PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kesehatan ibu dan anak adalah pangkal kesehatan dan kesejahteraan bangsa.
Ibu sehat akan melahirkan anak yang sehat, menuju keluarga sehat dan bahagia.
Mengingat anak-anak merupakan salah satu aset bangsa maka masalah kesehatan
anak memerlukan prioritas masih cukup tinggi.
Sekitar 37,3 juta penduduk di Indonesia hidup di bawah garis kemiskinan,
setengah dari total rumah tangga mengkonsumsi makanan kurang dari kebutuhan
sehari-hari, lima juta balita berstatus gizi kurang, lebih dari 100 juta penduduk
beresiko terhadap berbagai masalah kurang gizi.
Dalam hal kematian, Indonesia mempunyai komitmen untuk mencapai
sasaran Millenium Development Goals (MDG’s) untuk mengurangi jumlah
penduduk yang miskin dan kelaparan serta menurunkan angka kematian balita
menjadi tinggal setengah dari keadaan pada tahun 2000 (Syarief,Hidayat.2004).
Sumber daya manusia terbukti sangat menentukan kemajuan dan keberhasilan
pembangunan suatu Negara. Terbentuknya sumber daya manusia yang berkualitas,
yaitu sumber daya manusia yang sehat, cerdas, dan produktif.
Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan
preventif yang paling dasar dan utama bagi wanita, meskipun tidak selalu diakui
demikian. Peningkatan dan perluasan pelayanan keluarga berencana merupakan
salah satu usaha untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu yang
sedemikian tinggi akibat kehamilan yang dialami oleh wanita. Banyak wanita
harus menentukan pilihan kontrasepsi yang sulit, tidak hanya karena terbatasnya
jumlah metode yang tersedia tetapi juga karena metode-metode tertentu mungkin
tidak dapat diterima sehubungan dengan kebijakan nasional KB, kesehatan
individual dan seksualitas wanita atau biaya untuk memperoleh kontrasepsi
(Depkes RI, 1998).
Pembinaan kesehatan keluarga ditujukan kepada upaya menumbuhkan sikap
dan prilaku yang akan menumbuhkan kemampuan keluarga itu sendiri untuk
mengatasi masalah kesehatan dengan dukungan dan bimbingan tenaga
profesional, menuju terwujudnya kehidupan keluarga yang sehat. Juga kesehatan
1
keluarga diselenggarakan untuk mewujudkan keluarga sehat kecil, bahagia dan
sejahtera.
Dalam keluarga , usia lanjut merupakan figur tersendiri dalam kaitannya
dengan sosial budaya bangsa sedangkan dalam kehidupan Nasional, usia lanjut
merupakan sumber daya yang bernilai sesuai dengan pengetahuan dan
pengalaman kehidupan yang dimilikinya yang dapat dimanfaatkan untuk
meningkatkan mutu kehidupan masyarakat keseluruhannya. Sebagai hasil
pembangunan terlihat adanya peningkatan umur harapan hidup waktu lahir yang
membawa dampak peningkatan jumlah usia lanjut dengan berbagai kebutuhan
khusus dibidang kesehatan.
Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) telah dilaksanakan di Indonesia sejak
tahun 1985. Pada saat itu pimpinan puskesmas maupun pemegang program di
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota belum mempunyai alat pantau yang dapat
memberikan data yang cepat sehingga pimpinan dapat memberikan respon atau
tindakan yang cepat dalam wilayah kerjanya. PWS dimulai dengan program
Imunisasi yang dalam perjalanannya, berkembang menjadi PWS-PWS lain seperti
PWS-Kesehatan Ibu dan Anak (PWS KIA) dan PWS Gizi.
Pelaksanaan PWS imunisasi berhasil baik, dibuktikan dengan
tercapainya Universal Child Immunization (UCI) di Indonesia pada tahun 1990.
Dengan dicapainya cakupan program imunisasi, terjadi penurunan AKB yang
signifikan. Namun pelaksanaan PWS dengan indikator Kesehatan Ibu dan Anak
(KIA) tidak secara cepat dapat menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) secara
bermakna walaupun cakupan pelayanan KIA meningkat, karena adanya faktor-
faktor lain sebagai penyebab kematian ibu (ekonomi, pendidikan, sosial budaya,
dsb). Dengan demikian maka PWS KIA perlu dikembangkan dengan
memperbaiki mutu data, analisis dan penelusuran data.
Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Neonatus (AKN), Angka
Kematian Bayi (AKB), dan Angka Kematian Balita (AKABA) merupakan
beberapa indikator status kesehatan masyarakat. Dewasa ini AKI dan AKB di
Indonesia masih tinggi dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya. Menurut
data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007, AKI 228 per 100.000
kelahiran hidup, AKB 34 per 1.000 kelahiran hidup, AKN 19 per 1.000 kelahiran
hidup, AKABA 44 per 1.000 kelahiran hidup.
2
Berdasarkan kesepakatan global (Millenium Development Goals/MDGs,
2000) pada tahun 2015 diharapkan Angka Kematian Ibu menurun sebesar tiga-
perempatnya dalam kurun waktu 1990-2015 dan Angka Kematian Bayi dan
Angka Kematian Balita menurun sebesar dua-pertiga dalam kurun waktu 1990-
2015. Penyebab langsung kematian Ibu sebesar 90% terjadi pada saat persalinan
dan segera setelah persalinan (SKRT 2001). Penyebab langsung kematian Ibu
adalah perdarahan (28%), eklampsia (24%) dan infeksi (11%). Penyebab tidak
langsung kematian Ibu antara lain Kurang Energi Kronis/KEK pada kehamilan
(37%) dan anemia pada kehamilan (40%). Kejadian anemia pada ibu hamil ini
akan meningkatkan risiko terjadinya kematian ibu dibandingkan dengan ibu yang
tidak anemia. Sedangkan berdasarkan laporan rutin PWS tahun 2007, penyebab
langsung kematian ibu adalah perdarahan (39%), eklampsia (20%), infeksi (7%)
dan lain-lain (33%).
Menurut RISKESDAS 2007, penyebab kematian neonatal 0 – 6 hari adalah
gangguan pernafasan (37%), prematuritas (34%), sepsis (12%), hipotermi (7%),
kelainan darah/ikterus (6%), postmatur (3%) dan kelainan kongenital (1%).
Penyebab kematian neonatal 7 – 28 hari adalah sepsis (20,5%), kelainan
kongenital (19%), pneumonia (17%), Respiratori Distress Syndrome/RDS (14%),
prematuritas (14%), ikterus (3%), cedera lahir (3%), tetanus (3%), defisiensi
nutrisi (3%) dan Suddenly Infant Death Syndrome/SIDS (3%). Penyebab
kematian bayi (29 hari – 1 tahun) adalah diare (42%), pneumonia (24%),
meningitis/ensefalitis (9%), kelainan saluran cerna (7%), kelainan jantung
kongenital dan hidrosefalus (6%), sepsis (4%), tetanus (3%) dan lain-lain (5%).
Penyebab kematian balita (1 – 4 tahun) adalah diare (25,2%), pneumonia
(15,5%), Necrotizing Enterocolitis E.Coli/NEC (10,7%), meningitis/ensefalitis
(8,8%), DBD (6,8%), campak (5,8%), tenggelam (4,9%) dan lain-lain (9,7%).
Peran serta masyarakat proses dimana individu,keluarga,lembaga swadaya
masyarakat,dunia usaha dan masyarakat luas pada umumnya.Bidan bersama
sector yang bersangkutan menggerakan peran serta masyarakat dalam bentuk
Pengorganisasian masyarakat Adalah proses pembentukan organisasi di
masyarakat dan dapat mengidentifikasi kebutuhan prioritas dari kebutuhan
tersebut, serta mengembangkan keyakinan dan berusaha memenuhi atas sumber –
sumber yang ada di masyarakat.
3
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan pada bayi dan anak ?
2. Apa yang dimaksud dengan peningkatan pelayanan kesehatan BBL, bayi, dan
anak balita menjangkau seluruh sasaran ?
3. Apa yang dimaksud dengan peningkatan deteksi dini resiko/komplikasi
kebidana dan BBL oleh tenaga kesehatan maupun masyarakat ?
4. Apa yang dimaksud dengan pelayanan kontrasepsi dan KB di masyarakat ?
5. Apa yang dimaksud dengan pelayanan lansia yang berkaitan dengan
kesehatan reproduksi di masyarakat ?
6. Bagaimana pengelolaan KIA/KB diwilayah kerja PWS KIA ?
7. Bagaimanakah pergerakan peran serta masyarakat ?
8. Bagaimanakah pembinaan peran serta masyarakat ?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan pada bayi
dan anak.
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan peningkatan pelayanan
kesehatan BBL, bayi, dan anak balita menjangkau seluruh sasaran.
3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan peningkatan deteksi dini
resiko/komplikasi kebidana dan BBL oleh tenaga kesehatan maupun
masyarakat.
4. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pelayanan kontrasepsi dan KB
di masyarakat.
5. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pelayanan lansia yang
berkaitan dengan kesehatan reproduksi di masyarakat.
6. Untuk mengetahui pengelolaan KIA/KB diwilayah kerja PWS KIA.
7. Untuk mengetahui Pergerakan peran serta masyarakat
8. Untuk mengetahui Pembinaan peran serta masyarakat
BAB II
PEMBAHASAN
4
1) Bayi adalah anak yang berumur 0 sampai sesaat sebelum ulang tahun
pertama.
2) Anak balita adalah anak yang berumur 1 tahun sampai sesaat
sebelum berumur 5 tahun.
3) Anak pra sekolah adalah anak yang berumur 5 tahun sampai sesaat
sebelum berumur 6 tahun.
2) Tidur
Bayi perlu banyak tidur. Untuk membantu bayi anda tidur ketika
anda ingin tidur, sediakan lingkungan yang nyaman dan atur posisi
bayi anda telentang ketika tidur.
3) Defekasi
Bayi anda dapat defekasi 1 atau 4 kali perhari. Apabila bayi
anda tetap tidak defekasi selama lebih dari dua hari, hubungi dokter
anak atau bidan.
4) Berkemih
Bayi akan BAK minimal 4 sampai 5 popok perhari. Hal itu
mungkin akan sulit untuk dihitung jika menggunakan popok kertas.
Apabila anda ragu, gunakan popok kain.
5) Perawatan kulit
Ketika mengganti popok, bersihkan bokong bayi dengan sabun
dan air. Hindari penggunaan bedak dan krim wangi untuk membantu
mencegah ruam akibat popok.
6) Keamanan
Undang-Undang Negara bagian Pennsylvania dan New Jersey
mengharuskan bayi menggunakan kursi-mobil saat berada dalam
mobil. Jaga keamanan bayi semaksimal mungkin sama seperti
selama bulan- bulan pertama.
7) Tanda-tanda bahaya
Hubungi dokter anak/bidan dengan segera jika :
5
a) Bayi menjadi lesu, tidak mau makan, atau memperlihatkan
perilaku yang luar biasa.
b) Bayi tidak berkemih dalam 24 jam pertama
c) Bayi tidak defekasi selama 48 jam
d) Tali pusat mengeluarkan bau tidak enak atau mengeluarkan pus
e) Suhu bayi dibawah 36°C atau diatas 37°C
f) Bagian putih mata bayi menjadi kuning dan warna kulit tampak
kuning, coklat.
1) Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah bertambah jumlah dan besarnya sel
diseluruh bagian tubuh yang secara kuantitatif dapat diukur (Whalley
dan Wong, 2000).
Pertumbuhan adalah adanya perubahan dalam jumlah akibat
pertambahan sel dan pembentukan protein baru sehingga
meningkatkan jumlah dan ukuran sel diseluruh bagian tubuh
(Sutjiningsih, 1998).
Pertumbuhan adalah bertambah banyak dan besarnya sel seluruh
bagian tubuh yang bersifat kuantitatif dan dapat diukur; sedangkan
6
perkembangan adalah bertambah sempurnanya fungsi dari alat tubuh
(Depkes RI).
2) Perkembangan
Perkembangan adalah bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh
yang dapat dicapai melalui tumbuh kematangan dan belajar
(Whalley dan Wong, 2000).
Perkembangan adalah pertumbuhan dan perluasan secara
peningkatan sederhana menjadi komplek dan meluasnya kemampuan
individu untuk berfungsi dengan baik (Sutjiningsih, 1998).
Perkembangan adalah perubahan strukitur maupun fungsi
berupa perkembangan fisik maupun psikis (Bjorklund dan Bjorkund,
1992 dalam Abin Syamsudin Makmun, 1996).
7
baru. Keunikan pertumbuhan adalah mempunyai kecepatan yang
berbeda-beda di setiap kelompok umur dan masing-masing organ
juga mempuyai pola pertumbuhan yang berbeda.
Proses perkembangan terjadi secara simultan dengan
pertumbuhan, sehingga setiap pertumbuhan disertai dengan
perubahan fungsi. Perkembangan merupakan hasil interaksi
kematangan susunan syaraf pusat dengan organ yang
dipengaruhinya. Perkembangan merupakan fase awal meliputi
beberapa aspek kemampuan fungsional, yaitu kognitif, motorik,
emosi, sosial dan bahasa.
b) Proximaldistal
Yaitu pola pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai
dengan menggerakkan anggota gerak yang paling dekat dengan
pusat / sumbu tengah, seperti menggerakkan bahu dahulu baru
kemudian jari-jari.
8
3) Pola perkembangan berlangsung dalam tahapan perkembangan
Pola ini mencerminkan ciri khusus dalam setiap tahapan
perkembangan yang dapat digunakan untuk mendeteksi dini
perkembangan selanjutnya. Pada masa ini dibagi menjadi lima tahap
yaitu.
a) Masa pra lahir
Terjadi pertumbuhan yang sangat cepat padaalatdan
jaringan tubuh.
b) Masa neonatus
Terjadi proses penyesuaian dengan kehidupan di luar rahim
dan hampir sedikit aspek pertumbuhan fisik dalam perubahan.
c) Masa bayi
Terjadi perkembangan sesuai dengan lingkungan yang
mempengaruhinya dan mempunyai kemampuan untuk
melindungi dan menghindari dari hal yang mengancam dirinya.
d) Masa anak
Terjadi perkembangan yang cepat dalam aspek sifat, sikap,
minat dan cara penyesuaian dengan lingkungan.
9
perempuan, hal ini akan nampak saat anak sudah mengalami masa
pra-pubertas. Ras dan suku bangsa juga mempengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan. Misalnya suku bangsa Asia memiliki tubuh yang
lebih pendek dari pada orang Eropa atau suku Asmat dari Irian
berkulit hitam.
2) Faktor lingkungan
a) Lingkungan Pranatal
Kondisi lingkungan yang mempengaruhi fetus dalam uterus
yang dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan janin
antara lain gangguan nutrisi karena ibu kurang mendapat asupan
gizi yang baik, gangguan endokrin pada ibu (diabetes mellitus),
ibu yang mendapatkan terapi sitostatika atau mengalami infeksi
rubela, toxoplasmosis, sifilis dan herpes. Faktor lingkungan
yang lain adalah radiasi yang dapat menyebabkan kerusakan
pada organ otak janin.
b) Lingkungan Postnatal
Lingkungan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan setelah bayi lahir adalah :
(1) Nutrisi
Nutrisi adalah salah satu komponen yang penting dalam
menunjang keberlangsungan proses pertumbuhan dan
perkembangan. Terdapat kebutuhan zat gizi yang diperlukan
seperti protein, karbohidrat, lemak, mineral, vitamin dan air.
Apabila kebutuhan tersebut tidak atau kurang terpenuhi
maka dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan
anak. Asupan nutrisi yang berlebihan juga berdampak buruk
bagi kesehatan anak, yaitu terjadi penumpukan kadar lemak
yang berlebihan dalam sel/jaringan bahkan pada pembuluh
darah.
Penyebab status nutrisi kurang pada anak, Asupan
nutrisi yang tidak adekuat, baik secara kuantitatif maupun
10
kualitatif, hiperaktivitas fisik / istirahat yang kurang, adanya
penyakit yang menyebabkan peningkatan kebutuhan nutrisi,
stres emosi yang dapat menyebabkan menurunnya nafsu
makan atau absorbsi makanan tidak adekuat.
(4) Iklim/Cuaca
Iklim tertentu akan mempengaruhi status
kesehatan anak misalnya musim penghujan akan dapat
menimbulkan banjir sehingga menyebabkan sulitnya
transportasi untuk mendapatkan bahan makanan, timbul
penyakit menular, dan penyakit kulit yang dapat menyerang
11
bayi dan anak-anak. Anak yang tinggal di daerah endemik
misalnya endemik demam berdarah, jika terjadi perubahan
cuaca wabah demam berdarah akan meningkat.
3) Faktor Hormonal
Faktor hormonal yang berperan dalam pertumbuhan dan
perkembangan anak adalah somatotropon yang berperan dalam
mempengaruhi pertumbuhan tinggi badan, hormon tiroid dengan
mestimulasi metabolisme tubuh, glukokortiroid yang berfungsi
menstimulasi pertumbuhan sel interstisial dari testis untuk
memproduksi testosteron dan ovarium untuk memproduksi estrogen
selanjutnya hormon tersebut akan menstimulasi perkembangan seks
baik pada anak laki-laki maupun perempuan sesuai dengan peran
hormonnya.
12
1) Tumbuh kembang adalah proses yang kontinu sejak dari konsepsi
sampai maturitas/dewasa, yang dipengaruhi oleh faktor bawaan dan
lingkungan.
2) Terdapat masa percepatan dan masa perlambatan, serta laju tumbuh
kembang yang berlainan organ-organ.
3) Pola perkembangan anak adalah sama pada semua anak,tetapi
kecepatannya berbeda antara anak satu dengan lainnya.
4) Perkembangan erat hubungannya dengan maturasi sistem susunan
saraf.
5) Aktifitas seluruh tubuh diganti respon individu yang khas.
6) Arah perkembangan anak adalah sefalokaudal.
b) Tinggi Badan
Pada usia 0 – 6 bulan bayi akan mengalami penambahan
tinggi badan sekitar 2,5 cm setiap bulannya. Pada usia 6 – 12
bulan akan mengalami penambahan tinggi badan hanya sekitar
1,25 cm setiap bulannya. Pada akhir tahun pertama akan
meningkat kira-kira 50% dari tinggi badan waktu lahir. Pada
masa bermain penambahan selama tahun ke 2 kurang lebih 12
13
cm sedangkan penambahan tahun ketiga rata-rata 4 – 6 cm.
Pada masa pra sekolah, khususnya diakhir usia 4 tahun, terjadi
penambahan rata-rata 2 kali lipat dari tinggi badan waktu lahir
dan mengalami penambahan setiap tahunya kurang lebih 6-8
cm.
c) Lingkar Kepala
Pertumbuhan pada lingkar kepala ini terjadi dengan sangat
cepat sekitar 6 bulan pertama, yaitu dari 35 – 43 cm. Pada usia-
usai selanjutnya pertumbuhan lingkar kepala mengalami
perlambatan. Pada usia 1 tahun hanya mengalami pertumbuhan
kurang lebih 46,5 cm. Pada usia 2 tahun mengalami
pertumbuhan kurang lebih 49 cm, kemudian akan bertambah 1
cm sampai dengan usia tahun ke tiga bertambah lagi kurang
lebih 5 cm sampai dengan usia remaja.
d) Gigi
Pertumbuhan gigi pada masa tumbuh kembang banyak
mengalami perubahan mulai dari pertumbuhan sampai
penanggalan. Pertumbuhan gigi menjadi 2 bagian yaitu bagaian
rahang atas dan bagian rahang bawah.
(1) Pertumbuhan gigi bagian rahang atas
(a) Gigi insisi sentral pada usia 8 – 12 bulan
14
e) Organ Penglihatan
Perkembangan organ penglihatan dapat dimuali pada saat
lahir. Pada usia 1 bulan bayi memiliki perkembangan, yaitu
adanya kemampuan melihat untuk mengikuti gerakan dalam
rentang 90 derajat, dapat melihat orang secara terus menerus,
dan kelenjar air mata sudah mulai berfungsi. Pada usia 2 – 3
bulan memiliki penglihatan perifer hingga 180 derajat. Pada usia
4 – 5 bulan kemampuan bayi untuk memfiksasi sudah mulai
pada hambatan 1,25 cm, dapat mengenali botol susu, melihat
tangan saat duduk atau berbaring, melihat bayangan di cermin,
dan mampu mengakomodasi objek.
Usia 5 – 7 bulan dapat menyesuaikan postur untuk melihat
objek, mampu mengembangkan warna kesukaan kuning dan
merah, menyukai rangsangan visual kompleks, serta
mengembangkan koordinasi mata dan tangan. Pada usia 7 – 11
bulan mampu memfiksasi objek yang sangat kecil. Pada usia 11
– 12 bulan ketajaman penglihatan mendekati 20/20, dapat
mengikuti objek yang dapat bergerak. Pada usia 12 – 14 bulan
mampu mengidentifikasi bentuk geometrik. Pada usia 18 – 24
bulan mampu berakamodasi dengan baik.
f) Organ Pendengaran
Setelah lahir, bayi sudah dapat berespons terhadap bunyi
yang keras dan refleks. Pada usia 2 – 3 bulan mampu
memalingkan kepala ke samping bila bunyi setinggi telinga.
Pada usia 3 – 4 bulan anak memiliki kemampuan dalam
melokalisasi bunyi dengan makin kuat dan mulai mampu
membuat bunyi tiruan. Pada usia 6 – 8 bulan mampu berespons
pada nama sendiri. Pada usia 10 – 12 bulan mampu mengenal
beberapa kata dan artinya. Pada usia 18 bulan mulai dapat
membedakan bunyi. Pada usia 36 bulan mampu membedakan
bunyi yang halus dalam bicara. Pada usia 48 bulan mulai
15
membedakan bunyi yang serupa dan mampu mendengarkan
yang lebih halus.
2) PERKEMBANGAN
a) Perkembangan Motorik Halus
(1) Pada Masa Bayi
(a) Usia 1-4 Bulan
Perkembangan motorik halus pada usia ini adalah
dapat melakukan hal-hal seperti memegang suatu
objek, mengikuti objek dari sisi ke sisi, menvoba
memegang dan memasukan benda kedalam mulut,
memegang benda tapi terlepas, memerhatikan tangan
dan kaki, memegang benda dengan kedua tangan, serta
menahan benda di tangan walaupun hanya sebentar.
(b) Usia 4-8 Bulan
Perkembangan motorik halus pada usia ini adalah
sudah mulai mengamati benda, menggunakan ibu jari
dan jari telunjuk untuk memegang, mengekplorasi
benda yang sedang dipegang, mengambil objek dengan
tangan tertangkup, mampu menahan kedua benda di
kedua tangan secara simultan, menggunakan bahu dan
tangan sebagai satu kesatuan, serta memindahkan objek
dari satu tangan ketangan yang lain.
(c) Usia 8-12 Bulan
Perkembangan motorik halus pada usia ini adalah
mencari atau merainh benda kecil; bila diberi kubus
mampu memindahkan, mengambil, memegang dengan
telunjuk dan ibu jari, membenturkannya, serta
meletakkan benda atau kubus ke tempatnya.
16
melambaikan tangan, menggunakan tangganya untuk
bermain, menempatkan objek kedalam wadah, makan
sendiri, minum dari cangkir dengan bantuan,
menggunakan sendok dengan bantuan, makan dengan
jari, serta membuat coretan diatas kertas.
17
(2) Pada Masa Balita
(a) Masa Anak (1-2 tahun)
Terjadi perkembangan motorik kasar yang
signifikan. Anak sudah dapat melangkah dan berjalan
dengan tegak. Sekitar 18 bulan anak mampu menaiki
tangga dengan cara 1 tangan di pegan. Pada akhir tahun
kedua sudah dapat berlari kecil, menendang bola dan
mencoba melompat.
(b) Masa Pra Sekolah
Dapat diawali dengan berdiri 1 kaki, berjalan
dengan tumit ke jari kaki, menjelajah, membuat posisi
merangkak, dan berjalan dengan bantuan.
c) Perkembangan Bahasa
(1) Pada Masa Bayi
(a) Usia 1-4 Bulan
Perkembangan bahasa pada usia ini ditandai
dengan adanya kemampuan bersuara dan tersenyum,
mengucapkan huruf hidup, berceloteh, mengucapkan
kata “oh/ah”, tertawa dan berteriak, mengoceh spontan,
serta bereaksi dengan mengoceh.
(b) Usia 4-8 Bulan
Perkembangan bahasa pada usia ini adalah dapat
menirukan bunyi atau kata-kata, menoleh ke arah suara
atau sumber bunyi, tertawa, menjerit, menggunakan
vokalisasi semakin banyak, serta menggunakan kata
yang terdiri atas dua suku kata dan dapat membuat dua
bunyi vokal yang bersamaan seperi “ba-ba”.
(c) Usia 8-12 Bulan
Perkembangan bahasa pada usia ini adalah mampu
mengucapkan kata “papa” dan “mama” yang belom
spesifik, mengoceh hingga mengatakannya secara
spesifik, serta dapat mengucapkan satu samapai dua
kata.
18
(a) Masa Anak (1-2 tahun)
Dicapainya kemampuan bahasa pada anak yang
mulai ditandai dengan anak mampu memiliki sepuluh
perbendaharaan kata. Tingginya kemampuan meniru,
mengenal dan responsip terhadap orang lain. Mampu
menunjukkan dua gambar mampu mengkombinasikan
kata-kata serta mulai mampu menunjukkan lambaian
anggota badan.
(b) Masa Pra Sekolah
Diawali denagan adanya kemampuan menyebutkan
empat gambar, menyebutkan satu hingga dua warna,
menyebutkan kegunaan benda, menghitung, mengerti
dua kata, mengerti empat kata depan,mengerti bebrapa
kata sifat dan jenis, menggunakan bayi untuk
mengidentifikasikan objek, orang dan aktivitas,
menirukan berbagai bunyi kata, memahami arti
larangan, serta merespon panggilan orang dan anggota
keluarga dekat.
19
keberadaan orang asing, mulai bermain dengan mainan,
mudah frustasi, serta memukul-mukul lengan dan kaki
jika sedang kesal.
(c) Usia 8-12 Bulan
Perkembangan adaptasi sosial pada usia ini dimulai
dengan kemampuan bertepuk tangan, menyatakan
keinginan, sudah mulai minum dengan cangkir,
menirukan kegiatan orang, bermain bola atau lainnya
dengan orang lain.
(2) Pada Masa Balita
(a) Masa Anak (1-2 tahun)
Adanya kemampuan membantu kegiatan rumah,
menyuapi boneka, mulai menggosok gigi, serta
mencoba mengenakan baju sendiri.
(b) Masa Pra Sekolah
Adanya kemampuan bermain dengan permainan
sederhana, menangis jika dimarahi, membuat
permintaan sederhana dengan gaya tubuh, menunjukan
peningkatan kecemasanterhadap perpisahan, serta
mengenali anggota keluarga.
b. TUJUAN
20
Agar semua balita umur 0 - 5 tahun dan anak pra sekolah umur 5 – 6
tahun tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai dengan potensi
genetiknya sehingga berguna bagi nusa dan bangsa serta mampu bersaing
di era global melalui kegiatan stimulasi, deteksi dan intervensi dini.
21
(1) Tujuan : menemukan gangguan pendengaran sejak dini,
agar dapat segera ditindaklanjuti untuk meningkatkan
kemampuan daya dengar dan bicara anak
(2) Jadwal: tiap 3 bulan pada bayi umur kurang dari 12 bulan
dan setiap 6 bulan pada anak umur 12 bulan ke atas
(3) Pelaksana: tenaga kesehatan, guru TK, tenaga PADU dan
petugas terlatih
(4) Alat: instrumen Test Daya Dengar menurut umur anak,
gambar binatang, mainan
(5) Prosedur: cek pada buku pedoman.
22
(3) Tujuan: mengetahui secara dini anak adanya Gangguan
Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas
(4) Jadwal: bila ada keluhan dari orang tua/pengasuh atau ada
kecurigaan nakes kader, BKB, petugas PADU, pengelola
TPA dan guru TK.
4. IMUNISASI
a. PENGERTIAN
Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu
penyakit dengan memasukkan sesuatu kedalam tubuh agar tubuh
tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi
seseorang. (blog-indonesia, 2008).
Dalam tubuh bayi atau anak ada 2 (dua) jenis kekebalan yang
bekerja yaitu:
1) Kekebalan Aktif
Kekebalan aktif adalah kekebalan yang dibuat sendiri oleh tubuh
untuk menolak terhadap suatu penyakit tertentu dimana prosesnya
lambat tetapi dapat bertahan lama.
a) Kekebalan Aktif Alamiah
Dimana tubuh anak membuat kekebalan sendiri setelah
mengalami atau sembuh dari suatu penyakit misalnya anak telah
menderita campak. Setelah sembuh anak tidak akan terserang
campak lagi, karena tubuhnya telah membuat zat penolakan
terhadap penyakit tersebut.
b) Kekebalan Aktif Buatan
Kekebalan yang dibuat tubuh setelah mendapat vaksin
(imunisasi), misalnya anak diberikan vaksinasi BCG, DPT, HB,
Polio dan lainnya.
2) Kekebalan Pasif
Kekebalan pasif yaitu tubuh anak tidak membuat zat anti body
sendiri tetapi kekebalan tersebut diperoleh dari luar setelah
memperoleh zat penolakan, sehingga proses cepat tetapi tidak tahan
lama.
a) Kekebalan Pasif Alamiah
kekebalan pasif bawaan kekebalan yang diperoleh bayi
sejak lahir dari ibunya. Kekebalan ini tidak berlangsung lama
23
(kira-kira hanya sekitar 5 bulan setelah bayi lahir) misalnya
difteri, morbili dan tetanus.
b) Kekebalan Pasif Buatan
Kekebalan pasif buatan dimana kekebalan ini diperoleh
setelah mendapat suntikan zat penolakan.
c. JENIS IMUNISASI
1) BCG
a) Kegunaan : memberikan kekebalan terhadap penyakit
tuberkolosis (TBC). Kekebalan yang diperoleh anak tidak
mutlak 100%, jadi kemungkinan anak akan menderita penyakit
TBC ringan, akan tetapi terhindar dari TBC berat-ringan.
b) Tempat penyuntikan : pada lengan kanan atas.
c) Kontra indikasi
(1) Anak yang sakit kulit atau infeksi kulit ditempat
penyuntikan,
(2) Anak yang telah menderita penyakit TBC.
d) Efek samping :
(1) Reaksi normal
(a) Setelah 2-3 minggu pada tempat penyuntikan akan
terjadi pembengkakan kecil berwarna merah kemudian
akan menjadi luka dengan diameter 10 mm.
(b) Hal ini perlu diberitahukan kepada ibu agar tidak
memberikan apapun pada luka tersebut dan diberikan atau
bila ditutup dengan menggunakan kain kasa kering dan
bersih.
(c) Luka tersebut akan sembuh sendiri dan meninggalkan
jaringan parut (scar) dengan diametr 5-7 mm.
(2) Reaksi berat
(a) Kadang-kadang terjadi peradangan setempat yang agak
berat/abces yang lebih luas.
(b) Pembengkakan pada kelenjar limfe pada leher atau
ketiak.
24
a) Kegunaannya : Memberikan kekebalan terhadap penyakit dipteri,
pertusis, tetanus.
b) Tempat penyuntikan : Di paha bagian luar
c) Kontra indikasi :
(1) Panas diatas 38º C
(2) Reaksi berlebihan setelah pemberian imunisasi DPT
sebelumnya seperti panas tinggi dengan kejang, penurunan
kesadaran dan syok.
d) Efek samping :
(1) Reaksi lokal
(a) Terjadi pembengkakan dan rasa nyeri pada tempat
penyuntikan disertai demam ringan selama 1-2 hari.
(b) Pada keadaan pertama (reaksi lokal) ibu tidak perlu
panic sebab panas akan sembuh dan itu berarti
kekebalan sudah dimiliki oleh bayi.
(2) Reaksi Umum
(a) Demam tinggi, kejang dan syok berat.
(b) Pada keadaan kedua (reaksi umum atau reaksi yang
lebih berat) sebaiknya ibu konsultasi pada bidan atau
dokter.
3) HepatitisB
a) Kegunaan : memberi kekebalan aktif terhadap penyakit
hepatitis
b) Tempat penyuntikan : Di paha bagian luar
c) Kontra indikasi : tidak ada
d) Efek samping : Pada umumnya tidak ada
4) Polio
a) Kegunaannya : memberikan kekebalan terhadap penyakit polio
nyelitis
b) Cara pemberian : Diteteskan langsung kedalam mulut 2 tetes
c) Kontra indikasi:
(1) Anak menderita diare berat
(2) Anak sakit panas
d) Efek samping :
(1) Reaksi yang timbul bisaanya hampir tidak ada, kalaupun
ada hanya berak-berak ringan.
(2) Efek samping hampir tidak ada,bila ada hanya berupa
kelumpuhan pada anggota gerak dan tertular kasus polio orang
dewasa.
25
(3) Kekebalan yang diperoleh dari vaksinasi polio adalah 45-
100%.
5) Campak
a) Kegunaan : memberi kekebalan terhadap penyakit campak.
b) Tempat penyuntikan : Pada lengan kiri atas
c) Kontra indikasi :
(1) Panas lebih dari 38ºC
(2) Anak yang sakit parah
(3) Anak yang menderita TBC tanpa pengobatan
(4) Anak yang defisiensi gizi dalam derjat berat
(5) Riwayat kejang demam
d) Efek samping :
(1) Panas lebih dari 38ºC
(2) Kejang yang ringan dan tidak berbahaya pada hari ke 10-12
(3) Dapat terjadi radang otak dalam 30 hari setelah penyuntikan
tetapi kejadian ini jarang terjadi.
d. JADWAL IMUNISASI
Berikut ini merupakan tabel jadwal imunisasi dasar
Jenis Jadwal
BCG diberikan 1 kali (pada usia 1 bulan)
DPT diberikan 3 kali (pada usia 2,3,dan 4 bulan)
Polio diberikan 4 kali (pada usia 1,2,3, dan 4 bulan)
Campak diberikan 1 kali (pada usia 9 bulan)
Hepatitis B diberikan 1 kali (pada usia 0-7 hari)
26
3) Paritas
Paritas adalah jumlah anak yang pernah di lahirkan baik lahir
hidup maupun lahir mati. Paritas wanita akan sangat berpengaruh
terhadap kesehatan wanita, karena semakin tinggi paritas ibu maka
akan semakin meningkat pengetahuan ibu.
b. JENIS PELAYANAN
1) Merawat Tali Pusat
a) Setelah plasenta dilahirkan dan kondisi ibu dianggap stabil, ikat
atau jepitkan klem plastik tali pusat pada puntung tali pusat.
b) Celupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan ke
dalam larutan klonin 0,5 % untuk membersihkan darah dan
sekresi tubuh lainnya.
c) Bilas tangan dengan air matang atau disinfeksi tingkattinggi
d) Keringkan tangan (bersarung tangan) tersebut dengan handuk
atau kain bersih dan kering.
e) Ikat ujung tali pusat sekitar 1 cm dari pusat bayi dengan
menggunakan benang disinfeksi tingkat tinggi atau klem plastik
tali pusat (disinfeksi tingkat tinggi atau steril). Lakukan simpul
kunci atau jepitankan secara mantap klem tali pusat tertentu.
f) Jika menggunakan benang tali pusat, lingkarkan benang
sekeliling ujung tali pusat dan dilakukan pengikatan kedua
27
dengan simpul kunci dibagian tali pusat pada sisi yang
berlawanan.
g) Lepaskan klem penjepit tali pusat dan letakkan di dalam larutan
klonin 0,5% 8.Selimuti ulang bayi dengan kain bersih dan
kering, pastikan bahwa bagian kepala bayi tertutup dengan baik..
(Dep. Kes. RI, 2002)
4) Memberikan Vitamin K
Untuk mencegah terjadinya perdarahan karena defisiensi
vitamin K pada bayi baru lahir normal atau cukup bulan perlu di beri
28
vitamin K per oral 1 mg / hari selama 3 hari, dan bayi beresiko tinggi
di beri vitamin K parenteral dengan dosis 0,5 – 1 mg IM.
5) Mencegah Infeksi
a) Cuci tangan dengan seksama sebelum dan setelah bersentuhan
dengan bayi
b) Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang
belum dimandikan
c) Pastikan semua peralatan dan bahan yang digunakan, terutama
klem, gunting, penghisap lendir DeLee dan benang tali pusat
telah didesinfeksi tingkat tinggi atau steril.
d) Pastikan semua pakaian, handuk, selimut dan kain yang
digunakan untuk bayi, sudah dalam keadaan bersih. Demikin
pula dengan timbangan, pita pengukur, termometer, stetoskop.
e) Memberikan obat tetes atau salep mata
Untuk pencegahan penyakit mata karena klamidia (penyakit
menular seksual) perlu diberikan obat mata pada jam pertama
persalinan, yaitu pemberian obat mata eritromisin 0.5 % atau
tetrasiklin 1 %, sedangkan salep mata biasanya diberikan 5 jam
setelah bayi lahir. Perawatan mata harus segera dikerjakan,
tindakan ini dapat dikerjakan setelah bayi selesai dengan
perawatan tali pusat
29
d) Periksa apakah bayi dalam keadaan hangat, buka bagian yangg
akan diperiksa (jika bayi telanjang pemeriksaan harus dibawah
lampu pemancar) dan segera selimuti kembali dengan cepat
e) Periksa bayi secara sistematis dan menyeluruh G. Imunisasi
BCG, hepatitis B dan polio oral Imunisasi Hepatitis B diberikan
1-2 jam di paha kanan setelah penyuntikan Vitamin K1 yang
bertujuan untuk mencegah penularan Hepatitis B melalui jalur
ibu ke bayi yang dapat menimbulkan kerusakan hati.
c. JENIS PELAYANAN
1) Pemberian imunisasi dasar lengkap (BCG, Polio 1-4, DPT 1-3, dan
Campak) sebelum bayi berusia 1 tahun
2) Stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang bayi (SDIDTK)
3) Pemberian vitamin 100.000 IU (6-11) warna biru
4) Konseling ASI esklusi, pemberian makanan pendamping ASI
eksklusif
5) penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan.
30
Anak balita adalah anak yang berusia 1-5 tahun memiliki
pertumbuhan mental,intelektual yang berkembang pesat. B.Pengertian
pelayanan kesehatan pada balita Pelayanan kesehatan anak balita sakit
dan sehat yang diberikan oleh tenaga kesehatan sesuai standar.
b. JENIS PELAYANAN
1) Pemantauan KMS
Pemantauan pertumbuhan balita dengan KMS minimal 8 kali
KMS (Kartu Menuju Sehat) untuk balita adalah alat yang sederhana
dan murah, yang dapat digunakan untuk memantau kesehatan dan
pertumbuhan anak. Oleh karenanya KMS harus disimpan oleh ibu
balita di rumah, dan harus selalu dibawa setiap kali mengunjungi
posyandu atau fasilitas pelayanan kesehatan, termasuk bidan dan
dokter. Manfaat KMS adalah :
a) Sebagai media untuk mencatat dan memantau riwayat kesehatan
balita secara lengkap, meliputi : pertumbuhan, perkembangan,
pelaksanaan imunisasi, penanggulangan diare, pemberian kapsul
vitamin A, kondisi kesehatan pemberian ASI eksklusif, dan
Makanan Pendamping ASI.
b) Sebagai media edukasi bagi orang tua balita tentang kesehatan
anak.
c) Sebagai sarana komunikasi yang dapat digunakan oleh petugas
untuk menentukan penyuluhan dan tindakan pelayanan
kesehatan dan gizi.
31
a) Kapsul vitamin A biru ( 100.000 IU ) diberikan pada bayi yang
berusia 6-11 bulan satu kali dalam satu tahun
b) Kapsul vitamin A merah ( 200.000 IU ) diberikan kepada balita
Kekurangan vitamin A disebut juga dengan xeroftalmia ( mata
kering ). Hal ini dapat terjadi karena serapan vitamin A pada
mata mengalami pengurangan sehingga terjadi kekeringan pada
selaput lendir atau konjungtiva dan selaput bening (kornea
mata). balita akan terlindungi dari kekurangan vitamin A
terutama bagi balita dari keluarga menengah kebawah.
3) Management MTBS
Kegiatan MTBS merupakan upaya pelayanan kesehatan yang
ditujukan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian
sekaligus meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di unit rawat
jalan kesehatan dasar (Puskesmas dan jaringannya termasuk Pustu,
Polindes, Poskesdes, dll). Bila dilaksanakan dengan baik, pendekatan
MTBS tergolong lengkap untuk mengantisipasi penyakit-penyakit
yang sering menyebabkan kematian bayi dan balita di Indonesia.
Dikatakan lengkap karena meliputi upaya preventif (pencegahan
penyakit), perbaikan gizi, upaya promotif (berupa konseling) dan
upaya kuratif (pengobatan) terhadap penyakit-penyakit dan masalah
yang sering terjadi pada balita.
Kegiatan MTBS memliliki 3 komponen khas yang
menguntungkan, yaitu:
a) Meningkatkan ketrampilan petugas kesehatan dalam tatalaksana
balita sakit (selain dokter, petugas kesehatan non-dokter dapat
pula memeriksa dan menangani pasien asalkan sudah dilatih)
b) Memperbaiki sistem kesehatan (perwujudan terintegrasinya
banyak program kesehatan dalam 1 kali pemeriksaan MTBS)
c) Memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam perawatan
di rumah dan upaya pencarian pertolongan kasus balita sakit
(meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam pelayanan
kesehatan)
32
a) Pemberian makanan bergizi pada bayi dan balita
b) Pemberian makanan bayi
c) Mengatur makanan anak usia 1-5 tahun.
d) Pemeriksaan rutin/berkala terhadap bayi dan balita
e) Peningkatan kesehatan pola tidur, bermain, peningkatan
pendidikan seksual dimulai sejak balita (sejak anak mengenal
idenitasnya sebagai laki-laki atau perempuan
b. Informasi
Menurut Snehandu B.Kar (Notoatmodjo, 2003) informasi tentang
kesehatan mempengaruhi seseorang dalam hal upaya deteksi dini
komplikasi kehamilan. Upaya deteksi dini seseorang yang rendah
disebabkan karena tidak atau kurangnya memperoleh informasi yang
kuat.
c. Budaya
Menurut WHO (Notoatmodjo, 2003) upaya deteksi dini seseorang
juga dipengaruhi oleh faktor budaya. Kebudayaan ini terbentuk dalam
waktu yang lama sebagai akibat dari kehidupan suatu masyarakat
bersama.
33
d. Sosial Ekonomi
Menurut WHO (Notoatmodjo, 200 3) faktor ekonomi juga
berpengaruh terhadap seseorang dalam upaya deteksi dini komplikasi
kehamilan. Status ekonomi keluarga juga berperan bagi seseorang dalam
mengambil keputusan bertindak termasuk tindakan yang berhubungan
dengan kesehatan.
34
15) Kelainan letak dan posisi janin : lintang/oblique, sungsang pada usia
kehamilan lebih dari 32 minggu. Catatan : penambahan berat badan
ibu hamil yang normal adalah 9 - 12 kg selama masa kehamilan.
35
10) Trauma lahir, sindroma gangguan pernapasan, kelainan kongenital,
dll.
b. Pelayanan Neonatus
1) Pencegahan dan penanganan asfiksia.
2) Pencegahan dan penanganan hipotermia.
3) Penanganan bayi berat lahir rendah (BBLR).
4) Pencegahan dan penanganan infeksi neonatus, kejang neonatus,
ikterus ringan-sedang
5) Pencegahan dan penanganan gangguan minum.
6) Stabilisasi komplikasi neonatus untuk dirujuk dan transportasi
rujukan.
36
Pelayanan Neonatus dengan komplikasi adalah penanganan neonatus
dengan penyakit dan kelainan yang dapat menyebabkan kesakitan,
kecacatan dan kematian oleh dokter/bidan/perawat terlatih di polindes,
puskesmas, puskesmas PONED, rumah bersalin dan rumah sakit
pemerintah/swasta.
Diperkirakan sekitar 15% dari bayi lahir hidup akan mengalami
komplikasi neonatal. Hari Perama kelahiran bayi sangat penting, oleh
karena banyak perubahan yang terjadi pada bayi dalam menyesuaikan
diri dari kehidupan di dalam rahim kepada kehidupan di luar rahim. Bayi
baru lahir yang mengalami gejala sakit dapat cepat memburuk, sehingga
bila tidak ditangani dengan adekuat dapat terjadi kematian. Kematian
bayi sebagian besar terjadi pada hari pertama, minggu pertama kemudian
bulan pertama kehidupannya.
Kebijakan Departemen Kesehatan dalam peningkatan akses dan
kualitas penanganan komplikasi neonatus tersebut antara lain penyediaan
puskesmas mampu PONED dengan target setiap kabupaten/kota harus
mempunyai minimal 4 (empat) puskesmas mampu PONED.
Puskesmas PONED adalah puskesmas rawat inap yang memiliki
kemampuan serta fasilitas PONED siap 24 jam untuk memberikan
pelayanan terhadap ibu hamil, bersalin dan nifas serta kegawatdaruratan
bayi baru lahir dengan komplikasi baik yang datang sendiri atau atas
rujukan kader/masyarakat, bidan di desa, Puskesmas dan melakukan
rujukan ke RS/RS PONED pada kasus yang tidak mampu ditangani.
Untuk mendukung puskesmas mampu PONED ini, diharapkan RSU
Kabupaten/Kota mampu melaksanakan pelayanan obstetri dan neonatal
emergensi komprehensif (PONED) yang siap selama 24 jam. Dalam
PONED, RSU harus mampu melakukan pelayanan emergensi dasar dan
pelayanan operasi seksio sesaria, perawatan neonatus level ll serta
transfusi darah.
Dengan adanya puskesmas mampu PONED dan RS mampu PONEK
maka kasus - kasus komplikasi kebidanan dan neonatal dapat ditangani
secara optimal sehingga dapat mengurangi kematian ibu dan neonatus.
37
a. Pengertian KB
Menurut World Health Organisation (WHO) expert committee 1997:
keluarga berencanaadalah tindakan yang membantu pasangan suami istri
untuk menghindari kehamilan yangtidak diinginkan, mendapatkan
kelahiran yang memang sangat diinginkan, mengatur intervaldiantara
kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan
umur suamiistri serta menentukan jumlah anak dalam keluarga.
Keluarga berencana menurut Undang-Undang no 10 tahun 1992
(tentang perkembangankependudukan dan pembangunan keluarga
sejahtera) adalah upaya peningkatan kepeduliandan peran serta
masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan
kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan
keluarga kecil, bahagiadan sejahtera. Keluarga berencana adalah suatu
usaha untuk menjarangkan jumlah dan jarakkehamilan dengan memakai
kontrasepsi.
Secara umum keluarga berencana dapat diartikan sebagai suatu
usaha yang mengatur banyaknya kehamilan sedemikian rupa sehingga
berdampak positif bagi ibu, bayi, ayah sertakeluarganya yang
bersangkutan tidak akan menimbulkan kerugian sebagai akibat
langsungdari kehamilan tersebut. Diharapkan dengan adanya
perencanaan keluarga yang matangkehamilan merupakan suatu hal yang
memang sangat diharapkan sehingga akan terhindar dari perbuatan untuk
mengakhiri kehamilan dengan aborsi.
Sedangkan kontrasepsi Pemeriksaan kesehatan yang dlakukan
meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik. Apabila dari hasil
pemeriksaan kesehatan tidak didapati kontraindikasi, maka pelayanan
kontrasepsi dapat dilakukan.Untuk pelayanan metode kontrasepsi jangka
panjang Yaitu IUD, implant, dan kontap sebelum pelayanan dimulai
kepada klien diminta untuk menandatangai informed consent form.
b. Tujuan KB
1) Mengatur kehamilan dengan menunda perkawinan, menunda
kehamilan anak pertama danmenjarangkan kehamilan setelah
kelahiran anak pertama serta menghentikan kehamilan biladirasakan
anak telah cukup.
38
2) Mengobati kemandulan atau infertilitas bagi pasangan yang telah
menikah lebih dari satutahun tetapi belum juga mempunyai
keturunan, hal ini memungkinkan untuk tercapainyakeluarga
bahagia.
3) Married Conseling atau nasehat perkawinan bagi remaja atau
pasangan yang akan menikahdengan harapan bahwa pasangan akan
mempunyai pengetahuan dan pemahaman yang cukuptinggi dalam
membentuk keluarga yang bahagia dan berkualitas.
4) Tujuan akhir KB adalah tercapainya NKKBS (Norma Keluarga
Kecil Bahagia dan sejahtera) dan membentuk keluarga berkualitas,
keluarga berkualitas artinya suatu keluargayang harmonis, sehat,
tercukupi sandang, pangan, papan, pendidikan dan produktif dari
segi ekonomi.
5) Meningkatkan jumlah penduduk untuk menggunakan alat
kontrasepsi.
6) Menurunnya jumlah angka kelahiran bayi
c. Manfaat KB
1) Memungkinkan wanita untuk mengontrol kesuburan mereka
sehingga dapat memutuskan bila dan kapan mereka ingin hamil
dan memiliki anak. Wanita dapat mengambil jedakehamilan selama
sedikitnya dua tahun setelah melahirkan, yang memberikan
banyakmanfaat bagi perempuan dan bayi mereka.
2) Wanita yang hamil segera setelah melahirkan berisiko memiliki
kehamilan yang buruk.Mereka lebih mungkin menderita kondisi
medis yang serius atau meninggal selamakehamilan. Bayi mereka
juga lebih cenderung memiliki masalah kesehatan (misalnya
lahirdengan berat badan rendah). Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) memperkirakan bahwasecara global, 100.000 kematian ibu
dapat dicegah setiap tahun, jika semua wanita yang tidakingin anak
lagi mampu menghindari kehamilan. Kematian ini terjadi sebagian
besar di negara berkembang di mana cakupan kontrasepsi rendah.
3) Wanita lebih dapat berpartisipasi dalam kehidupan sosial, mencari
pekerjaan dan meraih pendidikan ketika mereka menggunakan alat
kontrasepsi dan tidak berisiko hamil. Karenakegiatan ini umumnya
39
meningkatkan status perempuan dalam masyarakat, kontrasepsi
secaratidak langsung mempromosikan hak-hak dan status
perempuan.
4) Memberikan manfaat kesehatan non-reproduksi. Metode kontrasepsi
hormonal gabungan(yaitu estrogen dan progesteron) dapat
menurunkan risiko kanker ovarium dan endometrium.Injeksi
progesteron juga melindungi terhadap kanker ini dan juga terhadap
fibroid rahim.Kontrasepsi implan dan sterilisasi wanita telah terbukti
mengurangi risiko penyakit radang panggul.
5) Mencegah efek kesehatan jiwa dari kehamilan yang tidak diinginkan
dan mengurangiaborsi.
6) Kemampuan untuk mengontrol kesuburan juga memungkinkan
wanita untuk lebihmengontrol aspek lain dari kehidupan mereka,
misalnya memutuskan kapan dan mengapamereka menikah. Sejak
kontrasepsi tersedia secara luas pada 1970-an, pola perkawinan
telah berubah. Wanita sekarang menikah dan memiliki anak di usia
yang lebih matang dan rata-ratamemiliki anak lebih sedikit.
Perubahan demografis cenderung telah mengurangi bebanemosional
dan ekonomi untuk membesarkan anak, karena keluarga sekarang
biasanyamemiliki lebih banyak waktu untuk mengumpulkan sumber
daya keuangan sebelumkelahiran anak. Ukuran keluarga yang lebih
kecil juga berarti bahwa orang tua memiliki lebih banyak waktu dan
sumber daya yang diberikan per anak.
40
Memadukan pelaksanaan kegiatan pembangunan agar dapat
mendorong dan menggerakkan potensi yang dimiliki oleh semua
masyarakat sehingga dapat menguntungkan dan memberi manfaat
pada semua pihak.
4) Pendekatan kualitas (quality approach)
Meningkatkan kualitas pelayanan baik dari segi pemberi
pelayanan (provider) dan penerima pelayanan (klien) sesuai dengan
situasi dan kondisi.
5) Pendekatan kemandirian (self rellant approach)
Memberikan peluang kepada sektor pembangunan lainnya dan
masyarakat yang telah mampu untuk segera mengambil alih peran
dan tanggung jawab dalam pelaksanaan program KB nasional.
6) Pendekatan tiga dimensi ( three dimension approach)
Strategi tiga dimensi program kb sebagai pendekatan program
kb nasional. Strategi ini diterapkan atas dasar survei terhadap
kecenderungan respon pasangan usia subur (PUS) di Indonesia
terhadap ajakan (KIE) untuk berkb. Berdasarkan hasil survei tersebut
respon pus terhadap KIE kb terbagi dalam 3 kelompok
a) 5% pus langsung merespon ya untuk berkb.
b) 15% - 55% pus merespon raguragu untuk berkb.
c) 30% pus merespon tidak untuk berkb.
41
Pelayanan komunikasi, informasi dan edukasi dilakukan dengan
memberikan penerangan konseling, advokasi, penerangan kelompok
(penyuluhan) dan penerangan massa melalui media cetak dan
elektronik. Dengan penerangan, motivasi diharapkan meningkat
sehingga terjadi peningkatan pengetahuan, perubahan sikap dan
perilaku masyarakat dalam berKB, melalui pendewasaan usia
perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga,
peningkatan kesejahteraan keluarga sehingga tercapai Norma
Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS).
42
4) Pendidikan KB
Melalui jalur pendidikan (sekolah) dan pelatihan, baik petugas
KB, bidan, dokter berupa pelatihan konseling dan keterampilan.
43
Metode kontrasepsi yang dipakai dalam kondisi darurat ada 2
macam yaitu pil dan AKDR.
2) Cara kerja
a) Menekan ovulasi
b) Mencegah implantasi
c) Lender serviks mengental sehingga sulit dilalui oleh sperma
d) Pergerakan tuba terganggu sehingga tranportasi telur dengan
sendirinya akan terganggu pula.
4) Penangulangan
a) Periksa dalam atau tes kehamilan , bila tidak hamil dan klien
minum dengan benar.
b) Tes kehamilan atau pemeriksaan ginekologik .bila tidak hamil
sarankan minum pil saat makan malam atau sebelum tidur.
c) Sarankan minum pil pada waktu yang sama , jelaskan bahwa
perdarahan hal yang biasa pada 3 bulan pertama dan lambat laun
akan berhenti.
5) Komplikasi
Ketika Anda mulai mengonsumsi pil KB, ada kecenderungan
Anda mengalami breakthrough bleeding (BTB) sepanjang bulan-
bulan pertama penggunaan. BTB bukan haid dan merupakan efek
samping normal karena tubuh menyesuaikan diri dengan perubahan
44
kadar hormon. Jangan menghentikan konsumsi pil meskipun Anda
mengalami BTB di antara siklus haid.
a) Jika Anda muntah atau diare, gunakan alat kontrasepsi cadangan
dan berkonsultasilah dengan dokter atau bidan.
b) Pil KB punya manfaat tambahan bagi kesehatan. Pil KB
membuat siklus haid teratur, darah haid berkurang, durasi haid
lebih singkat, dan mengurangi nyeri. Karena haid lebih sedikit,
risiko anemia menurun. Pil KB juga menurunkan risiko kanker
indung telur dan kanker endometrium.
c) Bagi ibu menyusui, pil KB yang hanya mengandung hormon
progestin bisa dipilih karena tidak menurunkan produksi
ASI. Mini pill juga dapat dikonsumsi oleh wanita yang alergi
hormon estrogen.
d) Konsultasikan penggunaan alat kontrasepsi jika Anda menderita
tekanan darah tinggi, penyakit jantung, riwayat stroke, kanker
payudara, lupus, atau komplikasi diabetes.
e) Kini tersedia pil KB yang membuat berat badan lebih stabil.
b. Kondom
Kondom merupakan selubung / sarung karet yang terbuat dari
berbagai bahan di antaranya lateks vinil atau bahan alami ( produksi
hewan ) yang di pasang pada penis saat hubungan sex.
Penggunana kondom untuk tujuan perlindungan terhadap penyakit
kelamin telah dikenal sejak zaman Mesir kuno. Penggunaannya ialah
untuk tujuan melindungi pria terhadap penyakit kelamin. Keuntungan
kondom selain untuk memberi perlindungan terhadap mpenyakit kelamin
ialah bahwa ia dapat juga digunakan untuk tujuan kontrasepsi.
1) Cara kerja
a) Kondom menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan sel telur
dengan cara mengemas sperma di ujung selubung karet yang di
pasang pada penis sehingga sperma tersebut tidak tercurah ke
dalam saluran reproduksi perempuan.
b) Mencegah penularan mikroorganisme dari satu pasangan kepada
pasangan yang lain.
45
b) Kondom bocor atau di curigai ada curahan di vagina saat
berhubungan
c) Di curigai adanya reaksi alergi
d) Mengurangi kenikmatan hubungan seksual.
3) Penangulangan
a) Buang dan pakai kondom baru
b) Jika dicurigai ada kebocoran, pertimbangkan pemberian
Morning after Pill
c) Reaksi alergi , meskipun jarang dapat sangat mengganggu dan
bisa berbahaya.
d) Jika penurunan kepekaan tidak bisa ditolerir biarpun dengan
kondom yang lebih tipis anjurkan pemakaian metode lain
4) Komplikasi
komplikasi pada kondom hanya akan terjadi jika pemakaian
kondom salah dan jika kondom yang di gunakan bocor, maka akan
menyebabkan kehamilan.
c. Suntik
1) Cara kerja
a) Menekan ovulasi
b) Membuat lender serviks menjadi tebal
c) Perubahan pada endometrium
d) Menghambat transportasi gamet oleh tuba
3) Penangulangan
a) Bila tidak terjadi kehamilan tidak perlu diberikan pengobatan
khusus. Jelaskan bahwa darah haid tidak berkumpul dalam
rahim.
b) Pastikan tidak ada kehamilan , bila hamil segera rujuk. Bila
tidak hamil informasikan bahwa hal ini adalah hal biasa dan
akan hilang dalam waktu dekat.
46
c) Bila tidak hamil cari penyebab perdarahan yang lain. Jelaskan
bahwa perdarahan yang terjadi merupakan hal yang biasa.
4) komplikasi
a) Nyeri dada hebat atau napas pendek. Kemungkinan adanya
bekuan darah di paru atau serangan jantung
b) Sakit kepala hebat, atau gangguan penglihatan. Kemungkinan
terjadi stroke, hipertensi, atau migraine
c) Nyeri tungkai hebat. Kemungkinan telah terjadi sumbatan
pembuluh darah pada tungkai
d) Tidak terjadi perdarahan atau spotting selama 7 hari sebelum
suntikan berikutnya, kemungkinan terjadi kehamilan.
d. IUD
1) Tanda-Tanda Bahaya
a) Terlambat haid atau amenore
b) Sakit perut
c) Demam tinggi,menggigil
d) Keputihan yang sangat banyak atau sangat berbau
e) Spotting,perdarahan pervaginam,haid yang banyak dan bekuan
darah.
2) Komplikasi
a) sinkop vasovagal saat pemasangan AKDR
b) bercak darah dank ram abdomen sesaat setelah pemasangan
AKDR
c) kram, nyeri punggung bagian bawah, atau kedua keadaan
tersebut terjadi bersamaan selama beberapa harai setelah
pemasangan AKDR
d) nyeri berat yang berkelanjutan akibat kram uterus
e) Disminorea, terutama terjadi setelah 1-3 bulan setelah
pemasangan AKDR
f) Perubahan atau gangguan menstruasi (menoragia, metroragia,
amenorea, oligomenorea)
g) perdarahan berat atau berkepanjangan
h) Anemia
i) benang AKDR hilang, terlalu panjang atau pendek
j) AKDR tertanam dalam endometrium atau meometrium
k) AKDR terlepas spontan
l) kehamilan, baik AKDR tertanam dalam endometrium atau
terlepas spontan tanpa diketahui
m) kehamilan ektopik
n) aborsi sepsis spontan
47
o) perforasi seviks atau uterus
p) penyakit implamasi uterus (PID)
q) kista ovarium hanya pengguna AKDR hormonal
r) bahaya akibat terpajan diatermi medis (gelombang pendek atau
gelombang mikro) pada area abdomen, sacrum, atau pelvic,
hanya pada pengguna AKDR tembaga
e. Implan
Efek samping paling utama dari norplant adalah perubahan pola
haid, yang terjadi pada kira-kira 60% akseptor dalam tahun pertama
setelah insersi. Efek yang paling sering terjadi adalah :
1) bertambahnya hari-hari perdarahan dalam satu siklus
2) perdarahan-bercak (spotting)
3) berkurangnya pangjang siklus haid
4) amenore, meskipun jarang terjadi dibandingkan perdarahan lama
atau bercak
5) umumnya perubahan-perubahan haid tersebut tidak mempunyai efek
yang membahayakan diri akseptor. Meskipun terjadi perdarahan
lebih sering dari pada biasanya, volume darah yang hilang tetap tidak
berubah.
6) pada sebagian akseptor, perdarahan iregulerakan berkurang dengan
jalannya waktu.
7) perdarahan yang hebat jarang terjadi.
48
b. Lanjut Usia
Masa lanjut usia merupakan periode penutup dalam rentang hidup
seseorang, yaitu suatu periode dimana seseorang telah beranjak jauh dari
periode terdahulu yang lebih menyenangkan atau beranjak dari waktu
yang penuh dengan manfaat.
Dewasa lanjut (Late adult hood) atau lebih dikenal dengan istilah
lansia adalah periode dimana seseorang telah mencapai usia diatas 45
tahun. Secara biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk yang
mengalami proses penuaan secara terus menerus, yang ditandai dengan
menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap serangan
penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan
terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem
organ.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lanjut usia
menjadi 4 yaitu : Usia pertengahan (middle age) 45 -59 tahun, Lanjut
usia (elderly) 60 -74 tahun, lanjut usia tua (old) 75 – 90 tahun dan usia
sangat tua (very old) diatas 90 tahun.
c. Kesehatan Reproduksi
Pengertian kesehatan reproduksi menurut WHO adalah suatu
keadaan fisik, mental dan sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari
penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan
sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya.
Suatu keadaan sehat secara menyeluruh mencakup fisik, mental dan
kehidupan sosial yang berkaitan dengan alat, fungsi serta proses
reproduksi yang pemikiran kesehatan reproduksi bukannya kondisi yang
bebas dari penyakit melainkan bagaimana seseorang dapat memiliki
kehidupan seksual yang aman dan memuaskan sebelum dan sesudah
menikah (Depkes RI, 2000).
49
Sejak klimakterium, vagina berangsur-angsur mengalami atropi,
meskipun pada wanita belum pernah melahirkan. Kelenjar seks
mengecil dan berhenti berfungsi. Mukosa genitalia menipis begitu
pula jaringan sub mukosa tidak lagi mempertahankan elastisitas¬nya
akibat fibrosis.
Perubahan ini sampai batas tertentu dipengaruhi oleh
keberlangsungan koitus, artinya makin lama kegiatan tersebut
dilakukan kurang laju pendangkalan atau pengecilan genitalia
eksterna.
2) Uterus
Setelah klimaterium uterus mengalami atrofi, panjangnya
menyusut dan dindingnya menipis, miometrium menjadi sedikit dan
lebih banyak jaringan fibrotik. Serviks menyusut tidak menonjol,
bahkan lama-lama akan merata dengan dinding jaringan.
3) Ovarium
Setelah menopause, ukuran sel telur mengecil dan
permukaannya menjadi “keriput” sebagai akibat atrofi dari medula,
bukan akibat dari ovulasi yang berulang sebelumnya, permukaan
ovarium menjadi rata lagi seperti anak oleh karena tidak terdapat
folikel. Secara umum, perubahan fisik genetalia interna dan eksterna
dipengaruhi oleh fungsi ovarium. Bila ovarium berhenti berfungsi,
pada umumnya terjadi atrofi dan terjadi inaktivitas organ yang
pertumbuhannya oleh hormon estrogen dan progesteron.
50
dipengaruhi oleh kelenjar adrenal dan bukan kelenjar ovarium.
Rambut kepala menjadi jarang. Kenaikan berat badan sering terjadi
pada masa klimakterik.
b. PRIA
Beberapa perubahan yang terjadi pada lansia pria adalah :
1) Produksi Testosteron Menurun Secara Bertahap
Penurunan ini mungkin juga akan menurunkan hasrat dan
kesejahteraan. Testis menjadi lebih kecil dan kurang
produktif. Tubular testisakan menebal dan berdegenerasi. Perubahan
ini akan menurunkan prosesspermatogenesis, dengan penurunan
jumlah sperma tetapi tidak mempengaruhi kemampuan untuk
membuahi ovum.
51
memanjang pada lansia pria. Ereksi fisik frekuensinya berkurang
termasuk selama tidur.
b. Pendekatan
Menurut World Health Organization (1982), pendekatan yang
digunakan adalahsebagai berikut :
1) Menikmati hasil pembangunan (sharing the benefits of social
development)
2) Masing-masing lansia mempunyai keunikan (individuality of aging
persons)
3) Lansia diusahakan mandiri dalam berbagai hal (nondependence)
4) Lansia turut memilih kebijakan (choice)
5) Memberikan perawatan di rumah (home care)
6) Pelayanan harus dicapai dengan mudah (accessibility)
7) Mendorong ikatan akrab antar kelompok/ antar generasi (engaging
the aging)
8) Transportasi dan utilitas bangunan yang sesuai dengan lansia
(mobility)
9) Para lansia dapat terus berguna dalam menghasilkan karya
(productivity)
52
10) Lansia beserta keluarga aktif memelihara kesehatan lansia (self help
care and family care)
c. Jenis
Jenis pelayanan kesehatan terhadap lansia meliputi lima upaya
kesehatan, yaitupromotif, prevention, diagnosa dini dan pengobatan,
pembatasan kecacatan, serta pemulihan.
1) Promotif
Upaya promotif, yaitu menggairahkan semangat hidup bagi usia
lanjut agar mereka tetap dihargai dan tetap berguna baik bagi dirinya
sendiri, keluarga maupun masyarakat. Upaya promotif dapat berupa
kegiatan penyuluhan, dimana penyuluhan masyarakat usia lanjut
merupakan hal yang penting sebagai penunjang program pembinaan
kesehatan usia lanjut yang antara lain adalah :
a) Kesehatan dan pemeliharaan kebersihan diri serta deteksi dini
penurunankondisi kesehatannya, teratur dan berkesinambungan
memeriksakan kesehatannya ke puskesmas atau instansi
pelayanan kesehatan lainnya.
b) Latihan fisik yang dilakukan secara teratur dan disesuaikan
dengan kemampuan usia lanjut agar tetap merasa sehat dan
segar.
c) Diet seimbang atau makanan dengan menu yang mengandung
gizi seimbang.
d) Pembinaan mental dalam meningkatkan ketaqwaan kepada
Tuhan Yang Maha Esa
e) Membina ketrampilan agar dapat mengembangkan kegemaran
atau hobinya secara teratur dan sesuai dengan kemampuannya.
f) Meningkatkan kegiatan sosial di masyarakat atau mengadakan
kelompok sosial.
g) Hidup menghindarkan kebiasaan yang tidak baik seperti
merokok, alkhohol, kopi , kelelahan fisik dan mental.
h) Penanggulangan masalah kesehatannya sendiri secara benar.
2) Preventif
Upaya preventif yaitu upaya pencegahan terhadap kemungkinan
terjadinya penyakit maupun kompilikasi penyakit yang disebabkan
oleh proses ketuaan. Upaya preventif dapat berupa kegiatan :
53
a) Pemeriksaan kesehatan secara berkala dan teratur untuk
menemukan secara dini penyakit-penyakit usia lanjut
b) Kesegaran jasmani yang dilakukan secara teratur dan
disesuaikan dengan kemampuan usia lanjut serta tetap merasa
sehat dan bugar.
c) Penyuluhan tentang penggunaan berbagai alat bantu misalnya
kacamata, alat bantu pendengaran agar usia lanjut tetap dapat
memberikan karya dan tetap merasa berguna
d) Penyuluhan untuk pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya
kecelakaan pada usia lanjut.
e) Pembinaan mental dalam meningkatkan ketaqwaan kepada
Tuhan Yang Maha Esa.
3) Kuratif
Upaya kuratif yaitu upaya pengobatan pada usia lanjut dan dapat
berupa kegiatan:
a) Pelayanan kesehatan dasar
b) Pelayanan kesehatan spesifikasi melalui sistem rujukan.
4) Rehabilitatif
Upaya rehabilitatif yaitu upaya mengembalikan fungsi organ
yang telah menurun. Yang dapat berupa kegiatan :
a) Memberikan informasi, pengetahuan dan pelayanan tentang
penggunaan berbagai alat bantu misalnya alat pendengaran dan
lain -lain agar usia lanjut dapat memberikan karya dan tetap
merasa berguna sesuai kebutuhan dan kemampuan.
b) Mengembalikan kepercayaan pada diri sendiri dan memperkuat
mental penderita
c) Pembinaan usia dan hal pemenuhan kebutuhan pribadi , aktifitas
di dalam maupun diluar rumah.
d) Nasihat cara hidup yang sesuai dengan penyakit yang diderita.
e) Perawatan fisio terapi.
54
Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS KIA)
adalah alat manajemen untuk melakukan pemantauan program KIA disuatu
wilayah kerja secara terus menerus, agar dapat dilakukan tindak lanjut yang
cepat dan tepat. Program KIA yang dimaksud meliputi pelayanan ibu hamil,
ibu bersalin, ibu nifas, ibu dengan komplikasi kebidanan, keluarga berencana,
bayi baru lahir, bayi baru lahir dengan komplikasi, bayi, dan balita.
Dengan manajemen PWS KIA diharapkan cakupan pelayanan dapat
menjangkau seluruh sasaran di suatu wilayah kerja sehingga kasus dengan
risiko/komplikasi kebidanan dapat ditemukan sedini mungkin untuk dapat
memperoleh penanganan yang memadai.
Penyajian PWS KIA juga dapat dipakai sebagai alat motivasi, informasi
dan komunikasi kepada sektor terkait, khususnya aparat setempat yang
berperan dalam pendataan dan penggerakan sasaran maupun membantu
dalam memecahkan masalah non teknis misalnya: bumil KEK, rujukan kasus
dengan risiko.
Pelaksanaan PWS KIA baru berarti bila dilengkapi dengan tindak lanjut
berupa perbaikan dalam pelaksanaan pelayanan KIA. PWS KIA
dikembangkan untuk intensifikasi manajemen program. Walaupun demikian,
hasil rekapitulasinya di tingkat puskesmas dan kabupaten dapat dipakai untuk
menentukan puskesmas dan desa/kelurahan yang rawan. Demikian pula
rekapitulasi PWS KIA di tingkat propinsi dapat dipakai untuk menentukan
kabupaten yang rawan.
55
5) Membangkitkan peran pamong dalam menggerakkan sasaran dan
mobilisasi sumber daya.
56
Jumlah sasaran ibu hamil dalam satu tahun
Rumus :
Jumlah persalinan oleh tenaga kesehatan
X 100 %
Jumlah sasaran persalinan dalam satu tahun
57
Rumus :
Jumlah kunjungan neonatal yang mendapat pelayanan
kesehatan minimal 2 kali oleh tenaga kesehatan
X 100 %
Jumlah seluruh sasaran bayi dalam 1 tahun
58
PWS-KIA disajikan dalam bentuk grafik dari tiap indikator yang dipakai,
yang juga menggambarkan pencapaian tiap desa dalam tiap bulan:
Dengan demikian tiap bulannya dibuat 6 grafik, yaitu :
a. Grafik cakupan K1
b. Grafik cakupan K4
c. Grafik cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan
d. Grafik penjaringan ibu hamil beresiko oleh masyarakat
e. Grafik penjaringan ibu hamil beresiko oleh tenaga kesehatan
f. Grafik cakupan neonatal oleh tenaga kesehatan
b. Pengelolaan Data
Sebagai contoh dalam menggambarkan grafik PWS-KIA untuk bulan
juni 2012, maka data yang diperlukan adalah :
1) Cakupan kumulatif per desa.
2) Cakupan bulan (Juni 2012) untuk keenam indikator.
3) Cakupan bulan lalu (Mei 2012).
59
Pencapaian cakupan ibu hamil baru per desa selama bulan juni
2012 per sasaran ibu hamil per desa selama 1 tahun dikali 100%.
60
e. Gambar anak panah dipergunakan untuk mengisi lajur Trend. Bila
pencapaian cakupan bulan ini lebih besar dari pencapaian cakupan bulan
lalu, maka digambar anak panah yang menunjuk ke atas. Sebaliknya,
untuk cakupan bulan ini yang lebih rendah dari cakupan bulan lalu,
digambarkan anak panah yang menunjukkan ke bawah, sedangkan untuk
cakupan yang tetap/sama gambarkan dengan tanda (-).
A + + Baik
B + + Kurang
C + + Baik
D + + Jelek
E + + Cukup
61
b. Status Kurang
Adalah desa dengan cakupan diatas target yang ditetapkan untuk
bulan April 2007, dan mempunyai kecenderungan cakupan bulanan yang
menurun jika dibandingkan dengan cakupan bulan lalu. Desa dalam
kategori ini adalah Desa B, yang perlu mendapatkan perhatian karena
cakupan bulan ini hanya 6 %. Jika cakupan terus menurun,, maka desa
tersebut tidak akan mencapai target tahunan yang ditentukan.
c. Status Cukup
Adalah desa dengan cakupan dibawah target yang ditetapkan untuk
bulan April 2007, dan mempunyai kecenderungan cakupan bulanan yang
meningkat jika dibandingkan dengan cakupan bulan lalu. Desa dalam
kategori ini adalah Desa E, yang perlu didorong agar cakupan bulanan
selanjutnya tidak lebih kecil daripada cakupan bulanan minimal. Jika
keadaan tersebut dapat terlaksana, maka desa ini kemungkinan besar
akan mencapai target tahunan yang ditentukan.
d. Status Jelek
Adalah desa dengan cakupan dibawah target yang ditetapkan untuk
bulan April 2007, dan mempunyai kecenderungan cakupan bulanan yang
menurun jika dibandingkan dengan cakupan bulan lalu. Desa dalam
kategori ini adalah Desa D, yang perlu diprioritaskan untuk pembinaan
agar cakupan bulanan selanjutnya tidak lebih kedapat ditingkatkan di atas
cakupan bulanan minimal agar dapat mengejar kekurangan target sampai
bulan April 2007, sehingga dapat pula mencapai target tahunan yang
ditentukan.
7. KOHORT IBU
a. Pengertian.
Register kohort ibu merupakan sumber data pelayanan ibu hamil dan
bersalin, serta keadaan/resiko yang dipunyai ibu yang di organisir
sedemikian rupa yang pengkoleksiaannya melibatkan kader dan dukun
bayi diwilayahnya setiap bulan yang mana informasi pada saat ini lebih
difokuskan pada kesehatan ibu dan bayi baru lahir tanpa adanya duplikasi
informasi.
b. Tujuan.
62
Untuk mengidentifikasi masalah kesehatan ibu yang terdeteksi di
rumah tangga yang teridentinfikasi dari data bidan.
63
kehamilannya periksa di wilayah kita karena untuk melahirkan
dan penduduk setempat bisa mendapatkan K1, K4 dan sekaligus
Akses apabila ibu tersebut dapat menunjukan pemeriksaan
dengan jelas
e) Akses :Kontak pertama kali dengan tenaga kesehatan tidak
memandang usia kehamilan dengan rambu-rambuΟ.
35) Penolong Persalinan, diisi tanggal penolong persalinan tenaga
kesehatan.
36) Diisi tanggal bila yang menolong bukan tenaga kesehatan.
37) Hasil akhir Kehamilan : Abortus diisi tanggal kejadian abortus.
38) Diisi lahir mati.
39) Diisi BB atau BBL <>
40) Diisi BB atau BBL > 2500 gram.
41) Keadaan ibu bersalin, diberi tanda v bila sehat.
42) Dijelaskan sakitnya.
43) Diisi sebab kematiannya.
44) Diisi sebab kematiannya.
45) Diisi v ( rumput ).
46) Diisi apabila pindah, atau yang perlu diterangkan.
8. KOHORT BAYI
a. Pengertian.
Kohort bayi merupakan sumber data pelayanan kesehatan bayi,
termasuk neonatal.
b. Tujuan.
Untuk mengidentifikasi masalah kesehatan bayi yang terdeteksi di
rumah tangga yang teridentinfikasi dari data bidan.
64
38) Diisi bila bayi pindah atau ada kolom yang perlu keterangan.
9. KOHORT BALITA
a. Pengertian
Kohort balita merupakan sumber data pelayanan kesehatan Balita.
b. Tujuan
Untuk mengidentifikasi masalah kesehatan bayi yang terdeteksi
dirumah tangga yang teridentifikasi dari data bidan
65
bertitik tolak dari sikap dan perilaku namun batasannya tidak jelas, akan
tetapi mudah dirasakan, dihayati dan diamalkan namun sulit untuk
dirumuskan. Peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan adalah keadaan
dimana individu, keluarga maupun masyarakat umum ikut serta bertanggung
jawab terhadap kesehatan diri, keluarga, ataupun kesehatan masyarakat
lingkungannya ( Dep Kes RI, 1997, hal 5 )
2. TUJUAN
Tujuan program peran serta masyarakat adalah meningkatkan peran dan
kemandirian, dan kerjasama dengan lembaga-lembaga non pemerintah yang
memiliki visi sesuai ;
a. Meningkatkan kuantitas dan kualitas jejaring kelembagaan dan organisasi
non pemerintah dan masyarakat.
b. Memperkuat peran aktif masyarakat dalam setiap tahap dan proses
pembangunan melalui peningkatan jaringan kemitraan dengan
masyarakat.(syakira-blog.blogspot.com.)
Tujuan PSM terbagi 2 :
a. Tujuan umum
Meningkatkan kemandirian masyarakat dan keluarga dalam bidang
kesehatan sehingga masyarakat dapat memberikan andil dalam
meningkatkan derajat kesehatannya.
b. Tujuan khusus
1) Meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam bidang kesehatan.
2) Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam pemeliharaan dan
peningkatan derajat kesehatannya sendiri.
3) Meningkatkan pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan oleh
masyarakat.
4) Terwujudnya pelembagaan upaya kesehatan masyarakat di tingkat
lapangan.
3. SASARAN
a. Tokoh masyarakat (tokoh formal, tokoh adat, tokoh agama dan
sebagainya)
b. Keluarga dan dasa wisma (persepuluhan keluarga)
c. Kelompok masyarakat dengan kebutuhan khusus kesehatan (generasi
muda, wanita, angkatan kerja dan lain-lain)
d. Organisasi masyarakat yang secara langsung maupun tidak langsung
dapat menyelenggarakan upaya kesehatan, antara lain : organisasi
66
profesi, pengobatan tradisional, lembaga swadaya masyarakat (LSM),
dan sebagainya
e. Masyarakat umum di desa, di kota dan di pemukiman khusus
(tarnsmigran dan sebagainya).
67
e) Sistim pengambilan keputusan dari atas kebawah
f) Adanya berbagai macam kesenjangan sosial
g) Kemiskinan
5. BENTUK PSM
a. Polindes
1) Definisi
Pondok bersalin desa (POLINDES) adalah salah satu bentuk
peran serta masyarakat dalam menyediakan tempat pertolongan
persalinan dan pelayanan kesehatan ibu dan anak termasuk KB di
desa (Depkes RI,1999) polindes dirintis dan dikelola oleh pamong
desa setempat.
2) Tujuan Polindes
a) Umum : memperluas jangkauan peningkatan mutu dan
mendekatkan pelayanan KIA/KB oleh Bidan.
b) Khusus :
(1) Sebagai tempat pemeriksaankehamilan.
(2) Sebagai tempat pertolonganpersalinan.
(3) Sebagai tempat pelayanan kesehatan lain.
(4) Sebagai tempat untuk konsultasi / pendidikan kesehatan.
3) Fungsi Polindes
a) Ada tenaga bidan yang bekerja penuh sebagai pengelola
polindes.
b) Tersedianya sarana untuk melaksanakan tugas dan fungsi bidan :
(1) Bidankit
(2) IUD kit
(3) Sarana imunisasi dasar dan imunisasi ibu hamil
(4) Timbangan berat badan ibu dan pengukur tinggi badan
(5) Infus set dan cairan dextrose 5%, nacl 0,9%
(6) Obat-obatan sederhana dan uterotonika
(7) Buku-buku pedoman kia,kb, dan pedoman kesehatan
lainnya
68
(8) Inkubator sederhana
(9) Infuse set
4) Kegiatan di Polindes
a) Memeriksa kehamilan, termasuk memberikan imunisasi TT pada
ibu hamil dan mendeteksi dini resiko tinggi
kehamilan.Menolong persalinan normal dan persalinan dengan
resiko sedang.
b) Memberikan pelayanan kesehatan ibu nifas dan ibu menyusui.
c) Memberikan pelayanan kesehatan neonatal,bayi,anak balita dan
anak prasekolah serta imunisasi dasar pada bayi.
d) Memberikan pelayanan KB.
e) Mendeteksi dan memberikan pertolongan pertama pada
kehamilan dan persalinan yang berisiko tinggi baik ibu maupun
bayinya.
f) Menampung rujukan dari dukun bayi dan dari kader.
g) Merujuk kelainan kefasilitas kesehatan yang lebih mampu.
h) Melatih dan membina dukun bayi maupun kader.
i) Memberikan penyuluhan kesehatan tentang gizi ibu hamil dan
anak serta peningkatan penggunaan ASI dan KB.
j) Mencatat serta melaporkan kegiatan yang dilaksanakan kepada
puskesmas setempat.
69
pengobatan sederhana. Kegiatan ini dapat dipandang sebagai
perluasan kuratif sederhana.
2) Tujuan
a) Umum : Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk
menolong sendiri dibidang kesehatan melalui penyediaan obat
obatan dan pengobatan sendiri sebagai pertolongan pertama
secara aman dan tepat.
b) Khusus :
(1) Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang obat dan
upaya pengobatan sederhana terhadap penyakit ringan
didaerah setempat, terutama di daerah yang jauh dari pusat
kesehatan.
(2) Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk menolong
dirinya sendiri di bidang kesehatan, melalui penyediaan
obat dan pengobatan sendiri sebagai pertolongan peratama
secara aman dan tepat.
(3) Tersedianya obat yang bermutu dengan harga terjangkau
bagi masyarakat.
2) Tujuan
a) Umum : Meningkatkan derajat jesehatan melalui supaya
pemeliharaan kesehatan perorang, keluarga dan masyarakat
70
yang bersifat paripurna dan terjamin, kesinambungan dan
mutunya.
b) Khusus :
(1) Terselenggaranya pelayanan kesehatan yang paripurna,
berhasil guna dan berdaya guna bagi individu, keluarga dan
masyarakat.
(2) Tersedianya pembiayaan pra upaya yang dihimpun atas azas
gotong royong.
(3) Pengelolaan dana dan penyelenggaraan pemeliharaan
kesehatan dikelola oleh organisasi atau badan hokum yang
ditunjuk oleh masyarakat.
(4) Jenis
4) Kebijakan operasional
a) Tumbuhkan dulu kesadaran bahwa kesehatan itu perlu biaya
yang berkesinambungan.
b) Dimulai dari kelompok kecil
c) Lahir dari aktifitas setempat
d) Paket pelayanan yang disesuaikan
e) Pengembangan yang bertahap
d. Tabulin
1) Pengertian
Tabungan ini sifatnya insidensial, keberadaannya terutama pada
saat mulainya kehamilan dan dapat berakhir pada saat seorang ibu
sudah melahirkan. Tabungan ini akan sangat membantu terutama
bagi ibu hamil dan keluarganya pada saat menghadapi persalinan
terutama masalah kendala biaya sudah dapat teratasi.
Secara psikologis ibu akan merasa tenang menghadapi saat
persalinan dan karena pengelolaan. Tabulin ini biasanya oleh tokoh
masyarakat atau petugas kesehatan, maka akan menjamin akses ibu
kepada petugas kesehatan. Perlindungan pembiayaan kesehatan
71
sendiri seharusnya dimiliki setiap orang pada setiap fase
kehidupannya.
2) Tujuan
a) Menurunkan angka kematian ibu dan bayi di Indonesia.
b) Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat terutama ibu hamil.
c) Memotivasi masyarakat terutama ibu hamil, menyisihkan
sebagian dananya untuk ditabung sebagai persiapan persalinan.
72
Posyandu. Bila Posyandu di suatu tempat ada empat, maka
tabungannya ada empat di desa tersebut. Kita juga harus menentukan
jumlah tabungan ibu hamil setiap minggunya dan memberi
penjelasan kepada ibu hamil betapa pentingnya manfaat Tabulin
sehingga ibu hamil mempunyai kesadaran untuk membayar Tabulin.
Banyak sekali hal yang sebenarnya kelihatan kecil atau sepele,
seperti menyiapkan tabungan, kemudian menyiapkan tetangga yang
bisa mengantar pada saat terjadinya persalinan secara tiba-tiba. Hal
ini bisa menginspirasi banyak masyarakat agar di masa mendatang
Tabulin dapat tersosialiasai dengan baik di masyarakat.
e. Dasolin
1) Pengertian
Dasolin adalah untuk masyarakat yang pasangan usia subur, juga
ibu yang mempunyai balita dianjurkan menabung yang kegunaan
untuk membantu ibu tersebut saat hamil lagi. Sedangkan Tabulin
hanya untuk ibu hamil saja. Tapi kalau misalkan Tabulinnya sedikit,
bisa dibantu dengan Dasolin tersebut.
Dasolin merupakan suatu upaya pemeliharaan kesehatan diri,
oleh, dan untuk masyarakat yang diselenggarakan berdasarkan azas
usaha bersama dan kekeluargaan dengan pembiayaan secara pra
upaya dan bertujuan untuk meningkatkan taraf kesehatan masyarakat
terutama ibu hamil.
Ciri khas Dasolin adalah dana yang berasal dari masyarakat
dalam bentuk uang atau modal dan benda yang dikelola oleh
masyarakat untuk kepentingan dan kesehatan masyarakat terutama
ibu hamil.
2) Tujuan Dasolin :
a) Menurunkan angka kematian ibu dan bayi
b) Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat terutama ibu hamil.
c) Memotivasi masyarakat, untuk menyisihkan sebagian dananya
untuk ditabung, yang kegunaannya untuk membantu ibu tersebut
saat hamil lagi.
d) Terselenggaranya pemeliharaan kesehatan yang bermutu,
berhasil guna dan berdaya guna.
73
e) Tersedianya dana yang dihimpun secara pra upaya atu azas
gotong royong.
f) Terwujudnya pengelolaan yang efisien dan efektif oleh lembaga
organisasi masyarakat yang melindungi kepentingan peserta.
3) Ciri penyelenggaraan :
a) Secara gotong royong
Penyelenggaraan Dasolin dilaksanakan usaha bersama, azas
kekeluargaan diantara peserta.
b) Secara musyawarah mufakat
Setiap putusan penyelenggaraan Dasolin didasarkan atas
musyawarah anggotanya.
c) Secara manajemen terbuka
Karena Dasolin adalah upaya masyarakat secara gotong
royong, maka manajemen dilakukan adalah secara terbuka.
d) Dasolin dalam kegiatan ekonomi
Penyelenggaraan Dasolin akan lestari bila dikaitkan dengan
upaya ekonomi misalnya keterkaitan usaha koperasi.
Penyelenggaraan Dasolin dapat dilakukan untuk pemeliharaan
kesehatan ibu dan anak. Pemeliharaan kesehatan melalui dana
sehat dapat dilakukan kepada ibu hamil.
Konstribusi dana dapat berasal dari keluarga atau ibu rumah
tangga. sebagai peserta Dasolin disini ibu dan keluarga. Sebagai
pelaksana pelayanan adalah tenaga kesehatan terutama bidan,
dokter dan perawat.
f. Dana Sehat
Dana Sehat sudah lama dikembangkan di Indonesia jauh sebelum
program JPKM dicanangkan. Sejak pendekatan PKMD (Pembangunan
74
Kesehatan Masyarakat Desa) digunakan pada tahun 1974, Dana Sehat
telah mulai marak, meskipun masih dalam bentuk yang sederhana.
Bersamaan dengan keberhasilan pembangunan ekonomi Indonesia,
“demand” masyarakat terhadap kesehatan masyarakat makin meningkat.
Sejalan dengan itu terjadi perkembangan yang menarik, yakni meluasnya
keinginan membentuk Dana Sehat dan membesarnya liputan wilayah
Dana Sehat. Bila dulu Dana Sehat hanya terbatas pada desa, kini sudah
mulai merambah ketingkat kecamatan bahkan kabupaten. Institusi
penyelenggara Dana Sehat juga mulai beragam, ada pola PKMD, pola
UKS, pola Koperasi, pola UKK, pola Pondok Pesantren, pola PKK, pola
LSM, kelompok agama, pola perusahaan swasta, dan lain-lain.
1) Jenis intervensi Pada Tiap Kategori Dana Sehat
a) Dana Sehat pratama I, II, III, jenis intervensi yang bisa
dilakukan adalah meningkatkan frekuensi dan intensitas KIE
(Komunikasi, Informasi dan Edukasi) dari petugas pembina
kepada para pengurus Dana Sehat.
b) Dana Sehat madya, jenis intervensinya adalah pelatihan
manajemen operasional Dana Sehat. Pelatihan ini berkaitan
dengan pengelolaan Dana Sehat secara keseluruhan, termasuk
manajemen keuangannya.
c) Dana Sehat purnama, jenis intervensinya adalah pelatihan
JPKM, sebagai persiapan Dana Sehat tersebut untuk bergabung
atau meningkatkan statusnya menjadi JPKM.
g. Poskestren
1) Pengertian
Poskestren adalah Pesantren yang memiliki kesiapan dan
kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-
masalah kesehatan, secara mandiri sesuai dengan kemampuannya.
2) Tujuan
a) Tujuan Umum
Terwujudnya pesantren yang sehat, serta peduli dan tanggap
terhadap permasalahan kesehatan diwilayah pesantrennya.
b) Tujuan Khusus
(1) Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran santri dan guru
tentang pentingnya kesehatan.
75
(2) Meningkatnya santri dan guru yang melaksanakan perilaku
hidup bersih dan sehat.
(3) Meningkatnya kesehatan lingkungan di pesantren.
(4) Meningkatnya kemampuan dan kemauan santri untuk
menolong diri sendiri dibidang kesehatan
76
d. Peran serta masyarakat adalah rangkaian kegiatan masyarakat yang
dilakukan berdasarkan gotong royong dan swadaya masyarakat dalam
rangka menolong mereka sendiri, mengenal, memecahkan masalah, dan
kebutuhan yang dirasakan masyarakat, baik dalam bidang kesehatan
maupun dalam bidang yang berkaitan dengan kesehatan agar mampu
memelihara kehidupannya yang sehat dalam rangka meningkatkanmutu
hidup dan kesejahteraan masyarakat
2. TUJUAN
Tujuan pembinaan peran serta masyarakat yang dilakukan
oleh bidan adalah terwujudnya upaya yang dilakukan oleh masyarakat secara
lerorgerasi untuk meningkatkan kesehatan ibu, anak, keluarga berencana
menuju keluarga sehat dan sejahtera.
Untuk mencapai tujuan tersebut berbagai upaya dilakukan oleh bidan,
seperti :
a. Peningkatan peran pemimpin di masyarakat untuk mendorong dan
mengarahkan masyarakat dalam setiap upaya kesehatan ibu, anak dan
keluarga berencana.
b. Peningkatan dan kesadaran serta kemauan masyarakat dalam
pemeliharaan, perbaikan dan peningkatan keluarga terutama kesehatan
ibu, anak dan keluarga berencana.
c. Dorongan masyarakat untuk mengenali potensi tersedia yang dapat
dimanfaatkan untuk mendukung kesehatan masyarakat( Melani N, 2009).
Selain itu juga, tujuan peran serta masyarakat adalah tujuan program
peran serta masyarakat yang meningkatkan peran dan kemandirian dan kerja
sama dengan lembaga-lembaga non pemerintah yang memiliki visi sesuai,
yaitu meningkatkan kuantitas dan kualitas kelembagaan dan organisasi non
pemerintah dan masyarakat, memperkuat peran aktif masyarakat dalam setiap
tahap dalam proses pembangunan melalui peningkatan jaringan kemitraan
dengan masyarakat ( Laluna A, 2008 )
77
melalui dialog, seminar, lokakarya dalam rangka KIM, dengan
memnfaatkan media masa dan sistem informasi kesehatan.
2) Persiapan petugas penyelenggara melalui pelatihan, orientasi atau
sarasehan kepemimpinan di bidang kesehatan
3) Persiapan masyarakat melalui rangkaian kegiatan untuk
meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengenal dan
memecahkan masalah kesehatan, dengan menggali dan
menggerakkan sumber daya yang dimilikinya.
78
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pemeliharaan kesehatan adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada
bayi dan anak Balita dengan penekanan pada upaya peningkatan kesehatan
(promotif) dan preventif serta pengobatan sebagai pertolongan pertama dan upaya
pemulihan kesehatan ke sarana kesehatan. Yang terdiri dari
1. Perawatan Kesehatan Bayi dan Anak Balita
2. Pemantauan Tumbuh Kembang Bayi dan Balita
3. Deteksi Dini Tumbuh Kembang
4. Imunisasi
Tanda-tanda komplikasi kehamilan dini atau kemailan muda itu menjadi suatu
acuan bagi ibu untuk selalu waspada dan siaga dan selalu memlihara janin yang
ada di dalam kandungannya. Di mana di pembahasan ini telah diuraikan diatas
masalah tanda-tanda komplikasi ibu dan janin masa kehamilan muda sehingga
dapat membantu tenaga kesehatan maupun masyarakat dalam mendeteksi
kehamilan yang beresiko di lingkungannya.
Komunikasi Informasi dan Edukasi dalam pelayanan kebidanan mempunyai
tujuan antara lain mendorong dan meningkatkan pengetahuan,sikap dan praktek
KB pada masyarakat sehingga tercapai penambahan peserta baru, dan kelestarian
peserta KB.
Adapun jenis-jenis kegiatan dalam KIE antara lain KIE massa, KIE kelompok
KIE perorangan. Prinsip yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan KIE dalam
memperlakukan klier dengan sopan, baik dan ramah; memahami, menghargai dan
menerima keadaan ibu; memberikan penjelasan dengan bahasa yang sederhana
79
dan mudah dipahami; menggunakan alat peraga yang menarik dan mengambil
contoh dari kehidupan sehari-hari dan menyesuikan isi penyuluhan dengan
keadaan dan risiko yang dimiliki ibu.
Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS KIA) adalah
alat manajemen untuk melakukan pemantauan program KIA disuatu wilayah kerja
secara terus menerus, agar dapat dilakukan tindak lanjut yang cepat dan tepat.
Program KIA yang dimaksud meliputi pelayanan ibu hamil, ibu bersalin, ibu
nifas, ibu dengan komplikasi kebidanan, keluarga berencana, bayi baru lahir, bayi
baru lahir dengan komplikasi, bayi, dan balita.
Indikator pemantauan program KIA yang dipakai untuk PWS-KIA meliputi
indikator yang dapat menggambarkan keadaan kegiatan pokok dalam program
KIA.Ditetapkan 6 indikator PWS-KIA yaitu;
1. Akses pelayanan antenatal ( cakupan K1 )
2. Cakupan ibu hamil ( Cakupan K4 )
3. Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan
4. Deteksi ibu hamil beresiko oleh masyarakat
5. Deteksi ibu hamil beresiko oleh tenaga kesehatan
6. Cakupan pelayanan neonatal oleh tenaga kesehatan.
B. SARAN
Dengan membaca makalah ini diharapkan kepada petugas pelayanan
kesehatan agar dapat memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di
komunitas sesuai dengan kebutuhan masyarakat agar dapat terpenuhi dengan baik
DAFTAR PUSTAKA
80
Hadi-Martono . Kegiatan Seksual Pada Lanjut Usia. Naskah simposium sek rotary
Club Purwokerto, 1996.
Ilmu kesehatan masyarakat oleh syarifudin, SKM, M. Kes; theresia EVK, SST,
SKM; Dra. Jomima, M.Kes 8.4 Pembinaan Peran Serta Masyarakat
Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 369/ MENKES/ SK/ III/
2007 Tentang Profesi Bidan.
Maryam, R siti. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatanya. 2008. Jakatra: Salemba
medika
Saifuddin, Abdul Bari. dkk. 2006. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
forbetterhealth.wordpress.com/14/02/2018
http://nofiakarunia.blogspot.com/p/pendekatan-edukatif-dalam-peran-serta.html
http://zahratulayini.wordpress.com/2012/12/21/peranan-bidan-desa-untuk-
mewujudkan-desa-siaga/
wiwiksunaryatipujilestari.wordpress.com/14/02/2018
81