Jumlah Balita yang mencapai 10% dari penduduk Indonesia, menjadikan tumbuh kembang
balita ini sangat penting untuk diperhatikan karena menyangkut kualitas generasi masa depan
bangsa. Beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait ini menurut Depkes (2006), meliputi
gizi yang baik, stimulasi yang memadai dan terjangkaunya pelayanan kesehatan berkualitas
termasuk deteksi dini serta intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang.
Berikut diuraikan beberapa informasi terkait tumbuh kembang balita yang perlu kita ketahui.
Menurut Strathearn et al. (2001) pertumbuhan (growth) secara umum erat kaitannya dengan
masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran, biasa di ukur dalam ukuran berat, panjang,
umur tulang dan keseimbangan metabolic. Pertumbuhan ialah bertambahnya ukuran dan
jumlah sel serta jaringan interseluler, bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh dalam
arti sebagian atau keseluruhan (Depkes, 2006). Pertumbuhan dapat di ukur secara kuantitatif,
yaitu dengan mengukur berat badan, tinggi badan, lingkar kepala dan lingkar lengan atas
terhadap umur, untuk mengetahui pertumbuhan fisik.
Sedangkan pengertian perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang
lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta
sosialisasi dan kemandirian (Depkes, 2006). Menurut Soetjiningsih (1995) perkembangan
(development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang
komplek dalam pola teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan.
Proses tersebut menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan, organ-
organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat
memenuhi fungsinya. Hal tersebut termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan
tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungan. Sedangkan untuk tercapainya tumbuh
kembang yang optimal tergantung pada potensial biologisnya.
Kadang tidak ada batas yang jelas pada penggunaan istilah pertumbuhan dan perkembangan
ini. Beberapa ahli menuliskan terkait hal itu, antara lain sebagai berikut :
Menurut Shonkoff & Phillips (2000): sejumlah konsep inti dijabarkan untuk pemahaman
tentang sifat awal perkembangan manusia yaitu:
1. Faktor Genetik : Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir
proses tumbuh kembang anak. Namun melalui instruksi genetic yang terkandung
dalam sel telur yang dibuahi, dapat ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan.
Gangguan pertumbuhan di negara maju lebih sering diakibatkan faktor genetik.
Sedangkan di negara sedang berkembang, gangguan pertumbuhan selain diakibatkan
faktor genetik, juga faktor lingkungan yang kurang memadai untuk tumbuh kembang
anak yang optimal, bahkan ke dua faktor ini dapat menyebabkan kematian anak-anak
sebelum mencapai usia balita.
2. Faktor lingkungan: Faktor yang sangat menentukan tercapai atau tidaknya potensi
bawaan. Lingkungan cukup baik akan memungkinkan tercapainya potensi bawaan,
sedangkan kurang baik akan menghambatnya. Secara garis besar faktor lingkungan di
bagi dua, yaitu faktor lingkungan yang mempengaruhi anak pada waktu masih dalam
kandungan (prenatal) dan faktor lingkungan setelah lahir (postnatal).
Menurut Depkes (2006) aspek-aspek perkembangan anak yang perlu dipantau diantaranya
adalah:
1. Gerak kasar atau motorik kasar adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan
anak melakukan pergerakan dan sikap tubuh melibatkan otot-otot besar seperti duduk,
berdiri dan sebagainya.
2. Gerak halus atau motorik halus adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan
anak melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan
oleh otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat seperti mengawasi
sesuatu, menjimpit, menulis dan sebagainya.
3. Kemampuan bicara dan bahasa adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan
untuk memberikan respons terhadap suara, berbicara, berkomunikasi, mengikuti
perintah, dan sebagainya.
4. Sosialisasi dan kemandirian adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan
mandiri anak (makan sendiri, membereskan mainan setelah selesai bermain), berpisah
dengan ibu/ pengasuh anak, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya,
dan sebagainya.
Salah satu alat yang bisa digunakan untuk menilai perkembangan anak secara dini adalah
denver development screening test (DDST) digunakan secara luas untuk menilai kemajuan
perkembangan anak sejak lahir hingga usia 6 tahun (Frankernburg et al., 1992).
Pada Denver II ada empat parameter perkembangan yang digunakan untuk skrining
perkembangan anak antara lain :
Sedangkan yang dimaksud dengan deteksi dini tumbuh kembang anak menurut Depkes
(2006), merupakan kegiatan atau pemeriksaan untuk menemukan secara dini adanya
penyimpangan tumbuh kembang pada balita dan anak prasekolah, maka intervensi akan lebih
mudah dilakukan. Disamping itu tenaga kesehatan juga mempunyai “waktu” dalam membuat
rencana tindakan/ intervensi yang tepat, terutama ketika harus melibatkan ibu atau keluarga.
Apabila penyimpangan terlambat diketahui, maka intervensinya akan lebih sulit dan hal ini
akan berpengaruh pada tumbuh kembang anak.
Menurut Soetjiningsih (1995) metode deteksi dini kelainan perkembangan anak sangat
berguna, agar diagnosis maupun pemulihannya dapat dilakukan lebih awal. Sayangnya
banyak ahli kesehatan yang percaya bahwa tidak banyak yang dapat dikerjakan untuk
mengatasi kelainan ini dan mereka percaya bahwa kelainan yang ringan dapat normal dengan
sendirinya. Sikap seperti ini dapat menghambat pemulihannya.
Penting untuk dipahami bahwa dengan skrining dan mengetahui masalah pada perkembangan
anak, tidak berarti bahwa diagnosis pasti dari kelainan tersebut telah ditetapkan. Skrining
hanyalah prosedur rutin dalam pemeriksaan tumbuh kembang anak sehari-hari, yang dapat
memberikan pertunjuk kalau ada sesuatu yang perlu mendapat perhatian.
Depkes RI. 2006. Pedoman pelaksanaan stimulasi, deteksi dan intervensi dini tumbuh
kembang anak di tingkat pelayanan kesehatan dasar.
Frankenburg, W.K., et al. .1992. The denver II: A major revision and
restandardization of the denver developmental screening test. Pediatrics
Hurlock, E.B. 1978. Perkembangan Anak. Erlangga. Jakarta
Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. EGC. Jakarta
Shonkoff, J.P. & Philips, D.A. 2000. From neurons to neighborhoods: The science of
early childhood development. Washington: National Research Council and Institute of
Medicine.
SUMBER : http://www.indonesian-publichealth.com/2014/08/deteksi-dini-tumbuh-kembang-
balita.html