Oleh:
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Page 1
pengelasan pipa dan pengelasan lainnya.
1.2 TujuanPenelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbandingan antara benda kerja
yang diberi proses pendinginan dengan benda kerja yang tidak diberi proses
pendinginan terhadap kwalitas produk hasil Friction Stir Welding (FSW) dengan
menggunakan uji tarik.
Page 2
baik. Bab I Pendahuluan dimana bab ini menjelaskan latar belakang yang
melandasi penulisan skripsi, rumusan masalah tujuan penulisan, batasan masalah,
metodologi penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II Tinjauan Pustaka dimana
bab ini berisi tentang teori-teori yang mendasari penelitian ini. Dasar teori ini
meliputi dasar teori friction stir welding, pengujian mekanik, dan analisis hasil
percobaan FSW. Dasar teori yang ada dikutip dari beberapa buku dan referensi
lain yang mendukung dalam penulisan ini. Bab III Metode Penelitian dimana bab
ini menjelaskan tentang alat pengujian yang digunakan, metode persiapan,
metode pengambilan data, dan metode pengujian yang dilakukan. Bab IV Hasil
Penelitian dan Pembahasan bab ini berisikan data-data dari hasil yang diperoleh
dari proses pengambilan data dan pengujian. Bab V Kesimpulan dimana bab ini
berisikan kesimpulan dari hasil data pengujian serta analisis pengujian dan saran
yang diberikan untuk percobaan penelitian selanjutnya.
Page 3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengelasan
Page 4
yang tidak dikonsumsi. Pengelasan dengan elektroda yang dikonsumsi
antara lain:
Page 5
d) Beam welding merupakan kelompok pengelasan yang menggunakan
sinar untuk mencairkan benda kerja. Beam welding terdiri dari dua jenis,
yaitu:
Page 6
d) Ultrasonic welding (USW) merupakan proses pengelasan di mana
kedua benda kerja saling menekan satu sama lain dengan tekanan yang
ringan. Permukaan kedua benda kerja yang saling bertemu selanjutnya
digerakkan bolak-balik sejajar dengan permukaan kontak kedua benda kerja.
Gerakan bolak-balik tersebut menggunakan frekuensiultrasonic. Kombinasi
gaya normal dan getaran (gerakan bolak-balik) tersebut menghasilkan
tegangan geser yang melepas lapisan tipis pada kedua permukaan benda
kerja. Pelepasan tersebut menghasilkan ikatan atomic pada permukaan
kedua benda kerja.
Page 7
2.2 Friction Stir Welding (FSW)
Gesekan panas (frictional Head) pada FSW dihasilkan oleh gesekan antar
probe dan shoulder dari welding tool dengan material benda kerja. Panas ini
bersama dengan panas yang dihasilakan dari proses pengadukan mekanik
(mechanical mixing) akan menyebabkan material yang diaduk akan melunak
tanpa melewati titik leburnya (melting point) akan menyebabkan material yang
diaduk akan melunak tanpa melewati titik leburnya (melting point), hal inilah
yang memungkinkan tool pengelasan bisa bergerak sepanjang jalur pengelasan,
permukaan depan pinakan memberikan gaya dorong plastis terhadap material ke
arah belakang pin sambil memberikan gaya tempa yang kuat untuk
mengkonsolidasikan logam las.
Page 8
Part yang akan dilas harus dicekam dengan baik dan ditempatkan diatas
backing plat sehingga beban yang diberikan pada tool dan diteruskan ke benda
kerja tidak menyebabkan bagian bawah plat yang dilas terdeformasi.
Panas yang terjadi membuat material yang ada di sekitar pin menjadi
melunak dan akibat adanya gerak rotasi dan translasi dari tool material yang ada
di depan pin bergerak ke belakang pin dan ini terjadi terus menerus selama gerak
translasi berlangsung dan menghasilkan sambungan yang diinginkan.
Akibat adanya panas yang terjadi, maka terjadi peubahan struktur mikro
pada area yang di las, dan dapat dibagi menjadi 4 zona yaitu pada gambar 2.3
Page 9
mendeformasi material secara plastis dan tentunya panas yang dihasilkan
pada saat proses pengelasan juga membawa pengaruh terhadap material.
Pada material aluminium panas tersebut memungkinakan untuk
menghasilkan regangan plastis tanpa adanya proses rekristalisasi. Dan
biasanya ada batas yang jelas yang membedakan antara area rekristalisasi
(weld nugget) dan area TMAZ yangterdeformasi.
4. Weld Nugget, adalah area yang secara utuh mengalami rekristalisasi atau
terkadang disebut juga Stir Zone. Area ini merupakan area yang
menghasilkan sambungan akibat gerakan tool [3].
1. Dwell Time, Pada langkah proses pemanasan awal dilakukan pada benda
kerja dengan cara membiarkan tool berputar tanpa gerak translasi
(stationery). Pada langkah ini material yang ada dibawah tool
dipanaskanhingga benar benarmelunakdantoolsiapuntukbergerak
translasi sepanjang joint line. Biasanya pada langkah ini juga proses
penetrasi pin/nib dimulai.
Page 10
2.2.3. Depth Of Weld dan Kemiringan Tool
2.2.4. DesainTool
Hal pertama yang harus diperhatikan pada saat merancang tool yang akan
digunakan adalah pemilihan material yang akan digunakan, beberapa karakter
material yang harus dipenuhi oleh sebuah tool adalah :
Page 11
6. Thermal expansionrendah
Hal yang kedua adalah bentuk dari shoulder dan pin dari tool, dua bagian
utama dari sebuah tool yang digunakan dalam FSW adalah shoulder bagian ini
adalah bagian yangmembangunpanasdengan gesekan yang dilakukannya terhadap
benda kerja, bagian ini juga yang menjadi penahan material panas yang ada di
bawahnya. Disamping itu bagian ini pun yang memberikan gaya vertikal ke arah
benda kerja yang menjaga kondisi contact tool dengan benda kerja.
Page 12
Pin / Nip / Probe, adalah bagian yang melakukan penetrasi ke dalam
benda kerja, dimana bagian dari tool ini adalah bagian yang mengaduk material
atau mengalirkan material yang sudah melunak akibat panas yang dihasilkan
shoulder, sehingga dapat menciptakan suatu sambungan antara dua material.
Dibawah ini gaya-gaya yang tejadi pada proses kerja FSW adalah :
Page 13
d. Torsi dibutuhkan untuk memutarkantool, besarnya tergantungdari downward
force dan nilai koefisien gesek atau flow strength dari material.
Downward force
Travel direction
Traverse force
Lateral force
Gambar 2.7 Gaya-Gaya pada Friction Stir Welding
Dua benda kerja yang dilas pada posisi pertemuan ruas antara bidang
yang bersentuhan, dicekam rigid pada fixture atau ragum. Fixture mencegah
benda kerja berputar dan atau terangkat ketika proses las berlangsung [5]. Tool
pengelasan yang terdiri dari shank, shoulder dan probe berputar dengan kecepatan
dan kemiringan yang telah ditentukan.Tool secara perlahan turun dan masuk ke
dalam ruas pertemuan benda kerja sampai shoulder dari tool menyentuh
permukaan benda kerja dan ujung pin sedekat mungkin dengan backplate.Dwell
time yang singkat dapat membangkitkan panas untuk preheating dan pelunakan
Page 14
material sepanjang garis sambungan.Sampai di akhir pengelasan, tool
ditarik/diangkat ketika tool masih dalam kondisi berputar. Seperti pin yang
ditarik, tool akan meninggalkan lubang (keyhole) di ujung pengelasan. Tool
shoulder yang bersentuhan dengan benda kerja pun meninggalkan bekas semi
circular ripple di jalur pengelasan seperti pada ilustrasi dibawah
1 Workpiece
2 Direction of friction stir toll rotation
3 Friction stir tool
4 Downward movement of friction stir tool
5 Friction stir tool shoulder
6 Pin
7 Advancing side of weld
8 Axial force
9 Direction of welding
10 Upward movement of friction stir tool
11 Exit hole
12 Retreating side of weld
13 Weld face
Page 15
berkurangnya kemampuan (ability) untuk eksekusi proses pengelasan non-linear
dan juga bisa mengurangi kecepatan pengelasan (travel speed weld) [6].
Konsekuensi dari metode FSW adalah adanya lubang (key hole) yang
terjadi diakhir pengelasan. Terlebih lagi untuk pengelasan baja dan material alloy
lainnya, pelubangan awal (pre-drill) berdiameter kecil diperlukan di area butt line
yang bertujuan untuk mengurangi gaya yang terjadi ketika tool berpenetrasi ke
dalam benda kerja. Sangat disarankan adanya finishing dari benda kerja
(pemotongan/milling) pada awal dan akhirsambungan karena strength pada
posisi ini memiliki nilai yang palingrendah dibanding posisi lain. Proses finishing
bisa lakukan dengan menghilangkan benda kerja kira-kira setebal benda kerja atau
lebih.
Page 16
1. Advencing side
2. Retreating side
3. Pin
4. Direction of welding
5. Direction of friction stir tool rotation
Pada sambungan tumpuk, ujung probe dari tool FSW harus menembus
benda kerja bagian atas, dan harus menembussebagian padabenda kerja di
bawahnya. Oleh karena itu, ujung pin tidak perlu sampai mendekati permukaan
bawah benda kerja bagian bawah, karena berbeda dengan butt joint, pada lap joint
sambungan las tidak terfokus pada pembentukan penutupan akar (root closure)
[5]. Namun demikian, kita tetap harus memperhitungkan efek dari faktor
kedalaman penetrasi terhadapmekanikal properties sambungan.Takikan pada
kedua sisi dari sambunganmerupakan bagian potensial dari retakan dan
berpengaruh besar dalam sifat mekanik.Secara umum, biasanya sambungan lap
joint tidak sekuat butt joint yang kekuatannya bisa menggantikan fungsi dari
fasteners.
Distorsi dan tegangan sisa lebih rendah dari pada fusion welding
Page 17
Tidak memerlukan bahan pengisi
FSW dapat digunakan untuk mengelas material alumunium baik satu atau
berbeda series, baja, titanium, tembaga, magnesium alloys, logam paduan dan
komposit matrik logam
Baja VCN 150 (V155) merupakan baja produksi B𝑜̈ hler yang biasanya
digunakan untuk machinery steels. Baja jenis ini merupakan baja karbon sedang
(medium carbon steel). Baja jenis ini memiliki penamaan sesuai standar, nama
lain dari baja jenis ini adalah DIN 34NiCrMo6, NBN 35CrNiMo6, ASSAB 705,
VCN 150, JIS SNCM 439, SS 2441 dan AISI 4340. AISI 4340 adalah baja
paduan nikel krom-molibdenum memiliki hardenability tinggi dan toughness
sertaability pada kekuatan tinggi di kondisi pemanasan. Sementara itu tetap
menghasilkan tahan fatigue yang sangat baik. AISI 4340 memiliki kandungan
karbon umumnya dalam kisaran 0,38-0,43% wt. Hal ini relatif terbebas dari
temper brittle dan mempertahankanmachinabilitybermanfaat untuk kekerasan
yang tinggi.Komposisikimia dan aplikasi, sifat mekanik, temperatur yang dapat
digunakan jenis material ini dapat dilihat pada Tabel 2.2 dan 2.3
Page 18
Tabel 2.3 Komposisi kimia dan aplikasi
DIN C Si Mn P S C Mo Ni Range Of Application
r
34CrNiMo6 0,3 – ≤0,4 0,4 – 0,035 0,038 1,4 0,15 1,4 - Crankshafts, eccentric
0,38 0,7 -1,7 -0,3 1,7 shafts, gear components,
connecting rod
Page 19
Gambar 2.13 Kurva tegangan-regangan rekayasa [6]
1. Kekuatan tarik
𝐹𝑚𝑎𝑘𝑠
𝜎𝑢 = .................................................... (2.3)
𝐴𝑜
Dimana σu adalah tegangan tarik (N/mm2), Fmaks adalah gaya/beban
maksimum (N), Ao adalah luas penampang awal (mm2).Tegangan tarik
merupakan nilai yang sering menjadi patokan sebagai hasil uji tarik, tetapi
kenyataannya nilai tersebut kurang mendasar dalam kaitannya dengan kekuatan
bahan.Untuk logam yang ulet kekuatan tariknya terkait dengan beban maksimum.
2. Kekuatan luluh
Page 20
2.13. Di Amerika Serikat offset biasanya ditetapkan sebagai regangan 0,2 atau 0,1
persen ( e =0,002 atau 0,001). Untuk kekutan luluh dapat dilihat pada Persamaan
2.4.
𝐹𝑜𝑓𝑓𝑠𝑒𝑡
𝜎𝑜𝑓𝑓𝑠𝑒𝑡 = ........................................... (2.4)
𝐴𝑜
Dimana σoffset adalah tegangan luluh (N/mm2), Foffset adalah gaya/beban
luluh (N), dan Ao adalah luas penampang awal (mm2). Cara yang tepat untuk
mengamati kekuatan luluh ofset adalah setelah benda uji diberi pembebanan
sampai 0,2% kekuatan luluh ofset dan saat beban tidak diberikan maka benda uji
akan bertambah panjang 0,1 sampai 0,2 %, lebih panjang dari keadaan semula.
3. Modulus elastisitas
Page 21
merupakan pengurangan luas penampang akibat penarikan saat terjadi proses uji
tarik dengan harga presentase pengurangan penampang. Untuk mengetahui dan
menghitung perpanjangan dan reduksi penampang dapat dilihat pada Persamaan
2.5 dan 2.6.
𝐿1−𝐿0
𝑒𝑓 = 𝑥 100 % ..................................................... (2.5)
𝐿0
𝐴0−𝐴1
𝑞= 𝑥 100 % ..................................................... (2.6)
𝐴0
Teknik Pengelasan
Faktor utama yang menentukan seberapa baguskah mutu pengelasan
yang dilakukan oleh seorangpekerja adalah teknik pengelasan yang
digunakan.Faktor ini menimbulkan pengaruh langsung terhadap hasil dari
pekerjaan las.Beberapa aspek terkait teknik pengelasan ini di antaranya posisi
mengelas, kecepatan mengelas, dan bentuk kampuh sambungan.Tidak hanya
aspek-aspek tadi, ukuran elektrode las serta brander las yang digunakan pun turut
Page 22
andil dalam mempengaruhi seberapa rapi pekerjaan pengelasan yang dilakukan.
Bahan Logam
Sebelum dilas, logam harus dikenai panas terlebih dahulu sampai
meleleh dan wujudnya berubah menjadi lumer. Menariknya sifat logam yang
disambung juga dipengaruhi oleh proses pendinginannya kembali. Jika logam
tersebut didinginkan secara perlahan-lahan, maka sifatnya akan berubah menjadi
kenyal. Sedangkan bila didinginkan secara mendadak dalam waktu yang cukup
cepat, maka karakteristik logam akan menjadi getas.Perubahan kimia yang terjadi
pada logam tadi disebabkan oleh susunan unsur-unsur di dalamnya, khususnya
unsur karbon (C).Hal ini dikarenakan logam yang meleleh pada temperatur tinggi
lebih banyak mengandung gas dibandingkan logam yang meleleh pada suhu
rendah. Akibatnya pengelasan yang keliru akan menimbulkan efek keropos.Guna
mencegah terjadinya pengeroposan, bahan pelindung (fluks) perlu ditambahkan
sewaktu proses pengelasan tengah berlangsung. Usahakan pula supaya
logamlogam yang akan disambung mempunyai titik lebur yang sama. Alhasil,
proses pembuatan sambungan las pun akan menciptakan hasil yang sempurna.
Pengaruh Panas
Page 23
meningkatakan tingkat safety yang lebih tinggi,baik yang berdampak
terhadap humanity maupun terhadap sistem itu sendiri.
Page 24
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Studi Literatur
Persiapan mesin
Proses FSW
Sesuai
Tidak
Standart
Ya
Uji Mekanik
Mulai
Page 25
3.2 Alat dan Bahan
Secara garis besar alat dan material pengujian yang harus disiapkan adalah
benda kerja pengelasan, tool pengelasan, mesin milling beserta asesorisnya.
3.2.1 Alat
Adapun alat yang dipergunakan untuk mendukung terlaksananya
penelitian ini antara lain
<<
Alat pencekan benda kerja pada percobaan ini adalah dengan menggunakan
ragum dan pencekam spesimen. Ragum yang digunakan adalah ragum meja
datar yang berfungsi untuk mencekam pencekam spesimen sedangkan
pencekam spesimen yang berfungsi untuk mencekam spesimen
Page 26
Welding tool sebagai indikator terjadinya panas sehingga panas yang terjadi
menyebabkan benda kerja melunak kemudian menyatu
3.2.2 Bahan
Adapun bahan yang dipergunakan untuk mendukung terlaksananya
penelitian ini yaitu plat alumunium AA 1050 dengan tebal 2 mm
Page 27
3.3.2 Proses Pengelasan
Proses pengelasan yang dilakukan pada pengujian ini menggunakan
mesin milling konvensional
• Proses pengelasan, diberi coolant pada material setelah tool head melewati
meterial yang telah terlas (proses coolant dilakukan saat pengelasan
berlangsung) dan juga tidak diberi coolantpada material saat pengelasan
berlangsung
Page 28
Gambar 3.5 Posisi peletakkan spesimen uji tarik
Adapun dimensi tool head friction stir welding yang dipergunakan adalah
sebagai berikut.
Page 29
DAFTAR PUSTAKA
1. DIN (Deutsche Industrie Norm)
7. http://arafuru.com/sipil/3-faktor-yang-mempengaruhi-kualitas-
pengelasan.html (Dilihat pada tanggal 13 juli 2017)
Page 30