PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dapat dibuat dari latar belakang diatas adalah
sebagai berikut:
1.2.1 Apa pengertian batuan dan mineral sebagai sumber unsur hara?
1.2.2 Bagaimana proses terbentuknya batuan dan mineral?
1.2.3 Bagaimana proses perubahan batuan mineral menjadi unsur hara?
1.2.4 Bagaimana mekanisme penyediaan unsur hara dari batuan mineral bagi
tanaman?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang didapat dari tulisan ini adalah sebagai berikut:
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian batuan dan mineral sebagai sumber unsur
hara
1.3.2 Untuk mengetahui proses terbentuknya batuan dan mineral
1.3.3 Untuk mengetahui proses perubahan batuan mineral menjadi unsur hara
1.3.4 Untuk mengetahui mekanisme penyediaan unsur hara dari batuan mineral
bagi tanaman
2
II. PEMBAHASAN
3
2. Batuan sedimen
Merupakan jenis batuan hasil litifikasi bahan rombakan batuan hasil
denudasi atau hasil reaksi kimia. Contohnya adalah batu konglomerat, batu
gamping, batu breksi, batu pasir, dan lain-lain (Wahyudi, 2013).
4
Tabel 1. Beberapa contoh mineral penyusun batuan yang mengandung unsur hara
5
Gambar Siklus Terbentuknya Batuan
6
3. Mengalami Erosi
Selanjutnya, batuan yang telah dihancurkan ini akan berpindah dari
tempatnya akibat tenaga eksogen salah satunya air atau disebut dengan erosi,
contoh seperti di daerah sungai. Selain air terdapat juga tenaga seperti angin
dan gletser yang membuat batuan yang sudah hancur berpindah tempat.
4. Pembentukan Batuan Sidemen (Sidementasi)
Lama kelamaan material-material dari pelapukan batuan beku yang
sudah terangkat oleh air tersebut akan membekas atau menumpuk pada suatu
tempat dan jumlahnya akan bertambah semakin banyak. Semakin banyaknya
jumlah batuan-batuan yang mengendap ini, dampaknya setelah waktu yang
lama akan semakin mengeras. Karena pengerasan tersebut yang akan membuat
terjadinya batuan yang mana batuan itu disebut dengan batuan sedimen.
Secara ilmiah pembentukan batuan sedimen yang lebih keilmuan adalah
material sedimen muda akan menimbun endapan-endapan dengan waktu yang
sangat lama. Lalu setelah itu tekanan-tekanan yang akan dihasilkan akan
membuat endapan-endapan ini menjadi padat. Ketika aliran air bergerak dan
masuk ke dalam sebuah material sedimen, maka mineral kalsit dan mineral
silika yang terlarut akan tertimbun dan mengisi rongga-rongga butir yang
bekerja sebagai semen yaitu melekatkan butiran-butiran sedimen antar satu
dengan butiran-butiran sedimen lainnya.
5. Pembentukan Batuan Metamorf
Metamorf terjadi karena berawal dari batuan beku kemudian menjadi
batuan sidemen dan mengalami perubahan baik terjadi secara fisik maupun
kimia sehingga bentuknya berbeda dengan batuan induknya. Perubahan
tersebut dipengaruhi karena adanya tekanan, temperature, dan aliran panas, cair
dan gas. Jika semakin dalam batu metamorf terkubur maka semakin tinggi suhu
atau temperature yang didapatkan, jika hal tersebut terjadi maka batuan tersebut
akan kembali menjadi magma.
7
2.2.2 Proses Pembentukan Mineral
1. Proses Magmatis
Proses ini sebagian besar berasal dari magma primer yang bersifat ultra
basa, lalu mengalami pendinginan dan pembekuan membentuk mineral-mineral
silikat dan bijih. Pada temperatur tinggi (>600˚C) stadium liquido magmatis
mulai membentuk mineral-mineral, baik logam maupun non-logam. Asosiasi
mineral yang terbentuk sesuai dengan temperatur pendinginan saat itu.
2. Proses Pegmatisme
Setelah proses pembentukan magmatis, larutan sisa magma (larutan
pegmatisme) yang terdiri dari cairan dan gas. Stadium endapan ini berkisar
antara 600˚C sampai 450˚C berupa larutan magma sisa. Asosiasi batuan
umumnya Granit.
3. Proses Pneumatolisis
Setelah temperatur mulai turun, antara 550-450˚C, akumulasi gas mulai
membentuk jebakan pneumatolisis dan tinggal larutan sisa magma makin encer.
Unsur volatile akan bergerak menerobos batuan beku yang telah ada dan batuan
samping disekitarnya, kemudian akan membentuk mineral baik karena proses
sublimasi maupun karena reaksi unsur volatile tersebut dengan batuan-batuan
yang diterobosnya sehingga terbentuk endapan mineral yang disebut
mineralpneumatolitis.
4. Proses Hydrotermal
proses pembentuk mineral yang terjadi oleh pengaruh temperatur dan
tekanan yang sangat rendah, dan larutan magma yang terbentuk sebelumnya.
Adapun bentuk-bentuk endapan mineral dapat dijumpai sebagai proses endapan
hidrotermal adalah sebagai Cavity filling. Cavity filling adalah proses
mineralisasi berupa pengisian ruang-ruang bukaan (rongga) dalam batuan yang
terdiri atas mineral-mineral yang diendapkan dari larutan pada bukaan-bukaan
batuan.
8
5. Proses Replacement (Metasomatic replacement)
Adalah proses dalam pembentukan endapan-endapan mineral
epigenetic yang didominasi oleh pembentukan endapan-endapan hipotermal,
mesotermal dan sangat penting dalam grup epitermal. Mineral-mineral bijih
pada endapan metasomatic kontak telah dibentuk oleh proses ini, dimana proses
ini dikontrol oleh pengayaan unsur-unsur sulfide dan dominasi pada formasi
unsur-unsur endapan mineral lainnya.
6. Proses Sedimenter
Proses Sedimenter adalah endapan yang terbentuk dari proses
pengendapan dari berbagai macam mineral yang telah mengalami pelapukan
dari batuan asalnya, yang kemudian terakumulasi dan tersedimentasikan pada
suatu tempat.
7. Proses Evaporasi
Proses evaporasi mieneral adalah proses pembentukan mineral pada
daerah yang beriklim kering dan panas akibat dari prose penguapan. Yaitu
mineral yang teralut pada air tetap tinggal ketika terjadi penguapan pada air.
8. Konsentrasi Residu Mekanik
Endapan residual yaitu endapan hasil pelapukan dimana proses
pelapukan dan pengendapan terjadi di tempat yang sama, dengan kata lain tanpa
mengalami transportasi (baik dengan media air atau angin) seperti endapan
sedimen yang lainnya. Proses pelapukan (weathering) biasanya terjadi secara
fisika dan kimia.
9. Proses Oksidasi dan Supergen Enrichment
Tubuh bijih (lode, urat, pipa dll) yg muncul dekat permukaan akan
mengalami pelapukan krn rembesan air & udara. Perembesan tsb menyababkan
pelapukan & pelarutan shg batuan asalnya yg kompak mjd porous dg batuan yg
terbentuk disebut gossan. Mineral primer di daerah ini mengalami oksidasi
smpai batas nuka air tanah, daerah diatas muka air tanah disebut zona oksidasi.
Pada zona oksidasi akan terakumulasi mineral oksida sekunder limonitdgn ciri2
khusus. Proses pengayaan oksida tsb bisa juga t’bentuk dari mineral sulfida &
9
tjd di zona oksidasi. Lalu tjd pelarutan garam2 & asam sulfat lewat zona
sulfidasi (dibwh muka air tanah)/zona pengayaan supergen t’bentuk mineral
sekunder. Terjadi reaksi2 pada zona oksidasi & sulfidasi.
10. Proses Metamorfisme
Mineral yang membentuk batuan metamorf adalah mineral asal batuan
beku, batuan sedimen dan batuan metamorf yang berubah karena proses
metamorfosis. Proses metamorfosisme mengubah mineral menjadi kondisi
terbentuk mineral baru, dan/atau membentuk mineral yang sama namun
memiliki sifat yang berbeda karena menyesuaikan kondisi lingkungan yang
baru. Sebagai contoh perubahan pada kondisi pertama yaitu mineral olivine
terubah menjadi asbestos, dan mineral homblende membentuk serpentine.
Sedangkan perubahan pada kondisi kedua yaitu mineral calcite tetap calcite,
dan quartz tetap quartz.
10
2.3 Proses Perubahan Batuan Mineral Menjadi Unsur Hara
Perubahan batuan mineral melalui proses penghancuran atau pelapukan
terlebuh dahulu menjadi bahan induk mineral sehingga menjadi berbentuk
butiran – butiran lebih kecil yang bersifat lepas maka selanjutnya sebagai bahan
dasar pembentukan tanah, di dalam tanah mengalami beberapa proses reaksi
kimia untuk menghasilkan hara – hara yang tersedia bagi tanaman. Bahan induk
tanah berbeda dengan bahan batuan induk, bahan induk tanah merupakan bahan
hasil pelapukan batuan induk.
Faktor – faktor pembentukan tanah dibagi menjadi faktor aktif dan
faktor pasif. Faktor aktif dalam pembentukan tanah adalah iklim dan organisme
tanah. Faktor pembentukan tanah pasif merupakan refief (bentuklahan), bahan
induk dan waktu. Jenny (1941) memformulasikan faktor pembentuk tanah ke
dalam sebuah formula matematis sebagai berikut:
S= f (C, O, P, R, T.....)
S= Tanah(soil)
f= Fungsi(functions)
C= Iklim(climate)
O= Organisme(organism)
P= Batuan Induk Tanah (Soil Parent Materials)
R= Bentuklahan(Relief)
T= Waktu(Time)
.... =faktor lokal yang tidak terdefinisikan secara spesifik
Faktor lokal yang paling utama adalah pengaruh aktivitas manusia,
bahkan Dudal (2004) menyampaikan bahwa manusia sebagai faktor pembentuk
tanah yang keenam. Berbagai aktivitas manusia dapat meyebabkan perubahan-
perubahan di dalam tubuh tanah. Manusia juga termasuk faktor pembentuk
tanah, tanpa disebutkan manusia berperan penting dalam pembentukan tanah.
Aktivitas penambangan bijih mineral secara terbuka jelas-jelas menyingkirkan
tanah penutup permukaan dan menguak batuan dasar sehingga perkembangan
11
tanah mulai dari titik awal lagi, aktivitas manusia dalam penanaman pohon, dan
sebagainya berdampak positif serta negatif terhadap pembentukan tanah.
Tahapan Pembentukan Tanah akibat pelapukan dari batuan induk
sehingga dapat menyediakan unsur hara
a. Tahap 1
Permukaan batuan secara langsung berinteraksi dengan atmosfer dan
hidrosfer, sehingga meyebabkan permukaan batuan dengan kondisi yang
tidak stabil. Akibatnya terjadi pelapukan kimiawi diantaranya proses
oksidasi, hidrasi, dsb. Menjadikan permukaan batuan lapuk dengan
mengubah struktur dan komposisi kimiawi material batuannya. Dengan
membentuk material yang lebih kecil dan lunak dibandingkan dengan
keadaan sebelumnya.
b. Tahap 2
Setelah mengalami pelapukan bagian permukaan batuan yang lapuk akan
menjadi lebih lunak. Rekahan-rekahan yang terbentuk pada batuan akan
menjadi jalur masuknya air dan sirkulasi udara sehingga terjadi pelapukan
pada lapisan batuan yang lebih dalam lagi.
c. Tahap 3
Di lapisan tanah bagian atas muncul tumbuh-tumbuhan, akar tumbuhan
ini membentuk rekahan pada lapisan-lapisan batuan. Dengan kehadiran
tumbuhan, material sisa tumbuhan yang mati akan membusuk
membentuk humus. Air yang terinfiltrasi ke dalam lapisan tanah akan
membawa asam humus yang ada di lapisan atas
d. Tahap 4
Tanah menjadi lebih subur, sehingga tumbuhlah tumbuh-tumbuhan yang
lebih besar meyebabkan akar-akar tumbuhan menjangku lapisan batuan
yang lebih dalam. Di tahap ini terjadi proses pencucian yang intensif. Air
yang terinfiltasi (meresap) ke dalam lapisan-lapisan tanah membawa
mineral-mineral yang ada di lapisan atas dan mengendapkannya pada
12
lapisan dibawahnya. Sehingga terbentuk akumulasi mineral-mineral serta
unsur hara tertentu pada didalam tanah
2.4 Mekanisme Penyediaan Unsur Hara Dari Batuan Mineral Bagi Tanaman
Mekanisme batuan menjadi unsur hara dalam bentuk tersedia bagi tanaman
harus melalui suatu proses penghancuran atau pelapukan terlebih dahulu.
Batuan- batuan induk akan mengalami pelapukan hingga mineral-mineralnya
terlepas menjadi butiran-butiran yang lebih kecil. Selanjutnya mineral-mineral
tersebut mengalami beberapa reaksi-reaksi kimia yang selanjutnya akan
menghasilkan hara-hara yang tersedia bagi tanaman (Sudibyo, 2010).
Sebagai contoh mekanisme perubahan mineral batuan menjadi unsur hara
dalam bentuk tersedia bagi tanaman adalah mineral niter (KNO3). Mineral
tersebut akan mengalami hidrolisis ketika berikatan dengan molekul air (H2O)
dengan reaksi sebagai berikut:
13
III. PENUTUP
3.1 Simpulan
Dari uraian sebelumnya maka dapat diperoleh beberapa simpulan yakni:
1. Batuan adalah benda alam yang menjadi penyusun utama bumi. Sedangkan
mineral merupakan komponen batuan yang membentuk lapisan kerak bumi.
Batuan terdiri dari satu atau lebih mineral. Batuan terbentuk dari kumpulan
magma yang membeku di permukaan bumi dan berakhir menjadi berbagai
jenis batuan. Sedangkan mineral terbentuk secara anorganik, mempunyai
komposisi kimia pada batas-batas tertentu dan memiliki atom-atom yang
tersusun secara teratur.
2. Batuan dikatakan sebagai salah satu sumber hara karena pada batuan-batuan
tersebut (batuan beku, batuan sedimen, maupun batuan metamorf) disusun
oleh mineral-mineral batuan dimana di dalam mineral-mineral batuan ini
disusun oleh segala macam unsur kimia termasuk unsur-unsur hara.
3. Batuan dan mineral pertama kali terbentuk atau terlahirnya oleh adanya
magma yang mengalami kristalisasi. Lalu untuk magma yang membeku
akan menghasilkan sebuah mineral atau krisat. Untuk magma yang
membeku ini akan menghasilkan sebuah jenis batuan, jenis batuan tersebut
adalah batuan beku.
4. Batuan akan melapuk terlebih dahulu setelah itu akan melepaskan mineral-
mineral penyusunnya yang terdiri dari unsur-unsur (termasuk unsur-unsur
hara) yang selanjutnya bereaksi dengan senyawa-senyawa lain
menghasilkan bentuk-bentuk hara yang tersedia bagi tanaman
3.2 Saran
Sebaiknya kita selalu menjaga kesuburan dan keseimbangan hara
dalam tanah mengingat pentingnya unsur hara bagi pertumbuhan dan
perkembangan tanaman yang optimal.
14
DAFTAR PUSTAKA
Agus, C.2007.Mineralogi untuk Ilmu Pertanian.Fakultas Kehutanan
UGM:Yogyakarta.Warmada wayan. Agromineralogi(minerologi untuk
pertanian). Fakultas Teknik UGM : Yogyakarta.
Jenny, H., 1941. Factor of Soil Formation. McGraw-Hill Book Company, Inc. New
York And London.
Nandi. 2010. Batuan, Mineral dan Batubara .
http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._GEOGRAFI/197901012005
011NANDI/geologi%20lingkungan/BATUAN.pdf__suplemen_Geologi_Ling
kungan.pdf Diakses pada tanggal 11 Februari 2018
Sartohadi. Janun, dkk. 2013. Pengantar Geografi Tanah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Sudibyo, F., 2010. Pengertian Unsur Hara dan Bahan Organik.
http://floris.blogbisnis.org/2010/09/pengertian-unsur-hara-dan-bahan-
organik.html. Diakses pada tanggal 11 Februari 2018
Sumber Unsur Hara Yang Digunakan Tanaman.
http://www.gerbangpertanian.com/2010/04/sumber-unsur-hara-yang-di-
gunakan.html. Diakses pada tanggal 11 Februari 2018
Wahyudi, K. F., 2013. Sumber Unsur Hara Dalam Tanah.
http://cingdoland.blogspot.com/2013/05/sumber-unsur-hara-dalam-
tanah_8.html. Diakses pada tanggal 11 Februari 2018
Yakub_Malik. 2010. Pendidikan Geografi (Mengenal Batuan).
http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._GEOGRAFI/195901011989
011-YAKUB_MALIK/HANDOUT_BATUAN.pdf Diakses pada tanggal 11
Februari 2018
15