Anda di halaman 1dari 19

Leukemia Pada Anak

By DR. Dr. I Dewa Gede Ugrahsena SpA (K) - pdpersi.co.id

Surabaya - Leukemia
Leukemia adalah jenis penyakit yang menyerang sel-sel darah putih yang diproduksi oleh
sumsum tulang. Sumsum tulang atau bone marrow ini dalam tubuh manusia memproduksi
tiga tipe sel darah diantaranya sel darah putih ( berfungsi sebagai daya tahan tubuh melawan
infeksi), sel darah merah (berfungsi membawa oksigen ke dalam tubuh) dan platelet ( bagian
kecil sel darah yang membantu proses pembekuan darah).
Leukimia umumnya muncul pada diri seseorang sejak masa kecilnya, sumsum tulang tanpa
diketahui dengan jelas penyebabnya telah memproduksi sel darah putih yang berkembang
tidak normal atau abnormal. Normalnya, sel darah putih memproduksi ulang bila tubuh
memerlukannya atau ada tempat bagi sel darah itu sendiri.
Pada kasus Leukemia, sel darah putih tidak merespon kepada tanda/ signal yang diberikan.
Akhirnya produksi yang berlebihan tidak terkontrol (abnormal) akan keluar dari sumsum
tulang dan dapat ditemukan di dalam darah perifer atau darah tepi. Jumlah sel darah putih
abnormal ini berlebihan dapat mengganggu fungsi normal sel lainnya.

Tipe-Tipe Leukemia
Leukimia memiliki beberapa jenis yang berbeda-beda penggolongannya, didasarkan pada
kecepatan dan jenis sel darah putih yang terlibat yaitu Leukemia Akut dan Leukimia Kronis.

Leukemia Akut
Leukemia adalah keganasan organ pembuat darah, sehingga sumsum tulang didominasi oleh
limfoblas yang abnormal. Leukemia limpoblastik akut adalah keganasan yang sering
ditemukan pada masa anak-anak, dan terbanyak pada anak usia 3-5 tahun Dan jenisnya ada 2
yaitu:

1. Acute Lymploblastic Leukemia (ALL)


Suatu bentuk leukemia dan cepat prosesnya, ia melibatkan jenis sel darah putih limfosit.
Penderita ALL akan merasakan sakit dalam waktu yang cepat. ALL ini banyak terjadi pada
anak-anak. Meskipun begitu orang dewasa juga bisa terkena ALL. Dan pada ALL ini juga
terbagi menjadi beberapa tipe yaitu, L1, L2 dan L3

2. Acute Myelogenous Leukemia (AML)


Suatu bentuk leukemia dan cepat prosesnya, ia melibatkan jenis sel darah putih myelosit.
Penderita AML akan merasakan sakit dalam waktu yang cepat. AML ini diderita anak dan
dewasa.

Leukemia Kronis
Leukimia kronis, yaitu sel kanker yang munculnya lama. Terkadang, penderita leukemia
kronis tidak merasakan gejala apa-apa. Kondisi penderita memburuk dalam waktu yang lama.
Pada awal penyakit, sel-sel darah yang abnormal masih dapat mengerjakan pekerjaan mereka,
dan orang-orang dengan leukemia kronis mungkin tidak mempunyai gejala-gejala apa saja.
Secara perlahan, leukemia kronis memburuk. Ia menyebabkan gejala-gejala ketika jumlah
sel-sel leukemia di dalam darah meningkat. Dan jenisnya ada dua, yaitu:

1. Cronic Lymploblastic Leukemia (CLL)


Suatu bentuk leukemia dan lambat prosesnya, ia melibatkan jenis sel darah putih limfosit.
Penderita bahkan jarang tidak merasakan gejala dari penyakit CLL ini. CLL banyak terjadi
pada orang dewasa di atas 55 tahun.

2. Cronic Myelogenous Leukemia (CML)


Suatu bentuk leukemia dan lambat prosesnya, ia melibatkan sel darah putih myelosit.
Penderita
bahkan juga tidak merasakan gejala dari penyakit ini. CML diderita orang dewasa.

Penyebab Leukimia
Pada dasarnya penyebab leukemia seperti kanker lainnya yaitu tidak jelas, yang ada hanya
beberapa faktor pemicu terjadinya penyakit ini. Leukemia bukan penyakit turunan, akan
tetapi merupakan penyakit kelainan genetik di dalam tubuh. Faktor risiko terjadi leukemia
adalah faktor kelainan kromosom zat kimia, radiasi faktor hormonal, infeks virus.

1. Radiasi. Hal ini ditunjang dengan beberapa laporan dari beberapa riset yang
manangani kasus Leukemia bahwa Para pegawai radiologi lebih sering menderita
leukemia.
2. Leukemogenik. Beberapa zat kimia dilaporkan telah diidentifikasi dapat
mempengaruhi frekuensi leukemia, misalnya racun lingkungan benzena, bahan kimia
industri seperti insektisida, obat-obatan yang digunakan untuk kemoterapi.
3. Herediter. Penderita Down Syndrom memiliki insidensi leukemia akut 20 kali lebih
besar daripada orang normal.
4. Virus. Beberapa jenis virus dapat menyebabkan leukemia, seperti retrovirus, virus
leukemia feline, HTLV-1 pada dewasa.

Tanda dan Gejala Penyakit Leukimia


Gejala leukemia yang ditimbulkan umumnya berbeda diantara penderita, namun demikian
secara umum dapat digambarkan sebagai berikut:

1. Anemia. Penderita akan menampakkan cepat lelah, pucat dan bernapas cepat (sel
darah merah dibawah normal menyebabkan oksigen dalam tubuh kurang, akibatnya
penderita bernapas cepat sebagai kompensasi pemenuhan kekurangan oksigen dalam
tubuh).
2. Pendarahan. Ketika Pletelet (sel pembeku darah) tidak terproduksi dengan wajar
karena didominasi oleh sel darah putih, amak penderita akan mengalami pendarahan
di jaringan kulit (banyaknya jentik merah lebar/kecil di jaringan kulit).
3. Terserang infeksi. Sel darah putih berperan sebagai pelindung daya tahan tubuh,
terutama melawan infeksi. Pada penderita leukemia, sel darah putih yang terbentuk
tidak normal ( abnormal) sehingga tidak berfungsi semestinya. Akibatnya tubuh si
penderita rentan terkena virus/bakteri.
4. Nyeri tulang dan persendian. Hal ini disebabkan sebagai akibat dari sumsum tulang (
bone marrow) mendesak padat oleh sel darah putih.
5. Nyeri perut. Nyeri perut juga merupakan salah satu indikasi gejala leukemia, dimana
sel leukemia dapat berkumpul pada organ ginjal, hati dan empedu yang menyebabkan
pembesaran pada organ-organ tubuh ini dan timbullah nyeri. Nyeri perut ini dapat
berdampak hilangnya nafsu makan penderita leukemia.
6. Pembengkakan Kelenjar lympa. Penderita kemungkinan besar mengalami
pembengkakan pada kelenjar lympa, baik itu di bawah lenagan, leher, dada dan
lainnya. Kelnajr lympa bertugas menyaring darah, sel leukemia dapat terkumpul di
sini dan menyebabkan pembengkakan.
7. Kesulitan Bernapas (Dyspnea). Penderita mungkin menampakkan gejala kesulitan
bernapas dan nyeri dada, apabila terjadi hal ini maka harus segera mendapatkan
pertolongan medis.

Diagnosa Penyakit Leukemia


Penyakit leukemia dapat dipastikan dengan beberapa pemeriksaan, diantaranya adalah ;
Biopsy, pemeriksaan darah (complete blood count (cbc)), CT or CAT scan, magnetik
resonance imaging (MRI), X-ray, Ultrasound, Spinal tap/lumbar puncture.

Penanganan dan Pengobatan Leukemia


Penanganan kasus penyakit leukemia biasanya dimulai dari gejala yang muncul, seperti
anemia, pendarahan dan infeksi. Secara garis besar penanganan dan pengobatan leukemia
bisa dilakukan dengan cara single ataupun gabungan dari beberapa metode di bawah ini:

1. Chemotheraphy/intrathecal medications dengan terapi Sitostatika


2. Theraphy radiasi. Metode ini sangat jarang sekali digunakan.
3. Transplantasi bone marrow (sumsum tulang).
4. Pemberian obat-obatan dan suntik.
5. Transfusi sel darah merah atau platelet

Sistem Therapi yang sering digunakan dalam menangani penderita leukemia adalah
kombinasi antara Chemotheraphy (kemoterapi) dan pemberian obat-obatan yang berfokus
pada pemberhentian produksi sel darah putih yang abnormal dalam bone marrow.
Selanjutnya adalah penanganan terhadap beberapa gejala dan tanda yang telah ditampakkan
oleh tubuh penderita dengan monitor yang komprehensive.

Proses pengobatan selama 26 bulan dan terdiri dari beberapa fase:

1. Fase Induksi (6 minggu):


Tujuan utama dalam fase ini adalah untuk membunuh sel-sel kanker dengan 2 cara
yaitu 95 % obat dimasukkan melalui intravena dan 5% melalui oral. Gunanya untuk
mencapai remisi sembuh sementara, sel kanker sudah terbunuh sebanyak 95% lebih
2. Fase Konsolidasi ( 4 minggu)
Tujuan utama dalam fase ini:
o Menjaga hasil yang sudah dicapai pada fase induksi
o Mencegah penyebaran sel leukemia ke tempat lain misalnya di otak, ginjal dan
tulang
o Menyempurnakan pembunuhan sel kanker sebelumnya.
3. Fase Maintenance
Dalam fase ini lebih pada menjaga hasil-hasil yang sudah dicapai pada fase induksi
maupun pada fase konsolidasi. Menyempurnakan pembunuhan sel-sel kanker.

Akan tetapi kesembuhan pasien tidak hanya tergantung dengan pengobatan yang diberikan
oleh pihak medis saja, melainkan adanya “good team work” antara dokter, pasien, orang tua
dan pihak medis lainnya seperti tim laboratorium.

Source : The Green Darmo Hospital Magazine - Juni - Agustus 2011

http://www.pdpersi.co.id/content/article.php?mid=&catid=9&nid=712
Apa itu Acute Lympoblastic Leukemia (ALL)?

ALL adalah sejenis kanker kanker darah yang mempengaruhi sel-sel darah putih yang masih
muda. Sel-sel tersebut berkembang dalam kondisi yang terkendali di dalam sumsum tulang.
Perkembangan tersebut menghambat produksi sel-sel darah normal. Anak-anak yang
mengidap ALL rentan terhadap anemia, infeksi kambuhan, mudah memar dan berdarah
karena sumsum tulang mereka tidak memproduksi cukup sel darah merah, sel darah putih dan
trombosit.

Apakah ALL umum terjadi pada Anak-anak?


ALL
merupakan kanker yang paling umum diderita anak-anak. Setiap tahun, sekitar 30-40 dari 1
juta anak terdiagnosa ALL. Dan dari setiap 3 anak yang mengidap kanker, 1 akan mengidap
ALL.

Apa yang menjadi penyebab ALL?

Tidak diketahui penyebab pasti dari ALL walaupun studi telah dilakukan untuk
mengidentifikasi penyebab dari setiap kemungkinan. Ada beberapa faktor resiko yang
diperkirakan menjadi penyebab cacat genetik yang mengarah pada terjadinya ALL:
Infeksi: Tingkat penyembuhan yang lambat terhadap infeksi pada anak atau respon abnormal
dari sistem kekebalan tubuh anak terhadap infeksi diperkirakan juga dapat menjadi penyebab
ALL. ALL tidak menular. Anak lain tidak dapat terkena leukimia dari anak lain.

Radiasi Ionisasi: Anak yang terpapar radiasi ionisasi dosis tinggi (energi yang dihasilkan
sinar X dan bahan radioaktif lain) sebelum lahir atau pada usia dini mempunyai resiko lebih
besar untuk terkena ALL.

Faktor Genetik: ALL bukan merupakan penyakit turunan, tetapi bagi anak-anak dengan
cinfenital disorder tertentu seperti Down Syndrome mempunyai resiko yang lebih tinggi
untuk terkena ALL.

Apa yang menjadi tanda-tanda serta gejala ALL?

Gejala-gejala dari ALL sebagian besar disebabkan oleh kurangnya sel darah normal dalam
sistem peredaran darah. Hal ini meliputi:

 Anemia yang disebabkan oleh rendahnya jumlah sel darah merah.


 Anak sering mudah letih dan terlihat pucat.
 Mudah sekali memar dan berdarah karena rendahnya tingkat trombosit.
 Sering kali atau terus menerus terkena infeksi karena anak tidak memiliki jumlah sel darah
putih dewasa untuk mengatasi infeksi.
 Rasa sakit pada tulang dan atau persendian.
 Keluhan lain dapat meliputi membengkaknya kelenjar getah bening, hilangnya selera makan,
hilangnya berat badan, sakit di dada, dan rasa tidak nyaman pada bagian perut.
Bagaimana cara mendiagnosa ALL?

Sebuah evaluasi lengkap dibutuhkan untuk mendiagnosa ALL. Proses diagnosa ALL
meliputi:

Full Blood Counts


(FBC)
Tes ini meliputi pengambilan darah dan mengirimnya ke laboratorium. Sel darah merah,
darah putih dan trombosit kemudian dihitung dalam pemeriksaan dibawah mikroskop sambil
mencari sel-sel abnormal dalam darah.

Pemeriksaan Sumsum Tulang


Tes ini dilakukan untuk memastikan atau menyangkal hasil diagnosa ALL. Pemeriksaan ini
dapat membuat dokter untuk memutuskan pengobatan terbaik untuk anak. Prosedur ini
melibatkan diambilnya sedikit sampel sumsum tulang dari tulang pinggul untuk kemudian
dites di laboratorium. Diagnosa akan dipastikan bila terdapat sel leukimia dalam sumsum
tulang. Tes tambahan harus dilakukan untuk memastikan tipe leukimia yang terdeteksi dan
untuk memperkirakan hasil akhir dari pengobatan.

Pemeriksaan Cerebro Spinal Fluid (CSF)


Sampel kecil dari CSF yang terdapat di sekitar otak dan tulang belakang diambil dengan
menggunakan prosedur Lumbar Puncture. Sampel ini kemudian dites di laboratorium untuk
mencari sel-sel leukimia di dalam sistem pusat saraf. Pengobatan tambahan akan diperlukan
bilamana terdeteksi adanya sel-sel leukimia di dalam CSF.

Tes lainnya
Tes laboratorium lain serta X-Rays dapat memberikan informasi mengenai berbagai fungsi
dari organ-organ vital serta kondisi kesehatan anak Anda secara umum. Tes-tes ini dapat
dilakukan dari waktu ke waktu untuk membandingkan perkembangan anak selama proses
pengobatan.
Pengobatan apa saja yang tersedia?

Rangkaian kombinasi kemoterapi telah terbukti merupakan prosedur pengobatan terbaik bagi
pasien anak pengidap ALL. Kemoterapi diaplikasikan melalui mulut, melalui suntikan ke
pembuluh darah, atau langsung pada CSF. Kemoterapi dapat juga dilakukan bersamaan
dengan radioterapi bilamana diperlukan.

Anak yang mengidap ALL yang dirawat pada fasilitas medis kontemporer memiliki 80%
tingkat kesembuhan. Pertolongan medis yang cepat dan terapi agresif penting untuk proses
penyembuhannya.

Apakakah Transplantasi Sumsum Tulang (atau Sel Punca) masih diperlukan?


Transplantasi umumnya tidak perlu dilakukan. Akan tetapi, transplantasi tulang akan
diperlukan bilamana sel-sel leukimia yang ada memiliki perubahan molekul tertentu, tidak
adanya perubahan dalam kemoterapi dan saat leukimia kambuh kembali, baik disaat maupun
sesudah pengobatan.

Mengapa Anak-anak dengan ALL mendapatkan Perawatan Berbeda?


Pengobatan ALL ditentukan oleh tipe sel leukimia, perubahan molekul dan respon awal
leukimia terhadap kemoterapi. Hal ini dimaksudkan agar tercapai peluang kesembuhan
maksimal sekaligus mengurangi efek samping jangka panjang dari pengobatan.

Sel-sel leukemia diklasifikasikan pada saat diagnosa menjadi penyakit sel-B atau sel-T. Sel-
sel tersebut dipelajari untuk mengetahui apakah mereka memiliki perubahan kromosomal
atau molekular pada tingkatan DNA. Pengurangan sel leukimia baik dalam darah maupun
pada sumsum tulang diawasi dengan seksama saat pengobatan. Langkah-langkah ini sangat
penting untuk menentukan prognosis dari pasien anak dengan ALL.

Apa saja efek samping dari pengobatan?


Sebagian besar efek samping dari pengobatan ALL berasal dari kemoterapi. Kemoterapi tidak
hanya membunuh sel-sel leukemia yang berkembang dengan pesat, namun juga akan
mempengaruhi pertumbuhan sel normal yang tumbuh pesat, termasuk sel-sel untuk rambut,
perut, mulut dan sumsum tulang.

Mual, muntah, munculnya sariawan serta rambut rontok merupakan hal yang umum dan
bersifat sementara. Langkah-langkah akan diambil untuk mengurangi ketidaknyamanan hal-
hal tersebut di atas. Rendahnya sel darah menyebabkan anemia dan thrombocytopenia
(kurangnya trombosit dalam darah) merupakan hal yang umum. Pengobatan melalui prosedur
transfusi biasanya diperlukan guna mengurangi efek anemia dan mencegah atau
mengendalikan pendarahan akibat dari kurangnya jumlah trombosit. Anjuran akan diberikan
dalam menangani infeksi yang disebabkan oleh neutropenia (kurangnya sel darah putih).

Kemoterapi memiliki efek samping jangka panjang seperti dapat meracuni jantung,
mempengaruhi fungsi hormon, serta kesuburan di masa depan. Terdapat juga resiko kecil
untuk terjangkit kanker kedua di kemudian hari, khususnya bilamana pasien menggunakan
radioterapi.
Apakah Ada Resiko Untuk Anggota Keluarga Yang Lain?

ALL hampir tidak memiliki sifat keturunan dan kasus lebih dari satu anggota keluarga
terkena ALL sangatlah langka. Seperti kanker lainnya, ALL tidaklah menular dan tidak dapat
ditularkan dari satu individu ke individu lain, bahkan melalui sentuhan atau berbagi makanan.
Karena itu, orang tua tidak seharusnya terbebani oleh rasa takut akan tertularnya
kerabat/saudara terdekat akibat ALL.

Apa yang dapat Orang Tua lakukan untuk Anak dengan ALL?

Orang tua merupakan pendukung terbesar dan terpenting untuk seorang anak dengan
penyakit kritis seperti ALL. Tim medis serta tim perawat senantiasa bersedia untuk
berdiskusi dengan orang tua untuk membicarakan sifat-sifat serta kecenderungan penyakit,
pengobatan serta efek samping, dan perawatan anak setelah proses pengobatan selesai. Kami
percaya setiap anak dengan kanker berhak memiliki peluang untuk sembuh secara fisik
maupun emosional. Orang tua yang penuh perhatian memiliki peran penting untuk suksesnya
proses pengobatan.

Dukungan apa yang tersedia?

CanHOPE, adalah badan non-profit yang bergerak di bidang layanan konseling dan dukungan terhadap
penderita kanker yang diprakarsai oleh Parkway Cancer Centre.

Sebagai bagian dari sebuah pendekatan holistik untuk mengobati kanker, CanHOPE bekerjasama dengan tim
medis dan ahli-ahli kesehatan professional yang menawarkan sumber daya serta informasi yang luas mengenai
kanker untuk membantu pasien dan keluarga mereka agar dapat mengambil keputusan yang tepat selama
perjalanan mereka menuju kesembuhan. http://id.parkwaycancercentre.com/informasi-kanker/jenis-
kanker/apa-itu-acute-lympoblastic-leukemia-all/

Apa itu Leukosit dan Apa resikonya bila Leukosit Tinggi


Info Terkini·January 21, 2017

Apa itu Leukosit dan Apa resikonya bila Leukosit Tinggi – Darah manusia terdiri atas sel-sel
darah dan cairan yang disebut sebagai plasma darah. Sel darah terdiri atas Sel darah merah
(erythrocit), Sel darah merah akan membawa nutrisi serta oksigen ke organ, jaringan dan sel-
sel dalam tubuh kita, Sel darah putih (leukosit), sel darah putih (leukosit) merupakan sistem
pertahanan tubuh yang penting untuk menangkal bakteri, virus, kuman, dan kotoran lain yang
memicu penyakit yang melemahkan tubuh.
Sel Darah Putih ( Leukosit )

Leukosit mempertahankan tubuh dari serangan penyakit dengan cara memakan (fagositosis)
penyakit tersebut. Begitu tubuh mendeteksi adanya infeksi maka sumsum tulang akan
memproduksi lebih banyak sel-sel darah putih untuk melawan infeksi.

Kita bisa tahu kadar leukosit atau darah putih kita dengan cara melakukan pemeriksaan darah
lengkap, terkhusus mengenai hitung jumlah leukosit dan hitung jenis leukosit. Apabila
didapatkan hasil di atas nilai normal atau dengan kata lain kadar leukosit tinggi, maka tentu
timbul berbagai pertanyaan apa penyebab dan akibat kadar leukosit tinggi.

Apa itu Leukosit dan Apa resikonya bila Leukosit Tinggi


?
Penyebab Leukosit Tinggi

Banyak yang tahu bahwa leukosit tinggi biasanya disebabkan oleh infeksi, namun nyatanya
ada banyak penyebab lain kenapa leukosit bisa tinggi, sebagai berikut:

Infeksi. Jumlah leukosit (leukositosis) sering meningkat akibat dari infeksi. Baik infeksi
umum yang terjadi pada tubuh yang biasanya ditandai dengan demam, atau infeksi dan
peradangan yang terjadi pada sumsum tulang yang memproduksi leukosit. Infeksi bakteri dan
virus tertentu dapat memicu terjadinya leukositosis.

Alergi. Leukositosis juga terkait dengan reaksi kekebalan tubuh yang berupa hipersensitifitas
atau alergi, misalnya pada seseorang yang memiliki asma dan serangan alergi lainnya.

Penyakit Sum-sum Tulang. Beberapa kasus leukositosis yang paling serius dan mengancam
kehidupan yaitu yang berhubungan dengan penyakit sumsum tulang. Kanker. Ketika
ditemukan leukosit tinggi lebih dari 30.000 per mm kubik, hal bisa disebabkan oleh adanya
keganasan atau kanker pada sumsum tulang yang mendasari, termasuk leukemia atau kanker
darah.

Penyebab Lainnya. Penyebab leukosit tinggi lainnya termasuk stres fisik dan psikis, asupan
obat-obatan tertentu seperti lithium dan beta agonis, operasi pengangkatan limpa, anemia
hemolitik.

Tingginya leukosit pada tubuh merupakan indikasi peningkatan produksi sel sel untuk
melawan infeksi pada tubuh. Pada saat terjadi infeksi, leukosit secara otomatis akan
melakukan fagositosis atau menghancurkan organisme yang menyebabkan infeksi. Adanya
gangguan sistem kekebalan tubuh akan menyebabkan peningkatan jumlah sel-sel darah putih.
Apa itu Leukosit dan Apa resikonya bila Leukosit Tinggi

Apa efek meningkatnya kadar leukosit ?

Kanker Darah (Leukemia). Sel darah putih atau leukosit berfungsi untuk melindungi tubuh
terhadap infeksi atau serangan penyakit lainnya. Naiknya produksi leukosit dalam tubuh
karena terjadi infeksi. Tubuh memerlukannya untuk melawan infeksi yang terjadi. Infeksi
bisa datang akibat virus, bakteri, atau penyebab lain. Leukosit yang meninggi menjadi jalan
bagi pemeriksaan lanjutan. Di antaranya untuk mendeteksi kanker darah atau leukemia.
Leukemia adalah penyakit yang disebabkan oleh kelebihan produksi sel darah putih.

Kelainan Sumsum Tulang. Tubuh akan merangsang sumsum tulang agar memproduksi
lebih banyak sel darah putih untuk mengatasi infeksi. Sumsum tulang akan bekerja ekstra
keras memproduksi leukosit. Sumsum tulang akan terus dipaksa memproduksi leukosit
sampai tercapai kondisi aman. Hanya saja, pada saat ada masalah pada sumsum tulang, kadar
sel darah putih pun akan semakin meningkat.

Terjadi Peradangan. Setiap terjadi peradangan, alergi, infeksi akan menyebabkan kenaikan
jumlah sel darah putih. Ini merupakan reaksi lanjutan terhadap obat yang dikonsumsi untuk
meningkatkan produksi sel-sel darah putih.

Demam berulang. Seseorang dengan leukosit tinggi bisa mengeluhkan adanya demam yang
berulang. Saat diperiksa di laboratorium, leukosit-nya cenderung tinggi. Kenaikan leukosit
yang menyertai keadaan demam bisa menjadi petunjuk ke arah proses infeksi bakteri, serta
penanda kelainan dari leukosit itu sendiri.

Kram dan Gangguan Limpa. Leukosit yang tinggi juga akan diiringi demam, disertai kram
pada perut, mual, gangguan pada organ Lien (limpa) atau juga hati. Tubuh mudah merasa
lelah dan wajah terlihat pucat.

Timbulnya penyakit infeksi. Penyakit-penyakit infeksi seperti tifoid, hepatitis, infeksi


saluran kemih, infeksi saluran napas, telinga bahkan infeksi kulit bisa menunjukkan hal yang
sama

Meski leukosit menjadi alat pertahanan utama tubuh, namun efek dari penyerangan
mikroorganisme, bakteri, atau virus terhadap leukosit pun juga bervariasi tergantung kondisi
tubuh kita. Tubuh bisa menang dalam pertempuran, alias pasien menjadi sehat dan sembuh.
Atau bisa juga justru kalah yang membuat tubuh sakit.
Benign White Cell Disorders: Leukopenia
Leukopenia refers to an abnormal decrease in the number of leukocytes. This may be
secondary to a deficiency of any or all of the WBCs but it is most commonly caused by a
depression of neutrophils (neutropenia). Granulocytopenia, often used as a synonym for
neutropenia, technically refers to decreased eosinophils and basophils as well as neutrophils.

Neutropenia is defined as less than 1.5 x 109 /L neutrophils in the perpherial blood. Fewer
than 1.0 x 10 /L neutrophils compromises the ability to fight infection.

Agranulocytosis refers to extremely low levels of neutrophils (< 0.5 x 109 /L).
The causes of leukopenia may be marrow failure, peripheral destruction or shift into the
storage or marginated compartments.\

Causes of decreased marrow production:

1) drug induction - ie. cytolytic; metabolic; idiosyncratic


2) aplastic anemia - hypoplasia of bone marrow
3) myelofibrosis - metastatic cancer; granulomas; fibrosis
4) ineffective hematopoiesis - ie. megaloblastic anemia

Decreased survival of neutrophils (increased utilization or increased destruction):

This differs from marrow failure because of normal numbers of erythroid and
megakaryocytic elements. There will often be myeloid hyperplasia, but without maturing
metamyelocyte, band, and polylobed forms.

1) acute infection - transient increased utilization


2) drug induced - immunologic
3) neutrophil aggregation - complement induced
4) hypersplenism - decreased survival
5) leukopheresis

Causes of increased margination or storage (typically transient neutropenia with normal total
number of neutrophils and neutrophil kinetics):

1) hemodynamic changes
2) viremia
3) hypersensitivity
4) hemolysis

Several minor causes of neutropenia need to be mentioned in the category of "you can't
diagnose what you don't know exists".

Cyclic neutropenia is an autosomal dominant disorder of unknown etiology in which 3-6 days
of neutropenia occur every 21-30 days in a periodic pattern. During the periods of
neutropenia the patient may develop fever and infections such as stomatitis, cellulitis, and
vaginitis. There appears to be some abnormality of feedback mechanisms.

Chronic idiopathic neutropenia is a disorder in which the neutrophil count is less than 1.0 x
109/L, but results in few infections.

HEMATOPATHOLOGY

A 35-year-old woman, with a history of depression x1 month was treated with phenothiazine
by Dr. Lucy van Pelt. She now presents with a 10 day history of fever, chills, and malaise. In
the past 3 days she noted increased weakness and fatigability. The chest X-ray shows
evidence of early pneumonia. There is no splenomegaly. Laboratory values are shown at
right. The PB smear showed normocytic/ normochromic RBCs.

What is your diagnosis?


What is the most likely cause?

A. ineffective erythropoiesis
B. accelerated destruction of neutrophils
C. drug induced
D. shift from circulating pool to marginal granulocyte pool
E. aplastic anemia

Your second patient is a 27-year-old man in for an insurance physical exam. He is pale and
gave a history of bleeding gums and several recent episodes of epitaxis. Upon further
questioning you find that he comes home from work and goes almost immediately to bed.
The CBC results you ordered returned later that day and are shown at right. The PB smear
showed normocytic/hypochromic RBCs.

Calculate the absolute neutrophil count.

________________ x 109/L

What is your diagnosis?

A. aplastic anemia
B. drug induced
C. accelerated destruction of neutrophils
Four mechanisms of drug-induced neutropenia:

Some drugs induce cytolysis causing general marrow depression and resulting in aplastic anemia.
Examples include alkylating agents, inhibitors of mitosis, DNA depolymerizors, and ionizing radiation.

DNA synthesis may be impaired by some drugs - phenothazines, chloramphenicol, and purine and
pyrimidine antagonists (methotrexate, hydroxyurea, azothioprine, cytosine arabinoside, and 6-
mercaptopurine).

Ideiosyncratic reactions are seen with other compounds (chloramphenicol, gold salts,
phenylbutazone, thiazides, sulfonamides, quinine, procanamide, etc.).

In immunologic neutropenia, the drug and


neutrophil surface protein form an antigenic
complex. Antibody is produced against against
this complex and remains inactive in the
plasma. When this drug is given it interacts with
neutrophil surface protein and complexes
antibody. This causes leukoagglutiation or
activation of complement.

The neutrophils are destroyed by complement


or the clumps of neutrophils (at right) are
removed from the circulation or sequestered in
the lungs, spleen, etc. (seen with aminopyrine,
thiouracil and some sulfonamides)

Clinical features of neutropenia:

Fever may be secondary to the release of leukokines during peripheral destruction of


neutrophils.

The initial symptoms of neutropenia begin after 1-3 days with malaise, chills, sore throat,
fever. Later easy fatigability and weakness are seen.

Infection is the most serious consequence of neutropenia. Neutropenia less than 1.0 x 10 9/L
seriously compromises the ability to fight infection. Agranulocytosis (< 0.5 x 10 9 /L) may
lead to death within days due to overwhelming infection.

Other forms of leukopenia:

Eosinopenia*( < 0.04 x10 9 /L ) may be seen in acute stress (glucocorticoid or epinephrine
stimulation), acute inflammation (interleukin-5), Cushing's syndrome or corticosteroid
administration.

Basopenia*( < 0.01 x10 9 /L ) may be seen with corticosteroid administration, stress, acute
inflammation, and hyperthyroidism.

Monocytopenia ( < 0.2 x10 9 /L ) may be seen in the first few hours after giving predisone,
but by 12 hours returns to normal.

Lymphocytopenia ( < 1.5 x10 9 /L for adults; < 3.0 x10 9 /L for children ) may be seen with
corticosteroid Rx, chemoRx, irradiation, Hodgkin's disease, HIV**infection, and chronic
diseases ie. sarcoid, TB, lupus.

*Note: Both eosinophils and basophils, like neutrophils, exhibit diurnal variation, being
lowest in the morning and highest in the evening.

**Note: In HIV infection the lymphopenia is largely due to a loss of CD4 positive T-helper
lymphocytes.
Hiperleukositosis – Tumor Lisis Sindrom
Prosedur ini sebagai acuan dalam menegakkan diagnosis dan penanganan Hiperleukositosis
dan Tumor Lisis Sindrom.

Definisi :

Hiperleukositosis adalah jumlah leukosit, darah tepi yang melebihi 100.000/m.

Tumor Lisis Sindrom merupakan kondisi kelainan metabolik sebagai akibat nekrosis sel-sel
tumor atau apoptosis fulminan, baik yang terjadi secara spontan maupun setelah terapi.
Kelainan yang terjadi meliputi : hiperkalemia, hiperurisemia, hiperfosfatemia, dan
hipokalsemia.

1. Diagnosis

Tidak didapatkan keluhan atau manifestasi klinis yang khas dan spesifik. Keluhan dan
kelainan klinis yang timbul merupakan perwujudan kelainan metabolik yang mendasari.

Hiperkalemia : gangguan konduksi jantung, kelemahan otot berat hingga kelumpuhan.

Hiperusisemia dan hiperfosfatemia : nefropati hingga gagal ginjal akut.

Hipokalsemia : tetani, kejang, demensia, gangguan kesadaran, parkinson (gg extrapyramidal),


papiledema, gg emosi, cemas, agitasi, myopati

2. Cairo-Bishop Definition

 Laboratorium tumor lysis syndrome: abnormalitas dari 2 atau lebih hasil pemeriksaan
laboratorium dibawah yang timbul 3 hari sebelum atau 7 hari setelah kemoterapi
o uric acid > 8 mg/dL atau meningkat 25%
o potassium > 6 meq/L atau meningkat 25%
o phosphate > 4.5 mg/dL atau meningkat 25%
o calcium < 7 mg/dL atau meningkat 25%
 Klinis tumor lysis syndrome: laboratorium tumor lysis syndrome disertai satu atau lebih :
o peningkatan serum creatinine (1.5 normal)
o cardiac arrhythmia atau sudden death
o kejang

3. Terapi

Tujuan pengelolaan sindrom lisis tumor adalah mencegah gagal ginjal dan ke tidak
seimbangan. Dengan hidrasi yang adekuat melalui cairan intravena D5 + NS 3 liter/m2 luas
permukaan tubuh perhari akan memperbaiki gangguan elektrolit, meningkatkan volume
intravaskuler, meningkatkan aliran darah ke ginjal, meningkatkan GFR dan volume urine dan
mengurangi kemungkinan dialisis. Elektrolit yang berat, untuk itu biasanya dilakukan dengan
meningkatkan produksi urine, menurunkan konsentrasi asam urat, dan meningkatkan
kelarutan asam urat dalam urine.
Hidrasi
Hidrasi intravena dilakukan 24-48 jam sebelum kemoterapi dan dilanjutkan? sampai 48-72
jam sesudahnya akan menurunkan kecepatan pengendapan urat di ginjal dan meningkatkan
klirens urea. Hidrasi dilakukan dengan cairan D5 + NS 2-4 kali kebutuhan rumatan, dengan
demikian GFR dan produksi urine akan meningkat. Produksi urine dipertahankan tidak
kurang dari 3 ml/kg/jam untuk anak < 9 tahun atau 90-100 ml/m2? luas permukaan tubuh/jam
untuk anak yang lebih tua dengan BJ urine tidak lebih dari 1,010. Kalium dan kalsium harus
dihindari dalam cairan intravena.
Diuretik bisa diberikan pada pasien dengan produksi urine yang tidak adekuat. Jika produksi
urine 60 ml/m2/jam, manitol dapat diberikan dengan dosis 0,5 mg/kbBB selama 15 menit
kemudian diikuti dengan pemberian furosemid 1-2 mg/kg berat badan. Penggunaan diuretik,
khususnya furosemid bisa dipertimbangkan pada penderita yang sudah terhidrasi dengan baik
tapi produksi urine belum adekuat, pada penderita normovolemik dengan hiperkalemia, dan
pada penderita yang terbukti mengalami overload cairan.

Alkalinisasi Urine
Penggunaan natrium bikarbonat isotonis secara intravena untuk mendorong diuresis alkali
mempunyai efek meningkatkan kelarutan asam urat dan mengurangi pengendapan asam urat
intratubuler. Penambahan? natrium bikarbonat 40-80 mEq/liter, 100-125 mEq/m2 atau 75-
100 mEq/liter cairan hidrasi akan membuat pH urine berkisar antara 7,0-7,5 dan BJ urine
tidak lebih dari 1,010 sehingga eksresi asam urat menjadi lebih efisien.

Pengobatan Hiperurisemia
Beri alopurinol? dosis 10 mg/kk bb/ha

Anda mungkin juga menyukai