Anda di halaman 1dari 22

BAB I

LAPORAN KASUS

Identitas Pasien

Nama : Ny. S
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 29 tahun
Status : Menikah
MRS : 12 Desember 2017

Anamnesis

Keluhan Utama

Perdarahan flek-flek dari jalan lahir 24 jam SMRS

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien mengaku hamil 12 minggu dengan HPHT 20/10/2017 dan TP


19/07/2018 Pasien ANC 1x di Puskesmas Pulogadung dikatakan tidak ada kelainan,
dikatakan ibu dan janin dalam keadaan baik. Tidak ada riwayat tekanan darah tinggi
atau penyakit penyerta lainnya. Selama ini pasien belum pernah USG. Pasien mengeluh
flek-flek keluar dari jalan lahirberwarna kecoklatansebanyak setengah pembalut 1 hari
yang lalu, pasien juga mengaku sedikit mulas-mulas dirasakan pada saat flek-flek
keluar, sekarang tidak dirasakan. Tidak terdapat keluar air-air dan tidak ada lendir
darah. Demam disangkal, Gerak janin aktif. Pasien mengatakan flek-flek tidak terdapat
jaringan, tidak terdapat kehamilan anggur, dan keluhan tidak disertai dengan nyeri
perut.

1
Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat sakit hipertensi, diabetes melitus, asma, jantung sebelum kehamilan disangkal.

Riwayat Penyakit di Keluarga

Riwayat hipertensi, diabetes mellitus, asma dan jantung disangkal dalam keluarga.

Riwayat Menstruasi

Menarche pada umur 12 tahun, lama haid 4-6 hari, teratur, GP 3-4x/hari, dismenore(-)

Riwayat Pernikahan

1 kali, tahun 2013

Riwayat Persalinan: G3P2A0 dengan:

1. laki-laki, 3700 gr, usia 5 tahun, spontan, cukup bulan, di bidan Puskesmas. Sekarang
dalam keadaan sehat.

2. laki-laki, 3200gr, usia 3 tahun, spontan, cukup bulan, di bidan Puskesmas. Sekarang
dalam keadaan sehat

3. Hamil ini.

Riwayat KB

KB pil tahun 2013 dan tahun 2015

Riwayat Sosial Ekonomi

2
Pasien merupakan ibu rumah tangga dan suami wiraswasta. Pasien tidak merokok,
alcohol ataupun mengkonsumsi obat terlarang.

Pemeriksaan Fisik
Kesadaran : Compos Mentis

Tekanan Darah : 110/70 mmHg

Nadi : 90x/menit

Respirasi : 22x/menit

Suhu tubuh aksila : 36,5°C

Berat Badan : 53 kg

Tinggi Badan : 157 cm

BMI : 21.5 kg/m2 (normal)

Status General

Kepala : Mata : anemis -/-, ikterik -/-

Leher : tidak ada pembesaran KGB ataupun kelenjar tiroid

Thoraks : Jantung: S1S2 tunggal, reguler, murmur (-), galop (-)

Paru: vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-

Abdomen : Sesuai status obstetri

Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2 detik, edema tungkai (-/-)

Status Obstetri

3
Leopold I : Tinggi Fundus Uteri 20 cm ~ janin inggal hidup

Inspeksi : vu/u tenang, perdarahan aktif tidak ada

VT : portio tipis, pembukaan (-),

Pemeriksaan Penunjang

USG tanggal 12 Januari 2018

Janin tunggal hidup intra uterin

Fetal echo (+)

Biparietal Diameter (BPD): 1.96

Head Circumferencial (HC): 2.39

Abdominal Circumferencial (AC): 7.12

Femur Length (FL): 6.05

Taksiran Berat Janin (TBJ): 81gram

Laboratorium tanggal 16 September 2017

4
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan

Hematologi

Hemoglobin 12.7 12.0-16.0 g/dl

Hematokrit 38.3 37-47 %

Eritrosit 4.40 4.3-6.0 juta/µL

Leukosit 9420 4800-10800/µL

Trombosit 339000 150000-400000 /µL

Urinalisis

Warna Kuning muda Kuning

Kejernihan Keruh Jernih

Berat Jenis 1.010 1.000-1030

pH 6.0 5.0-8.0

Protein Negatif Negatif

7 Negative Negatif

Keton Negatif Negatif

Darah Negatif Negatif

Bilirubin Negatif Negatif

Urobilinogen 3.4 3.4-17.0

Leukosit Esterase Negatif Negatif

Sedimen Urin:

Leukosit Penuh < 5/LPB

5
Eritrosit Penuh < 2/LPB

Silinder Negatif Negatif

Epitel +1 Positif

Kristal Negatif Negatif

Bakteria Negative Negative

Diagnosis

 Abortus Imminens pada G3P2 hamil 11-12 minggu

Penatalaksanaan

Observasi KU, TTV, kontraksi, DJJ dan perdarahan

Cek lab (DPL, UL), USG

Terapi: Konservatif 

Cygest 1x400mgInfus RL 20 tpm IV

Rencana Rawat Jalan

Edukasi: Edukasi mengenai penyakit pasien kepada pasien dan keluarga, mengenai
tatalaksana yang akan diberikan kepada pasien dan komplikasi yang kemungkinan
terjadi pada ibu dan janin. Menjelaskan pada ibu agar mengurangi aktivitasnya sehari-
hari karena dapat menjadi risiko abortus.

6
ANALISA KASUS

Pada kasus ini pasien datang mengaku hamil dengan keluhan keluar flek-flek
darah dari jalan lahir berwarna kecoklatan sebanyak setengah pembalut pada 1 hari
yang lalu, pasien juga mengaku sedikit mulas-mulas dirasakan pada saat flek-flek
keluar, sekarang tidak dirasakan. Tidak terdapat keluar air-air dan tidak ada lendir
darah. Demam disangkal, Gerak janin aktif. Pasien mengatakan flek-flek tidak terdapat
jaringan, tidak terdapat kehamilan anggur, dan keluhan tidak disertai dengan nyeri
perut. Pasien mengaku hamil 12 minggu dengan HPHT 20/10/2017 dan TP 19/07/2018
Pasien ANC 1x di Puskesmas Pulogadung dikatakan tidak ada kelainan, dikatakan ibu
dan janin dalam keadaan baik. Tidak ada riwayat tekanan darah tinggi atau penyakit
penyerta lainnya. Selama ini pasien belum pernah USG.

Anamnesis didukung oleh pemeriksaan fisik dimana pada leopold I didapatkan


konsepsi. Pada pemeriksaan inspeksi, inspekulo, dan VT didaptkan ostium uretra masih
tertutup dan tidak ada pebukaan. Tidak ditemukan adanya perdarahan aktif maupun
jaringan, pada pemeriksaan VT juga tidak didapatkan nyeri goyang porsio.

Pada hasil pemeriksaan penunjang, USG didapatkan Janin tunggal hidup intra
uterin, Fetal echo (+), dengan taksiran berat janin 81 gram yang sesuai dengan usia
hamil 11-12 minggu.

Dari anamnesis sampai pemeriksaan penunjang dapat disimpulkan pasien


mengalami perdarahan yang dikarenakan abortus imminens pada usia kehamilan 11-
12 minggu.

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Perdarahan pada Kehamilan Trimester I

Perdarahan pervaginam pada kehamilan muda adalah perdarahan yang terjadi


sebelum kehamilan 22 minggu.1
Kehamilan normal biasanya tidak disertai dengan perdarahan pervaginam,
tetapi terkadang banyak wanita mengalami episode perdarahan pada trimester pertama
kehamilan. Darah yang keluar biasanya segar (merah terang) atau berwarna coklat tua
(coklat kehitaman). Perdarahan yang terjadi biasanya ringan, tetapi menetap selama
beberapa hari atau secara tiba-tiba keluar dalam jumlah besar.1
Terdapat klasifikasi perdarahan pada kehamilan muda, yaitu:1
1. Abortus
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin mampu hidup luar
kandungan.
2. Mola hidatidosa
Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal dimana hampir seluruh vili korialisnya
mengalami perubahan hidrofik.
3. Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)
KET adalah suatu kehamilan yang berbahaya bagi wanita yang bersangkutan
berhubung dengan besarnya kemungkinan terjadi keadaan yang gawat.

I. ABORTUS

A. Definisi
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin mampu hidup
luar kandungan. Batasan abortus adalah umur kehamilan kurang dari 20 minggu
atau berat janin kurang dari 500 gram.2

8
Sedang menurut WHO/FIGO adalah jika kehamilan kurang dari 22
minggu, bila berat janin tidak diketahui.

B. Etiologi
Abortus dapat terjadi karena beberapa sebab, yaitu:2
1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi.
Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi biasanya menyebabkan abortus pada
kehamilan sebelum usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan kelainan ini
adalah:
- Kelainan kromosom
Kelainan yang sering ditemukan pada abortus spontan ialah trisomi,
poliploidi, dan kelainan kromosom seks.
- Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna
Bila lingkungan di endometrium di sekitar tempat implantasi kurang
sempurna sehingga menyebabkan pemberian zat-zat makanan pada hasil
konsepsi terganggu.
- Pengaruh dari luar
Adanya pengaruh dari radiasi, virus, obat-obat, dan sebagainya dapat
mempengaruhi baik hasil konsepsi maupun lingkungan hidupnya dalam
uterus. Pengaruh ini umumnya dinamakan pengaruh teratogen.
2. Kelainan pada plasenta.
Misalnya end-arteritis dapat terjadi dalam vili korialis dan menyebabkan
oksigenasi plasenta terganggu, sehingga menyebabkan gangguan
pertumbuhan dan kematian janin. Keadaan ini bisa terjadi sejak kehamilan
muda misalnya karena hipertensi menahun.
3. Faktor maternal.
Penyakit mendadak seperti pneumonia, tifus abdominalis, pielonefritis,
malaria, dan lain-lain dapat menyebabkan abortus. Toksin, bakteri, virus
atau plasmodium dapat melalui plasenta masuk ke janin, sehingga
menyebabkan kematian janin dan kemudian terjadilah abortus. Anemia

9
berat, keracunan, laparotomi, peritonitis umum, dan penyakit menahun juga
dapat menyebabkan terjadinya abortus.
4. Kelainan traktus genitalia.
Retroversi uteri, mioma uteri, atau kelainan bawaan uterus dapat
menyebabkan abortus.

C. Patologi
Pada awal abortus terjadilah perdarahan dalam desidua basalis
kemudian diikuti oleh nekrosis jaringan di sekitarnya. Hal tersebut
menyebabkan hasil konsepsi terlepas sebagian atau seluruhnya, sehingga
merupakan benda asing dalam uterus. Keadaan ini menyebabkan uterus
berkontraksi untuk mengeluarkan isinya.2,3
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, hasil konsepsi biasanya
dikeluarkan seluruhnya karena villi koriales belum menembus desidua secara
mendalam. Pada kehamilan antara 8 sampai 14 minggu villi koriales menembus
desidua lebih dalam, sehingga umumnya plasenta tidak dilepaskan sempurna
yang dapat menyebabkan banyak perdarahan. Pada kehamilan 14 minggu
keatas umumnya dikeluarkan setelah ketuban pecah ialah janin, disusul
beberapa waktu kemudian plasenta. Hasil konsepsi keluar dalam berbagai
bentuk, seperti kantong kosong amnion atau benda kecil yang tidak jelas
bentuknya (blighted ovum), janin lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta,
fetus kompresus, maserasi, atau fetus papiraseus.2,3

D. Klasifikasi
Abortus dapat digolongkan atas dasar : 2
1. Abortus Spontan
- Abortus imminens
- Abortus insipiens
- Missed abortion
- Abortus habitualis
- Abortus infeksiosa & Septik

10
- Abortus inkompletus
- Abortus kompletus
2. Abortus Provakatus (induced abortion)
- Abortus Medisinalis (abortus therapeutica)
- Abortus Kriminalis

Abortus Spontan
Abortus spontan adalah abortus yang terjadi dengan tidak didahului
faktor-faktor mekanis ataupun medisinalis, semata-mata disebabkan oleh
faktor-faktor alamiah.2
a. Abortus Imminens
Merupakan peristiwa terjadinya perdarahan pervaginam pada kehamilan 20
minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus dan tanpa adanya dilatasi
serviks.2 Adanya abortus imminens terlihat pada gambar 1.
Diagnosis abortus imminens ditentukan dari :2,3
- Terjadinya perdarahan melalui ostium eksternum dalam jumlah sedikit.
- Disertai sedikit nyeri perut bawah atau tidak sama sekali.
- Uterus membesar, sebesar tuanya kehamilan.
- Serviks belum membuka, ostium uteri masih tertutup.
- Tes kehamilan (+)

Gambar 1. Abortus Imminens

11
b. Abortus Insipiens
Merupakan peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan kurang dari 20
minggu dengan adanya dilatasi serviks yang meningkat dan ostium uteri
telah membuka, tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus. Dalam hal ini rasa
mules menjadi lebih sering dan kuat, perdarahan bertambah.2 Adanya
abortus insipiens terlihat pada gambar 2.
Ciri dari jenis abortus ini yaitu perdarahan pervaginam dengan kontraksi
makin lama makin kuat dan sering, serviks terbuka, besar uterus masih
sesuai dengan umur kehamilan dan tes urin kehamilan masih positif.3

Gambar 2. Abortus Insipien


c. Abortus Inkomplet
Merupakan pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20
minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Perdarahan abortus
ini dapat banyak sekali dan tidak berhenti sebelum hasil konsepsi
dikeluarkan.2 Adanya abortus inkomplit terlihat pada gambar 3.
Ciri dari jenis abortus ini yaitu perdarahan yang banyak disertai kontraksi,
kanalis servikalis masih terbuka, dan sebagian jaringan keluar.3

12
Gambar 3. Abortus Inkompletus
d. Abortus Komplet
Abortus kompletus terjadi dimana semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan.
Pada penderita ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri sebagian besar
telah menutup, dan uterus sudah banyak mengecil.2 Adanya abortus komplet
terlihat pada gambar 4.
Ciri dari abortus ini yaitu perdarahan pervaginam, kontraksi uterus, ostium
serviks menutup, dan tidak ada sisa konsepsi dalam uterus.3

Gambar 4. Abortus Kompletus

e. Missed Abortion.
Tertahannya hasil konsepsi yang telah mati didalam rahim selama ≥8
minggu. Ditandai dengan tinggi fundus uteri yang menetap bahkan

13
mengecil, biasanya tidak diikuti tanda–tanda abortus seperti perdarahan,
pembukaan serviks, dan kontraksi.2 Adanya missed abortion terlihat pada
gambar 5.

Gambar 5. Missed Abortion


f. Abortus Habitualis
Merupakan abortus spontan yang terjadi 3x atau lebih secara berturut-turut.
Pada umumnya penderita tidak sulit untuk menjadi hamil, tetapi kehamilan
berakhir sebelum mencapai usia 28 minggu.2
Etiologi abortus habitualis yaitu :2,3
- Kelainan dari ovum atau spermatozoa, dimana kalau terjadi pembuahan
hasilnya adalah pembuahan patologis.
- Kesalahan-kesalahan pada ibu yaitu disfungsi tiroid, kesalahan korpus
luteum, kesalahan plasenta, yaitu tidak sanggupnya plasenta
menghasilkan progesteron sesudah korpus luteum atrofi. Ini dapat
dibuktikan dengan mengukur kadar pregnadiol dalam urin. Selain itu
juga bergantung pada gizi ibu (malnutrisi), kelainan anatomis dalam
rahim, hipertensi oleh karena kelainan pembuluh darah sirkulasi pada
plasenta/vili terganggu dan fetus menjadi mati. Dapat juga gangguan
psikis, serviks inkompeten, atau rhesus antagonisme.
g. Abortus Infeksius & abortus septik.

14
Abortus infeksius adalah abortus yang disertai infeksi pada genitalia.
Abortus septik adalah abortus infeksius berat disertai penyebaran kuman
atau toksin ke dalam peredaran darah atau peritonium.2
Infeksi dalam uterus/sekitarnya dapat terjadi pada tiap abortus, tetapi
biasanya ditemukan pada abortus inkomplet dan lebih sering pada abortus
buatan yang dikerjakan tanpa memperhatikan asepsis dan antisepsis.2
Diagnosis abortus infeksius ditentukan dengan adanya abortus yang disertai
gejala dan tanda infeksi alat genital seperti panas, takikardi, perdarahan
pervaginam yang berbau, uterus yang membesar lembek, serta nyeri tekan
dan leukositosis. Apabila terdapat sepsis, penderita tampak sakit berat atau
kadang menggigil, demam tinggi, dan penurunan tekanan darah.2

Abortus Provokatus
Abortus provokatus adalah abortus yang disengaja, baik dengan
memakai obat-obatan maupun alat-alat. Abortus ini terbagi lagi menjadi:1,2,3
a. Abortus Medisinalis (abortus therapeutica)
Abortus medisinalis adalah abortus karena tindakan kita sendiri, dengan
alasan bila kehamilan dilanjutkan, dapat membahayakan jiwa ibu
(berdasarkan indikasi medis).
b. Abortus Kriminalis
Abortus kriminalis adalah abortus yang terjadi oleh karena tindakan-
tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis.

E. Gejala Klinis 2,5,6


- Tanda-tanda kehamilan, seperti amenorea kurang dari 20 minggu, mual-
muntah, mengidam, hiperpigmentasi mammae, dan tes kehamilan positif.
- Pada pemeriksaan fisik, keadaan umum tampak lemah atau kesadaran
menurun, tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau
cepat dan kecil, serta suhu badan normal atau meningkat.
- Perdarahan pervaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil konsepsi.

15
- Rasa mulas atau keram perut di daerah atas simfisis disertai nyeri pinggang
akibat kontraksi uterus.
- Pemeriksaan ginekologi
1. Inspeksi vulva: perdarahan pervaginam ada/tidak jaringan hasil konsepsi,
tercium/tidak bau busuk dari vulva.
2. Inspekulo: perdarahan dari kavum uteri ostium uteri terbuka atau sudah
tertutup, ada/tidak jaringan keluar dari ostium, serta ada/tidak cairan atau
jaringan berbau busuk dari ostium.
3. Colok vagina: porsio masih tebuka atau sudah tertutup serta teraba atau
tidak jaringan dalam kavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari
usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada
perabaan adneksa, dan kavum douglas tidak menonjol dan tidak nyeri.

F. Pemeriksaan Penunjang 2,6


1. Laboratorium
- Darah Lengkap
 Kadar hemoglobin rendah akibat anemia hemoragik.
 LED dan jumlah leukosit meningkat tanpa adanya infeksi.
- Tes Kehamilan
Terjadi penurunan atau level plasma yang rendah dari β-hCG secara
prediktif. Hasil positif menunjukkan terjadinya kehamilan abnormal
(blighted ovum, abortus spontan atau kehamilan ektopik).
2. Ultrasonografi
- USG transvaginal dapat digunakan untuk deteksi kehamilan 4 - 5 minggu.
- Detik jantung janin terlihat pada kehamilan dengan CRL > 5 mm (usia
kehamilan 5 - 6 minggu).
- Dengan melakukan dan menginterpretasi secara cermat, pemeriksaan
USG dapat digunakan untuk menentukan apakah kehamilan viabel atau
non-viabel.

G. Penatalaksanaan

16
1. Abortus imminens2,3
- Istirahat baring agar aliran darah ke uterus bertambah dan rangsang mekanik
berkurang.
- Progesteron 10 mg sehari untuk terapi substitusi dan untuk mengurangi
kerentanan otot-otot rahim.
- Tes kehamilan dapat dilakukan. Bila hasil negatif, mungkin janin sudah
mati.
- Pemeriksaan USG untuk menentukan apakah janin masih hidup.
- Berikan obat penenang, biasanya fenobarbital 3 x 30 mg.
- Pasien tidak boleh berhubungan seksual dulu sampai lebih kurang 2 minggu.
2. Abortus insipiens2
- Bila ada tanda-tanda syok maka atasi dulu dengan pemberian cairan dan
transfusi darah.
- Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, yang biasanya disertai
perdarahan, tangani dengan pengosongan uterus memakai kuret vakum
atau cunam abortus, disusul dengan kerokan memakai kuret tajam.
Suntikkan ergometrin 0,5 mg intramuskular.
- Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan infus oksitosin 10 IU dalam
dekstrose 5% 500 ml dimulai 8 tetes per menit dan naikkan sesuai
kontraksi uterus sampai terjadi abortus komplet.
- Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan
pengeluaran plasenta secara digital yang dapat disusul dengan kerokan.
- Memberi antibiotik sebagai profilaksis.
3. Abortus inkomplet2,3
- Bila disertai syok karena perdarahan, berikan infus cairan NaCl fisiologis
atau ringer laktat yang disusul dengan ditransfusi darah.
- Setelah syok diatasi, lakukan kerokan dengan kuret lalu suntikkan
ergometrin 0,2 mg intramuskular untuk mempertahankan kontraksi otot
uterus.
- Berikan antibiotik untuk rnencegah infeksi.

17
4. Abortus komplet2,3
- Bila pasien anemia, berikan hematinik seperti sulfas ferosus atau transfusi
darah.
- Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi.
- Anjurkan pasien diet tinggi protein, vitamin. dan mineral.
5. Missed abortion2
- Bila terdapat hipofibrinogenemia siapkan darah segar atau fibrinogen.
- Pada kehamilan kurang dari 12 minggu.
Lakukan pembukaan serviks dengan gagang laminaria selama 12 jam
lalu dilakukan dilatasi serviks dengan dilatator Hegar. Kemudian hasil
konsepsi diambil dengan cunam ovum lalu dengan kuret tajam.
- Pada kehamilan lebih dari 12 minggu.
Infus intravena oksitosin 10 IU dalam dekstrose 5% sebanyak 500 ml
mulai dengan 20 tetes per menit dan naikkan dosis sampai ada kontraksi
uterus. Oksitosin dapat diberikan sampai 10 IU dalam 8 jam. Bila tidak
berhasil, ulang infus oksitosin setelah pasien istirahat satu hari.
- Bila tinggi fundus uteri sampai 2 jari bawah pusat, keluarkan hasil
konsepsi dengan menyuntik larutan garam 20% dalam kavum uteri
melalui dinding perut.
6. Abortus infeksius dan septik2
- Tingkatkan asupan cairan.
- Bila perdarahan banyak, lakukan transfusi darah.
- Penanggulangan infeksi:
a) Gentamycin 3 x 80 mg dan Penicillin 4 x 1,2 juta.
b) Chloromycetin 4 x 500 mg.
c) Cephalosporin 3 x 1.
d) Sulbenicilin 3 x 1-2 gram.
- Kuretase dilakukan dalam waktu 6 jam karena pengeluaran sisa-sisa
abortus mencegah perdarahan dan menghilangkan jaringan nekrosis yang
bertindak sebagai medium perkembangbiakan bagi jasad renik.

18
- Pada abortus septik diberikan antibiotik dalam dosis yang lebih tinggi
misalnya Sulbenicillin 3 x 2 gram.
- Pada kasus tetanus perlu diberikan ATS, irigasi dengan H2O2, dan
histerektomi total secepatnya.
7. Abortus Habitualis2
- Memperbaiki keadaan umum, pemberian makanan yang sehat, istirahat
yang cukup, larangan koitus, dan olah raga.
- Merokok dan minum alkohol sebaiknya dikurangi atau dihentikan.
- Pada serviks inkompeten terapinya adalah operatif: Shirodkar atau Mac
Donald (cervical cerclage).

H. Komplikasi 2
Komplikasi yang berbahaya pada abortus ialah perdarahan, perforasi,
infeksi, dan syok.
1. Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil
konsepsi dan jika perlu pemberian tranfusi darah. Kematian karena
perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya.
2. Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam
posisi hiporetrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini, penderita perlu diamat-amati
dengan teliti. Jika ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan laparatomi, dan
tergantung dari luar dan bentuk perforasi, penjahitan luka perforasi atau
histerektomi. Perforasi uterus pada abortus yang dikerjakan oleh orang
awam menimbulkan persoalan gawat karena perlukaan uterus biasanya luas,
mungkin juga terjadi perlukaan pada kandung kemih atau usus. Dengan
adanya dugaan atau kepastian terjadinya perforasi, laparatomi harus segera
dilakukan.

19
3. Infeksi
Infeksi dalam uterus atau sekitarnya dapat terjadi pada tiap abortus, tetapi
biasanya ditemukan pada abortus inkompletus dan lebih sering pada abortus
buatan yang dikerjakan tanpa memperhatikan asepsis dan antisepsis.
4. Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan
karena infeksi berat (syok endoseptik).

II. MOLA HIDATIDOSA

A. Definisi
Mola berasal dari bahasa latin yang berarti massa dan hidatidosa berasal
dari kata Hydats yang berarti tetesan air. Mola hidatidosa adalah kehamilan
yang berkembang tidak wajar (konsepsi yang patologis) dimana tidak
ditemukan janin dan hampir seluruh vili korialis mengalami perubahan
hidropik menyerupai buah anggur atau mata ikan.5 Dalam hal demikian disebut
Mola Hidatidosa atau Complete mole, sedangkan bila disertai janin atau bagian
janin disebut sebagai Mola Parsialis atau Partial mole.6

Gambar 6. Molar pregnancy

20
III. KEHAMILAN EKTOPIK
A. Definisi
Kehamilan ektopik didefinisikan sebagai suatu kehamilan yang
pertumbuhan sel telur yang telah dibuahi tidak menempel pada dinding
endometrium kavum uteri.2 Kehamilan ekstrauterin tidak sinonim dengan
kehamilan ektopik karena kehamilan pada pars interstitialis tuba dan kanalis
servikalis masih termasuk dalam uterus tetapi jelas bersifat ektopik.
Kehamilan ektopik dapat terjadi di beberapa lokasi seperti yang terdapat pada
gambar 7.

Gambar 7. Lokasi kehamilan Ektopik

21
DAFTAR PUSTAKA

1. Perdarahan Pervaginam Pada Kehamilan Muda.Diunduh dari:


http://midwiferygirl.blogspot.com/2010/06/perdarahan-pervagina-pada-
kehamilan.html. Diakses tanggal 14 Januari 2012.
2. Hadijanto B. Perdarahan pada kehamilan muda. Dalam: Wiknjosastro H,
Saifuddin AB, Rachimhadhi T. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Edisi
Keempat. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka; 2009; hlm459-91.
3. Bagian obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran
Bandung.Obstetri Patologi.Bandung: Elstar Offset; 1984; hlm 7-17, 38-42.
4. Mansjoer, Arif. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. Jakarta: Media Aesculapius;
2007.
5. Mochtar, Prof. Dr. Rustam. Komplikasi akibat langsung kehamilan. Sinopsis
Obstetri; Obstetri Fisiologi Obstetri Patologi. Edisi 2. Jakarta: EGC; 1998; hlm
209-45.
6. Pongcharoen S. Hydatidiform Mole Pregnancy : Genetics and Immunology.
Siriraj Hosp Gaz 2004;56(7):382-387
7. Hacker N.F, M.J George. Terjemahan Esensial Obstetri dan Ginekologi, edisi 2,
Hipokrates, 2001, 679-687
8. H Alan, De Cherney, Nathan L. Gestational Trophoblastic Disease in Current
Obstetric an Gynecologic Diagnose and Treatment. 9th ed. Lange. Baltimore NY.
Mc Graw Hill. 2003. 947 – 958.
9. Wiknjosastro H. Mola Hidatidosa; Ilmu Kandungan. Edisi ke-2. Jakarta. Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 1997; 262 – 266.
10. Prawirohardjo S.Kehamilan Ektopik dalam Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta
Pusat: Yayasan Bina Pustaka; 2007.

22

Anda mungkin juga menyukai