Anda di halaman 1dari 13

A.

ANATOMI FISIOLOGI

1. Otak

Otak merupakan suatu struktur gelatin yang mana berat pada orang
dewasa sekitar 14 kg. Otak terdiri dari beberapa bagian yaitu;
Proensefalon (otak depan) terdiri dari serebrum dan diensefalon,
mesensefalon (otak tengah) dan rhombensefalon (otak belakang)
terdiri dari pons, medula oblongata dan serebellum.
Fisura membagi otak menjadi beberapa lobus. Lobus frontal berkaitan
dengan fungsi emosi, fungsi motorik dan pusat ekspresi bicara.Lobus
parietal berhubungan dengan fungsi sensorik dan orientasi
ruang.Lobus temporal mengatur fungsi memori tertentu. Lobus
oksipital bertanggungjawab dalam proses penglihatan. Mesensefalon
dan pons bagian atas berisi sistem aktivasi retikular yang berfungsi
dalam kesadaran dan kewapadaan.Pada medula oblongata terdapat
pusat kardiorespiratorik. Serebellum bertanggungjawab dalam fungsi
koordinasi dan keseimbangan.

Fisiologi Kepala
Tekanan intrakranial (TIK) dipengaruhi oleh volume darah
intrakranial, cairan secebrospinal dan parenkim otak. Dalam keadaan
normal TIK orang dewasa dalam posisi terlentang sama dengan tekanan
CSS yang diperoleh dari lumbal pungsi yaitu 4 – 10 mmHg. Kenaikan TIK
dapat menurunkan perfusi otak dan menyebabkan atau memperberat
iskemia.Prognosis yang buruk terjadi pada penderita dengan TIK lebih
dari 20 mmHg, terutama bila menetap. Pada saat cedera, segera terjadi
massa seperti gumpalan darah dapat terus bertambah sementara TIK
masih dalam keadaan normal.

B. DEFINISI CHEFALGIA
Chefalgia atau sakit kepala adalah salah satu keluhan fisik paling utama
manusia. Sakit kepala pada kenyataannya adalah gejala bukan penyakit dan
dapat menunjukkan penyakit organik (neurologi atau penyakit lain), respon
stress, vasodilatasi (migren), tegangan otot rangka (sakit kepala tegang) atau
kombinasi respon tersebut (Brunner & Suddart).
C. ETIOLOGI
Menurut Barbara (2007) menyebutkan bahwa etiologi cefalgia adalah
sebagai berikut:
1. Migren (dengan atau tanpa aura)
2. Sakit kepal tegang
3. Sakit kepala klaster dan hemikrania paroksismal
4. Berbagai sakit kepala yang dikatkan dengan lesi struktural.
5. Sakit kepala dikatkan dengan trauma kepala.
6. Sakit kepala dihubungkan dengan gangguan vaskuler (mis.
Perdarahan subarakhnoid).
7. Sakit kepala dihuungkan dengan gangguan intrakranial non vaskuler
( mis. Tumor otak)
8. Sakit kepala dihubungkan dengan penggunaan zat kimia tau putus
obat.
9. Sakit kepala dihubungkan dengan infeksi non sefalik.
10. Sakit kepala yang dihubungkan dengan gangguan metabolik
(hipoglikemia)
11. Sakit kepala atau nyeri wajah yang dihubungkan dengan gangguan
kepala, leher atau struktur sekitar kepala ( mis. Glaukoma akut)
12. Neuralgia kranial (nyeri menetap berasal dari saraf kranial)
D. PATOFISIOLOGI
Penyakit chefalgia terjadi karena trauma kepala dan non trauma
kepala.
Trauma kepala oleh benda tumpul dan tajam menyerang bagian
ekstrakranial dan intracranial.
Trauma di ekstra kranial menyebabkan terputusnya kontinuitas jaringan
kulit dan otot menyebabkan pendarahan,hematoma dan gangguan suplai
darah. Pendarahan dan hematoma menyebabkan perubahan sirkulasi
CCS menyebabkan peningkatan TIK sehingga girus medialis lobus
temporalis tergeser menyebabkan nekrosis jaringan otak terjadilah
mesesenfalon sehingga terjadi gangguan fungsi otak dan gangguan
kesadaran.
Peningkatan TIK tadi menyebabkan nyeri kepala yang disebabkan oleh
difungsi batang otak yang merusak syaraf morotik menyababkan pasien
beresiko jatuh.
Gangguan suplai darah menyebabkan penekanan pada jaringan otak
sehingga terjadi hipoksia yang menyebabkan munculnya diagnose
ketidakseimbangan perfusi jaringan cerebral,ketidakseimbangan itu
menyebabkan mual,muntah dan tidak nafsu makan sehingga
menimbulkan diagnose ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh.
Di intracranial jaringan otak rusak menyebabkan perubahan autoregulasi
dan odem cerebral menyabakan kejang.
Sedangkan non trauma cephalgia terjadi karena beban fikiran yang
menyebabkan stress psikologis sehingga hormone kortisol meningkat
menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah otak sehingga pola tidur
bisa tengganggu dan juga menyebabkan nyeri kepala.
Menurut Brunner & Suddarth, (2006) menyatakan bahwa :
Sakit kepala timbul sebagai hasil perangsangan terhadap bangunan-
bangunan diwilayah kepala dan leher yang peka terhadap nyeri.
Bangunan-bangunan ekstrakranial yang peka nyeri ialah otot-otot
okspital, temporal dan frontal, kulit kepala, arteri-arteri subkutis dan
periostium. Tulang tengkorak sendiri tidak peka nyeri. Bangunan-
bangunan intrakranial yang peka nyeri terdiri dari meninges, terutama
dura basalis dan meninges yang mendindingi sinus venosus serta arteri-
arteri besar pada basis otak. Sebagian besar dari jaringan otak sendiri
tidak peka nyeri.
Perangsangan terhadap bangunan-bangunan itu dapat berupa:
1. Infeksi selaput otak : meningitis, ensefalitis.
2. Iritasi kimiawi terhadap selaput otak seperti pada perdarahan
subdural atau setelah dilakukan pneumo atau zat kontras
ensefalografi.
3. Peregangan selaput otak akibat proses desak ruang intrakranial,
penyumbatan jalan lintasan liquor, trombosis venos spinosus, edema
serebri atau tekanan intrakranial yang menurun tiba-tiba atau cepat
sekali.
4. Vasodilatasi arteri intrakranial akibat keadaan toksik (seperti pada
infeksi umum, intoksikasi alkohol, intoksikasi CO, reaksi alergik),
gangguan metabolik (seperti hipoksemia, hipoglikemia dan
hiperkapnia), pemakaian obat vasodilatasi, keadaan paska contusio
serebri, insufisiensi serebrovasculer akut).
5. Gangguan pembuluh darah ekstrakranial, misalnya vasodilatasi (
migren dan cluster headache) dan radang (arteritis temporalis)
6. Gangguan terhadap otot-otot yang mempunyai hubungan dengan
kepala, seperti pada spondiloartrosis deformans servikalis.
7. Penjalaran nyeri (reffererd pain) dari daerah mata (glaukoma, iritis),
sinus (sinusitis), baseol kranii ( ca. Nasofaring), gigi geligi (pulpitis dan
molar III yang mendesak gigi) dan daerah leher (spondiloartritis
deforman servikalis.
8. Ketegangan otot kepala, leher bahu sebagai manifestasi psikoorganik
pada keadaan depresi dan stress. Dalam hal ini sakit kepala sininim
dari pusing kepala.
E. MANIFESTASI KLINIS
1. Migren
Migren adalah gejala kompleks yang mempunyai karakteristik pada
waktu tertentu dan serangan sakit kepala berat yang terjadi berulang-
ulang. Penyebab migren tidak diketahui jelas, tetapi ini dapat disebabkan
oleh gangguan vaskuler primer yang biasanya banyak terjadi pada wanita
dan mempunyai kecenderungan kuat dalam keluarga.
Tanda dan gejala adanya migren pada serebral merupakan hasil dari
derajat iskhemia kortikal yang bervariasi. Serangan dimulai dengan
vasokonstriksi arteri kulit kepala dam pembuluh darah retina dan serebral.
Pembuluh darah intra dan ekstrakranial mengalami dilatasi, yang
menyebabkan nyeri dan ketidaknyamanan.
Migren klasik dapat dibagi menjadi tiga fase, yaitu:
a. Fase aura.
Berlangsung lebih kurang 30 menit, dan dapat memberikan
kesempatan bagi pasien untuk menentukan obat yang digunakan
untuk mencegah serangan yang dalam. Gejala dari periode ini adalah
gangguan penglihatan ( silau ), kesemutan, perasaan gatal pada
wajah dan tangan, sedikit lemah pada ekstremitas dan pusing.
Periode aura ini berhubungan dengan vasokonstriksi tanpa nyeri yang
diawali han fisiologi awal. Aliran darah serebral berkurang, dengan
kehilangan autoregulasi laanjut dan kerusakan responsivitas CO2.
b. Fase sakit kepala
Fase sakit kepala berdenyut yang berat dan menjadikan tidak mampu
yang dihungkan dengan fotofobia, mual dan muntah. Durasi keadaan
ini bervariasi, beberapa jam dalam satu hari atau beberapa hari.
c. Fase pemulihan
Periode kontraksi otot leher dan kulit kepala yang dihubungkan
dengan sakit otot dan ketegangan lokal. Kelelahan biasanya terjadi,
dan pasien dapat tidur untuk waktu yang panjang.
2. Cluster Headache
Cluster Headache adalah beentuk sakit kepala vaskuler lainnya yang
sering terjadi pada pria. Serangan datang dalam bentuk yang menumpuk
atau berkelompok, dengan nyeri yang menyiksa didaerah mata dan
menyebar kedaerah wajah dan temporal. Nyeri diikuti mata berair dan
sumbatan hidung. Serangan berakhir dari 15 menit sampai 2 jam yang
menguat dan menurun kekuatannya.
Tipe sakit kepala ini dikaitkan dengan dilatasi didaerah dan sekitar
arteri ekstrakranualis, yang ditimbulkan oleh alkohol, nitrit, vasodilator dan
histamin. Sakit kepala ini berespon terhadap klorpromazin.
3. Tension Headache
Stress fisik dan emosional dapat menyebabkan kontraksi pada otot-
otot leher dan kulit kepala, yang menyebabkan sakit kepala karena
tegang. Karakteristik dari sakit kepala ini perasaan ada tekanan pada
dahi, pelipis, atau belakang leher. Hal ini sering tergambar sebagai
“beban berat yang menutupi kepala”. Sakit kepala ini cenderung kronik
daripada berat. Pasien membutuhkan ketenangan hati, dan biasanya
keadaan ini merupakan ketakutan yang tidak terucapkan. Bantuan
simtomatik mungkin diberikan untuk memanaskan pada lokasi, memijat,
analgetik, antidepresan dan obat relaksan otot. (Marlyn E. Doengoes,
2005)

F. KOMPLIKASI
1. Ruptur pembuluh darah otak
2. Kebutaan

G. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Migren
a. Terapi Profilaksis
1) Menghindari pemicu
2) Menggunakan obat profilaksis secara teratur
Profilaksis: bukan analgesik, memperbaiki pengaturan proses
fisiologis yang mengontrol aliran darah dan aktivitas system syaraf
b. Terapi abortif menggunakan obat-obat penghilang nyeri dan/atau
vasokonstriktor
Obat-obat untuk terapi abortif
Analgesik ringan : aspirin (drug of choice), parasetamol
1) NSAIDS :
Menghambat sintesis prostaglandin, agragasi platelet, dan
pelepasan 5-HT. Naproksen terbukti lebih baik dari ergotamine.
Pilihan lain : ibuprofen, ketorolac.
2) Golongan triptan
a) Agonis reseptor 5-HT1 menyebabkan vasokonstriksi
Menghambat pelepasan takikinin, memblok inflamasi
neurogenik Efikasinya setara dengan dihidroergotamin, tetapi
onsetnya lebih cepat.
b) Sumatriptan oral lebih efektif dibandingkan ergotamin per oral
3) Ergotamin
Memblokade inflamasi neurogenik dengan menstimulasi reseptor
5-HT1 presinapti. Pemberian IV dpt dilakukan untuk serangan
yang berat
4) Metoklopramid
Digunakan untuk mencegah mual muntah. Diberikan 15-30 min
sebelum terapi antimigrain, dapat diulang setelah 4-6 jam
5) Kortikosteroid
Dapat mengurangi inflamasi. Analgesik opiate. Contoh :
butorphanol

c. Obat untuk terapi profilaksis


1) Beta bloker
Merupakan drug of choice untuk prevensi migraine. Contoh:
atenolol, metoprolol, propanolol, nadolol. Antidepresan
trisiklik Pilihan: amitriptilin, bisa juga: imipramin, doksepin,
nortriptilin Punya efek antikolinergik, tidak boleh digunakan untuk
pasien glaukoma atau hiperplasia prostat

6) Metisergid
Merupakan senyawa ergot semisintetik, antagonis 5-
HT2. Asam/Na Valproat dapat menurunkan keparahan, frekuensi
dan durasi pada 80% penderita migraine
7) NSAID
Aspirin dan naproksen terbukti cukup efektif. Tidak disarankan
penggunaan jangka panjang karena dapat menyebabkan
gangguan GI
8) Verapamil
Merupakan terapi lini kedua atau ketiga
9) Topiramat
Sudah diuji klinis, terbukti mengurangi kejadian migraine
2. Sakit kepala tegang otot
a. Terapi Non-farmakologi
1) Melakukan latihan peregangan leher atau otot bahu sedikitnya 20
sampai 30 menit.
2) perubahan posisi tidur,
3) pernafasan dengan diafragma atau metode relaksasi otot yang
lain,
4) Penyesuaian lingkungan kerja maupun rumah :
a) Pencahayaan yang tepat untuk membaca, bekerja,
menggunakan komputer, atau saat menonton televise
b) Hindari eksposur terus-menerus pada suara keras dan bising
c) Hindari suhu rendah pada saat tidur pada malam hari
b. Terapi farmakologi
Menggunakan analgesik atau analgesik plus ajuvan sesuai tingkat
nyeri Contoh : Obat-obat OTC seperti aspirin, acetaminophen,
ibuprofen atau naproxen sodium. Produk kombinasi dengan kafein
dapat meningkatkan efek analgesic. Untuk sakit kepala kronis,
perlu assesment yang lebih teliti mengenai penyebabnya,
misalnya karena anxietas atau depresi. Pilihan obatnya adalah
antidepresan, seperti amitriptilin atau antidepresan lainnya.
Hindari penggunaan analgesik secara kronis memicu rebound
headache
3. Cluster headache
Sasaran terapi : menghilangkan nyeri (terapi abortif), mencegah
serangan (profilaksis)
Strategi terapi : menggunakan obat NSAID, vasokonstriktor cerebral
a. Obat-obat terapi abortif:
1) Oksigen
2) Ergotamin
Dosis sama dengan dosis untuk migraine
3) Sumatriptan
b. Obat-obat untuk terapi profilaksis:
1) Verapamil
2) Litium
3) Ergotamin
4) Metisergid
5) Kortikosteroid
6) Topiramat

H. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
1. Nyeri b.d stess dan ketegangan, iritasi/tekanan saraf, vasospasme,
peningkatan tekana intrakranial.
Tujuan: Rasa nyeri terkontrol atau dapat dikurangi
KH: Nyeri menghilang ditandai dengan klien melaporkan nyeri
menghilang, ekspresi wajah rileks, TTV dalam batas normal
Intervensi :
a. Teliti keluhan nyeri, catat itensitasnya ( dengan skala 0-10 ),
karakteristiknya (misal : berat, berdenyut, konstan) lokasinya,
lamanya, faktor yang memperburuk atau meredakan.
Rasional:Sebagai dasar dalam menentukan intervensi selanjutnya
b. Observasi TTV
Rasional: Perubahan TTV merupakan indikasi adanya nyeri yang
hebat
c. Berikan kompres dingin pada kepala.
Rasional: Untuk mengurangi nyeri
d. Berikan tindakan distraksi
Rasional: mengalihkan perhatian klien dari nyeri yang dirasakan
e. Jelaskan penyebab terjadinya nyeridan akibatnya
Rasional: Peningkatan pengetahuan meningkatkan kooperatif
klien dalam pelaksanaan tindakan
f. Kolaborasi pemberian obat analgetik
Rasional: Untuk mengontrol nyeri
2. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi dan hospitalisasi
Tujuan :Ansietas berkurang atau hilang
KH :Tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang pada
tingkat yang dapat diatasi.
Intervensi :
a. Kaji tingkat ansietas. Bantu pasien mengidentifikasi keterampilan
koping yang telah dilakukan dengan berhasil pada masa lalu.
R/ :Memandukan intervensi terapeutik dan partisipatif dalam
perawatan diri, keterampilan koping pada masa lalu dapat
mengurangi ansietas.
b. Dorong menyatakan perasaan. Berikan umpan balik
R/ :Membuat hubungan terapeutik. Membantu orang terdekat
dalam mengidentifikasi masalah yang menyebabkan stress
c. Beri informasi yang akurat dan nyata tentang apa tindakan yang
dilakukan
R/ :Keterlibatan pasien dalam perencanaan perawatan
memberikan rasa control dan membantu menurunkan ansietas
d. Berikan lingkungan tenang dan istirahat
R/: Memindahkan pasien dari stress luar, meningkatkan relaksasi,
membantu menurunkan ansietas
e. Dorong pasien/orang terdekat untuk menyatakan perhatian,
perilaku perhatian
R/: Tindakan dukungan dapat membantu pasien merasa stres
berkurang, memungkinkan energi untuk ditujukan pada
penyembuhan.
f. Beri dorongan spiritual
R/: Agar klien kembali menyerahkan sepenuhnya kepada Tuhan
YME
g. Berikan informasi tentang proses penyakit dan antisipasi tindakan
R/ : Mengetahui apa yang diharapkan dapat menurunkan
ansietas
h. Kolaborasi pemberian obat sedatif
R/: Dapat digunakan untuk menurunkan ansietas dan
memudahkan istirahat
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri dan cemas
Tujuan : kebutuhan tidur terpenuhi
Kriteria hasil :
a. Memahami faktor yang menyebabkan gangguan tidur
b. Dapat menangani penyebab tidur yang tidak adekuat
c. Tanda – tanda kurang tidur dan istirahat tidak ada
Intervensi :
a. Lakukan pengkajian masalah gangguan tidur pasien, karakteristik
dan penyebab kurang tidur
R/:Memberikan informasi dasar dalam menentukan rencana
keperawatan
b. Keadaan tempat tidur, bantal yang nyaman dan bersih
R/: Meningkatkan kenyamanan saat tidur
c. Lakukan persiapan untuk tidur malam
R/: Mengatur pola tidur
d. Anjurkan klien untuk relaksasi pada waktu akan tidur.
R/: Memudahkan klien untuk bisa tidur
e. Ciptakan suasana dan lingkungan yang nyaman
R/: Lingkungan dan siasana yang nyaman akan mempermudah
penderita untuk tidur.
f. Kolaborasi pemberian obat
1) Analgetik
R/: Menghilangkan nyeri, meningkatkan kenyamanan dan
meningkatkan istirahat
2) Sedatif
R/: untuk membantu klien istirahat dan tidur
4. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual,
muntah, anoreksia dan intake inadekuat
Tujuan : Tidak terjadi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
Kriteria Hasil :
Kebutuhan nutrisi adekuat ditandai dengan peningkatan berat badan,
menunjukkan selera makan, klien menghabiskan porsi makanan
yang diberikan.
Intervensi :
a. Kaji intake makanan,
Rasional : Sebagai dasar untuk menetukan intervensi selanjutnya
b. Berikan kebersihan oral
Rasional: mulut yang bersih dapat meningkatkan rasa makanan
c. Sediakan makanan dalam ventilasi yang baik, lingkungan
menyenangkan, dengan situasi tidak terburu-buru, temani
Rasional: Lingkungan yang menyenangkan menurunkan stres dan
lebih kondusif untuk makan
d. Kolaborasi pemberian obat-obatan antiemetik
Rasional: menghilangkan gejala mual muntah
5. Kurang pengetahuan mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kurangnya pemajanan/ mengingat
kesalahasn interprestasi informasi, keterbatasan kognitif.
Tujuan :Peningkatan pengetahuan klien tentang penyakitnya
KH :Pasien mengutarakan pemahaman tentang kondisi, efek
prosedur dan proses pengobatan ditandai dengan
a. Melakukan prosedur yang diperlukan dan menjelaskan alasan dari
suatu tindakan.
b. Memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan dan ikut serta
dalam regimen perawatan.
Tindakan/ intervensi:
1. Tinjau proses penyakit dan harapan masa depan.
Rasional : Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat
membuat pilihan.
2. Berikan informasi mengenai terapi obat - obatan, interaksi obat,
efek samping dan ketaatan terhadap program.
Rasional : Meningkatkan pemahaman dan meningkatkan kerja
sama dalam penyembuhan dan mengurangi kambuhnya
komplikasi.
3. Diskusikan kebutuhan untuk pemasukan nutrisional yang tepat
dan seimbang.
Rasional : Perlu untuk penyembuhan optimal dan kesejahteraan
umum.
4. Dorong periode istirahat dan aktivitas yang terjadwal.
Rasional : Mencegah pemenatan, penghematan energi dan
meningkatkan penyembuhan.
5. Sarankan pemakaian music yang menyenangkan
Rasional : meningkatkan relaksasi
6. Identifikasi dan diskusikan timbulnya resiko bahaya yang tidak
nyata dan/atau terapi yang bukan terapi medis
Rasional: Mencegah tindakan yang berbahaya

Anda mungkin juga menyukai