivitas, tidak ada energi,
rasa bersalah, masalah da;a, berpikir dan membuat keputusan, serta pikiran berulang mengenai
kematian dan bunuh diri.1
2.2 Epidemiologi
Gangguan depresif berat adalah suat gangguan yang sering, dengan prevalensi seumur hidup
adalah kira-kira 15 persen, kemungkinan setinggi 25 persen pada wanita. Prevalensi gangguan
depresif pada wanita dua kali lebih besar dibandingkan laki-laki.2 Alasan perbedaan ini yang telah di
hipotesiskan antara lain perbedaan hormonal, pengaruh kelahiran anak, stressor psikososial yang
berbeda antara laki-laki dan perempuan, serta model perilaku ketergantungan yang dipelajari.1
Rata-rata usia onset untuk gangguan depresi berat kira-kira 40 tahun, 50 % dari semua pasien
mempunyai onset antara 20 dan 50 tahun.2 Beberapa data epidemiologi baru-baru ini menyatakan
bahwa insidensi gangguan depresi berat mungkin meningkat pada orang-orang yang berusia kurang
dari 20 tahun. Jika pengamatan tersebut benar, mungkin berhubungan dengan meningkatnya
penggunaan alkohol dan zat-zat lain pada kelompok usia tersebut.2Pada umumnya gangguan depresi
berat terjadi paling sering pada orang tua yang tidak memiliki hubungan interpersonal yang erat atau
berpisah. 1,2
Hipotesis yang paling konsisten mengenai gangguan mood ini berhubungan dengan
disregulasi heterogen pada amin biogenik. Norepinefrin dan serotonin adalah dua neurotransmitter
yang paling terlibat dalam patofisiologi dalam gangguan mood.3
Penurunan regulasi reseptor beta adrenergic dan respon klinik antidepresan mungkin
merupakan peran langsung system noradrenergik dalam depresi. Bukti lain yang melibatkan reseptor
2-presinaptik pada depresi, telah mengaktifkan reseptor yang mengakibatkan pengurangan jumlah
pelepasan norepinefrin. Reseptor 2-presinaptik juga terletak pada neuron serotonergic dan mengatur
pelepasan serotonin.3
Faktor genetik
Genetik merupakan faktor penting dalam perkembangan gangguan mood, tetapi jalur
penurunan sangat kompleks. Tidak hanya sulit untuk mengabaikan efek psikososial, tetapi juga, factor
nongenetik kemungkinan juga berperan sebagai penyebab berkembangnya gangguan mood setidak-
tidaknya pada beberapa orang.3
Penelitian menunjukkan anak biologis dari orang tua yang terkena gangguan mood berisiko
mengalami gangguan mood walaupun anak tersebut dibesarkan oleh keluarga angkat. Penelitian pada
anak kembar menunjukkan anak kembar monozigot lebih besar kemungkinan mengalami gangguan
depresi daripada anak kembar dizigot.3
Faktor Psikososial
Peristiwa kehidupan dan stress lingkungan, suatu pengamatan klinis yang telah lama
direplikasi bahwa peristiwa kehidupan yang menyebabkan stress lebih sering mendahului
episode pertama gangguan mood daripada episode selanjutnya, hubungan tersebut telah
dilaporkan untuk pasien dengan gangguan depresi berat.2
14
Data yang paling mendukung menyatakan bahwa peristiwa kehidupan paling
berhubungan dengan perkembangan depresi selanjutnya adalah kehilangan orang tua sebelum
usia 11 tahun. Stressor lingkungan yang paling berhubungan dengan onset satu episode
depresi adalah kehilangan pasangan.2
Beberapa artikel teoritik dan dari banyak laporan, mempermasalahkan hubungan
fungsi keluarga dan onset dalam perjalanan gangguan depresi berat. Selain itu, derajat
psikopatologi didalam keluarga mungkin mempengaruhi kecepatan pemulihan, kembalinya
gejala dan penyesuaian pasca pemulihan.2
Mood terdepresi, kehilangan minat dan berkurangnya energy adalah gejala utama dari
depresi.Pasien mungkin mengatakan perasaannya sedih, tidak mempunyai harapan, dicampakkan, dan
tidak berharga. Emosi pada mood depresi kualitasnya berbeda dengan emosi duka cita atau kesedihan
yang normal.3
Pikiran untuk melakukan bunuh diri dapat timbul pada sekitar dua pertiga pasien depresi, dan
10 sampai 15 persen diantaranya melakukan bunuh diri.Mereka yang dirawat di rumah sakit dengan
percobaan bunuh diri mempunyai umur hidup lebih panjang dibandingkan yang tidak dirawat.
Beberapa pasien depresi terkadang tidak menyadiari ia mengalami depresi dan tidak mengeluh tentang
gangguan mood meskipun mereka menarik diri dari keluarga, teman dan aktivitas yang sebelumnya
menarik bagi dirinya.3
Hampir semua pasien depresi (97%) mengeluh tentang penurunan energi dimana mereka
mengalami kesulitan menyelesaikan tugas, mengalami hendaya di sekolah dan pekerjaan, dan
meurunnya motivasi untuk terlibat dalam kegiatan baru.Sekitar 80 persen pasien mengeluh masalah
tidur, khususnya terjada dini hari (terminal insomsia) dan sering terbangun di malam hari karena
memikirkan masalah yang dihadapi. Kebanyakan pasien menunjukkan peningkatan atau penurunan
nafsu makan demikian pula dengan bertambah dan menurunnya berat badannya serta mengalami tidur
lebih lama dari biasanya.3
Kecemasan adalah gejala tersering dari depresi dan menyerang 90 persen pasien depresi.
Berbagai perubahan asupan makanan dan istirahat dapat menyebabkan timbulnya penyakit lain secara
bersamaa, seperti diabetes, hipertensi, penyakit paru obstruksi kronik, dan penyakit jantung. Gejala
lain termasuk haid yang tidak normal dan meurunnya minat serta aktivitas seksual.3
Banyak pasien terdepresi menunjukkan suatu kecepatn dan volume bicara yang menurun,
berespons terhadap pertanyaan dengan kata tunggal dan menunjukkan respons yang melambat
terhadapt pertanyaan. Secara sederhana, pemeriksa mungkin harus menunggu dua atau tiga menit
untuk mendapatkan suatu respons terhadap suatu pertanyaan.2
Pasien terdepresi dengan waham atau halusinasi dikatakan menderita episode depresif berat
dengan ciri psikotik.Waham atau halusinasi yang sesuai dengan mood terdepresi dikatan sesuai mood
(mood-congruent).Waham sesuai mood pada seorang pasien terdepresi adalah waham bersalah,
memalukan, tidak berguna, kemiskinan, kegagalan, kejar dan penyakit somatic terminal (sevagai
contoh, kanker dan otak “yang membusuk”).Isi waham atau halusinasi yang tidak sesuai mood (mood-
incongruent) adalah tidak sesuai dengan mood terdepresi. Pasien depresi juga memiliki pandangan
negatif tentang dunia dan dirinya sendiri.2
3.5 Diagnosis
Skala penilaian objektif untuk depresi dapat berguna dalam praktik klinis untuk mendapatkan
dokumentasi keadaan klinis pada pasien terdepresi. Zung Self-Rating Depression Scale adalah skala
pelaporan yang terdiri dari 20 pertanyaan. Skor normal adalah 34 atau kurang, skor terdepresi adalah
50 atau lebih. Skala memberikan petunjuk global tentang kekuatan (intensitas) gejala depresi pasien,
termasuk ekspresi afektif dari depresi.3
Raskin Depression Scale adalah skala yang dinilai oleh dokter yang mengukur keparahan
depresi pasien, seperti yang dilaporkan oleh pasien dan seperti yang diamati oleh dokter, pada skala
lima angka dari tiga dimensiL laporan verbal, pengungkapan perliaku, dan gejala sekunder. Skala ini
memiliki rentang 3 sampai 13: normal adalah 3, dan terdepresi adalh 7 atau lebih.2
Hamilton Rating Scale for Depression (HAM-D) adalah skala depresif yang digunakan secara
luas yang memiliki sampai 24 nomor, masing-masingnya memiliki nilai 0 sampai 4 atau 0 sampai 2,
dengan skor total ada;h 0 sampai 76. Penilaian diturunkan dari suatu wawancara klinis dengan pasien.
16
Klinisi menilai jawaban pasien terhadap pertanyaan tentang perasaan bersalah, bunuh diri,
kebiasaantidur, dan gejala depresi lainnya.2
o afek depresif
• Gejala lainnya:
o tidur terganggu
Episode depresif biasanya harus berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu, akan tetapi jika gejala
amat berat dan beronset sangat cepat, maka masih dibenarkan untuk menegakkan diagnosis dalam
kurun waktu dari 2 minggu.
(1) Sekurang-kurangnya harus ada 2 dan 3 gejala utama depresi seperti tersebut di atas
(4) Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang biasa dilakukannya.
(4) Menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan, dan urusanrumah
tangga.
Episode Depresif Berat dengan Tanpa Gejala Psikotik menurut PPDGJ III :
(2) Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya dan beberapa diantaranya harus
berintensitas berat
(3) Bila ada gejala penting (misalnya retardasi psikomotor) yang menyolok, maka pasien
mungkin tidak mau atau tidak mampu untuk melaporkan banyak gejalanya secara rinci. Dalam
hal demikian, penilaian secara menyeluruh terhadap episode depresi berat masih dapat
dibenarkan.
(4) Sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan atau urusan
rumah tangga, kecuali pada taraf yang sangat terbatas.
Episode depresi berat yang memenuhi kriteria menurut No. 3 di atas (F.32.2) tersebut di atas,
disertai waham, halusinasi atau stupor depresi.
Waham biasanya melibatkan ide tentang dosa, kemiskinan atau malapetaka yang mengancam
dan pasien merasa bertanggung jawab atas hal itu. Halusinasi auditorik atau alfatorik biasanya berupa
18
suara yang menghina atau menuduh, atau bau kotoran.Retardasi psikomotor yang berat dapat menuju
pada stupor.
3.6 Tatalaksana
1. Terapi psikologik.
Psikoterapi suportif selalu diindikasikan. Berikan kehangatan, empati, pengertian, dan
optimistik. Bantu pasien mengindentifikasi dan mengekspresikan hal-hal yang membuatnya
prihatin dan melontarkannya. Identifikasi faktor pencetus dan bantulah untuk mengoreksinya.
Bantulah memecahkan problem eksternal (misal pekerjaan) arahkan pasien terutama selama
episode akut dan bila pasien tidak aktif bergerak.
Terapi kognitif-perilaku dapat sangat bermanfaat pada pasien depresi ringan dan
sedang. Diyakini oleh sebagian orang “ketidak berdayaan yang dipelajari”, depresi diterapi
dengan memberikan pasien latihan keterampilan dan memberikan pengalaman-pengalaman
sukses. Dari perpektif kognitif pasien dilatih untuk mengenal dan menghilangkan pikiran-
pikiran negatif dan harapan-harapan negatif. Terapi ini mencegah kekambuhan.6
2. Terapi Fisik
Pada farmakoterapi digunakan obat anti depresan, dimana anti depresan dibagi dalam
beberapa golongan yaitu :
Golongan trisiklik, seperti : amitryptylin, imipramine, clomipramine dan opipramol.
Golongan tetrasiklik, seperti : maproptiline, mianserin dan amoxapine.
19
Golongan MAOI-Reversibel (RIMA, Reversibel Inhibitor of Mono Amine Oxsidase-A),
seperti : moclobemide.
Golongan atipikal, seperti : trazodone, tianeptine dan mirtazepine.
Golongan SSRI (Selective Serotonin Re-Uptake Inhibitor), seperti : sertraline, paroxetine,
fluvoxamine, fluxetine dan citalopram.
Dalam pengaturan dosis perlu mempertimbangkan onset efek primer (efek klinis)
sekitar 2-4 minggu, efek sekunder (efek samping) sekitar 12-24 jam serta waktu paruh sekitar
12-48 jam (pemberian 1-2 kali perhari). 3
Tetracyclic.
Obat-obatan yang termasuk kedalam kelompok ini misalnya Maproptiline (Ludiomil)
efek sampingnya seperti TCA; efek samping otonomik, kardiologik relatif lebih kecil, efek
sedasi lebih kuat diberikan pada pasien yang kondisinya kurang tahan terhadap efek
otonomik dan kardiologik (usia lanjut) dan sindrom depresi dengan gejala anxietas dan
insomnia yang menonjol.6
20
Monoamine oxidase inhibitors (MAOIs).
Obat obatan dalam kelompok ini biasanya merupakan pilihan terakhir bila obat dari kelompok
lain sudah tidak mempan mengobati depresi. Obat obatan dalam kelompok ini bisa menimbulkan efek
samping yang serius, bahkan bisa menyebabkan kematian.Obat MAOIs memerlukan diet ketat karena
bila berinteraksi dengan makanan seperti keju, acar mentimun (pickles) dan anggur, serta obat anti
pilek (decongestant) dapat berakibat fatal.Selegiline (Emsam) merupakan obat jenis terbaru dalam
kelompok ini yang memakainya tidak dengan diminum, cukup dengan ditempelkan di kulit. Obat
selegiline mempunyai lebih sedikit efek samping dibandingkan dengan obat MAOIs lainnya.5
Atypical antidepressant
Merupakan obat anti depresi yang tidak bisa dimasukkan kedalam kelompok obat
lainnya.Pada beberapa kasus, obat tersebut dikombinasikan untuk mengurangi efeknya terhadap
tidur.Obat terbaru dalam kategori ini adalah vilazodone (Vibryd).Obat vilazidone mempunyai efek
samping kecil terhadap dorongan seksual. Beberapa efek samping dari vilazodone yang sering muncul
adalah: mual, muntah, mencret dan sulit tidur.5
Obat obatan lainnya. Dokter mungkin mengobati depresi dengan obat obat lainnya, misalnya
dengan obat stimulant, obat untuk menstabilkan suasana hati (mood), obat anti cemas/ anxiety, dan
obat anti psikotik.Pada beberapa kasus, dokter mungkin mengkombinasikan beberapa obat agar
dihasilkan efek yang optimal.Strategi ini dikenal sebagai augmentation (penguatan/ tambahan).5
3. Terapi Elektokonvulsif
Terapi Elektokonvulsif (ECT) digunakan untuk mengatasi depresi berat, terutama
pada penderita :7
a. Gangguan jiwa psikotik
b. Yang mengancam akan bunuh diri
c. Yang dapat memperberat penyakitnya, misal tidak mau makan
Terapi ini biasanya sangat efektif dan bisa segera meringankan depresi.Teknik terapi ini
adalah dengan memasang elektroda dikulit kepala, lalu diberi aliran listrik untuk merangsang
peningkatan arus listrik didalam otak.Efek kejang yang timbul dapat membuat depresinya berkurang,
kemungkinan kejang buatan ini memutus atau mengacaukan sambungan aliran impuls depresi
diotak.ECT bisa menyebakan hilangnya ingatan untuk sementara waktu. Pengobatan denga ECT
dilakukan sebanyak 5-7 kali, aliran listrik bisa menimbulkan efek kontraksi otot dan nyeri, karena itu
penderita dibius total selama pengobatan ECT.7
21
22
DAFTAR PUSTAKA
1. Sadock BJ and Sadock VA. Gangguan Mood/ Suasana Perasaan. Dalam: Kaplan &
Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis. Edisi 2, editor:Muttaqin H and Elseria RN. Jakarta:
EGC; 2010. p.189-229
2. Kaplan HI, BJ Sadock, JA Grebb. Sinopsis Psikiatri. Jilid 1, Jakarta Barat: Bina Rupa
Aksara,2012. Hal : 813-816
3. Maslim, Rusdi, Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas dari PPDGJ III,
2003 Jakarta.
4. Jiwo T. Pusat Pemulihan dan Pelatihan Penderita GangguanJiwa. Available From URL:
http://www.tirtojiwo.seri-depresi.pdf.com
5. Tomb DA, Buku Saku Psikiatri.Edisi 6, Cetakan 1. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC, 2004. Hal : 47-63
6. Junaldi I. Anomali Jiwa. Dalam : Gangguan Kecemasan. Edisi 1. Yogyakarta:Percetakan
Andi, 2012. Hal:124-141
23