Anda di halaman 1dari 81

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kesehatan ibu dan anak adalah pangkal kesehatan dan kesejahteraan bangsa.
Ibu sehat akan melahirkan anak yang sehat, menuju keluarga sehat dan bahagia.
Mengingat anak-anak merupakan salah satu aset bangsa maka masalah kesehatan
anak memerlukan prioritas masih cukup tinggi.
Sekitar 37,3 juta penduduk di Indonesia hidup di bawah garis kemiskinan,
setengah dari total rumah tangga mengkonsumsi makanan kurang dari kebutuhan
sehari-hari, lima juta balita berstatus gizi kurang, lebih dari 100 juta penduduk
beresiko terhadap berbagai masalah kurang gizi.
Dalam hal kematian, Indonesia mempunyai komitmen untuk mencapai
sasaran Millenium Development Goals (MDG’s) untuk mengurangi jumlah
penduduk yang miskin dan kelaparan serta menurunkan angka kematian balita
menjadi tinggal setengah dari keadaan pada tahun 2000 (Syarief,Hidayat.2004).
Sumber daya manusia terbukti sangat menentukan kemajuan dan keberhasilan
pembangunan suatu Negara. Terbentuknya sumber daya manusia yang berkualitas,
yaitu sumber daya manusia yang sehat, cerdas, dan produktif.
Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan
preventif yang paling dasar dan utama bagi wanita, meskipun tidak selalu diakui
demikian. Peningkatan dan perluasan pelayanan keluarga berencana merupakan
salah satu usaha untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu yang
sedemikian tinggi akibat kehamilan yang dialami oleh wanita. Banyak wanita
harus menentukan pilihan kontrasepsi yang sulit, tidak hanya karena terbatasnya
jumlah metode yang tersedia tetapi juga karena metode-metode tertentu mungkin
tidak dapat diterima sehubungan dengan kebijakan nasional KB, kesehatan
individual dan seksualitas wanita atau biaya untuk memperoleh kontrasepsi
(Depkes RI, 1998).
Pembinaan kesehatan keluarga ditujukan kepada upaya menumbuhkan sikap
dan prilaku yang akan menumbuhkan kemampuan keluarga itu sendiri untuk
mengatasi masalah kesehatan dengan dukungan dan bimbingan tenaga
profesional, menuju terwujudnya kehidupan keluarga yang sehat. Juga kesehatan

1
keluarga diselenggarakan untuk mewujudkan keluarga sehat kecil, bahagia dan
sejahtera.
Dalam keluarga , usia lanjut merupakan figur tersendiri dalam kaitannya
dengan sosial budaya bangsa sedangkan dalam kehidupan Nasional, usia lanjut
merupakan sumber daya yang bernilai sesuai dengan pengetahuan dan
pengalaman kehidupan yang dimilikinya yang dapat dimanfaatkan untuk
meningkatkan mutu kehidupan masyarakat keseluruhannya. Sebagai hasil
pembangunan terlihat adanya peningkatan umur harapan hidup waktu lahir yang
membawa dampak peningkatan jumlah usia lanjut dengan berbagai kebutuhan
khusus dibidang kesehatan.
Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) telah dilaksanakan di Indonesia sejak
tahun 1985. Pada saat itu pimpinan puskesmas maupun pemegang program di
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota belum mempunyai alat pantau yang dapat
memberikan data yang cepat sehingga pimpinan dapat memberikan respon atau
tindakan yang cepat dalam wilayah kerjanya. PWS dimulai dengan program
Imunisasi yang dalam perjalanannya, berkembang menjadi PWS-PWS lain seperti
PWS-Kesehatan Ibu dan Anak (PWS KIA) dan PWS Gizi.
Pelaksanaan PWS imunisasi berhasil baik, dibuktikan dengan
tercapainya Universal Child Immunization (UCI) di Indonesia pada tahun 1990.
Dengan dicapainya cakupan program imunisasi, terjadi penurunan AKB yang
signifikan. Namun pelaksanaan PWS dengan indikator Kesehatan Ibu dan Anak
(KIA) tidak secara cepat dapat menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) secara
bermakna walaupun cakupan pelayanan KIA meningkat, karena adanya faktor-
faktor lain sebagai penyebab kematian ibu (ekonomi, pendidikan, sosial budaya,
dsb). Dengan demikian maka PWS KIA perlu dikembangkan dengan
memperbaiki mutu data, analisis dan penelusuran data.
Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Neonatus (AKN), Angka
Kematian Bayi (AKB), dan Angka Kematian Balita (AKABA) merupakan
beberapa indikator status kesehatan masyarakat. Dewasa ini AKI dan AKB di
Indonesia masih tinggi dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya. Menurut
data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007, AKI 228 per 100.000
kelahiran hidup, AKB 34 per 1.000 kelahiran hidup, AKN 19 per 1.000 kelahiran
hidup, AKABA 44 per 1.000 kelahiran hidup.

2
Berdasarkan kesepakatan global (Millenium Development Goals/MDGs,
2000) pada tahun 2015 diharapkan Angka Kematian Ibu menurun sebesar tiga-
perempatnya dalam kurun waktu 1990-2015 dan Angka Kematian Bayi dan
Angka Kematian Balita menurun sebesar dua-pertiga dalam kurun waktu 1990-
2015. Penyebab langsung kematian Ibu sebesar 90% terjadi pada saat persalinan
dan segera setelah persalinan (SKRT 2001). Penyebab langsung kematian Ibu
adalah perdarahan (28%), eklampsia (24%) dan infeksi (11%). Penyebab tidak
langsung kematian Ibu antara lain Kurang Energi Kronis/KEK pada kehamilan
(37%) dan anemia pada kehamilan (40%). Kejadian anemia pada ibu hamil ini
akan meningkatkan risiko terjadinya kematian ibu dibandingkan dengan ibu yang
tidak anemia. Sedangkan berdasarkan laporan rutin PWS tahun 2007, penyebab
langsung kematian ibu adalah perdarahan (39%), eklampsia (20%), infeksi (7%)
dan lain-lain (33%).
Menurut RISKESDAS 2007, penyebab kematian neonatal 0 – 6 hari adalah
gangguan pernafasan (37%), prematuritas (34%), sepsis (12%), hipotermi (7%),
kelainan darah/ikterus (6%), postmatur (3%) dan kelainan kongenital (1%).
Penyebab kematian neonatal 7 – 28 hari adalah sepsis (20,5%), kelainan
kongenital (19%), pneumonia (17%), Respiratori Distress Syndrome/RDS (14%),
prematuritas (14%), ikterus (3%), cedera lahir (3%), tetanus (3%), defisiensi
nutrisi (3%) dan Suddenly Infant Death Syndrome/SIDS (3%). Penyebab
kematian bayi (29 hari – 1 tahun) adalah diare (42%), pneumonia (24%),
meningitis/ensefalitis (9%), kelainan saluran cerna (7%), kelainan jantung
kongenital dan hidrosefalus (6%), sepsis (4%), tetanus (3%) dan lain-lain (5%).
Penyebab kematian balita (1 – 4 tahun) adalah diare (25,2%), pneumonia
(15,5%), Necrotizing Enterocolitis E.Coli/NEC (10,7%), meningitis/ensefalitis
(8,8%), DBD (6,8%), campak (5,8%), tenggelam (4,9%) dan lain-lain (9,7%).
Peran serta masyarakat proses dimana individu,keluarga,lembaga swadaya
masyarakat,dunia usaha dan masyarakat luas pada umumnya.Bidan bersama
sector yang bersangkutan menggerakan peran serta masyarakat dalam bentuk
Pengorganisasian masyarakat Adalah proses pembentukan organisasi di
masyarakat dan dapat mengidentifikasi kebutuhan prioritas dari kebutuhan
tersebut, serta mengembangkan keyakinan dan berusaha memenuhi atas sumber –
sumber yang ada di masyarakat.

3
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan pada bayi dan anak ?
2. Apa yang dimaksud dengan peningkatan pelayanan kesehatan BBL, bayi, dan
anak balita menjangkau seluruh sasaran ?
3. Apa yang dimaksud dengan peningkatan deteksi dini resiko/komplikasi
kebidana dan BBL oleh tenaga kesehatan maupun masyarakat ?
4. Apa yang dimaksud dengan pelayanan kontrasepsi dan KB di masyarakat ?
5. Apa yang dimaksud dengan pelayanan lansia yang berkaitan dengan
kesehatan reproduksi di masyarakat ?
6. Bagaimana pengelolaan KIA/KB diwilayah kerja PWS KIA ?
7. Bagaimanakah pergerakan peran serta masyarakat ?
8. Bagaimanakah pembinaan peran serta masyarakat ?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan pada bayi
dan anak.
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan peningkatan pelayanan
kesehatan BBL, bayi, dan anak balita menjangkau seluruh sasaran.
3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan peningkatan deteksi dini
resiko/komplikasi kebidana dan BBL oleh tenaga kesehatan maupun
masyarakat.
4. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pelayanan kontrasepsi dan KB
di masyarakat.
5. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pelayanan lansia yang
berkaitan dengan kesehatan reproduksi di masyarakat.
6. Untuk mengetahui pengelolaan KIA/KB diwilayah kerja PWS KIA.
7. Untuk mengetahui Pergerakan peran serta masyarakat
8. Untuk mengetahui Pembinaan peran serta masyarakat

BAB II

PEMBAHASAN

A. PELAYANAN KESEHATAN PADA BAYI DAN ANAK.


1. PERAWATAN KESEHATAN BAYI DAN ANAK BALITA
a. PENGERTIAN
Pemeliharaan kesehatan adalah pelayanan kesehatan yang diberikan
kepada bayi dan anak Balita dengan penekanan pada upaya peningkatan
kesehatan (promotif) dan preventif serta pengobatan sebagai pertolongan
pertama dan upaya pemulihan kesehatan ke sarana kesehatan.

4
1) Bayi adalah anak yang berumur 0 sampai sesaat sebelum ulang tahun
pertama.
2) Anak balita adalah anak yang berumur 1 tahun sampai sesaat
sebelum berumur 5 tahun.
3) Anak pra sekolah adalah anak yang berumur 5 tahun sampai sesaat
sebelum berumur 6 tahun.

b. PERAWATAN KESEHATAN BAYI


1) Makan
Bayi hanya memerlukan ASI atau susu formula, sampai usia 6
bulan.

2) Tidur
Bayi perlu banyak tidur. Untuk membantu bayi anda tidur ketika
anda ingin tidur, sediakan lingkungan yang nyaman dan atur posisi
bayi anda telentang ketika tidur.

3) Defekasi
Bayi anda dapat defekasi 1 atau 4 kali perhari. Apabila bayi
anda tetap tidak defekasi selama lebih dari dua hari, hubungi dokter
anak atau bidan.

4) Berkemih
Bayi akan BAK minimal 4 sampai 5 popok perhari. Hal itu
mungkin akan sulit untuk dihitung jika menggunakan popok kertas.
Apabila anda ragu, gunakan popok kain.

5) Perawatan kulit
Ketika mengganti popok, bersihkan bokong bayi dengan sabun
dan air. Hindari penggunaan bedak dan krim wangi untuk membantu
mencegah ruam akibat popok.

6) Keamanan
Undang-Undang Negara bagian Pennsylvania dan New Jersey
mengharuskan bayi menggunakan kursi-mobil saat berada dalam
mobil. Jaga keamanan bayi semaksimal mungkin sama seperti
selama bulan- bulan pertama.

7) Tanda-tanda bahaya
Hubungi dokter anak/bidan dengan segera jika :

5
a) Bayi menjadi lesu, tidak mau makan, atau memperlihatkan
perilaku yang luar biasa.
b) Bayi tidak berkemih dalam 24 jam pertama
c) Bayi tidak defekasi selama 48 jam
d) Tali pusat mengeluarkan bau tidak enak atau mengeluarkan pus
e) Suhu bayi dibawah 36°C atau diatas 37°C
f) Bagian putih mata bayi menjadi kuning dan warna kulit tampak
kuning, coklat.

8) Bayi selalu bersama dengan Ibu.


9) Jaga bayi selalu dalam keadaan bersih, hangat dan kering.
10) Jaga tali pusat dalam keadaan bersih dan kering.

c. PERAWATAN KESEHATAN BALITA


Bidan yang bekerja dikomunitas melakukan kegiatan pelayanan
kesehatan anak balita di rumah (keluarga), Puskesmas, Posyandu,
Polindes.
1) Pemeriksaan kesehatan anak balita secara berkala
2) Pemberian Imunisasi dan upaya pencegahan penyakit lainnya. Serta
pemberian Vit A dua kali dalam 1 tahun
3) Penyuluhan pada orang tua menyangkut perbaikan gizi, lingkungan
yang sehat, pengawasan tumbuh dan kembang anak
4) Identifikasi tanda kelainan dan penyakit yang timbul pada bayi dan
balita

2. PEMANTAUAN TUMBUH KEMBANG BAYI DAN BALITA


a. PENGERTIAN

1) Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah bertambah jumlah dan besarnya sel
diseluruh bagian tubuh yang secara kuantitatif dapat diukur (Whalley
dan Wong, 2000).
Pertumbuhan adalah adanya perubahan dalam jumlah akibat
pertambahan sel dan pembentukan protein baru sehingga
meningkatkan jumlah dan ukuran sel diseluruh bagian tubuh
(Sutjiningsih, 1998).
Pertumbuhan adalah bertambah banyak dan besarnya sel seluruh
bagian tubuh yang bersifat kuantitatif dan dapat diukur; sedangkan

6
perkembangan adalah bertambah sempurnanya fungsi dari alat tubuh
(Depkes RI).

2) Perkembangan
Perkembangan adalah bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh
yang dapat dicapai melalui tumbuh kematangan dan belajar
(Whalley dan Wong, 2000).
Perkembangan adalah pertumbuhan dan perluasan secara
peningkatan sederhana menjadi komplek dan meluasnya kemampuan
individu untuk berfungsi dengan baik (Sutjiningsih, 1998).
Perkembangan adalah perubahan strukitur maupun fungsi
berupa perkembangan fisik maupun psikis (Bjorklund dan Bjorkund,
1992 dalam Abin Syamsudin Makmun, 1996).

3) Pola pertumbuhan dan perkembangan


Yaitu peristiwa yang terjadi selama proses pertumbuhan dan
perkembangan pada anak. Dari beberapa penjelasan di atas, dapat
disimpulkan bahwa perkembangan merupakan perubahan individu
baik fisik maupun psikis yang berlangsung sepanjang daur
kehidupan dan terjadi secara teratur dan terpola. Sedangkan
pertumbuhan merupakan perubahan yang terbatas pada pola fisik
yang dialami oleh individu.
Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubhan
ukuran, besar, jumlah atau dimensi pada tingkat sel, organ maupun
idividu. Pertumbuhan bersifat kuantitatif sehingga dapat diukur
dengan satuan berat (gram / kilogram), satuan panjang (cm, m),
umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan
nitrogen dalam tubuh). Sedangkan perkembnagan (development)
adalah pertambahan kemampuan struktur dan fungsi tubuh yang
lebih kompleks.
Pertumbuhan mempunyai ciri-ciri khusus yaitu perubahan
ukuran, proporsi, hilnagnya ciri-ciri lama serta munculnya ciri-ciri

7
baru. Keunikan pertumbuhan adalah mempunyai kecepatan yang
berbeda-beda di setiap kelompok umur dan masing-masing organ
juga mempuyai pola pertumbuhan yang berbeda.
Proses perkembangan terjadi secara simultan dengan
pertumbuhan, sehingga setiap pertumbuhan disertai dengan
perubahan fungsi. Perkembangan merupakan hasil interaksi
kematangan susunan syaraf pusat dengan organ yang
dipengaruhinya. Perkembangan merupakan fase awal meliputi
beberapa aspek kemampuan fungsional, yaitu kognitif, motorik,
emosi, sosial dan bahasa.

b. POLA PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN


1) Pola perkembangan fisik yang terarah
Terdiri dari dua prinsip yaitu cephalocaudal dan proximal distal
(Wong, 1995) .
a) Cephalocaudal
Adalah pola pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai
dari kepala yang ditandai dengan perubahanukuran kepala yang
lebih besar, kemudian berkembang kemampuan untuk
menggerakkan lebih cepat dengan menggelengkan kepala dan
dilanjutkan ke bagian ekstremitas bawah lengan, tangan dan
kaki.

b) Proximaldistal
Yaitu pola pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai
dengan menggerakkan anggota gerak yang paling dekat dengan
pusat / sumbu tengah, seperti menggerakkan bahu dahulu baru
kemudian jari-jari.

2) Pola perkembangan dari umum ke khusus


Yaitu pola pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai
dengan menggerakkan daerah yang lebih umum (sederhana) dahulu
baru kemudian daerah yang lebih kompleks. Misalnya melambaikan
tangan kemudian memainkan jari.

8
3) Pola perkembangan berlangsung dalam tahapan perkembangan
Pola ini mencerminkan ciri khusus dalam setiap tahapan
perkembangan yang dapat digunakan untuk mendeteksi dini
perkembangan selanjutnya. Pada masa ini dibagi menjadi lima tahap
yaitu.
a) Masa pra lahir
Terjadi pertumbuhan yang sangat cepat padaalatdan
jaringan tubuh.
b) Masa neonatus
Terjadi proses penyesuaian dengan kehidupan di luar rahim
dan hampir sedikit aspek pertumbuhan fisik dalam perubahan.
c) Masa bayi
Terjadi perkembangan sesuai dengan lingkungan yang
mempengaruhinya dan mempunyai kemampuan untuk
melindungi dan menghindari dari hal yang mengancam dirinya.
d) Masa anak
Terjadi perkembangan yang cepat dalam aspek sifat, sikap,
minat dan cara penyesuaian dengan lingkungan.

4) Pola perkembangan dipengaruhi oleh kematangan dan latihan /


belajar
Terdapat saat yang siap untuk menerima sesuatu dari luar untuk
mencapai proses kematangan dan kematangan yang dicapainya dapat
disempurnakan melalui rangsangan yang tepat. Masa ini merupakan
masa kritis yangharus dirangsang agar mencapai perkembangan
selanjutnya melalui proses belajar (Gunarsa dalam Hidayat, 2005)

c. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TUMBUH KEMBANG


1) Faktor herediter
Merupakan faktor pertumbuhan yang dapat diturunkan yaitu
suku, ras, dan jenis kelamin (Marlow, 1988 dalam Supartini, 2004).
Jenis kelamin ditentukan sejak dalam kandungan. Anak laki-laki
setelah lahir cenderung lebih besar dan tinggi dari pada anak

9
perempuan, hal ini akan nampak saat anak sudah mengalami masa
pra-pubertas. Ras dan suku bangsa juga mempengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan. Misalnya suku bangsa Asia memiliki tubuh yang
lebih pendek dari pada orang Eropa atau suku Asmat dari Irian
berkulit hitam.

2) Faktor lingkungan
a) Lingkungan Pranatal
Kondisi lingkungan yang mempengaruhi fetus dalam uterus
yang dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan janin
antara lain gangguan nutrisi karena ibu kurang mendapat asupan
gizi yang baik, gangguan endokrin pada ibu (diabetes mellitus),
ibu yang mendapatkan terapi sitostatika atau mengalami infeksi
rubela, toxoplasmosis, sifilis dan herpes. Faktor lingkungan
yang lain adalah radiasi yang dapat menyebabkan kerusakan
pada organ otak janin.

b) Lingkungan Postnatal
Lingkungan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan setelah bayi lahir adalah :
(1) Nutrisi
Nutrisi adalah salah satu komponen yang penting dalam
menunjang keberlangsungan proses pertumbuhan dan
perkembangan. Terdapat kebutuhan zat gizi yang diperlukan
seperti protein, karbohidrat, lemak, mineral, vitamin dan air.
Apabila kebutuhan tersebut tidak atau kurang terpenuhi
maka dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan
anak. Asupan nutrisi yang berlebihan juga berdampak buruk
bagi kesehatan anak, yaitu terjadi penumpukan kadar lemak
yang berlebihan dalam sel/jaringan bahkan pada pembuluh
darah.
Penyebab status nutrisi kurang pada anak, Asupan
nutrisi yang tidak adekuat, baik secara kuantitatif maupun

10
kualitatif, hiperaktivitas fisik / istirahat yang kurang, adanya
penyakit yang menyebabkan peningkatan kebutuhan nutrisi,
stres emosi yang dapat menyebabkan menurunnya nafsu
makan atau absorbsi makanan tidak adekuat.

(2) Budaya lingkungan


Budaya keluarga atau masyarakat akan mempengaruhi
bagaimana mereka dalam mempersepsikan dan memahami
kesehatan dan perilaku hidup sehat. Pola perilaku ibu hamil
dipengaruhi oleh budaya yang dianutnya, misalnya larangan
untuk makan makanan tertentu padahal zat gizi tersebut
dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin.
Keyakinan untuk melahirkan d dukun beranak dari pada di
tenaga kesehatan. Setelah anak lahir dibesarkan di
lingkungan atau berdasarkan lingkungan budaya masyarakat
setempat.

(3) Status Sosial dan Ekonomi Keluarga


Anak yang dibesarkan di keluarga yang berekonomi
tinggi untuk pemenuhan kebutuhan gizi akan tercukupi
dengan baik dibandingkan dengan anak yang dibesarkan di
keluarga yang berekonomi sedang atau kurang. Demikian
juga dengan status pendidikan orang tua, keluarga dengan
pendidikan tinggi akan lebih mudah menerima arahan
terutama tentang peningkatan pertumbuhan dan
perkembangan anak, penggunaan fasilitas kesehatan, dll
dibandingkan dengan keluarga dengan latar belakang
pendidikan rendah.

(4) Iklim/Cuaca
Iklim tertentu akan mempengaruhi status
kesehatan anak misalnya musim penghujan akan dapat
menimbulkan banjir sehingga menyebabkan sulitnya
transportasi untuk mendapatkan bahan makanan, timbul
penyakit menular, dan penyakit kulit yang dapat menyerang

11
bayi dan anak-anak. Anak yang tinggal di daerah endemik
misalnya endemik demam berdarah, jika terjadi perubahan
cuaca wabah demam berdarah akan meningkat.

(5) Olahraga/Latihan Fisik


Manfaat olah raga atau latihan fisikyang teratur akan
meningkatkan sirkulasi darah sehingga meningkatkan suplai
oksigen ke seluruh tubuh, meningkatkan aktivitas fisik dan
menstimulasi perkembangan otot dan jaringan sel.

(6) Posisi Anak Dalam Keluarga


Posisi anak sebagai anak tunggal, anak sulung, anak
tengah atau anak bungsu akan mempengaruhi poa
perkembangan anak tersebut diasuh dan dididik dalam
keluarga.

(7) Status Kesehatan


Status kesehatan anak dapat berpengaruh pada
pencapaian pertumbuhan dan perkembangan. Hal ini dapat
terlihat apabila anak dalm kondisi sehat dan sejahtera maka
percepatan pertumbuhan dan perkembangan akan lebih
mudah dibandingkan dengan anak dalam kondisi sakit.

3) Faktor Hormonal
Faktor hormonal yang berperan dalam pertumbuhan dan
perkembangan anak adalah somatotropon yang berperan dalam
mempengaruhi pertumbuhan tinggi badan, hormon tiroid dengan
mestimulasi metabolisme tubuh, glukokortiroid yang berfungsi
menstimulasi pertumbuhan sel interstisial dari testis untuk
memproduksi testosteron dan ovarium untuk memproduksi estrogen
selanjutnya hormon tersebut akan menstimulasi perkembangan seks
baik pada anak laki-laki maupun perempuan sesuai dengan peran
hormonnya.

d. CIRI-CIRI TUMBUH KEMBANG


Tumbuh kembang anak yang sudah dimulai sejak konsepsi sampai
dewasa itu mempunyai ciri-ciri tersendiri, yaitu :

12
1) Tumbuh kembang adalah proses yang kontinu sejak dari konsepsi
sampai maturitas/dewasa, yang dipengaruhi oleh faktor bawaan dan
lingkungan.
2) Terdapat masa percepatan dan masa perlambatan, serta laju tumbuh
kembang yang berlainan organ-organ.
3) Pola perkembangan anak adalah sama pada semua anak,tetapi
kecepatannya berbeda antara anak satu dengan lainnya.
4) Perkembangan erat hubungannya dengan maturasi sistem susunan
saraf.
5) Aktifitas seluruh tubuh diganti respon individu yang khas.
6) Arah perkembangan anak adalah sefalokaudal.

e. INDIKATOR PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN


1) PERTUMBUHAN
a) Berat Badan
Pada masa pertumbuhan berat badan bayi dibagi menjdai
dua yaitu usia 0 – 6 bulan dan usia 6 – 12 bulan. Untuk usia 0 –
6 bulan berat badan akan mengalami penambahan setiap
seminggu sekitar 140 – 200 gram dan berat badannya akan
menjadi dua kali berat badan lahir pada akhir bulan ke 6.
Sedangkan pada usia 6 – 12 bulan terjadi penambahan setiap
seminggu sekitar 40 gram dan pada akhir bulan ke 12 akan
menjadi penambahan 3 kali lipat berat badan lahir.
Pada masa bermain, terjadi penambahan berat badan sekitar
4 kali lipat dari berat badan lahir pada usia kurang lebih 2,5
tahun serta penambahan berat badan setiap tahunnya adalah 2-3
kilogram. Pada masa pra sekolah dan sekolah akan terjadi
penambahan berat badan setiap tahunya kurang lebih 2-3
kilogram.

b) Tinggi Badan
Pada usia 0 – 6 bulan bayi akan mengalami penambahan
tinggi badan sekitar 2,5 cm setiap bulannya. Pada usia 6 – 12
bulan akan mengalami penambahan tinggi badan hanya sekitar
1,25 cm setiap bulannya. Pada akhir tahun pertama akan
meningkat kira-kira 50% dari tinggi badan waktu lahir. Pada
masa bermain penambahan selama tahun ke 2 kurang lebih 12

13
cm sedangkan penambahan tahun ketiga rata-rata 4 – 6 cm.
Pada masa pra sekolah, khususnya diakhir usia 4 tahun, terjadi
penambahan rata-rata 2 kali lipat dari tinggi badan waktu lahir
dan mengalami penambahan setiap tahunya kurang lebih 6-8
cm.

c) Lingkar Kepala
Pertumbuhan pada lingkar kepala ini terjadi dengan sangat
cepat sekitar 6 bulan pertama, yaitu dari 35 – 43 cm. Pada usia-
usai selanjutnya pertumbuhan lingkar kepala mengalami
perlambatan. Pada usia 1 tahun hanya mengalami pertumbuhan
kurang lebih 46,5 cm. Pada usia 2 tahun mengalami
pertumbuhan kurang lebih 49 cm, kemudian akan bertambah 1
cm sampai dengan usia tahun ke tiga bertambah lagi kurang
lebih 5 cm sampai dengan usia remaja.

d) Gigi
Pertumbuhan gigi pada masa tumbuh kembang banyak
mengalami perubahan mulai dari pertumbuhan sampai
penanggalan. Pertumbuhan gigi menjadi 2 bagian yaitu bagaian
rahang atas dan bagian rahang bawah.
(1) Pertumbuhan gigi bagian rahang atas
(a) Gigi insisi sentral pada usia 8 – 12 bulan

(b) Gigi insisi lateral pada usia 9 – 13 bulan


(c) Gigi taring atau kakinus pada usia 16 – 22 bulan
(d) Molar pertama anak laki-laki pada usia 13 – 19 bulan
(e) Molar pertama anak perempuan pada usia 14 – 18
bulan, sedangkan molar kedua pada usia 25 – 33 bulan
(2) Pertumbuhan gigi bagian rahang bawah
(a) Gigi insisi sentral pada usia 6 – 10 bulan

(b) Gigi insisi lateral pada usia 10 – 16 bulan


(c) Gigi taring atau kakinus pada usia 17 – 23 bulan
(d) Molar pertama anak laki-laki pada usia 14 – 18 bulan
(e) Molar pertama anak perempuan pada usia 23 – 30
bulan, molar kedua 29 – 31 bulan

14
e) Organ Penglihatan
Perkembangan organ penglihatan dapat dimuali pada saat
lahir. Pada usia 1 bulan bayi memiliki perkembangan, yaitu
adanya kemampuan melihat untuk mengikuti gerakan dalam
rentang 90 derajat, dapat melihat orang secara terus menerus,
dan kelenjar air mata sudah mulai berfungsi. Pada usia 2 – 3
bulan memiliki penglihatan perifer hingga 180 derajat. Pada usia
4 – 5 bulan kemampuan bayi untuk memfiksasi sudah mulai
pada hambatan 1,25 cm, dapat mengenali botol susu, melihat
tangan saat duduk atau berbaring, melihat bayangan di cermin,
dan mampu mengakomodasi objek.
Usia 5 – 7 bulan dapat menyesuaikan postur untuk melihat
objek, mampu mengembangkan warna kesukaan kuning dan
merah, menyukai rangsangan visual kompleks, serta
mengembangkan koordinasi mata dan tangan. Pada usia 7 – 11
bulan mampu memfiksasi objek yang sangat kecil. Pada usia 11
– 12 bulan ketajaman penglihatan mendekati 20/20, dapat
mengikuti objek yang dapat bergerak. Pada usia 12 – 14 bulan
mampu mengidentifikasi bentuk geometrik. Pada usia 18 – 24
bulan mampu berakamodasi dengan baik.

f) Organ Pendengaran
Setelah lahir, bayi sudah dapat berespons terhadap bunyi
yang keras dan refleks. Pada usia 2 – 3 bulan mampu
memalingkan kepala ke samping bila bunyi setinggi telinga.
Pada usia 3 – 4 bulan anak memiliki kemampuan dalam
melokalisasi bunyi dengan makin kuat dan mulai mampu
membuat bunyi tiruan. Pada usia 6 – 8 bulan mampu berespons
pada nama sendiri. Pada usia 10 – 12 bulan mampu mengenal
beberapa kata dan artinya. Pada usia 18 bulan mulai dapat
membedakan bunyi. Pada usia 36 bulan mampu membedakan
bunyi yang halus dalam bicara. Pada usia 48 bulan mulai

15
membedakan bunyi yang serupa dan mampu mendengarkan
yang lebih halus.

2) PERKEMBANGAN
a) Perkembangan Motorik Halus
(1) Pada Masa Bayi
(a) Usia 1-4 Bulan
Perkembangan motorik halus pada usia ini adalah
dapat melakukan hal-hal seperti memegang suatu
objek, mengikuti objek dari sisi ke sisi, menvoba
memegang dan memasukan benda kedalam mulut,
memegang benda tapi terlepas, memerhatikan tangan
dan kaki, memegang benda dengan kedua tangan, serta
menahan benda di tangan walaupun hanya sebentar.
(b) Usia 4-8 Bulan
Perkembangan motorik halus pada usia ini adalah
sudah mulai mengamati benda, menggunakan ibu jari
dan jari telunjuk untuk memegang, mengekplorasi
benda yang sedang dipegang, mengambil objek dengan
tangan tertangkup, mampu menahan kedua benda di
kedua tangan secara simultan, menggunakan bahu dan
tangan sebagai satu kesatuan, serta memindahkan objek
dari satu tangan ketangan yang lain.
(c) Usia 8-12 Bulan
Perkembangan motorik halus pada usia ini adalah
mencari atau merainh benda kecil; bila diberi kubus
mampu memindahkan, mengambil, memegang dengan
telunjuk dan ibu jari, membenturkannya, serta
meletakkan benda atau kubus ke tempatnya.

(2) Pada Masa Balita


(a) Masa Anak (1-2 tahun)
Adanya kemampuan dalam mencoba, menyusun
atau membuat menara pada kubus.
(b) Masa Pra Sekolah
Mulai memiliki kemampuan menggoyangkan jari-
jari kaki, menggambar 2 atau 3 bagian, melepas objek
dengan jari lurus, mampu menjepit benda,

16
melambaikan tangan, menggunakan tangganya untuk
bermain, menempatkan objek kedalam wadah, makan
sendiri, minum dari cangkir dengan bantuan,
menggunakan sendok dengan bantuan, makan dengan
jari, serta membuat coretan diatas kertas.

b) Perkembangan Motorik Kasar


(1) Pada Masa Bayi
(a) Usia 1-4 Bulan
Perkembangan motorik kasar pada usia ini dimulai
dengan kemampuan mengangkat kepala saat tegkurap,
mencoba duduk sebentar dengan ditopang, mampu
duduk dengan kepala tegak, jatuh terduduk dipangkuan
ketika disokong pada posisi berdiri, kontrol kepala
sempurna, mengangkat kepala sambil berbaring
terlentang, berguling dari terlentang ke miring, kesisi
lengan dan tungkai kurang fleksi, dan berusaha untuk
merangkak.
(b) Usia 4-8 Bulan
Usia perkembangan motorik kasar awal bulan ini
dapat dilihat pada pertumbuhan dalam aktivitas, seperti
posisi telungkup pada alas dan sudah mulai
mengangkat kepala dengan melakukan gerakan
menekan kedua tangannya. Pada bulan ke empat sudah
mampu memalingkan kepala ke kanan dan kiri, duduk
dengan kepala tegak, membalikan badan, bangkit
dengan kepala tegak, menumpu beban pada kaki
dengan lengan berayun kedepan dan kebelakang,
berguling dari terlentang dan tengkurap, serta duduk
dengan bantuan dalam waktu yang singkat.
(c) Usia 8-12 Bulan
Perkembangan motorik kasar dapat diawali dengan
duduk tanpa pegangan, berdiri dengan pegangan,
bangkit lalu berdiri, berdiri 2 detik dan berdiri sendiri.

17
(2) Pada Masa Balita
(a) Masa Anak (1-2 tahun)
Terjadi perkembangan motorik kasar yang
signifikan. Anak sudah dapat melangkah dan berjalan
dengan tegak. Sekitar 18 bulan anak mampu menaiki
tangga dengan cara 1 tangan di pegan. Pada akhir tahun
kedua sudah dapat berlari kecil, menendang bola dan
mencoba melompat.
(b) Masa Pra Sekolah
Dapat diawali dengan berdiri 1 kaki, berjalan
dengan tumit ke jari kaki, menjelajah, membuat posisi
merangkak, dan berjalan dengan bantuan.

c) Perkembangan Bahasa
(1) Pada Masa Bayi
(a) Usia 1-4 Bulan
Perkembangan bahasa pada usia ini ditandai
dengan adanya kemampuan bersuara dan tersenyum,
mengucapkan huruf hidup, berceloteh, mengucapkan
kata “oh/ah”, tertawa dan berteriak, mengoceh spontan,
serta bereaksi dengan mengoceh.
(b) Usia 4-8 Bulan
Perkembangan bahasa pada usia ini adalah dapat
menirukan bunyi atau kata-kata, menoleh ke arah suara
atau sumber bunyi, tertawa, menjerit, menggunakan
vokalisasi semakin banyak, serta menggunakan kata
yang terdiri atas dua suku kata dan dapat membuat dua
bunyi vokal yang bersamaan seperi “ba-ba”.
(c) Usia 8-12 Bulan
Perkembangan bahasa pada usia ini adalah mampu
mengucapkan kata “papa” dan “mama” yang belom
spesifik, mengoceh hingga mengatakannya secara
spesifik, serta dapat mengucapkan satu samapai dua
kata.

(2) Pada Masa Balita

18
(a) Masa Anak (1-2 tahun)
Dicapainya kemampuan bahasa pada anak yang
mulai ditandai dengan anak mampu memiliki sepuluh
perbendaharaan kata. Tingginya kemampuan meniru,
mengenal dan responsip terhadap orang lain. Mampu
menunjukkan dua gambar mampu mengkombinasikan
kata-kata serta mulai mampu menunjukkan lambaian
anggota badan.
(b) Masa Pra Sekolah
Diawali denagan adanya kemampuan menyebutkan
empat gambar, menyebutkan satu hingga dua warna,
menyebutkan kegunaan benda, menghitung, mengerti
dua kata, mengerti empat kata depan,mengerti bebrapa
kata sifat dan jenis, menggunakan bayi untuk
mengidentifikasikan objek, orang dan aktivitas,
menirukan berbagai bunyi kata, memahami arti
larangan, serta merespon panggilan orang dan anggota
keluarga dekat.

d) Perkembangan Perilaku atau Adaptasi Sosial


(1) Pada Masa Bayi
(a) Usia 1-4 Bulan
Perkembangan adaptasi sosial pada usia ini dapat
diawali dengan kemampuan mengamati tangannya:
tersenyum spontan dan membalas senyum bila di ajak
tersenyum; mengenali ibunya dengan penglihatan,
penciuman, pendengaran, dan kontak; tersenyum pda
wajah manusia; waktu tidur dalam sehari lebih sedikit
dari pada waktu terjaga; membentuk siklus tidur
bangun; menangis bila terjadi sesuatu yang aneh;
membedakan wajah-wajah yang dikenal dan tidak
dikenal; senang menatap wajah-wajah yang dikenalnya;
serta terdiam bila ada orang yang tak dikenal (asing).
(b) Usia 4-8 Bulan
Perkembangan adaptasi sosial pada usia ini antara
lain anak merasa takut dan terganggu dengan

19
keberadaan orang asing, mulai bermain dengan mainan,
mudah frustasi, serta memukul-mukul lengan dan kaki
jika sedang kesal.
(c) Usia 8-12 Bulan
Perkembangan adaptasi sosial pada usia ini dimulai
dengan kemampuan bertepuk tangan, menyatakan
keinginan, sudah mulai minum dengan cangkir,
menirukan kegiatan orang, bermain bola atau lainnya
dengan orang lain.
(2) Pada Masa Balita
(a) Masa Anak (1-2 tahun)
Adanya kemampuan membantu kegiatan rumah,
menyuapi boneka, mulai menggosok gigi, serta
mencoba mengenakan baju sendiri.
(b) Masa Pra Sekolah
Adanya kemampuan bermain dengan permainan
sederhana, menangis jika dimarahi, membuat
permintaan sederhana dengan gaya tubuh, menunjukan
peningkatan kecemasanterhadap perpisahan, serta
mengenali anggota keluarga.

3. DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG


a. PENGERTIAN
Deteksi dini tumbuh kembang anak adalah kegiatan pemeriksaan
untuk menemukan secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang
pada balita dan anak prasekolah. Dengan ditemukan secara dini
penyimpangan atau masalah tumbuh kembang anak, maka intervensi
lebih mudah dilakukan, tenaga kesehatan juga mempunyai “waktu”
dalam membuat rencana tindakan atau intervensi yang tepat, terutama
ketika harus melibatkan ibu atau keluarga. Bila penyimpangan terlambat
diketahui, maka intervensinya akan lebih sulit dan hal ini akan
berpengaruh pada tumbuh kembang anak.

b. TUJUAN

20
Agar semua balita umur 0 - 5 tahun dan anak pra sekolah umur 5 – 6
tahun tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai dengan potensi
genetiknya sehingga berguna bagi nusa dan bangsa serta mampu bersaing
di era global melalui kegiatan stimulasi, deteksi dan intervensi dini.

c. JENIS DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG


1) Deteksi Dini Penyimpangan Pertumbuhan
Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan, yaitu untuk
mengetahui atau menemukan status gizi kurang atau buruk dan
mikro atau makrosefali.
a) Pengukuran Berat Badan
(1) Tujuannya yaitu menentukan status gizi anak: normal,
kurus, kurus sekali atau gemuk.
(2) Jadwal sesuai dengan jadwal deteksi dini
(3) Pengukuran Berat Badan: timbangan bayi dan timbangan
injak
(4) Pengukuran Panjang Badan atau Tinggi Badan: posisi
berbaring dan berdiri
(5) Penggunaan tabel Berat Badan /Tinggi Badan.

b) Pengukuran Lingkaran Kepala Anak


(1) Tujuan: mengetahui lingkaran kepala anak dalam batas
normal atau di luar batas
(2) Jadwal: 0 – 11 bulan tiap 3 bulan; 12 – 72 bulan tiap 6
bulan.

2) Deteksi Dini Penyimpangan Perkembangan


Deteksi dini penyimpangan perkembangan, yaitu untuk mengetahui
perkembangan anak (keterlamabatan), gangguan daya lihat,
gangguan daya dengar.
a) Skrining perkembangan anak dengan KPSP (Kuisioner Pra
Skrining).
(1) Tujuan: mengetahui perkembangan anak normal atau ada
penyimpangan
(2) Jadwal: umur 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 30, ..., 72
(3) Alat: formulir Kuisioner Pra Skrining menurut umur dan
alat bantu pemeriksaan
(4) Lain-lain: cek pada buku pedoman.

b) Test Daya Dengar

21
(1) Tujuan : menemukan gangguan pendengaran sejak dini,
agar dapat segera ditindaklanjuti untuk meningkatkan
kemampuan daya dengar dan bicara anak
(2) Jadwal: tiap 3 bulan pada bayi umur kurang dari 12 bulan
dan setiap 6 bulan pada anak umur 12 bulan ke atas
(3) Pelaksana: tenaga kesehatan, guru TK, tenaga PADU dan
petugas terlatih
(4) Alat: instrumen Test Daya Dengar menurut umur anak,
gambar binatang, mainan
(5) Prosedur: cek pada buku pedoman.

c) Test Daya Lihat


(1) Tujuan: mendeteksi secara dini kelainan daya lihat agar
segera dapat dilakukan tindakan lanjutan shg kesempatan
untuk memperoleh ketajaman daya lihat menjadi lebih
besar
(2) Jadwal: setiap 6 bulan pada anak usia pra sekolah umur 36 –
72 bulan

3) Deteksi Dini Penyimpangan Mental Emosional


Deteksi dini penyimpangan mental emosional, yaitu untuk
mengetahui adanya masalah mental emosional, autisme dan
gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas.
a) Deteksi dini penyimpangan mental emosional
(1) Kuesioner Masalah Mental Emosional umur 36 – 72 bulan
(2) Checklist for Autism in Toddlers umur 18 – 36 bulan
(3) Formulir deteksi dini Gangguan Pemusatan Perhatian dan
Hiperaktivitas menggunakan Abbreviated Conner Rating
Scale bagi anak umur 36 bulan ke atas.
(4) Tujuan: mendeteksi secara dini adanya
penyimpangan/masalah mental emosional pada anak pra
sekolah
(5) Jadwal deteksi dini : rutin tiap 6 bulan.

b) Deteksi dini autis pada anak pra sekolah


(1) Tujuan: mendeteksi secara dini adanya autis pada anak
umur 18 – 36 bulan
(2) Deteksi dini gangguan pemusatan perhatian dan
hiperaktivitas (GPPH)

22
(3) Tujuan: mengetahui secara dini anak adanya Gangguan
Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas
(4) Jadwal: bila ada keluhan dari orang tua/pengasuh atau ada
kecurigaan nakes kader, BKB, petugas PADU, pengelola
TPA dan guru TK.

4. IMUNISASI
a. PENGERTIAN
Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu
penyakit dengan memasukkan sesuatu kedalam tubuh agar tubuh
tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi
seseorang. (blog-indonesia, 2008).
Dalam tubuh bayi atau anak ada 2 (dua) jenis kekebalan yang
bekerja yaitu:
1) Kekebalan Aktif
Kekebalan aktif adalah kekebalan yang dibuat sendiri oleh tubuh
untuk menolak terhadap suatu penyakit tertentu dimana prosesnya
lambat tetapi dapat bertahan lama.
a) Kekebalan Aktif Alamiah
Dimana tubuh anak membuat kekebalan sendiri setelah
mengalami atau sembuh dari suatu penyakit misalnya anak telah
menderita campak. Setelah sembuh anak tidak akan terserang
campak lagi, karena tubuhnya telah membuat zat penolakan
terhadap penyakit tersebut.
b) Kekebalan Aktif Buatan
Kekebalan yang dibuat tubuh setelah mendapat vaksin
(imunisasi), misalnya anak diberikan vaksinasi BCG, DPT, HB,
Polio dan lainnya.

2) Kekebalan Pasif
Kekebalan pasif yaitu tubuh anak tidak membuat zat anti body
sendiri tetapi kekebalan tersebut diperoleh dari luar setelah
memperoleh zat penolakan, sehingga proses cepat tetapi tidak tahan
lama.
a) Kekebalan Pasif Alamiah
kekebalan pasif bawaan kekebalan yang diperoleh bayi
sejak lahir dari ibunya. Kekebalan ini tidak berlangsung lama

23
(kira-kira hanya sekitar 5 bulan setelah bayi lahir) misalnya
difteri, morbili dan tetanus.
b) Kekebalan Pasif Buatan
Kekebalan pasif buatan dimana kekebalan ini diperoleh
setelah mendapat suntikan zat penolakan.

b. TUJUAN PEMBERIAN IMUNISASI


1) Untuk mencegah terjadinya infeksi tertentu
2) Apabila terjadi penyakit tidak akan terlalu parah dan dapat mencegah
gejala yang dapat menimbulkan cacat atau kematian.

c. JENIS IMUNISASI
1) BCG
a) Kegunaan : memberikan kekebalan terhadap penyakit
tuberkolosis (TBC). Kekebalan yang diperoleh anak tidak
mutlak 100%, jadi kemungkinan anak akan menderita penyakit
TBC ringan, akan tetapi terhindar dari TBC berat-ringan.
b) Tempat penyuntikan : pada lengan kanan atas.
c) Kontra indikasi
(1) Anak yang sakit kulit atau infeksi kulit ditempat
penyuntikan,
(2) Anak yang telah menderita penyakit TBC.
d) Efek samping :
(1) Reaksi normal
(a) Setelah 2-3 minggu pada tempat penyuntikan akan
terjadi pembengkakan kecil berwarna merah kemudian
akan menjadi luka dengan diameter 10 mm.
(b) Hal ini perlu diberitahukan kepada ibu agar tidak
memberikan apapun pada luka tersebut dan diberikan atau
bila ditutup dengan menggunakan kain kasa kering dan
bersih.
(c) Luka tersebut akan sembuh sendiri dan meninggalkan
jaringan parut (scar) dengan diametr 5-7 mm.
(2) Reaksi berat
(a) Kadang-kadang terjadi peradangan setempat yang agak
berat/abces yang lebih luas.
(b) Pembengkakan pada kelenjar limfe pada leher atau
ketiak.

2) DPT (Diphteri, Pertusis, Tetanus)

24
a) Kegunaannya : Memberikan kekebalan terhadap penyakit dipteri,
pertusis, tetanus.
b) Tempat penyuntikan : Di paha bagian luar
c) Kontra indikasi :
(1) Panas diatas 38º C
(2) Reaksi berlebihan setelah pemberian imunisasi DPT
sebelumnya seperti panas tinggi dengan kejang, penurunan
kesadaran dan syok.
d) Efek samping :
(1) Reaksi lokal
(a) Terjadi pembengkakan dan rasa nyeri pada tempat
penyuntikan disertai demam ringan selama 1-2 hari.
(b) Pada keadaan pertama (reaksi lokal) ibu tidak perlu
panic sebab panas akan sembuh dan itu berarti
kekebalan sudah dimiliki oleh bayi.
(2) Reaksi Umum
(a) Demam tinggi, kejang dan syok berat.
(b) Pada keadaan kedua (reaksi umum atau reaksi yang
lebih berat) sebaiknya ibu konsultasi pada bidan atau
dokter.

3) HepatitisB
a) Kegunaan : memberi kekebalan aktif terhadap penyakit
hepatitis
b) Tempat penyuntikan : Di paha bagian luar
c) Kontra indikasi : tidak ada
d) Efek samping : Pada umumnya tidak ada

4) Polio
a) Kegunaannya : memberikan kekebalan terhadap penyakit polio
nyelitis
b) Cara pemberian : Diteteskan langsung kedalam mulut 2 tetes
c) Kontra indikasi:
(1) Anak menderita diare berat
(2) Anak sakit panas
d) Efek samping :
(1) Reaksi yang timbul bisaanya hampir tidak ada, kalaupun
ada hanya berak-berak ringan.
(2) Efek samping hampir tidak ada,bila ada hanya berupa
kelumpuhan pada anggota gerak dan tertular kasus polio orang
dewasa.

25
(3) Kekebalan yang diperoleh dari vaksinasi polio adalah 45-
100%.

5) Campak
a) Kegunaan : memberi kekebalan terhadap penyakit campak.
b) Tempat penyuntikan : Pada lengan kiri atas
c) Kontra indikasi :
(1) Panas lebih dari 38ºC
(2) Anak yang sakit parah
(3) Anak yang menderita TBC tanpa pengobatan
(4) Anak yang defisiensi gizi dalam derjat berat
(5) Riwayat kejang demam
d) Efek samping :
(1) Panas lebih dari 38ºC
(2) Kejang yang ringan dan tidak berbahaya pada hari ke 10-12
(3) Dapat terjadi radang otak dalam 30 hari setelah penyuntikan
tetapi kejadian ini jarang terjadi.

d. JADWAL IMUNISASI
Berikut ini merupakan tabel jadwal imunisasi dasar

Jenis Jadwal
BCG diberikan 1 kali (pada usia 1 bulan)
DPT diberikan 3 kali (pada usia 2,3,dan 4 bulan)
Polio diberikan 4 kali (pada usia 1,2,3, dan 4 bulan)
Campak diberikan 1 kali (pada usia 9 bulan)
Hepatitis B diberikan 1 kali (pada usia 0-7 hari)

e. FAKTOR YANG BERKAITAN DENGAN PENGETAHUAN IBU


TERHADAP IMUNISASI DASAR LENGKAP
1) Umur
Umur adalah usia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan
sampai saat berulang tahun. Semakin cukup umur tingkat kematangan
dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja.
semakin bertambah usia ibu maka tingkat pengetahuan semakin tinggi.
2) Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang
terhadap perkembangan orang lain menuju kearah suatu cita-cita tertentu.
Jadi semakin tinggi pendidikan seseorang, maka akan semakin mudah
untuk memahami sesuatu.

26
3) Paritas
Paritas adalah jumlah anak yang pernah di lahirkan baik lahir
hidup maupun lahir mati. Paritas wanita akan sangat berpengaruh
terhadap kesehatan wanita, karena semakin tinggi paritas ibu maka
akan semakin meningkat pengetahuan ibu.

B. PENINGKATAN PELAYANAN KESEHATAN BBL, BAYI DAN ANAK


BALITA MENJANGKAU SELURUH SASARAN.
1. PENINGKATAN PELAYANAN KESEHATAN PADA BBL
a. PENGERTIAN
Pelayanan kesehatan sesuai standar yang diberikan oleh petugas
kesehatan yang kompeten kepada neonates/bayi baru lahir sedikit 3
kali ,selama periode 0 sampai dengan 28 hari setelah lahir ,baik di
fasilitas kesehatan maupun melalui kunjungan rumah. Pelaksanaan
pelayanan ksehatan neonates/bayi baru lahir Kunjungan Neonatal ke-
1(KN 1) dilakukan pada kurun waktu 6-48 jam setelah lahir. Kunjungan
Neonatal ke-2(KN 2) dilakukan pada kurun waktu hari ke 3 sampai
dengan hari ke 7 setelah lahir 3. Kunjungan neonatal ke-3(KN 3)
dilakukan pada kurun waktu hari ke 8 sampai dengan hari ke 28 setelah
lahir.

b. JENIS PELAYANAN
1) Merawat Tali Pusat
a) Setelah plasenta dilahirkan dan kondisi ibu dianggap stabil, ikat
atau jepitkan klem plastik tali pusat pada puntung tali pusat.
b) Celupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan ke
dalam larutan klonin 0,5 % untuk membersihkan darah dan
sekresi tubuh lainnya.
c) Bilas tangan dengan air matang atau disinfeksi tingkattinggi
d) Keringkan tangan (bersarung tangan) tersebut dengan handuk
atau kain bersih dan kering.
e) Ikat ujung tali pusat sekitar 1 cm dari pusat bayi dengan
menggunakan benang disinfeksi tingkat tinggi atau klem plastik
tali pusat (disinfeksi tingkat tinggi atau steril). Lakukan simpul
kunci atau jepitankan secara mantap klem tali pusat tertentu.
f) Jika menggunakan benang tali pusat, lingkarkan benang
sekeliling ujung tali pusat dan dilakukan pengikatan kedua

27
dengan simpul kunci dibagian tali pusat pada sisi yang
berlawanan.
g) Lepaskan klem penjepit tali pusat dan letakkan di dalam larutan
klonin 0,5% 8.Selimuti ulang bayi dengan kain bersih dan
kering, pastikan bahwa bagian kepala bayi tertutup dengan baik..
(Dep. Kes. RI, 2002)

2) Inisiasi Menyusu Dini (IMD)


Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah proses bayi menyusu
segera setelah dilahirkan dimana bayi dibiarkan mencari puting susu
ibunya sendiri. Inisiasi menyusui dini ( IMD ) akan sangat
membantu dalam keberlangsungan pemberian ASI ekslusif.
Pemerintah Indonesia mendukung kebijakan WHO dan UNICEF
yang merekomendasikan inisiasi menyusui dini sebagai tindakan
penyelamatan kehidupan, karena IMD dapat menyelamatkan 22 %
dari bayi yang meninggal sebelum usia 4 bulan.
Program ini dilakukan dengan cara langsung meletakkan bayi
baru lahir di dada ibunya dan membiarkan bayi mencari untuk
menemukan putting susu ibu untuk menyusu. IMD harus
dilaksanakan langsung saat lahir, tanpa boleh ditunda dangan
kegiatan menimbang atau mengukur bayi. Bayi juga tidak boleh
dibersihkan hanya dikeringkan kecuali tangannya. Proses ini harus
berlangsung skin to skin antara bayi dan ibu. Menyusui 1 jam
pertama kehidupan yang di awali dengan kontak kulit antara ibu dan
bayi dinyatakan sebagai indicator global dan Ini merupakan hal baru
bagi Indonesia, dan merupakan program pemerintah khususnya
Departemen Kesehatan RI.

3) Melakukan Penilaian Bayi Baru Lahir


a) Apakah bayi menangis kuat dan/atau bernafas tanpa kesulitan.
b) Apakah bayi bergerak dengan aktif atau lemas
c) Jika bayi tidak bernapas atau bernapas megap – megap atau
lemah maka segera lakukan tindakan resusitasi bayi baru lahir.

4) Memberikan Vitamin K
Untuk mencegah terjadinya perdarahan karena defisiensi
vitamin K pada bayi baru lahir normal atau cukup bulan perlu di beri

28
vitamin K per oral 1 mg / hari selama 3 hari, dan bayi beresiko tinggi
di beri vitamin K parenteral dengan dosis 0,5 – 1 mg IM.

5) Mencegah Infeksi
a) Cuci tangan dengan seksama sebelum dan setelah bersentuhan
dengan bayi
b) Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang
belum dimandikan
c) Pastikan semua peralatan dan bahan yang digunakan, terutama
klem, gunting, penghisap lendir DeLee dan benang tali pusat
telah didesinfeksi tingkat tinggi atau steril.
d) Pastikan semua pakaian, handuk, selimut dan kain yang
digunakan untuk bayi, sudah dalam keadaan bersih. Demikin
pula dengan timbangan, pita pengukur, termometer, stetoskop.
e) Memberikan obat tetes atau salep mata
Untuk pencegahan penyakit mata karena klamidia (penyakit
menular seksual) perlu diberikan obat mata pada jam pertama
persalinan, yaitu pemberian obat mata eritromisin 0.5 % atau
tetrasiklin 1 %, sedangkan salep mata biasanya diberikan 5 jam
setelah bayi lahir. Perawatan mata harus segera dikerjakan,
tindakan ini dapat dikerjakan setelah bayi selesai dengan
perawatan tali pusat

6) Pemeriksaan Fisik Bayi


Kegiatan ini merupakan pengkajian fisik yang dilakukan oleh
bidan yang bertujuan untuk memastikan normalitas & mendeteksi
adanya penyimpangan dari normal.Pengkajian ini dapat ditemukan
indikasi tentang seberapa baik bayi melakukan penyesuaian terhadap
kehidupan di luar uterus dan bantuan apa yang diperlukan. Dalam
pelaksanaannya harus diperhatikan agar bayi tidak kedinginan, dan
dapat ditunda apabila suhu tubuh bayi rendah atau bayi tampak tidak
sehat. Prinsip pemeriksaan bayi baru lahir:
a) Jelaskan prosedur pada orang tua dan minta persetujuan
tindakan
b) Cuci dan keringkan tangan , pakai sarung tangan
c) Pastikan pencahayaan baik

29
d) Periksa apakah bayi dalam keadaan hangat, buka bagian yangg
akan diperiksa (jika bayi telanjang pemeriksaan harus dibawah
lampu pemancar) dan segera selimuti kembali dengan cepat
e) Periksa bayi secara sistematis dan menyeluruh G. Imunisasi
BCG, hepatitis B dan polio oral Imunisasi Hepatitis B diberikan
1-2 jam di paha kanan setelah penyuntikan Vitamin K1 yang
bertujuan untuk mencegah penularan Hepatitis B melalui jalur
ibu ke bayi yang dapat menimbulkan kerusakan hati.

2. PENINGKATAN PELAYANAN KESEHATAN PADA BAYI


a. PENGERTIAN
Pelayanan kesehatan bayi adalah pelayanan kesehatan sesuai standart
yang diberikan oleh tenaga kesehatan kepada bayi sedikitnya 8 kali,
selama periode 29 hari sampai dengan 11 bulan setelah lahir.

b. TUJUAN DAN JADWAL


Kunjungan bayi bertujuan untuk meningkatkan akses bayi terhadap
pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin bila terdapat
kelainan pada bayi sehingga cepat mendapat pertolongan, pemeliharaan
kesehatan dan pencegahan penyakit melalui pemantauan pertumbuhan
imunisasi, serta peningkatan kualitas hidup bayi dengan stimulasi tumbuh
kembang. Dengan demikian hak anak mendapatkan pelayanan kesehatan
terpenuhi. Berikut ini merupakan jadwal kunjungan pada bayi:
1) Kunjungan bayi satu kali pada umur 29 hari-2 bulan
2) Kunjungan bayi satu kali pada umur 3-5 bulan
3) Kunjungan bayi satu kali pada umur 6-8 bulan
4) Kunjungan bayi satu kali pada umur 9-11 bulan

c. JENIS PELAYANAN
1) Pemberian imunisasi dasar lengkap (BCG, Polio 1-4, DPT 1-3, dan
Campak) sebelum bayi berusia 1 tahun
2) Stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang bayi (SDIDTK)
3) Pemberian vitamin 100.000 IU (6-11) warna biru
4) Konseling ASI esklusi, pemberian makanan pendamping ASI
eksklusif
5) penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan.

3. PENINGKATAN PELAYANAN KESEHATAN PADA BALITA


a. PENGERTIAN

30
Anak balita adalah anak yang berusia 1-5 tahun memiliki
pertumbuhan mental,intelektual yang berkembang pesat. B.Pengertian
pelayanan kesehatan pada balita Pelayanan kesehatan anak balita sakit
dan sehat yang diberikan oleh tenaga kesehatan sesuai standar.

b. JENIS PELAYANAN
1) Pemantauan KMS
Pemantauan pertumbuhan balita dengan KMS minimal 8 kali
KMS (Kartu Menuju Sehat) untuk balita adalah alat yang sederhana
dan murah, yang dapat digunakan untuk memantau kesehatan dan
pertumbuhan anak. Oleh karenanya KMS harus disimpan oleh ibu
balita di rumah, dan harus selalu dibawa setiap kali mengunjungi
posyandu atau fasilitas pelayanan kesehatan, termasuk bidan dan
dokter. Manfaat KMS adalah :
a) Sebagai media untuk mencatat dan memantau riwayat kesehatan
balita secara lengkap, meliputi : pertumbuhan, perkembangan,
pelaksanaan imunisasi, penanggulangan diare, pemberian kapsul
vitamin A, kondisi kesehatan pemberian ASI eksklusif, dan
Makanan Pendamping ASI.
b) Sebagai media edukasi bagi orang tua balita tentang kesehatan
anak.
c) Sebagai sarana komunikasi yang dapat digunakan oleh petugas
untuk menentukan penyuluhan dan tindakan pelayanan
kesehatan dan gizi.

2) Pemberian Kapsul Vitamin A


Pemberian Kapsul Vitamin A Vitamin A adalah salah satu zat
gizi dari golongan vitamin yang sangat diperlukan oleh tubuh yang
berguna untuk kesehatan mata ( agar dapat melihat dengan baik ) dan
untuk kesehatan tubuh yaitu meningkatkan daya tahan tubuh,
jaringan epitel, untuk melawan penyakit misalnya campak, diare dan
infeksi lain. Pemberian vitamin A termasuk dalam program Bina
Gizi yang dilaksanakan oleh Departemen Kesehatan setiap 6 bulan
yaitu bulan Februari dan Agustus, anak-anak balita diberikan vitamin
A secara gratis dengan target pemberian 80 % dari seluruh balita.
Vitamin A terdiri dari 2 jenis :

31
a) Kapsul vitamin A biru ( 100.000 IU ) diberikan pada bayi yang
berusia 6-11 bulan satu kali dalam satu tahun
b) Kapsul vitamin A merah ( 200.000 IU ) diberikan kepada balita
Kekurangan vitamin A disebut juga dengan xeroftalmia ( mata
kering ). Hal ini dapat terjadi karena serapan vitamin A pada
mata mengalami pengurangan sehingga terjadi kekeringan pada
selaput lendir atau konjungtiva dan selaput bening (kornea
mata). balita akan terlindungi dari kekurangan vitamin A
terutama bagi balita dari keluarga menengah kebawah.

3) Management MTBS
Kegiatan MTBS merupakan upaya pelayanan kesehatan yang
ditujukan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian
sekaligus meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di unit rawat
jalan kesehatan dasar (Puskesmas dan jaringannya termasuk Pustu,
Polindes, Poskesdes, dll). Bila dilaksanakan dengan baik, pendekatan
MTBS tergolong lengkap untuk mengantisipasi penyakit-penyakit
yang sering menyebabkan kematian bayi dan balita di Indonesia.
Dikatakan lengkap karena meliputi upaya preventif (pencegahan
penyakit), perbaikan gizi, upaya promotif (berupa konseling) dan
upaya kuratif (pengobatan) terhadap penyakit-penyakit dan masalah
yang sering terjadi pada balita.
Kegiatan MTBS memliliki 3 komponen khas yang
menguntungkan, yaitu:
a) Meningkatkan ketrampilan petugas kesehatan dalam tatalaksana
balita sakit (selain dokter, petugas kesehatan non-dokter dapat
pula memeriksa dan menangani pasien asalkan sudah dilatih)
b) Memperbaiki sistem kesehatan (perwujudan terintegrasinya
banyak program kesehatan dalam 1 kali pemeriksaan MTBS)
c) Memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam perawatan
di rumah dan upaya pencarian pertolongan kasus balita sakit
(meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam pelayanan
kesehatan)

Konseling pada keluarga balita Konseling yang dapat diberikan


adalah:

32
a) Pemberian makanan bergizi pada bayi dan balita
b) Pemberian makanan bayi
c) Mengatur makanan anak usia 1-5 tahun.
d) Pemeriksaan rutin/berkala terhadap bayi dan balita
e) Peningkatan kesehatan pola tidur, bermain, peningkatan
pendidikan seksual dimulai sejak balita (sejak anak mengenal
idenitasnya sebagai laki-laki atau perempuan

C. PENINGKATAN DETEKSI DINI RISIKO/KOMPLIKASI KEBIDANAN


DAN BBL OLEH TENAGA KESEHATAN MAUPUN MASYARAKAT.
1. PENGERTIAN
Deteksi dini kehamilan dengan faktor risiko adalah kegiatan yang
dilakukan untuk menemukan ibu hamil yang mempunyai faktor risiko dan
komplikasi kebidanan. Kehamilan merupakan proses reproduksi yang normal,
tetapi tetap mempunyai risiko untuk terjadinya komplikasi. Oleh karenanya
deteksi dini oleh tenaga kesehatan dan masyarakat tentang adanya risiko dan
komplikasi, serta penanganan yang adekuat sedini mungkin, merupakan kunci
keberhasilan dalam penurunan angka kematian ibu dan bayi yang
dilahirkannya.

2. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DETEKSI DINI


a. Pendidikan
Tingkat pendidikan merupakan faktor yang mendukung perilaku ibu
dalam upaya deteksi dini komplikasi kehamilan. Ibu dengan tingkat
pendidikan tinggi lebih mudah memperoleh informasi tentang kesehatan.

b. Informasi
Menurut Snehandu B.Kar (Notoatmodjo, 2003) informasi tentang
kesehatan mempengaruhi seseorang dalam hal upaya deteksi dini
komplikasi kehamilan. Upaya deteksi dini seseorang yang rendah
disebabkan karena tidak atau kurangnya memperoleh informasi yang
kuat.

c. Budaya
Menurut WHO (Notoatmodjo, 2003) upaya deteksi dini seseorang
juga dipengaruhi oleh faktor budaya. Kebudayaan ini terbentuk dalam
waktu yang lama sebagai akibat dari kehidupan suatu masyarakat
bersama.

33
d. Sosial Ekonomi
Menurut WHO (Notoatmodjo, 200 3) faktor ekonomi juga
berpengaruh terhadap seseorang dalam upaya deteksi dini komplikasi
kehamilan. Status ekonomi keluarga juga berperan bagi seseorang dalam
mengambil keputusan bertindak termasuk tindakan yang berhubungan
dengan kesehatan.

3. TARGET DETEKSI DINI


a. Faktor Resiko Ibu Hamil
Deteksi faktor risiko pada ibu baik oleh tenaga kesehatan maupun
masyarakat merupakan salah satu upaya penting dalam mencegah
kematian dan kesakitan ibu. berikut inu merupakan ibu yang memiliki
resiko terhadap kehamilannya.
1) Primigravida kurang dari 20 tahun atau lebih dan 35 tahun
2) Anak lebih dari 4.
3) jarak persalinan terakhir dan kehamilan sekarang kurang dan 2
tahun. 20
4) Kurang Energi Kronis (KEK) dengan Iingkar lengan atas kurang dari
23,5 cm, atau penambahan berat badan < 9 kg selama masa
kehamilan.
5) Anemia dengan dari Hemoglobin < 11 g/dl.
6) Tinggi badan kurang dari 145 cm, atau dengan kelainan bentuk
panggul dan tulang belakang
7) Riwayat hipertensi pada kehamilan sebelumnya atau sebelum
kehamilan ini.
8) Sedang pernah menderita penyakit kronis, antara lain: tuberkulosis,
kelainan jantung-ginjal-hati, psikosis, kelainan endokrin (Diabetes
Mellitus, Sistemik Lupus Eritematosus, dll), tumor dan keganasan
9) Riwayat kehamilan buruk: keguguran berulang, kehamilan ektopik
terganggu, mola hidatidosa, ketuban pecah dini,. bayi dengan cacat
congenital
10) Riwayat persalinan dengan komplikasi : persalinan dengan seksio
sesarea, ekstraksivakum/ forseps.
11) Riwayat nifas dengan komplikasi : perdarahan paska persalinan,
Infeksi masa nifas, psikosis postpartum (postpartum blues).
12) Riwayat keluarga menderita penyakit kencing manis, hipertensi dan
riwayat cacat kongenital.
13) Kelainan jumlah janin : kehamilan ganda, janin dampit, monster. 21
14) Kelainan besar janin : pertumbuhan janin terhambat, Janin besar.

34
15) Kelainan letak dan posisi janin : lintang/oblique, sungsang pada usia
kehamilan lebih dari 32 minggu. Catatan : penambahan berat badan
ibu hamil yang normal adalah 9 - 12 kg selama masa kehamilan.

b. Komplikasi pada Ibu Hamil, Bersalin dan Nifas


1) Ketuban pecah dini.
2) Perdarahan pervaginam :
a) Ante Partum : keguguran, plasenta previa, solusio plasenta
b) Intra Partum : robekan jalan lahir
c) Post Partum : atonia uteri, retensio plasenta, plasenta
inkarserata, kelainan pembekuan darah, subinvolusi uteri
d) Hipertensi dalam Kehamilan (HDK): Tekanan darah tinggi
(sistolik > 140 mmHg, diastolik > 90 mmHg), dengan atau tanpa
edema pre-tibial.
e) Ancaman persalinan prematur.

c. Komplikasi pada Neonatus


Dengan melihat tanda-tanda atau gejala gejala sebagai berikut:
1) Tidak Mau Minum/menyusu atau memuntahkan semua
2) Riwayat Kejang
3) Bergerak hanya jika dirangsang/Letargis 4
4) frekwensi Napas < = 30 X/menit dan >= 60x/menit
5) Suhu tubuh <= 35,5 C dan >= 37,5 C
6) Tarikan dinding dada ke dalam yang sangat kuat
7) Merintih
8) Ada pustul kulit
9) Nanah banyak di mata
10) Pusar kemerahan meluas ke dinding perut.
11) Mata cekung dan cubitan kulit perut kembali sangat lambat 23
12) Timbul kuning dan atau tinja berwarna pucat
13) Berat badan menurut umur rendah dan atau ada masalah pemberian
ASI
14) BBLR : Bayi Berat Lahir Rendah < 2500 gram
15) Kelainan Kongenital seperti ada celah di bibir dan langit-langit.

Berikut ini merupakan komlikasi pada neonatus


1) Prematuritas dan BBLR (bayi berat lahir rendah < 2500 gr)
2) Asfiksia
3) Infeksi Bakteri
4) Kejang
5) Ikterus
6) Diare
7) Hipotermia
8) Tetanus neonatorum
9) Masalah pemberian ASI

35
10) Trauma lahir, sindroma gangguan pernapasan, kelainan kongenital,
dll.

4. PENANGANAN KOMPLIKASI KEBIDANAN


Penanganan komplikasi kebidanan adalah pelayanan kepada ibu dengan
komplikasi kebidanan untuk mendapat penanganan definitive sesuai standar
oleh tenaga kesehatan kompeten pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan.
Diperkirakan sekitar 15-20 % ibu hamil akan mengalami komplikasi
kebidanan. Komplikasi dalam kehamilan dan persalinan tidak selalu dapat
diduga sebelumnya, oleh karenanya semua persalinan harus ditolong oleh
tenaga kesehatan agar komplikasi kebidanan dapat segera dideteksi dan
ditangani.
Untuk meningkatkan cakupan dan kualitas penanganan komplikasi
kebida an maka diperlukan adanya fasilititas pelayanan kesehatan yang
mampu memberikan pelayanan obstetri dan neonatal emergensi secara
berjenjang mulai dari bidan, puskesmas mampu PONED sampai rumah sakit
PONED 24 jam. Pelayanan medis yang dapat dilakukan di Puskesmas
mampu PONED meliputi:
a. Pelayanan Obstetri
1) Penanganan perdarahan pada kehamilan, persalinan dan nifas.
2) Pencegahan dan penanganan Hipertensi dalam Kehamilan
(preeklampsi dan eklampsi)
3) Pencegahan dan penanganan infeksi.
4) Penanganan partus lama/macet.
5) Penanganan abortus.
6) Stabilisasi komplikasi obstetrik untuk dirujuk dan transportasi
rujukan.

b. Pelayanan Neonatus
1) Pencegahan dan penanganan asfiksia.
2) Pencegahan dan penanganan hipotermia.
3) Penanganan bayi berat lahir rendah (BBLR).
4) Pencegahan dan penanganan infeksi neonatus, kejang neonatus,
ikterus ringan-sedang
5) Pencegahan dan penanganan gangguan minum.
6) Stabilisasi komplikasi neonatus untuk dirujuk dan transportasi
rujukan.

c. Pelayanan Neonatus dengan Komplikasi

36
Pelayanan Neonatus dengan komplikasi adalah penanganan neonatus
dengan penyakit dan kelainan yang dapat menyebabkan kesakitan,
kecacatan dan kematian oleh dokter/bidan/perawat terlatih di polindes,
puskesmas, puskesmas PONED, rumah bersalin dan rumah sakit
pemerintah/swasta.
Diperkirakan sekitar 15% dari bayi lahir hidup akan mengalami
komplikasi neonatal. Hari Perama kelahiran bayi sangat penting, oleh
karena banyak perubahan yang terjadi pada bayi dalam menyesuaikan
diri dari kehidupan di dalam rahim kepada kehidupan di luar rahim. Bayi
baru lahir yang mengalami gejala sakit dapat cepat memburuk, sehingga
bila tidak ditangani dengan adekuat dapat terjadi kematian. Kematian
bayi sebagian besar terjadi pada hari pertama, minggu pertama kemudian
bulan pertama kehidupannya.
Kebijakan Departemen Kesehatan dalam peningkatan akses dan
kualitas penanganan komplikasi neonatus tersebut antara lain penyediaan
puskesmas mampu PONED dengan target setiap kabupaten/kota harus
mempunyai minimal 4 (empat) puskesmas mampu PONED.
Puskesmas PONED adalah puskesmas rawat inap yang memiliki
kemampuan serta fasilitas PONED siap 24 jam untuk memberikan
pelayanan terhadap ibu hamil, bersalin dan nifas serta kegawatdaruratan
bayi baru lahir dengan komplikasi baik yang datang sendiri atau atas
rujukan kader/masyarakat, bidan di desa, Puskesmas dan melakukan
rujukan ke RS/RS PONED pada kasus yang tidak mampu ditangani.
Untuk mendukung puskesmas mampu PONED ini, diharapkan RSU
Kabupaten/Kota mampu melaksanakan pelayanan obstetri dan neonatal
emergensi komprehensif (PONED) yang siap selama 24 jam. Dalam
PONED, RSU harus mampu melakukan pelayanan emergensi dasar dan
pelayanan operasi seksio sesaria, perawatan neonatus level ll serta
transfusi darah.
Dengan adanya puskesmas mampu PONED dan RS mampu PONEK
maka kasus - kasus komplikasi kebidanan dan neonatal dapat ditangani
secara optimal sehingga dapat mengurangi kematian ibu dan neonatus.

D. PELAYANAN KONTRASEPSI DAN KB DI MASYARAKAT


1. PENINGKATAN PELAYANAN KB

37
a. Pengertian KB
Menurut World Health Organisation (WHO) expert committee 1997:
keluarga berencanaadalah tindakan yang membantu pasangan suami istri
untuk menghindari kehamilan yangtidak diinginkan, mendapatkan
kelahiran yang memang sangat diinginkan, mengatur intervaldiantara
kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan
umur suamiistri serta menentukan jumlah anak dalam keluarga.
Keluarga berencana menurut Undang-Undang no 10 tahun 1992
(tentang perkembangankependudukan dan pembangunan keluarga
sejahtera) adalah upaya peningkatan kepeduliandan peran serta
masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan
kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan
keluarga kecil, bahagiadan sejahtera. Keluarga berencana adalah suatu
usaha untuk menjarangkan jumlah dan jarakkehamilan dengan memakai
kontrasepsi.
Secara umum keluarga berencana dapat diartikan sebagai suatu
usaha yang mengatur banyaknya kehamilan sedemikian rupa sehingga
berdampak positif bagi ibu, bayi, ayah sertakeluarganya yang
bersangkutan tidak akan menimbulkan kerugian sebagai akibat
langsungdari kehamilan tersebut. Diharapkan dengan adanya
perencanaan keluarga yang matangkehamilan merupakan suatu hal yang
memang sangat diharapkan sehingga akan terhindar dari perbuatan untuk
mengakhiri kehamilan dengan aborsi.
Sedangkan kontrasepsi Pemeriksaan kesehatan yang dlakukan
meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik. Apabila dari hasil
pemeriksaan kesehatan tidak didapati kontraindikasi, maka pelayanan
kontrasepsi dapat dilakukan.Untuk pelayanan metode kontrasepsi jangka
panjang Yaitu IUD, implant, dan kontap sebelum pelayanan dimulai
kepada klien diminta untuk menandatangai informed consent form.

b. Tujuan KB
1) Mengatur kehamilan dengan menunda perkawinan, menunda
kehamilan anak pertama danmenjarangkan kehamilan setelah
kelahiran anak pertama serta menghentikan kehamilan biladirasakan
anak telah cukup.

38
2) Mengobati kemandulan atau infertilitas bagi pasangan yang telah
menikah lebih dari satutahun tetapi belum juga mempunyai
keturunan, hal ini memungkinkan untuk tercapainyakeluarga
bahagia.
3) Married Conseling atau nasehat perkawinan bagi remaja atau
pasangan yang akan menikahdengan harapan bahwa pasangan akan
mempunyai pengetahuan dan pemahaman yang cukuptinggi dalam
membentuk keluarga yang bahagia dan berkualitas.
4) Tujuan akhir KB adalah tercapainya NKKBS (Norma Keluarga
Kecil Bahagia dan sejahtera) dan membentuk keluarga berkualitas,
keluarga berkualitas artinya suatu keluargayang harmonis, sehat,
tercukupi sandang, pangan, papan, pendidikan dan produktif dari
segi ekonomi.
5) Meningkatkan jumlah penduduk untuk menggunakan alat
kontrasepsi.
6) Menurunnya jumlah angka kelahiran bayi

c. Manfaat KB
1) Memungkinkan wanita untuk mengontrol kesuburan mereka
sehingga dapat memutuskan bila dan kapan mereka ingin hamil
dan memiliki anak. Wanita dapat mengambil jedakehamilan selama
sedikitnya dua tahun setelah melahirkan, yang memberikan
banyakmanfaat bagi perempuan dan bayi mereka.
2) Wanita yang hamil segera setelah melahirkan berisiko memiliki
kehamilan yang buruk.Mereka lebih mungkin menderita kondisi
medis yang serius atau meninggal selamakehamilan. Bayi mereka
juga lebih cenderung memiliki masalah kesehatan (misalnya
lahirdengan berat badan rendah). Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) memperkirakan bahwasecara global, 100.000 kematian ibu
dapat dicegah setiap tahun, jika semua wanita yang tidakingin anak
lagi mampu menghindari kehamilan. Kematian ini terjadi sebagian
besar di negara berkembang di mana cakupan kontrasepsi rendah.
3) Wanita lebih dapat berpartisipasi dalam kehidupan sosial, mencari
pekerjaan dan meraih pendidikan ketika mereka menggunakan alat
kontrasepsi dan tidak berisiko hamil. Karenakegiatan ini umumnya

39
meningkatkan status perempuan dalam masyarakat, kontrasepsi
secaratidak langsung mempromosikan hak-hak dan status
perempuan.
4) Memberikan manfaat kesehatan non-reproduksi. Metode kontrasepsi
hormonal gabungan(yaitu estrogen dan progesteron) dapat
menurunkan risiko kanker ovarium dan endometrium.Injeksi
progesteron juga melindungi terhadap kanker ini dan juga terhadap
fibroid rahim.Kontrasepsi implan dan sterilisasi wanita telah terbukti
mengurangi risiko penyakit radang panggul.
5) Mencegah efek kesehatan jiwa dari kehamilan yang tidak diinginkan
dan mengurangiaborsi.
6) Kemampuan untuk mengontrol kesuburan juga memungkinkan
wanita untuk lebihmengontrol aspek lain dari kehidupan mereka,
misalnya memutuskan kapan dan mengapamereka menikah. Sejak
kontrasepsi tersedia secara luas pada 1970-an, pola perkawinan
telah berubah. Wanita sekarang menikah dan memiliki anak di usia
yang lebih matang dan rata-ratamemiliki anak lebih sedikit.
Perubahan demografis cenderung telah mengurangi bebanemosional
dan ekonomi untuk membesarkan anak, karena keluarga sekarang
biasanyamemiliki lebih banyak waktu untuk mengumpulkan sumber
daya keuangan sebelumkelahiran anak. Ukuran keluarga yang lebih
kecil juga berarti bahwa orang tua memiliki lebih banyak waktu dan
sumber daya yang diberikan per anak.

d. Strategi Pendekatan Program KB


1) Pendekatan kemasyarakatan (community approach)
Diarahkan untuk meningkatkan dan menggalakkan peran serta
masyarakat (kepedulian) yang dibina dan dikembangkan secara
berkelanjutan.
2) Pendekatan koordinasi aktif (active coordinative approach)
Mengkoordinasikan berbagai pelaksanaan program KB dan
pembangunan keluarga sejahtera sehingga dapat saling menunjang
dan mempunyai kekuatan yang sinergik dalam mencapai tujuan
dengan menerapkan kemitraan sejajar.
3) Pendekatan integrative (integrative approach)

40
Memadukan pelaksanaan kegiatan pembangunan agar dapat
mendorong dan menggerakkan potensi yang dimiliki oleh semua
masyarakat sehingga dapat menguntungkan dan memberi manfaat
pada semua pihak.
4) Pendekatan kualitas (quality approach)
Meningkatkan kualitas pelayanan baik dari segi pemberi
pelayanan (provider) dan penerima pelayanan (klien) sesuai dengan
situasi dan kondisi.
5) Pendekatan kemandirian (self rellant approach)
Memberikan peluang kepada sektor pembangunan lainnya dan
masyarakat yang telah mampu untuk segera mengambil alih peran
dan tanggung jawab dalam pelaksanaan program KB nasional.
6) Pendekatan tiga dimensi ( three dimension approach)
Strategi tiga dimensi program kb sebagai pendekatan program
kb nasional. Strategi ini diterapkan atas dasar survei terhadap
kecenderungan respon pasangan usia subur (PUS) di Indonesia
terhadap ajakan (KIE) untuk berkb. Berdasarkan hasil survei tersebut
respon pus terhadap KIE kb terbagi dalam 3 kelompok
a) 5% pus langsung merespon ya untuk berkb.
b) 15% - 55% pus merespon raguragu untuk berkb.
c) 30% pus merespon tidak untuk berkb.

Strategi 3 dimensi ini juga diterapkan untuk merespon


kemendesakkannya untuk scepatnya menurunkaj TFR dan
membudayakan NKKBS sebagai normaprogram KBN . Selain
itu, Strategi program KB terbagi dalam dua hal yaitu:
a) Strategi dasar
(1) Meneguhkan kembali program di daerah
(2) Menjamin kesinambungan program
b) Strategi operasional
(1)Peningkatan kapasitas sistem pelayanan program KB
Nasional.
(2)Peningkatan kualitas dan prioritas program
(3)Penggalangan dan pemantapan komitmen
(4)Dukungan regulasi dan kebijakan
(5)Pemantauan, evaluasi, dan akuntabilitas pelayanan.

e. Cara Oprasional Program KB


1) Pelayanan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE)

41
Pelayanan komunikasi, informasi dan edukasi dilakukan dengan
memberikan penerangan konseling, advokasi, penerangan kelompok
(penyuluhan) dan penerangan massa melalui media cetak dan
elektronik. Dengan penerangan, motivasi diharapkan meningkat
sehingga terjadi peningkatan pengetahuan, perubahan sikap dan
perilaku masyarakat dalam berKB, melalui pendewasaan usia
perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga,
peningkatan kesejahteraan keluarga sehingga tercapai Norma
Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS).

2) Pelayanan kontrasepsi dan pengayoman peserta KB


Dikembangkan program reproduksi keluarga sejahtera. Para
wanita baik sebagai calon ibu atau ibu, merupakan anggota keluarga
yang paling rentan mempunyai potensi yang besar untuk
mendapatkan KIE dan pelayanan KB yang tepat dan benar dalam
mempertahankan fungsi reproduksi. Reproduksi sehat sejahtera
adalah suatu keadaan sehat baik fisik, mental dan kesejahteraan
sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem
dan fungsi serta proses reproduksi. Bukan hanya kondisi yang bebas
dari penyakit dan kecacatan serta dibentuk berdasarkan perkawinan
yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan material,
bertaqwa kepada Tuhan YME, memiliki hubungan yang serasi,
selaras dan seimbang antar anggota dan antara keluarga dengan
lingkungan.
Dalam mencapai sasaran reproduksi sehat, dikembangkan 2
gerakan yaitu: pengembangan gerakan KB yang makin mandiri dan
gerakan keluarga sehat sejahtera dan gerakan keluarga sadar
HIV/AIDS. Pengayoman, melalui program ASKABI (Asuransi
Keluarga Berencana Indonesia), tujuan agar merasa aman dan
terlindung apabila terjadi komplikasi dan kegagalan.
3) Peran serta masyarakat dan institusi pemerintah
PSM ditonjolkan (pendekatan masyarakat) serta kerjasama
institusi pemerintah (Dinas Kesehatan, BKKBN, Depag, RS,
Puskesmas).

42
4) Pendidikan KB
Melalui jalur pendidikan (sekolah) dan pelatihan, baik petugas
KB, bidan, dokter berupa pelatihan konseling dan keterampilan.

f. Meteode Kontrasepsi di Indonesia


Macam Metode Kontrasepsi yang Ada Dalam Program KB Di Indonesia
1) Metode Kontrasepsi Sederhana
Metode kontrasepsi sederhana ini terdiri dari 2 yaitu metode
kontrasepsi sederhana tanpa alat dan metode kontrasepsi dengan alat.
Metode kontrasepsi tanpa alat antara lain : Metode Amenorhoe Laktasi
(MAL), Coitus Interuptus, metode Kalender, Metode Lendir Serviks
(MOB), Metode Suhu Basal Badan, dan Simptotermal yaitu
perpaduan antara suhu basal dan lendir servik. Sedangkan metode
kontrasepsi sederhana dengan alat yaitu kondom, diafragma, dan
spermisida.

2) Metode Kontrasepsi Hormonal


Metode kontrasepsi hormonal pada dasarnya dibagi menjadi 2
yaitu kombinasi (mengandung hormon progesteron dan estrogen
sintetik) dan yang hanya berisi progesteron saja.
Kontrasepsi hormonal kombinasi terdapat pada pil dan
suntikan/injeksi. Sedangkan kontrasepsi hormon yang berisi
progesteron terdapat pada pil, suntik dan implant.

3) Metode Kontrasepsi dengan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)


Metode kontrasepsi ini secara garis besar dibagi menjadi 2 yaitu
AKDR yang mengandung hormon (sintetik progesteron) dan yang
tidak mengandung hormon.

4) Metode Kontrasepsi Mantap


Metode kontrasepsi mantap terdiri dari 2 macam yaitu Metode
Operatif Wanita (MOW) dan Metode Operatif Pria (MOP). MOW
sering dikenal dengan tubektomi karena prinsip metode ini adalah
memotong atau mengikat saluran tuba/tuba falopii sehingga
mencegah pertemuan antara ovum dan sperma. Sedangkan MOP
sering dikenal dengan Vasektomi yaitu memotong atau mengikat
saluran vas deferens sehingga cairan sperma tidak diejakulasikan.

5) Metode Kontrasepsi Darurat

43
Metode kontrasepsi yang dipakai dalam kondisi darurat ada 2
macam yaitu pil dan AKDR.

2. DETEKSI KOMPLIKASI PELAYANAN KB OLEH TENAGA


KESEHATAN DAN MASYARAKAT
a. Pil KB
Pil merupakan alat kontrasepsi yang harus diminum setiap hari dan
dapat dipakai oleh semua ibu usia reproduksi , baik yang sudah
mempunyai anak ataupun belum.
1) Jenis
a) Monofasik
b) Bifasik
c) Trifasik

2) Cara kerja
a) Menekan ovulasi
b) Mencegah implantasi
c) Lender serviks mengental sehingga sulit dilalui oleh sperma
d) Pergerakan tuba terganggu sehingga tranportasi telur dengan
sendirinya akan terganggu pula.

3) Masalah atau efek samping


a) Amenorhea
b) Mual pusing atau muntah
c) Perdarahan pervagina.

4) Penangulangan
a) Periksa dalam atau tes kehamilan , bila tidak hamil dan klien
minum dengan benar.
b) Tes kehamilan atau pemeriksaan ginekologik .bila tidak hamil
sarankan minum pil saat makan malam atau sebelum tidur.
c) Sarankan minum pil pada waktu yang sama , jelaskan bahwa
perdarahan hal yang biasa pada 3 bulan pertama dan lambat laun
akan berhenti.

5) Komplikasi
Ketika Anda mulai mengonsumsi pil KB, ada kecenderungan
Anda mengalami breakthrough bleeding (BTB) sepanjang bulan-
bulan pertama penggunaan. BTB bukan haid dan merupakan efek
samping normal karena tubuh menyesuaikan diri dengan perubahan

44
kadar hormon. Jangan menghentikan konsumsi pil meskipun Anda
mengalami BTB di antara siklus haid.
a) Jika Anda muntah atau diare, gunakan alat kontrasepsi cadangan
dan berkonsultasilah dengan dokter atau bidan.
b) Pil KB punya manfaat tambahan bagi kesehatan. Pil KB
membuat siklus haid teratur, darah haid berkurang, durasi haid
lebih singkat, dan mengurangi nyeri. Karena haid lebih sedikit,
risiko anemia menurun. Pil KB juga menurunkan risiko kanker
indung telur dan kanker endometrium.
c) Bagi ibu menyusui, pil KB yang hanya mengandung hormon
progestin bisa dipilih karena tidak menurunkan produksi
ASI. Mini pill juga dapat dikonsumsi oleh wanita yang alergi
hormon estrogen.
d) Konsultasikan penggunaan alat kontrasepsi jika Anda menderita
tekanan darah tinggi, penyakit jantung, riwayat stroke, kanker
payudara, lupus, atau komplikasi diabetes.
e) Kini tersedia pil KB yang membuat berat badan lebih stabil.

b. Kondom
Kondom merupakan selubung / sarung karet yang terbuat dari
berbagai bahan di antaranya lateks vinil atau bahan alami ( produksi
hewan ) yang di pasang pada penis saat hubungan sex.
Penggunana kondom untuk tujuan perlindungan terhadap penyakit
kelamin telah dikenal sejak zaman Mesir kuno. Penggunaannya ialah
untuk tujuan melindungi pria terhadap penyakit kelamin. Keuntungan
kondom selain untuk memberi perlindungan terhadap mpenyakit kelamin
ialah bahwa ia dapat juga digunakan untuk tujuan kontrasepsi.
1) Cara kerja
a) Kondom menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan sel telur
dengan cara mengemas sperma di ujung selubung karet yang di
pasang pada penis sehingga sperma tersebut tidak tercurah ke
dalam saluran reproduksi perempuan.
b) Mencegah penularan mikroorganisme dari satu pasangan kepada
pasangan yang lain.

2) Masalah atau efek samping


a) Kondom rusak atau diperkirakan bocor ( sebelum berhubungan )

45
b) Kondom bocor atau di curigai ada curahan di vagina saat
berhubungan
c) Di curigai adanya reaksi alergi
d) Mengurangi kenikmatan hubungan seksual.

3) Penangulangan
a) Buang dan pakai kondom baru
b) Jika dicurigai ada kebocoran, pertimbangkan pemberian
Morning after Pill
c) Reaksi alergi , meskipun jarang dapat sangat mengganggu dan
bisa berbahaya.
d) Jika penurunan kepekaan tidak bisa ditolerir biarpun dengan
kondom yang lebih tipis anjurkan pemakaian metode lain

4) Komplikasi
komplikasi pada kondom hanya akan terjadi jika pemakaian
kondom salah dan jika kondom yang di gunakan bocor, maka akan
menyebabkan kehamilan.

c. Suntik
1) Cara kerja
a) Menekan ovulasi
b) Membuat lender serviks menjadi tebal
c) Perubahan pada endometrium
d) Menghambat transportasi gamet oleh tuba

2) Masalah atau efek samping


a) Amenore
b) Mual / pusing / muntah
c) Perdarahan.

3) Penangulangan
a) Bila tidak terjadi kehamilan tidak perlu diberikan pengobatan
khusus. Jelaskan bahwa darah haid tidak berkumpul dalam
rahim.
b) Pastikan tidak ada kehamilan , bila hamil segera rujuk. Bila
tidak hamil informasikan bahwa hal ini adalah hal biasa dan
akan hilang dalam waktu dekat.

46
c) Bila tidak hamil cari penyebab perdarahan yang lain. Jelaskan
bahwa perdarahan yang terjadi merupakan hal yang biasa.
4) komplikasi
a) Nyeri dada hebat atau napas pendek. Kemungkinan adanya
bekuan darah di paru atau serangan jantung
b) Sakit kepala hebat, atau gangguan penglihatan. Kemungkinan
terjadi stroke, hipertensi, atau migraine
c) Nyeri tungkai hebat. Kemungkinan telah terjadi sumbatan
pembuluh darah pada tungkai
d) Tidak terjadi perdarahan atau spotting selama 7 hari sebelum
suntikan berikutnya, kemungkinan terjadi kehamilan.

d. IUD
1) Tanda-Tanda Bahaya
a) Terlambat haid atau amenore
b) Sakit perut
c) Demam tinggi,menggigil
d) Keputihan yang sangat banyak atau sangat berbau
e) Spotting,perdarahan pervaginam,haid yang banyak dan bekuan
darah.

2) Komplikasi
a) sinkop vasovagal saat pemasangan AKDR
b) bercak darah dank ram abdomen sesaat setelah pemasangan
AKDR
c) kram, nyeri punggung bagian bawah, atau kedua keadaan
tersebut terjadi bersamaan selama beberapa harai setelah
pemasangan AKDR
d) nyeri berat yang berkelanjutan akibat kram uterus
e) Disminorea, terutama terjadi setelah 1-3 bulan setelah
pemasangan AKDR
f) Perubahan atau gangguan menstruasi (menoragia, metroragia,
amenorea, oligomenorea)
g) perdarahan berat atau berkepanjangan
h) Anemia
i) benang AKDR hilang, terlalu panjang atau pendek
j) AKDR tertanam dalam endometrium atau meometrium
k) AKDR terlepas spontan
l) kehamilan, baik AKDR tertanam dalam endometrium atau
terlepas spontan tanpa diketahui
m) kehamilan ektopik
n) aborsi sepsis spontan

47
o) perforasi seviks atau uterus
p) penyakit implamasi uterus (PID)
q) kista ovarium hanya pengguna AKDR hormonal
r) bahaya akibat terpajan diatermi medis (gelombang pendek atau
gelombang mikro) pada area abdomen, sacrum, atau pelvic,
hanya pada pengguna AKDR tembaga

e. Implan
Efek samping paling utama dari norplant adalah perubahan pola
haid, yang terjadi pada kira-kira 60% akseptor dalam tahun pertama
setelah insersi. Efek yang paling sering terjadi adalah :
1) bertambahnya hari-hari perdarahan dalam satu siklus
2) perdarahan-bercak (spotting)
3) berkurangnya pangjang siklus haid
4) amenore, meskipun jarang terjadi dibandingkan perdarahan lama
atau bercak
5) umumnya perubahan-perubahan haid tersebut tidak mempunyai efek
yang membahayakan diri akseptor. Meskipun terjadi perdarahan
lebih sering dari pada biasanya, volume darah yang hilang tetap tidak
berubah.
6) pada sebagian akseptor, perdarahan iregulerakan berkurang dengan
jalannya waktu.
7) perdarahan yang hebat jarang terjadi.

E. PELAYANAN LANSIA YANG BERKAITAN DENGAN KESEHATAN


REPRODUKSI DI MASYARAKAT.
1. PENGERTIAN
a. Pelayanan
Pelayanan adalah proses pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas
orang lain secara langsung. Pelayanan kesehatan adalah sebuah konsep
yang digunakan dalam memberikan layanan kesehatan kepada
masyarakat.
Menurut Prof. Dr. Soekidjo Notoatmojo, Pelayanan Kesehatan
adalah sebuah sub sistem pelayanan kesehatan yang tujuan utamanya
adalah pelayanan preventif (pencegahan) dan promotif (peningkatan
kesehatan) dengan sasaran masyarakat.

48
b. Lanjut Usia
Masa lanjut usia merupakan periode penutup dalam rentang hidup
seseorang, yaitu suatu periode dimana seseorang telah beranjak jauh dari
periode terdahulu yang lebih menyenangkan atau beranjak dari waktu
yang penuh dengan manfaat.
Dewasa lanjut (Late adult hood) atau lebih dikenal dengan istilah
lansia adalah periode dimana seseorang telah mencapai usia diatas 45
tahun. Secara biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk yang
mengalami proses penuaan secara terus menerus, yang ditandai dengan
menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap serangan
penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan
terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem
organ.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lanjut usia
menjadi 4 yaitu : Usia pertengahan (middle age) 45 -59 tahun, Lanjut
usia (elderly) 60 -74 tahun, lanjut usia tua (old) 75 – 90 tahun dan usia
sangat tua (very old) diatas 90 tahun.

c. Kesehatan Reproduksi
Pengertian kesehatan reproduksi menurut WHO adalah suatu
keadaan fisik, mental dan sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari
penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan
sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya.
Suatu keadaan sehat secara menyeluruh mencakup fisik, mental dan
kehidupan sosial yang berkaitan dengan alat, fungsi serta proses
reproduksi yang pemikiran kesehatan reproduksi bukannya kondisi yang
bebas dari penyakit melainkan bagaimana seseorang dapat memiliki
kehidupan seksual yang aman dan memuaskan sebelum dan sesudah
menikah (Depkes RI, 2000).

2. PERKEMBANGAN REPRODUKSI USIA LANJUT


a. WANITA
Perubahan Anatomik pada Sistem Genitalia dengan berhentinya
produksinya hormon estrogen, genitalia interna dan eksterna berangsur-
angsur mengalami atrofi.
1) Vagina

49
Sejak klimakterium, vagina berangsur-angsur mengalami atropi,
meskipun pada wanita belum pernah melahirkan. Kelenjar seks
mengecil dan berhenti berfungsi. Mukosa genitalia menipis begitu
pula jaringan sub mukosa tidak lagi mempertahankan elastisitas¬nya
akibat fibrosis.
Perubahan ini sampai batas tertentu dipengaruhi oleh
keberlangsungan koitus, artinya makin lama kegiatan tersebut
dilakukan kurang laju pendangkalan atau pengecilan genitalia
eksterna.

2) Uterus
Setelah klimaterium uterus mengalami atrofi, panjangnya
menyusut dan dindingnya menipis, miometrium menjadi sedikit dan
lebih banyak jaringan fibrotik. Serviks menyusut tidak menonjol,
bahkan lama-lama akan merata dengan dinding jaringan.

3) Ovarium
Setelah menopause, ukuran sel telur mengecil dan
permukaannya menjadi “keriput” sebagai akibat atrofi dari medula,
bukan akibat dari ovulasi yang berulang sebelumnya, permukaan
ovarium menjadi rata lagi seperti anak oleh karena tidak terdapat
folikel. Secara umum, perubahan fisik genetalia interna dan eksterna
dipengaruhi oleh fungsi ovarium. Bila ovarium berhenti berfungsi,
pada umumnya terjadi atrofi dan terjadi inaktivitas organ yang
pertumbuhannya oleh hormon estrogen dan progesteron.

4) Payudara (glandula Mamae)


Payudara akan menyusut dan menjadi datar, kecuali pada wanita
yang gemuk, dimana payudara tetap besar dan menggan¬tung.
Keadaan ini disebabkan oleh karena atrofi hanya mem¬pengaruhi
kelenjar payudara saja.Kelenjar pituari anterior mempengaruhi
secara histologik maupun fungsional, begitu pula kelenjar tiroid dan
adrenal menjadi “keras” dan mengkibatkan bentuk tubuh serupa
akromegali ringan.Bahu menjadi gemuk dan garis pinggang
menghilang.Kadang timbul pertumbuhan rambut pada wajah.
Rambut ketiak, pubis mengurang, oleh karena pertumbuhannya

50
dipengaruhi oleh kelenjar adrenal dan bukan kelenjar ovarium.
Rambut kepala menjadi jarang. Kenaikan berat badan sering terjadi
pada masa klimakterik.

b. PRIA
Beberapa perubahan yang terjadi pada lansia pria adalah :
1) Produksi Testosteron Menurun Secara Bertahap
Penurunan ini mungkin juga akan menurunkan hasrat dan
kesejahteraan. Testis menjadi lebih kecil dan kurang
produktif. Tubular testisakan menebal dan berdegenerasi. Perubahan
ini akan menurunkan prosesspermatogenesis, dengan penurunan
jumlah sperma tetapi tidak mempengaruhi kemampuan untuk
membuahi ovum.

2) Kelenjar Prostat Biasanya Membesar


Hipertrofi prostate jinak terjadi pada 50% pria diatas usia 40
tahun dan 90% pria diatas usia 80 tahun. Hipertrofi prostat jinak ini
memerlukan terapi lebih lanjut.

3) Respon Seksual Terutama Penggairahan (Desire), Menjadi Lambat


dan Ereksi yang Sempurna Mungkin juga Tertunda
Elevasi testis dan vasokongesti kantung skrotum berkurang,
mengurangi intensitas dan durasi tekanan pada otot sadar dan tak
sadar serta ereksi mungkin kurang kaku dan bergantung pada sudut
dibandingkan pada usia yang lebih muda. Dan juga dibutuhkan
stimulasi alat kelamin secara langsung untuk untuk menimbulkan
respon. Pendataran fase penggairahan akan berlanjut untuk periode
yang lebih lama sebelum mencapai osrgasme dan biasanya
pengeluaran pre-ejakulasi berkurang bahkan tidak terjadi.

4) Fase Orgasme lebih Singkat dengan Ejakulasi yang Tanpa Disadari


Intensitas sensasi orgasme menjadi berkurang dan tekanan
ejakulasi serta jumlah cairan sperma berkurang. Kebocoran cairan
ejakulasi tanpa adanya sensasi ejakulasi yang kadang-kadang
dirasakan pada lansia pria disebut sebagai ejakulasi dini atau
prematur dan merupakan akibat dari kurangnya pengontrolan yang
berhubungan dengan miotonia dan vasokongesti, serta masa refrakter

51
memanjang pada lansia pria. Ereksi fisik frekuensinya berkurang
termasuk selama tidur.

5) Kemampuan Ereksi Kembali setelah Ejakulasi Semakin Panjang


Pada umumnya 12 sampai 48 jam setelah ejakulasi. Ini berbeda
pada orang muda yang hanya membutuhkan beberapa menit saja.

6) Ereksi Pagi Hari (Morning Erection) Semakin Jarang Terjadi

3. UPAYA PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI TERAHADAP


LANSIA
Upaya pelayanan kesehatan reproduksi terhadap lansia meliputi azas,
pendekatan, dan jenis pelayanan kesehatan yang diterima.
a. Azas
Menurut WHO (1991) adalah to Add life to the Years that Have Been
Added to life, dengan prinsip kemerdekaan (independence),
partisipasi (participation), perawatan (care), pemenuhan diri (self
fulfillment), dan kehormatan (dignity).
Azas yang dianut oleh Departemen Kesehatan RI adalah Add life to
the Years, Add Health to Life, and Add Years to Life, yaitu meningkatkan
mutu kehidupan lanjut usia, meningkatkan kesehatan, dan
memperpanjang usia.

b. Pendekatan
Menurut World Health Organization (1982), pendekatan yang
digunakan adalahsebagai berikut :
1) Menikmati hasil pembangunan (sharing the benefits of social
development)
2) Masing-masing lansia mempunyai keunikan (individuality of aging
persons)
3) Lansia diusahakan mandiri dalam berbagai hal (nondependence)
4) Lansia turut memilih kebijakan (choice)
5) Memberikan perawatan di rumah (home care)
6) Pelayanan harus dicapai dengan mudah (accessibility)
7) Mendorong ikatan akrab antar kelompok/ antar generasi (engaging
the aging)
8) Transportasi dan utilitas bangunan yang sesuai dengan lansia
(mobility)
9) Para lansia dapat terus berguna dalam menghasilkan karya
(productivity)

52
10) Lansia beserta keluarga aktif memelihara kesehatan lansia (self help
care and family care)

c. Jenis
Jenis pelayanan kesehatan terhadap lansia meliputi lima upaya
kesehatan, yaitupromotif, prevention, diagnosa dini dan pengobatan,
pembatasan kecacatan, serta pemulihan.
1) Promotif
Upaya promotif, yaitu menggairahkan semangat hidup bagi usia
lanjut agar mereka tetap dihargai dan tetap berguna baik bagi dirinya
sendiri, keluarga maupun masyarakat. Upaya promotif dapat berupa
kegiatan penyuluhan, dimana penyuluhan masyarakat usia lanjut
merupakan hal yang penting sebagai penunjang program pembinaan
kesehatan usia lanjut yang antara lain adalah :
a) Kesehatan dan pemeliharaan kebersihan diri serta deteksi dini
penurunankondisi kesehatannya, teratur dan berkesinambungan
memeriksakan kesehatannya ke puskesmas atau instansi
pelayanan kesehatan lainnya.
b) Latihan fisik yang dilakukan secara teratur dan disesuaikan
dengan kemampuan usia lanjut agar tetap merasa sehat dan
segar.
c) Diet seimbang atau makanan dengan menu yang mengandung
gizi seimbang.
d) Pembinaan mental dalam meningkatkan ketaqwaan kepada
Tuhan Yang Maha Esa
e) Membina ketrampilan agar dapat mengembangkan kegemaran
atau hobinya secara teratur dan sesuai dengan kemampuannya.
f) Meningkatkan kegiatan sosial di masyarakat atau mengadakan
kelompok sosial.
g) Hidup menghindarkan kebiasaan yang tidak baik seperti
merokok, alkhohol, kopi , kelelahan fisik dan mental.
h) Penanggulangan masalah kesehatannya sendiri secara benar.

2) Preventif
Upaya preventif yaitu upaya pencegahan terhadap kemungkinan
terjadinya penyakit maupun kompilikasi penyakit yang disebabkan
oleh proses ketuaan. Upaya preventif dapat berupa kegiatan :

53
a) Pemeriksaan kesehatan secara berkala dan teratur untuk
menemukan secara dini penyakit-penyakit usia lanjut
b) Kesegaran jasmani yang dilakukan secara teratur dan
disesuaikan dengan kemampuan usia lanjut serta tetap merasa
sehat dan bugar.
c) Penyuluhan tentang penggunaan berbagai alat bantu misalnya
kacamata, alat bantu pendengaran agar usia lanjut tetap dapat
memberikan karya dan tetap merasa berguna
d) Penyuluhan untuk pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya
kecelakaan pada usia lanjut.
e) Pembinaan mental dalam meningkatkan ketaqwaan kepada
Tuhan Yang Maha Esa.

3) Kuratif
Upaya kuratif yaitu upaya pengobatan pada usia lanjut dan dapat
berupa kegiatan:
a) Pelayanan kesehatan dasar
b) Pelayanan kesehatan spesifikasi melalui sistem rujukan.

4) Rehabilitatif
Upaya rehabilitatif yaitu upaya mengembalikan fungsi organ
yang telah menurun. Yang dapat berupa kegiatan :
a) Memberikan informasi, pengetahuan dan pelayanan tentang
penggunaan berbagai alat bantu misalnya alat pendengaran dan
lain -lain agar usia lanjut dapat memberikan karya dan tetap
merasa berguna sesuai kebutuhan dan kemampuan.
b) Mengembalikan kepercayaan pada diri sendiri dan memperkuat
mental penderita
c) Pembinaan usia dan hal pemenuhan kebutuhan pribadi , aktifitas
di dalam maupun diluar rumah.
d) Nasihat cara hidup yang sesuai dengan penyakit yang diderita.
e) Perawatan fisio terapi.

Disamping upaya pelayanan diatas dilaksanakan yang tidak


kalah penting adalah penyuluhan kesehatan masyarakat yang
merupakan bagian integral daripada setiap program kesehatan.

F. PENGELOLAAN KIA/KB DI WILAYAH KERJA PWS KIA.


1. PENGERTIAN PWS KIA

54
Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS KIA)
adalah alat manajemen untuk melakukan pemantauan program KIA disuatu
wilayah kerja secara terus menerus, agar dapat dilakukan tindak lanjut yang
cepat dan tepat. Program KIA yang dimaksud meliputi pelayanan ibu hamil,
ibu bersalin, ibu nifas, ibu dengan komplikasi kebidanan, keluarga berencana,
bayi baru lahir, bayi baru lahir dengan komplikasi, bayi, dan balita.
Dengan manajemen PWS KIA diharapkan cakupan pelayanan dapat
menjangkau seluruh sasaran di suatu wilayah kerja sehingga kasus dengan
risiko/komplikasi kebidanan dapat ditemukan sedini mungkin untuk dapat
memperoleh penanganan yang memadai.
Penyajian PWS KIA juga dapat dipakai sebagai alat motivasi, informasi
dan komunikasi kepada sektor terkait, khususnya aparat setempat yang
berperan dalam pendataan dan penggerakan sasaran maupun membantu
dalam memecahkan masalah non teknis misalnya: bumil KEK, rujukan kasus
dengan risiko.
Pelaksanaan PWS KIA baru berarti bila dilengkapi dengan tindak lanjut
berupa perbaikan dalam pelaksanaan pelayanan KIA. PWS KIA
dikembangkan untuk intensifikasi manajemen program. Walaupun demikian,
hasil rekapitulasinya di tingkat puskesmas dan kabupaten dapat dipakai untuk
menentukan puskesmas dan desa/kelurahan yang rawan. Demikian pula
rekapitulasi PWS KIA di tingkat propinsi dapat dipakai untuk menentukan
kabupaten yang rawan.

2. TUJUAN PWS KIA


a. Tujuan Umum
Meningkatkan jangkauan dan mutu pelayanan KIA di wilayah kerja
puskesmas, melalui pemantauan cakupan pelayanan KIA di tiap desa
secara terus menerus.
b. Tujuan Khusus
1) Memantau cakupan pelayanan KIA yang dipilih sebagai indikator
secara teratur (bulanan) dan terus menerus.
2) Menilai kesenjangan antara target dengan pencapaian.
3) Menentukan urutan daerah prioritas yang akan ditangani secara
intensif.
4) Merencanakan tindak lanjut dengan menggunakan sumber daya yang
tersedia.

55
5) Membangkitkan peran pamong dalam menggerakkan sasaran dan
mobilisasi sumber daya.

3. INDIKATOR PEMANTAUAN KIA DATA SASARAN


Indikator pemantauan program KIA yang dipakai untuk PWS-KIA
meliputi indikator yang dapat menggambarkan keadaan kegiatan pokok
dalam program KIA. Ditetapkan 6 indikator dalam PWS-KIA, yaitu :
1. Akses Pelayanan Antenatal (Cakupan K1)
Indikator akses ini digunakan untuk mengetahui jangkauan
pelayanan antenatal serta kemampuan program dalam menggerakkan
masyarakat.
Rumus yang dipakai untuk perhitungannya adalah :
Jumlah kunjungan baru (K1) ibu hamil
X 100 %
Jumlah sasaran ibu hamil dalam satu tahun

Jumlah sasaran ibu hamil dalam 1 tahun dihitung berdasar jumlah


perkiraan (angka proyeksi) ibu hamil dalam 1 wilayah tertentu dengan
rumus :
jumlah sasaran ibu hamil dalam 1 tahun = angka kelahiran kasar
(Crude Birth Rate/CBR) x 1,1 x jumlah penduduk wilayah tersebut.
Angka kelahiran kasar (CBR) digunakan angka terakhir
kabupaten/kota yang diperoleh dari kantor statistik kabupaten/kota.
Contoh:
Untuk menghitung jumlah perkiraan ibu hamil di desa maju propinsi
X yang mempunyai penduduk 2000 jiwa, maka jumlah ibu hamil = 0,027
(CBR Propinsi X) x 1,1 x 2000 = 59,4.
Jadi sasaran ibu hamil adalah 59 orang.

2. Cakupan Pelayanan Ibu Hamil ( Cakupan K4 )


Dengan indikator ini dapat diketahui cakupan pelayanan antenatal
secara lengkap (memenuhi standar pelayanan dan menepati waktu yang
ditetapkan), yang menggambarkan tingkat perlindungan ibu hamil di
suatu wilayah, disamping menggambarkan kemampuan manajemen
ataupun kelangsungan program KIA.
Rumus :
Jumlah kunjungan ibu hamil (K4) X 100 %

56
Jumlah sasaran ibu hamil dalam satu tahun

3. Cakupan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan


Indikator ini dapat diperkirakan proporsi persalinan yang ditangani
oleh tenaga kesehatan dan ini menggambarkan kemampuan manajemen
program KIA dalam pertolongan persalinan secara profesional.

Rumus :
Jumlah persalinan oleh tenaga kesehatan
X 100 %
Jumlah sasaran persalinan dalam satu tahun

Jumlah sasaran ibu bersalin dalam 1 tahun dihitung berdasar jumlah


perkiraan melalui perhitungan :
= CBR propinsi x 1,05 x jumlah penduduk setempat. Bila propinsi
tidak mempunyai data CBR dapat digunakan angka nasional, sehingga
rumusnya sbb :
= 2,8 % x jumlah penduduk setempat.

4. Penjaringan (Deteksi) Ibu Hamil Beresiko Oleh Masyarakat.


Dengan indikator ini dapat diukur tingkat kemampuan dan peran
serta masyarakat dalam melakukan deteksi ibu hamil beresiko di suatu
wilayah.
Rumus :
Jumlah ibu hamil beresiko yang dirujuk oleh
dukun bayi/kader ketenaga kesehatan X 100 %
Jumlah sasaran ibu hamil dalam 1 tahun

5. Penjaringan ( Deteksi) Ibu Hamil Beresiko Oleh Tenaga Kesehatan


Dengan indikator ini dapat diperkirakan besarnya masalah yang
dihadapi oleh program KIA dan harus ditindaklanjuti dengan intervensi
secara intensif.
Rumus :
Jumlah ibu hamil beresiko yang ditemukan oleh tenaga
kesehatan dan atau dirujuk oleh dukun bayi dan kader X 100 %
Jumlah sasaran ibu hamil dalam 1 tahun

6. Cakupan Pelayanan Neonatal (KN) Oleh Tenaga Kesehatan


Dengan indikator ini dapat diketahui jangkauan dan kualitas
pelayanan kesehatan neonatal.

57
Rumus :
Jumlah kunjungan neonatal yang mendapat pelayanan
kesehatan minimal 2 kali oleh tenaga kesehatan
X 100 %
Jumlah seluruh sasaran bayi dalam 1 tahun

Kunjungan minimal 2 kali dengan ketentuan :


a. Kunjungan pertama kali pada hari pertama sampai dengan hari ke-7.
b. Kunjungan ke-2 kali pada hari ke-8 sampai dengan hari ke-28.
c. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan bukan merupakan
kunjungan neonatal.

Jumlah sasaran bayi diperkirakan melalui perhitungan :


a. CBR Propinsi X jumlah penduduk
b. Bila propinsi tidak mempunyai data CBR, dapat digunakan angka
nasional dengan perhitungan : 2,7% x jumlah penduduk.

4. CARA MENEMUKAN SASARAN PROGRAM KIA


Pengelolaan program KIA bertujuan memantapkan dan meningkatkan
jangkauan serta mutu pelayanan KIA secara efektif dan efisien. Pemantapan
pelayanan KIA dewasa ini diutamakan pada kegiatan pokok sebagai berikut:
a. Peningkatan pelayanan antenatal sesuai standar bagi seluruh ibu hamil di
semua fasilitas kesehatan.
b. Peningkatan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan kompeten
diarahkan ke fasilitas kesehatan.
c. Peningkatan pelayanan bagi seluruh ibu nifas sesuai standar di semua
fasilitas kesehatan.
d. Peningkatan pelayanan bagi seluruh neonatus sesuai standar di semua
fasilitas kesehatan ataupun melalui kunjungan rumah.
e. Peningkatan deteksi dini faktor risiko dan komplikasi kebidanan dan
neonatus oleh tenaga kesehatan maupun masyarakat.
f. Peningkatan penanganan komplikasi kebidanan dan neonatus secara
adekuat dan pengamatan secara terus-menerus oleh tenaga kesehatan di
fasilitas kesehatan.
g. Peningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh bayi sesuai standar di
semua fasilitas kesehatan.
h. Peningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh anak balita sesuai standar
di semua fasilitas kesehatan.
i. Peningkatan pelayanan KB sesuai standar.

5. CARA PEMBUATAN DAN PENGISISAN GRAFIK PWS KIA

58
PWS-KIA disajikan dalam bentuk grafik dari tiap indikator yang dipakai,
yang juga menggambarkan pencapaian tiap desa dalam tiap bulan:
Dengan demikian tiap bulannya dibuat 6 grafik, yaitu :
a. Grafik cakupan K1
b. Grafik cakupan K4
c. Grafik cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan
d. Grafik penjaringan ibu hamil beresiko oleh masyarakat
e. Grafik penjaringan ibu hamil beresiko oleh tenaga kesehatan
f. Grafik cakupan neonatal oleh tenaga kesehatan

 Pembuatan Grafik PWS KIA


Semuanya itu dipakai untuk alat pemantauan program KIA, dapat
dimanfaatkan juga untuk alat motivasi dan komunikasi lintas sektor. Di
bawah ini dijabarkan cara membuat grafik PWS-KIA untuk tingkat
Puskesmas, yang dilakukan tiap bulan, untuk desa. Langkah-langkah pokok
dalam pembuatan grafik PWS-KIA :
a. Pengumpulan Data
Data yang diperlukan untuk menghitung tiap indikator diperoleh dari
catatan ibu hamil per desa, register kegiatan harian, register kohort ibu
dan bayi, kegiatan pemantauan ibu hamil per desa, catatan posyandu,
laporan dari bidan/dokter praktek swasta, rumah sakit bersalin dan
sebagainya

b. Pengelolaan Data
Sebagai contoh dalam menggambarkan grafik PWS-KIA untuk bulan
juni 2012, maka data yang diperlukan adalah :
1) Cakupan kumulatif per desa.
2) Cakupan bulan (Juni 2012) untuk keenam indikator.
3) Cakupan bulan lalu (Mei 2012).

Di bawah ini contoh perhitungan/pengelolaan data untuk cakupan


K1 dan K4 :
Perhitungan untuk cakupan K1 (akses)
1) Pencapaian kumulatif per desa adalah :
Pencapaian cakupan kumulatif ibu hamil baru per desa (januari
s/d juni 2012) per sasaran ibu hamil per desa selama 1 tahun dikali
100%.
2) Pencapaian bulan ini per desa :
Pencapaian sasaran ibu hamil per desa selama bulan juni 2012
per sasaran ibu hamil per desa selama 1 tahun dikali 100%.
3) Pencapaian bulan lalu per desa adalah :

59
Pencapaian cakupan ibu hamil baru per desa selama bulan juni
2012 per sasaran ibu hamil per desa selama 1 tahun dikali 100%.

Perhitungan untuk cakupan K4


1) Pencapaian kumulatif per desa adalah :
Pencapaian cakupan kumulatif kunjungan ibu hamil (K4) per
desa (januari s/d juni 2012) per sasaran ibu hamil per desa selama 1
tahun dikali 100%.
2) Pencapaian bulan ini :
Pencapaian cakupan kunjungan ibu hamil (K4) per desa selama
bulan juni 2012 per sasaran ibu hamil per desa selama 1 tahun dikali
100%.
3) Pencapaian bulan lalu adalah :
Pencapaian cakupan kunjungan ibu hamil (K4) per desa selama
bulan mei 2012 per sasaran ibu hamil per desa selama 1 tahun dikali
100%

 Pengisian Grafik PWS KIA


Langkah-langkah yang dilakukan dalam membuat grafik PWS-KIA
(dengan menggunakan indikator cakupan K1) adalah sebagai berikut :
a. Menentukan target rata-rata per bulan untuk menggambarkan skala pada
garis vertikal (sumbu Y).
Misalnya : target cakupan ibu hamil baru (cakupan K1) dalam 1
tahun ditentukan 90% (garis a), maka sasaran rata-rata setiap bulan
adalah :90% / 12 bln = 7,5%
Dengan demikian, maka sasaran pencapaian kumulatif sampai
dengan bulan juni adalah (6 x 7,5%=)45,0% (garis b)
b. Hasil perhitungan pencapaian kumulatif cakupan K1 s/d bulan juni
dimasukkan ke dalam jalur % kumulatif secara berurutan sesuai
peringkat. Pencapaian tertinggi di sebelah kiri dan terendah di sebelah
kanan, sedangkan pencapaian untuk puskesmas dimasukkan ke dalam
kolom terakhir.
c. Nama desa bersangkutan dituliskan pada lajur desa, sesuai dengan
cakupan kumulatif masing-masing desa yang dituliskan pada butir b
diatas.
d. Hasil perhitungan pencapaian bulan ini (Juni) dan bulan lalu (Mei) untuk
tiap desa dimasukkan ke dalam lajur masing-masing.

60
e. Gambar anak panah dipergunakan untuk mengisi lajur Trend. Bila
pencapaian cakupan bulan ini lebih besar dari pencapaian cakupan bulan
lalu, maka digambar anak panah yang menunjuk ke atas. Sebaliknya,
untuk cakupan bulan ini yang lebih rendah dari cakupan bulan lalu,
digambarkan anak panah yang menunjukkan ke bawah, sedangkan untuk
cakupan yang tetap/sama gambarkan dengan tanda (-).

6. ANALISIS PWS KIA


Grafik PWS-KIA perlu di analisis dan ditafsirkan, agar dapat diketahui
desa mana yang paling memerlukan perhatian dan tindak lanjut yang perlu
dilakukan.
Analisis dari grafik cakupan ibu hamil baru (akses) pada
pemantauan bulan April 2007 dapat digambarkan dalam matriks seperti
di bawah ini.:

Desa Cakupan terhadap Terhadap cakupan bulan lalu Status Desa


target

Di atas Di bawah Naik Turun Tetap

A + + Baik
B + + Kurang
C + + Baik
D + + Jelek
E + + Cukup

Dari matriks di atas dapat disimpulkan adanya 4 macam status cakupan


desa, yaitu :
a. Status Baik
Adalah desa dengan cakupan diatas target yang ditetapkan untuk
bulan April 2007, dan mempunyai kecenderungan cakupan bulanan yang
meningkat atau tetap jika dibandingkan dengan cakupan bulan lalu.
Desa-desa ini adalah Desa A dan C. jika keadaan tersebut berlanjut, maka
desa-desa tersebut akan mencapai atau melebihi target tahunan yang
ditentukan.

61
b. Status Kurang
Adalah desa dengan cakupan diatas target yang ditetapkan untuk
bulan April 2007, dan mempunyai kecenderungan cakupan bulanan yang
menurun jika dibandingkan dengan cakupan bulan lalu. Desa dalam
kategori ini adalah Desa B, yang perlu mendapatkan perhatian karena
cakupan bulan ini hanya 6 %. Jika cakupan terus menurun,, maka desa
tersebut tidak akan mencapai target tahunan yang ditentukan.
c. Status Cukup
Adalah desa dengan cakupan dibawah target yang ditetapkan untuk
bulan April 2007, dan mempunyai kecenderungan cakupan bulanan yang
meningkat jika dibandingkan dengan cakupan bulan lalu. Desa dalam
kategori ini adalah Desa E, yang perlu didorong agar cakupan bulanan
selanjutnya tidak lebih kecil daripada cakupan bulanan minimal. Jika
keadaan tersebut dapat terlaksana, maka desa ini kemungkinan besar
akan mencapai target tahunan yang ditentukan.
d. Status Jelek
Adalah desa dengan cakupan dibawah target yang ditetapkan untuk
bulan April 2007, dan mempunyai kecenderungan cakupan bulanan yang
menurun jika dibandingkan dengan cakupan bulan lalu. Desa dalam
kategori ini adalah Desa D, yang perlu diprioritaskan untuk pembinaan
agar cakupan bulanan selanjutnya tidak lebih kedapat ditingkatkan di atas
cakupan bulanan minimal agar dapat mengejar kekurangan target sampai
bulan April 2007, sehingga dapat pula mencapai target tahunan yang
ditentukan.

7. KOHORT IBU
a. Pengertian.
Register kohort ibu merupakan sumber data pelayanan ibu hamil dan
bersalin, serta keadaan/resiko yang dipunyai ibu yang di organisir
sedemikian rupa yang pengkoleksiaannya melibatkan kader dan dukun
bayi diwilayahnya setiap bulan yang mana informasi pada saat ini lebih
difokuskan pada kesehatan ibu dan bayi baru lahir tanpa adanya duplikasi
informasi.

b. Tujuan.

62
Untuk mengidentifikasi masalah kesehatan ibu yang terdeteksi di
rumah tangga yang teridentinfikasi dari data bidan.

c. Cara Pengisian Kohort Ibu


Kolom diisi sebagai berikut :
1) Diisi nomer urut.
2) Diisi nomer indeks dari family folder.
3) Diisi nama ibu hamil.
4) Diisi nama suami ibu hamil.
5) Diisi alamat ibu hamil.
6) Diisi umur ibu hamil.
7) Diisi umur kehamilan pada kunjungan pertama dalam minggu /
tanggal HPL.
8) Factor resiko : diisi v ( rumput ) untuk ibu kurang dari 20 tahun atau
lebih dari 35 tahun.
9) Paritas diisi Gravidanya.
10) Diisi bila jarak kehamilan <>
11) Diisi bila BB ibu <>
12) Diisi bila TB ibu <>
13) Sampai dengan 17) Resiko tinggi : Diisi dengan tanggal ditemukan
ibu hamil dengan resiko tinggi, HB diperiksa dan ditulis hasil
pemeriksaannya.
18) Pendeteksian faktor resiko : Diisi tangga ditemukan ibu hamil
dengan resiko tinggi oleh tenaga kesehatan.
19) Diisi tanggal ditemukan ibu hamil dengan resiko tinggi oleh tenaga
kesehatan.
20) Sampai dengan 22) Diisi tanggal imunisasi sesuai dengan statusnya.
23) Sampai dengan 34) Diisi umur kehamilan dalam bulan kode
pengisian sebagai berikut :
a) K I : Kontak pertama kali dengan tenaga kesehatan dimana saja
pada kehamilan 1 s/d 5 bulan dengan rambu – rambu O dan
secara langsung juga akses dengan rambu – rambu ◙
b) K 4 : Kunjungan ibu hamil yang keempat kalinya.
c) Untuk memperoleh K4 dapat memakai rumus 1 – 1 – 2 atau 0 –
2 – 2 dengan rambu-rambu Δ
d) Perhatian : K4 tidak boleh pada usia kehamilan 7 bulan.
Pada ibu hamil pertama kali kunjungan pada usia kehamilan 5
bulan pada bulan berikutnya yaitu 6 bulan harus berkunjung atau
dikunjungi agar tidak kehilangan K4.
Pada ibu hamil yang awalnya periksa diluar kota, dan pada akhir

63
kehamilannya periksa di wilayah kita karena untuk melahirkan
dan penduduk setempat bisa mendapatkan K1, K4 dan sekaligus
Akses apabila ibu tersebut dapat menunjukan pemeriksaan
dengan jelas
e) Akses :Kontak pertama kali dengan tenaga kesehatan tidak
memandang usia kehamilan dengan rambu-rambuΟ.
35) Penolong Persalinan, diisi tanggal penolong persalinan tenaga
kesehatan.
36) Diisi tanggal bila yang menolong bukan tenaga kesehatan.
37) Hasil akhir Kehamilan : Abortus diisi tanggal kejadian abortus.
38) Diisi lahir mati.
39) Diisi BB atau BBL <>
40) Diisi BB atau BBL > 2500 gram.
41) Keadaan ibu bersalin, diberi tanda v bila sehat.
42) Dijelaskan sakitnya.
43) Diisi sebab kematiannya.
44) Diisi sebab kematiannya.
45) Diisi v ( rumput ).
46) Diisi apabila pindah, atau yang perlu diterangkan.

8. KOHORT BAYI
a. Pengertian.
Kohort bayi merupakan sumber data pelayanan kesehatan bayi,
termasuk neonatal.
b. Tujuan.
Untuk mengidentifikasi masalah kesehatan bayi yang terdeteksi di
rumah tangga yang teridentinfikasi dari data bidan.

c. Cara Pengisian Kohort Bayi


Kolom diisi sebagai berikut :
1) Diisi nomor urut. Sebaiknya nomor urut bayi disesuaikan dengan
nomor urut ibu pada register kohort ibu.
2) Diisi nomor indeks dari family folder.
3) Sampai dengan 7) Jelas.
8) Sampai dengan 9) Diisi angka berat bayi lahir dalam gram.
10) Diisi tanggal pemeriksaan neonatal oleh tenaga kesehatan.
11) Diisi tanggal pemeriksaan post neonatal oleh petugas kesehatan.
12) Sampai dengan 23) Diisi hasil penimbangan bayi dalam kg dan
rambu gizi yaitu : N = naik, T = turun, R = Bawah garis titik¬ – titik
(BGT), BGM = Bawah garis merah.
24) Sampai dengan 35) Diisi tanggal bayi tersebut mendapat imunisasi.
36) Diisi tanggal bayi ditemukan meninggal.
37) Diisi penyebab kematian bayi tersebut.

64
38) Diisi bila bayi pindah atau ada kolom yang perlu keterangan.

9. KOHORT BALITA
a. Pengertian
Kohort balita merupakan sumber data pelayanan kesehatan Balita.
b. Tujuan
Untuk mengidentifikasi masalah kesehatan bayi yang terdeteksi
dirumah tangga yang teridentifikasi dari data bidan

c. Cara Pengisian Kohort Balita


Kolom diisi sebagai berikut :
1) Diisi nomor urut. Sebaliknya nomor urut bayi disesuaikan dengan
nomor urut ibu pada register khort ibu.
2) Disi nomor indeks dari Family Folder.
3) Sampai dengan 7) Jelas.
8) Sampai dengan 31) Dibagi 2, diisi hasil penimbangan dalam kg dan
rambu gizi.
32) Sampai dengan 35) Diisi tanggal pemberian vitamin A bulan
Februari dan Agustus.
36) Diisi tanggal bila ditemukan sakit.
37) Diisi penyebab sakit.
38) Diisi tanggal meninggal.
39) Diisi sebab meninggal.
40) Diisi tanggal bila ditemukan kelainan tumbuh kembang.
41) Diisi jenis kelamin tumbuh kembang.
42) Diisi bila ada keterangan penting tentang balita tersebut.

G. PERGERAKAN PERAN SERTA MASYARAKAT.


1. PENGERTIAN
Pergerakan dan Pemberdayaan Masyarakat adalah segala upaya yang
bersifat persuasif dan tidak memerintah yang bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan, sikap, perilaku dan kemampuan masyarakat dalam menemukan,
merencanakan danmemecahkan masalah menggunakan sumber daya/potensi
yang mereka miliki termasuk partisipasi dan dukungan tokoh-tokoh
masyarakat serta LSM yang ada dan hidup di masyarakat.
Peran serta masyarakat adalah suatu bentuk bantuan masyarakat dalam
hal pelaksanaan upaya kesehatan preventif, promotif, kuratif dan rehabilitattif
dalam bentuk bantuan tenaga, dana, sarana, prasarana serta bantuan moralitas
sehingga tercapai tingkat kesehatan yang optimal.
Peran serta masyarakat memiliki makna yang amat luas. Semua ahli
mengatakan bahwa partisipasi atau peran serta masyarakat pada hakekatnya

65
bertitik tolak dari sikap dan perilaku namun batasannya tidak jelas, akan
tetapi mudah dirasakan, dihayati dan diamalkan namun sulit untuk
dirumuskan. Peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan adalah keadaan
dimana individu, keluarga maupun masyarakat umum ikut serta bertanggung
jawab terhadap kesehatan diri, keluarga, ataupun kesehatan masyarakat
lingkungannya ( Dep Kes RI, 1997, hal 5 )

2. TUJUAN
Tujuan program peran serta masyarakat adalah meningkatkan peran dan
kemandirian, dan kerjasama dengan lembaga-lembaga non pemerintah yang
memiliki visi sesuai ;
a. Meningkatkan kuantitas dan kualitas jejaring kelembagaan dan organisasi
non pemerintah dan masyarakat.
b. Memperkuat peran aktif masyarakat dalam setiap tahap dan proses
pembangunan melalui peningkatan jaringan kemitraan dengan
masyarakat.(syakira-blog.blogspot.com.)
Tujuan PSM terbagi 2 :
a. Tujuan umum
Meningkatkan kemandirian masyarakat dan keluarga dalam bidang
kesehatan sehingga masyarakat dapat memberikan andil dalam
meningkatkan derajat kesehatannya.
b. Tujuan khusus
1) Meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam bidang kesehatan.
2) Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam pemeliharaan dan
peningkatan derajat kesehatannya sendiri.
3) Meningkatkan pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan oleh
masyarakat.
4) Terwujudnya pelembagaan upaya kesehatan masyarakat di tingkat
lapangan.

3. SASARAN
a. Tokoh masyarakat (tokoh formal, tokoh adat, tokoh agama dan
sebagainya)
b. Keluarga dan dasa wisma (persepuluhan keluarga)
c. Kelompok masyarakat dengan kebutuhan khusus kesehatan (generasi
muda, wanita, angkatan kerja dan lain-lain)
d. Organisasi masyarakat yang secara langsung maupun tidak langsung
dapat menyelenggarakan upaya kesehatan, antara lain : organisasi

66
profesi, pengobatan tradisional, lembaga swadaya masyarakat (LSM),
dan sebagainya
e. Masyarakat umum di desa, di kota dan di pemukiman khusus
(tarnsmigran dan sebagainya).

4. FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERAN SERTA


MASYARAKAT
Dalam meningkatkan prgerakan peran masyarakat terdapat faktor
penghambata dan pendorong yang mempengaruhi :
a. Faktor Pendorong Partisipasi Masyarakat
Dalam upaya mengembangkan dan membina partisipasi masyarakat
ada beberapa faktor yang bisa membantu atau mendorong upaya tersebut,
yang antara lain adalah :
1) Faktor pendorong di masyarakat
Konsep partisipasi masyarakat sebenarnya bukan hal yang baru
bagi kita di Indonesia. Dari sejak nenek moyang kita, telah dikenal
adanya semangat gotong-royong dalam melaksanakan kegiatan-
kegiatan di masyarakat. Semangat gotong-royong ini bertolak dari
nilai-nilai budaya yang menyangkut hubungan antar manusia.
Semangat ini mendorong timbulnya partisipasi masyarakat
2) Faktor pendorong di pihak provider
Faktor pendorong terpenting yang ada di pihak provider adalah
adanya kesadaran di lingkungan provider, bahwa perilaku
merupakan faktor penting dan besar pengaruhnya terhadap derajat
kesehatan. Kesadaran ini melandasi pemikiran pentingnya partisipasi
masyarakat. Selain itu keterbatasan sumber daya dipihak provider
juga merupakan faktor yang sangat mendorong pihak provider untuk
mengembangkan dan membina partisipasi masyarakat.

b. Faktor Penghambat Partisipasi Masyarakat


1) Faktor penghambat yang terdapat di masyarakat
a) Persepsi masyarakat yang sangat berbeda dengan persepsi
provider tentang masalah kesehatan yang dihadapi
b) Susunan masyarakat yang sangat heterogen dengan kondisi
sosial budaya yang sangat berbeda-beda pula
c) Pengalaman pahit masyarakat tentang program sebelumnya
d) Adanya kepentingan tetap (vested interest) dari beberapa pihak
dimasyarakat

67
e) Sistim pengambilan keputusan dari atas kebawah
f) Adanya berbagai macam kesenjangan sosial
g) Kemiskinan

2) Faktor penghambat yang terdapat di pihak provider


a) Terlalu mengejar target sehingga terjerumus dalam pendekatan
yang tidak partisipatif
b) Pelaporan yang tidak obyektif (ABS) hingga provider keliru
mentafsirkan situasi
c) Birokrasi yang sering memperlambat kecepatan dan ketepatan
respons pihak provider terhadap perkembangan masyarakat
d) Persepsi yang berbeda antara provider dan masyarakat

5. BENTUK PSM
a. Polindes
1) Definisi
Pondok bersalin desa (POLINDES) adalah salah satu bentuk
peran serta masyarakat dalam menyediakan tempat pertolongan
persalinan dan pelayanan kesehatan ibu dan anak termasuk KB di
desa (Depkes RI,1999) polindes dirintis dan dikelola oleh pamong
desa setempat.

2) Tujuan Polindes
a) Umum : memperluas jangkauan peningkatan mutu dan
mendekatkan pelayanan KIA/KB oleh Bidan.
b) Khusus :
(1) Sebagai tempat pemeriksaankehamilan.
(2) Sebagai tempat pertolonganpersalinan.
(3) Sebagai tempat pelayanan kesehatan lain.
(4) Sebagai tempat untuk konsultasi / pendidikan kesehatan.

3) Fungsi Polindes
a) Ada tenaga bidan yang bekerja penuh sebagai pengelola
polindes.
b) Tersedianya sarana untuk melaksanakan tugas dan fungsi bidan :
(1) Bidankit
(2) IUD kit
(3) Sarana imunisasi dasar dan imunisasi ibu hamil
(4) Timbangan berat badan ibu dan pengukur tinggi badan
(5) Infus set dan cairan dextrose 5%, nacl 0,9%
(6) Obat-obatan sederhana dan uterotonika
(7) Buku-buku pedoman kia,kb, dan pedoman kesehatan
lainnya

68
(8) Inkubator sederhana
(9) Infuse set

c) Memenuhi persyaratan rumah sehat, antara lain :


(1) Penyediaan air bersih
(2) Ventilasi cukup
(3) Penerangan cukup
(4) Tersedia sarana pembuangan air limbah
(5) Lingkungan pekarangan bersih
(6) Ukuran minimal 3×4 meter persegi

d) Lokasi dapat dicapai dengan mudah oleh penduduk sekitarnya


dan mudahdijangkau oleh kendaraan roda empat.
e) Ada tempat untuk melakukan pertolongan persalinandan perawa
tan post partum(minimal satu tempat tidur).

4) Kegiatan di Polindes
a) Memeriksa kehamilan, termasuk memberikan imunisasi TT pada
ibu hamil dan mendeteksi dini resiko tinggi
kehamilan.Menolong persalinan normal dan persalinan dengan
resiko sedang.
b) Memberikan pelayanan kesehatan ibu nifas dan ibu menyusui.
c) Memberikan pelayanan kesehatan neonatal,bayi,anak balita dan
anak prasekolah serta imunisasi dasar pada bayi.
d) Memberikan pelayanan KB.
e) Mendeteksi dan memberikan pertolongan pertama pada
kehamilan dan persalinan yang berisiko tinggi baik ibu maupun
bayinya.
f) Menampung rujukan dari dukun bayi dan dari kader.
g) Merujuk kelainan kefasilitas kesehatan yang lebih mampu.
h) Melatih dan membina dukun bayi maupun kader.
i) Memberikan penyuluhan kesehatan tentang gizi ibu hamil dan
anak serta peningkatan penggunaan ASI dan KB.
j) Mencatat serta melaporkan kegiatan yang dilaksanakan kepada
puskesmas setempat.

b. Pos Obat Desa


1) Pengertian
Pos Obat Desa adalah salah satu bentuk peran serta masyarakat
berupa upaya pengobatan sederhana bersumber daya masyarakat.
Pos obat desa merupakan wujud peran serta masyarakat dalam hal

69
pengobatan sederhana. Kegiatan ini dapat dipandang sebagai
perluasan kuratif sederhana.

2) Tujuan
a) Umum : Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk
menolong sendiri dibidang kesehatan melalui penyediaan obat
obatan dan pengobatan sendiri sebagai pertolongan pertama
secara aman dan tepat.
b) Khusus :
(1) Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang obat dan
upaya pengobatan sederhana terhadap penyakit ringan
didaerah setempat, terutama di daerah yang jauh dari pusat
kesehatan.
(2) Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk menolong
dirinya sendiri di bidang kesehatan, melalui penyediaan
obat dan pengobatan sendiri sebagai pertolongan peratama
secara aman dan tepat.
(3) Tersedianya obat yang bermutu dengan harga terjangkau
bagi masyarakat.

c. Dana upaya kesehatan masyarakat (DUKM)


1) Pengertian
Merupakan upaya dari, oleh, dan untuk masyarakat yang
diselenggarakan berdasarkan azas gotong royong dan bertujuan
untuk meningkatkan taraf kesehatan mereka melalui perhimpunan
dana secara pra upaya guna menjamin terselenggaranya
pemeliharaan kesehatan yang meliputi upaaya promotif, preventif,
kuratif dan rehabiltatif.
Pada dasarnya mencakup 3 hal pokok :
a) Adanya kesepakatan untuk mengumpulkan dan adengan prinsip
gotong royong
b) Adanya upaya pengembangan bukti pemeliharaan kesehatan.
c) Adanya system pengolahan dana

2) Tujuan
a) Umum : Meningkatkan derajat jesehatan melalui supaya
pemeliharaan kesehatan perorang, keluarga dan masyarakat

70
yang bersifat paripurna dan terjamin, kesinambungan dan
mutunya.
b) Khusus :
(1) Terselenggaranya pelayanan kesehatan yang paripurna,
berhasil guna dan berdaya guna bagi individu, keluarga dan
masyarakat.
(2) Tersedianya pembiayaan pra upaya yang dihimpun atas azas
gotong royong.
(3) Pengelolaan dana dan penyelenggaraan pemeliharaan
kesehatan dikelola oleh organisasi atau badan hokum yang
ditunjuk oleh masyarakat.
(4) Jenis

3) Komponen Dana Sehat


a) Ada peserta dana sehat
b) Ada pelaksana pemeliharaan kesehatan
c) Ada organisasi atau badan hokum yang menyekenggarakan
program dana sehat.
d) Ada vembina dana sehat yang terdiri dari unsure petugas
vemerintah tokoh masyarakat dan wakil anggota

4) Kebijakan operasional
a) Tumbuhkan dulu kesadaran bahwa kesehatan itu perlu biaya
yang berkesinambungan.
b) Dimulai dari kelompok kecil
c) Lahir dari aktifitas setempat
d) Paket pelayanan yang disesuaikan
e) Pengembangan yang bertahap

d. Tabulin
1) Pengertian
Tabungan ini sifatnya insidensial, keberadaannya terutama pada
saat mulainya kehamilan dan dapat berakhir pada saat seorang ibu
sudah melahirkan. Tabungan ini akan sangat membantu terutama
bagi ibu hamil dan keluarganya pada saat menghadapi persalinan
terutama masalah kendala biaya sudah dapat teratasi.
Secara psikologis ibu akan merasa tenang menghadapi saat
persalinan dan karena pengelolaan. Tabulin ini biasanya oleh tokoh
masyarakat atau petugas kesehatan, maka akan menjamin akses ibu
kepada petugas kesehatan. Perlindungan pembiayaan kesehatan

71
sendiri seharusnya dimiliki setiap orang pada setiap fase
kehidupannya.

2) Tujuan
a) Menurunkan angka kematian ibu dan bayi di Indonesia.
b) Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat terutama ibu hamil.
c) Memotivasi masyarakat terutama ibu hamil, menyisihkan
sebagian dananya untuk ditabung sebagai persiapan persalinan.

Keberhasilan pemberdayaan perempuan di sektor kesehatan juga


terlihat pada indikator persalinan yang ditolong medis. Intervensi
yang dilakukan adalah menggiatkan penyuluhan ke tengah
masyarakat, khususnya di pedesaan dan menyediakan lebih banyak
lagi pusat “Pelayanan Kesehatan Masyarakat”, bersama tenaga
medisnya. Pemberdayaan perempuan di sektor kesehatan telah
berhasil meningkatkan usia harapan hidup perempuan.
Salah satu kegiatan isi adalah membuat tabungan ibu bersalin
(Tabulin), Tabulin adalah salah satu Program Kesehatan yang dinilai
sangat positif langsung menyentuh masyarakat. Tabungan yang
bersifat sosial ini sangat membantu warga, terutama mereka yang
berekonomi lemah. Program ini sangat tepat dan efektif dalam upaya
meningkatkan kesehatan masyarakat. Warga tidak akan merasa
terbebani dalam mendukung program tersebut karena penggalangan
dana tabungan dilakukan melalui pola jimpitan (sejenis iuran
sukarela).
Melalui Tabulin, bumil diharapkan bisa menabung sehingga saat
melahirkan tidak mengalami kesulitan biaya persalinan karena sudah
ada dana tabungan tersebut. Tabulin merupakan upaya yang sangat
baik untuk menurunkan angka kematian ibu. Meskipun demikian,
cara ini belum 100 % menjamin ibu hamil selamat dari maut.
Tabungan Bersalin (Tabulin) sudah dimulai sebelum ada desa
Siaga. Kita menerangkan ke Ibu Hamil dan keluarganya tentang
kegunaan Tabulin, meskipun orang kaya. Justru orang kaya tersebut
harus memberikan contoh kepada orang-orang yang tidak mampu
menabung, dan ibu hamil tersebut diberikan buku yang dibawa
setiap pemeriksaan. Tabungan itu dibentuk berdasarkan RW atau

72
Posyandu. Bila Posyandu di suatu tempat ada empat, maka
tabungannya ada empat di desa tersebut. Kita juga harus menentukan
jumlah tabungan ibu hamil setiap minggunya dan memberi
penjelasan kepada ibu hamil betapa pentingnya manfaat Tabulin
sehingga ibu hamil mempunyai kesadaran untuk membayar Tabulin.
Banyak sekali hal yang sebenarnya kelihatan kecil atau sepele,
seperti menyiapkan tabungan, kemudian menyiapkan tetangga yang
bisa mengantar pada saat terjadinya persalinan secara tiba-tiba. Hal
ini bisa menginspirasi banyak masyarakat agar di masa mendatang
Tabulin dapat tersosialiasai dengan baik di masyarakat.

e. Dasolin
1) Pengertian
Dasolin adalah untuk masyarakat yang pasangan usia subur, juga
ibu yang mempunyai balita dianjurkan menabung yang kegunaan
untuk membantu ibu tersebut saat hamil lagi. Sedangkan Tabulin
hanya untuk ibu hamil saja. Tapi kalau misalkan Tabulinnya sedikit,
bisa dibantu dengan Dasolin tersebut.
Dasolin merupakan suatu upaya pemeliharaan kesehatan diri,
oleh, dan untuk masyarakat yang diselenggarakan berdasarkan azas
usaha bersama dan kekeluargaan dengan pembiayaan secara pra
upaya dan bertujuan untuk meningkatkan taraf kesehatan masyarakat
terutama ibu hamil.
Ciri khas Dasolin adalah dana yang berasal dari masyarakat
dalam bentuk uang atau modal dan benda yang dikelola oleh
masyarakat untuk kepentingan dan kesehatan masyarakat terutama
ibu hamil.

2) Tujuan Dasolin :
a) Menurunkan angka kematian ibu dan bayi
b) Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat terutama ibu hamil.
c) Memotivasi masyarakat, untuk menyisihkan sebagian dananya
untuk ditabung, yang kegunaannya untuk membantu ibu tersebut
saat hamil lagi.
d) Terselenggaranya pemeliharaan kesehatan yang bermutu,
berhasil guna dan berdaya guna.

73
e) Tersedianya dana yang dihimpun secara pra upaya atu azas
gotong royong.
f) Terwujudnya pengelolaan yang efisien dan efektif oleh lembaga
organisasi masyarakat yang melindungi kepentingan peserta.

Dasolin tidak hanya semata membiayai pemeliharaan kesehatan,


melainkan juga berusaha meningkatkan kemampuan hidup sehat
anggota masyarakat terutama ibu hamil.
Dasolin merupakan salah satu bentuk peran serta dan
kemandirian masyarakat dalam bidang kesehatan. Penyelenggaraan
dipelihara melalui kelompok masyarakat yang terorganisasi seperti
RT/RW. LKMD/PKK, Paguyuban, Pengajian, Koperasi dan lain-lain.

3) Ciri penyelenggaraan :
a) Secara gotong royong
Penyelenggaraan Dasolin dilaksanakan usaha bersama, azas
kekeluargaan diantara peserta.
b) Secara musyawarah mufakat
Setiap putusan penyelenggaraan Dasolin didasarkan atas
musyawarah anggotanya.
c) Secara manajemen terbuka
Karena Dasolin adalah upaya masyarakat secara gotong
royong, maka manajemen dilakukan adalah secara terbuka.
d) Dasolin dalam kegiatan ekonomi
Penyelenggaraan Dasolin akan lestari bila dikaitkan dengan
upaya ekonomi misalnya keterkaitan usaha koperasi.
Penyelenggaraan Dasolin dapat dilakukan untuk pemeliharaan
kesehatan ibu dan anak. Pemeliharaan kesehatan melalui dana
sehat dapat dilakukan kepada ibu hamil.
Konstribusi dana dapat berasal dari keluarga atau ibu rumah
tangga. sebagai peserta Dasolin disini ibu dan keluarga. Sebagai
pelaksana pelayanan adalah tenaga kesehatan terutama bidan,
dokter dan perawat.

f. Dana Sehat
Dana Sehat sudah lama dikembangkan di Indonesia jauh sebelum
program JPKM dicanangkan. Sejak pendekatan PKMD (Pembangunan

74
Kesehatan Masyarakat Desa) digunakan pada tahun 1974, Dana Sehat
telah mulai marak, meskipun masih dalam bentuk yang sederhana.
Bersamaan dengan keberhasilan pembangunan ekonomi Indonesia,
“demand” masyarakat terhadap kesehatan masyarakat makin meningkat.
Sejalan dengan itu terjadi perkembangan yang menarik, yakni meluasnya
keinginan membentuk Dana Sehat dan membesarnya liputan wilayah
Dana Sehat. Bila dulu Dana Sehat hanya terbatas pada desa, kini sudah
mulai merambah ketingkat kecamatan bahkan kabupaten. Institusi
penyelenggara Dana Sehat juga mulai beragam, ada pola PKMD, pola
UKS, pola Koperasi, pola UKK, pola Pondok Pesantren, pola PKK, pola
LSM, kelompok agama, pola perusahaan swasta, dan lain-lain.
1) Jenis intervensi Pada Tiap Kategori Dana Sehat
a) Dana Sehat pratama I, II, III, jenis intervensi yang bisa
dilakukan adalah meningkatkan frekuensi dan intensitas KIE
(Komunikasi, Informasi dan Edukasi) dari petugas pembina
kepada para pengurus Dana Sehat.
b) Dana Sehat madya, jenis intervensinya adalah pelatihan
manajemen operasional Dana Sehat. Pelatihan ini berkaitan
dengan pengelolaan Dana Sehat secara keseluruhan, termasuk
manajemen keuangannya.
c) Dana Sehat purnama, jenis intervensinya adalah pelatihan
JPKM, sebagai persiapan Dana Sehat tersebut untuk bergabung
atau meningkatkan statusnya menjadi JPKM.

g. Poskestren
1) Pengertian
Poskestren adalah Pesantren yang memiliki kesiapan dan
kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-
masalah kesehatan, secara mandiri sesuai dengan kemampuannya.

2) Tujuan
a) Tujuan Umum
Terwujudnya pesantren yang sehat, serta peduli dan tanggap
terhadap permasalahan kesehatan diwilayah pesantrennya.
b) Tujuan Khusus
(1) Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran santri dan guru
tentang pentingnya kesehatan.

75
(2) Meningkatnya santri dan guru yang melaksanakan perilaku
hidup bersih dan sehat.
(3) Meningkatnya kesehatan lingkungan di pesantren.
(4) Meningkatnya kemampuan dan kemauan santri untuk
menolong diri sendiri dibidang kesehatan

3) Sasaran Pengembangan Poskestren


Untuk mempermudah strategi intervensi, sasaran pengembangan
Poskestren dibedakan menjadi tiga jenis sasaran, yaitu :
a) Semua individu santri, guru serta pengurus pesentren serta
keluarganya yang tinggal di lingkungan pesantren, yang
diharapkan mampu melaksanakan hidup sehat, serta peduli dan
tanggap terhadap permasalahan kesehatan di lingkungan
pesantren.
b) Pihak-pihak yang mempunyai pengaruh terhadap perubahan
perilaku individu dan keluarga atau dapat menciptakan iklim
yang kondusif bagi perubahan perilaku tersebut, seperti
pimpinan pesantren, pengurus yayasan serta petugas kesehatan.
c) Pihak-pihak yang diharapkan memberikan dukungan kebijakan,
peraturan, dana, tenaga, sarana dan lain-lain, Camat, para
pejabat terkait, swasta, para donatur dan pemangku kepentingan
lainnya.

H. PEMBINAAN PERAN SERTA MASYARAKAT.


1. PENGERTIAN
Peran serta masyarakat adalah proses dimana individu, keluarga,
lembaga, lembaga swadaya masyarakat, dunia usaha dan masyarakat luas
pada umumnya :
a. Mengambil tanggung jawab atas kesehatan dan kesejahteraan dirinya
sendiri, keluarga dan masyarakat
b. Mengembangkan kemampuan untuk berkontribusi dalam upaya
peningkatan kesehatan mereka sendiri dan masyarakat sehingga
termotivasi untuk memecahkan masalah kesehatan yang di hadapinya
c. Menjadi perintis pembangunan kesehatan dan memimpin dalam
perkembangan kegiatan masyarakat dibidang kesehatan yang dilandasi
dengan semangat gotong royong ( Depkes RI 1997 ).

76
d. Peran serta masyarakat adalah rangkaian kegiatan masyarakat yang
dilakukan berdasarkan gotong royong dan swadaya masyarakat dalam
rangka menolong mereka sendiri, mengenal, memecahkan masalah, dan
kebutuhan yang dirasakan masyarakat, baik dalam bidang kesehatan
maupun dalam bidang yang berkaitan dengan kesehatan agar mampu
memelihara kehidupannya yang sehat dalam rangka meningkatkanmutu
hidup dan kesejahteraan masyarakat

2. TUJUAN
Tujuan pembinaan peran serta masyarakat yang dilakukan
oleh bidan adalah terwujudnya upaya yang dilakukan oleh masyarakat secara
lerorgerasi untuk meningkatkan kesehatan ibu, anak, keluarga berencana
menuju keluarga sehat dan sejahtera.
Untuk mencapai tujuan tersebut berbagai upaya dilakukan oleh bidan,
seperti :
a. Peningkatan peran pemimpin di masyarakat untuk mendorong dan
mengarahkan masyarakat dalam setiap upaya kesehatan ibu, anak dan
keluarga berencana.
b. Peningkatan dan kesadaran serta kemauan masyarakat dalam
pemeliharaan, perbaikan dan peningkatan keluarga terutama kesehatan
ibu, anak dan keluarga berencana.
c. Dorongan masyarakat untuk mengenali potensi tersedia yang dapat
dimanfaatkan untuk mendukung kesehatan masyarakat( Melani N, 2009).

Selain itu juga, tujuan peran serta masyarakat adalah tujuan program
peran serta masyarakat yang meningkatkan peran dan kemandirian dan kerja
sama dengan lembaga-lembaga non pemerintah yang memiliki visi sesuai,
yaitu meningkatkan kuantitas dan kualitas kelembagaan dan organisasi non
pemerintah dan masyarakat, memperkuat peran aktif masyarakat dalam setiap
tahap dalam proses pembangunan melalui peningkatan jaringan kemitraan
dengan masyarakat ( Laluna A, 2008 )

3. LANGKAH PEMBINAAN PERAN SERTA MASYARAKAT


a. Langkah Pengembangan PSM Umum :
1) penggalangan dukungan penentu kebijaksanaan, pemimpin wilayah,

lintas sektor dan berbagai organisasi kesehatan yang dilaksanakan

77
melalui dialog, seminar, lokakarya dalam rangka KIM, dengan
memnfaatkan media masa dan sistem informasi kesehatan.
2) Persiapan petugas penyelenggara melalui pelatihan, orientasi atau
sarasehan kepemimpinan di bidang kesehatan
3) Persiapan masyarakat melalui rangkaian kegiatan untuk
meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengenal dan
memecahkan masalah kesehatan, dengan menggali dan
menggerakkan sumber daya yang dimilikinya.

b. Kegiatan Mengembangkan PSM Umum :


1) Pendekatan kepada tokoh masyarakat
2) Survey mawas diri masyarakat untuk mengenali masalah
kesehatan (diagnosa masalah kesehatan)
3) Musyawarah masyarakat desa untuk penentuan pemecahan
masalah kesehatan yang dihadapi (penetapan resep pemecahan
masalah oleh masyarakat dan latihan kader)
4) Pelaksanaan kegiatan kesehatan oleh dan untuk masyarakat
melalui kadernya yang telah terlatih (tindakan terapi oleh
masyarakat)
5) Pengembangan dan pelestarian kegiatan kesehatan oleh
masyarakat

4. PERAN PETUGAS DALAM PEMBINAAN PSM


a. Sebagai pembimbing
Sebagai seseorang yang memberi jalan untuk mencapai tujuan yang
sudah ditentukan oleh masyarakat tersendiri dengan cara yang efektif
b. Sebagai enabler
yaitu untuk memunculkan dan mengarahkan kesehatan yang ada
dalam masyarakatuntuk diperbaiki.petugas berfungsi sebagai salesman
yang menawarkan jalan keluar
c. Sebagai ahli
Memberikan keterangan dalam bidang yang dikuasai,beberapa fakta-
fakta rekomendasi tentang apa yang harus dipilih

78
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pemeliharaan kesehatan adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada
bayi dan anak Balita dengan penekanan pada upaya peningkatan kesehatan
(promotif) dan preventif serta pengobatan sebagai pertolongan pertama dan upaya
pemulihan kesehatan ke sarana kesehatan. Yang terdiri dari
1. Perawatan Kesehatan Bayi dan Anak Balita
2. Pemantauan Tumbuh Kembang Bayi dan Balita
3. Deteksi Dini Tumbuh Kembang
4. Imunisasi
Tanda-tanda komplikasi kehamilan dini atau kemailan muda itu menjadi suatu
acuan bagi ibu untuk selalu waspada dan siaga dan selalu memlihara janin yang
ada di dalam kandungannya. Di mana di pembahasan ini telah diuraikan diatas
masalah tanda-tanda komplikasi ibu dan janin masa kehamilan muda sehingga
dapat membantu tenaga kesehatan maupun masyarakat dalam mendeteksi
kehamilan yang beresiko di lingkungannya.
Komunikasi Informasi dan Edukasi dalam pelayanan kebidanan mempunyai
tujuan antara lain mendorong dan meningkatkan pengetahuan,sikap dan praktek
KB pada masyarakat sehingga tercapai penambahan peserta baru, dan kelestarian
peserta KB.
Adapun jenis-jenis kegiatan dalam KIE antara lain KIE massa, KIE kelompok
KIE perorangan. Prinsip yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan KIE dalam
memperlakukan klier dengan sopan, baik dan ramah; memahami, menghargai dan
menerima keadaan ibu; memberikan penjelasan dengan bahasa yang sederhana

79
dan mudah dipahami; menggunakan alat peraga yang menarik dan mengambil
contoh dari kehidupan sehari-hari dan menyesuikan isi penyuluhan dengan
keadaan dan risiko yang dimiliki ibu.
Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS KIA) adalah
alat manajemen untuk melakukan pemantauan program KIA disuatu wilayah kerja
secara terus menerus, agar dapat dilakukan tindak lanjut yang cepat dan tepat.
Program KIA yang dimaksud meliputi pelayanan ibu hamil, ibu bersalin, ibu
nifas, ibu dengan komplikasi kebidanan, keluarga berencana, bayi baru lahir, bayi
baru lahir dengan komplikasi, bayi, dan balita.
Indikator pemantauan program KIA yang dipakai untuk PWS-KIA meliputi
indikator yang dapat menggambarkan keadaan kegiatan pokok dalam program
KIA.Ditetapkan 6 indikator PWS-KIA yaitu;
1. Akses pelayanan antenatal ( cakupan K1 )
2. Cakupan ibu hamil ( Cakupan K4 )
3. Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan
4. Deteksi ibu hamil beresiko oleh masyarakat
5. Deteksi ibu hamil beresiko oleh tenaga kesehatan
6. Cakupan pelayanan neonatal oleh tenaga kesehatan.

Penggerakan dan pemberdayaan masyarakat adalah segala upaya fasilitasi


yang bersifat persuasif dan melalui memerintah yang bertujuan untuk
meningkatkan pengetahun, sikap, perilaku, dan kemampuan masyarakat dalam
menemukan, merencanakan serta memecahkan masalah menggunakan sumber
daya/potensi yang mereka miliki termasuk partisipasi dan dukungan tokoh-tokoh
masyarakat serta LSM yang ada dan hidup di masyarakat.
Salah satu bentuk pembinaan peran saerta masyarakat, yaitu : pendataan
sasaran, pencatatan kelahiran dan kematian ibu dan bayi, dan pergerakan sasaran
agar mau menerima atau mencapai pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA).

B. SARAN
Dengan membaca makalah ini diharapkan kepada petugas pelayanan
kesehatan agar dapat memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di
komunitas sesuai dengan kebutuhan masyarakat agar dapat terpenuhi dengan baik

DAFTAR PUSTAKA

80
Hadi-Martono . Kegiatan Seksual Pada Lanjut Usia. Naskah simposium sek rotary
Club Purwokerto, 1996.

Hartanto, hanafi. 202. Kb dan kontrasepsi. Jakarta: pustaka sinar harapan

Ilmu kesehatan masyarakat oleh syarifudin, SKM, M. Kes; theresia EVK, SST,
SKM; Dra. Jomima, M.Kes 8.4 Pembinaan Peran Serta Masyarakat

Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 369/ MENKES/ SK/ III/
2007 Tentang Profesi Bidan.

Maryam, R siti. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatanya. 2008. Jakatra: Salemba
medika

Saifuddin, Abdul Bari. dkk. 2006. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Simatupang, Erna Juliana. 2008. Manajemen Pelayanan Kebidanan. Jakarta :


EGC.

Soepardan, Suryani. 2007. Konsep Kebidanan. Jakarta : EGC.

Varney, Helen. 2006. Asuhan kebidanan. Jakarta:EGC

Yulifah, Rita. 2014. Asuhan Kebidanan Komunitas. Jakarta: Salemba Medika

forbetterhealth.wordpress.com/14/02/2018

http://nofiakarunia.blogspot.com/p/pendekatan-edukatif-dalam-peran-serta.html

http://zahratulayini.wordpress.com/2012/12/21/peranan-bidan-desa-untuk-
mewujudkan-desa-siaga/

wiwiksunaryatipujilestari.wordpress.com/14/02/2018

81

Anda mungkin juga menyukai