Oleh:
NIM : 1401036
Dosen Pembimbing :
Prodi S1 Keperawatan
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keberadaan penyakit kusta atau lepra sangat ditakuti dimana penyakit ini
disebabkan bakteri Microbakterium leprae. Morbus hansen atau yang sering disebut
penyakit kusta/lepra adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh kuma
Mycrobacterium leprae yang menyerang saraf tepi (primer), kulit, dan jaringan
tubuh lainnya, kecuali susunan saraf pusat. Sedangkan menurut Djuanda Adhi,
kusta merupakan penyakit infeksi yang kronik, dan penyebabnya ialah
Mycobacterium leprae yang bersifat intraseluler obligat. Saraf perifer sebagai
afiitas pertama, lalu kulit dan mukosa traktus respiratorius bagian atas, kemudian
dapat ke organ lain kecualli susunan saraf pusat.
Penyebab penyakit kusta adalah Mycobacterium leprae (sering disebut hansen),
ditemukan oleh GH. A. Hansen (Norwegia) tahun 1987. Mycobacterium leprae
bersifat tahan asam, bentuk batang, ukuran panjang 1-2 mikron, lebar 0.2-0.5
mikron. Dimana, terdapat tiga tanda cardinal pada penyakit kusta/lepra yang
meliputi; lesi kulit yang anestesi, penebalan saraf perifer (sensorik, motorik,
autonom) dan ditemukan Mycobacterium leprae.
Berdasarkan laporan Kemenkes RI, jumlah penderita kusta terbanyak terdapat di
Provinsi Jawa Timur baik pada tahu 2011-2013 dengan penurunan 1.152 kasus,
sedangkan provinsi yang mengalami kenaikan dalam kurun waktu 2011-2013
terdapat di Provinsi Banten sebanyak 202 kasus. Berdasarkan jenis kelami pria
memiliki tingkat terkena kusta dua kali lebih tinggi dari wanita. Provinsi dengan
proporsi kusta terbanyak berjenis kelami laki-laki yaitu Jawa Timur (23,25%), Jawa
Barat (13,50%), dan Jawa Tengah (10,82%).
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan kusta?
2. Apakah penyebab dari kusta?
3. Bagaimanakah patofisiologi dari kusta?
4. Apa sajakah tanda gejala dari kusta?
5. Bagaimanakah penatalaksanaan medis dari kusta?
6. Bagaimanakah asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien dengan kusta?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami definisi kusta
2. Untuk mengetahui dan memahami penyebab dari kusta
3. Untuk mengetahui dan memahami patofisiologi dari kusta
4. Untuk mengetahui dan memahami tanda gejala dari kusta
5. Untuk mengetahui dan memahami penatalaksanaan medis dari kusta
6. Untuk mengetahui dan memahami asuhan keperawatan yang diberikan pada
pasien dengan kusta
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kusta
Berikut beberapa pengertian dari para ahli;
1. Morbus hansen (lepra, kusta) adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan
oleh kuma Mycrobacterium leprae yang menyerang saraf tepi (primer), kulit,
dan jaringan tubuh lainnya, kecuali susunan saraf pusat.
2. Kusta merupakan penyakit infeksi yang kronik, dan penyebabnya ialah
Mycobacterium leprae yang bersifat intraseluler obligat. Saraf perifer sebagai
afiitas pertama, lalu kulit dan mukosa traktus respiratorius bagian atas,
kemudian dapat ke organ lain kecualli susunan saraf pusat. (Djuanda Adhi,
2010)
3. Kusta atau Lepra (sering disebut penyakit Hansen) adalah infeksi kronis
disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae, terutama ditandai oleh adanya
kerusakan saraf perifer (saraf diluar otak dan medulla spinalis), bila tidak
ditangani akan berakibat rusaknya kulit, selaput lendir hidung, buah zakar
(testis) dan mata. (Akhsin Zulkoni, 2010)
Menurut WHO, kusta dibagi menjadi sebagai berikut;
1. Tipe Paucibasiler (PB), lepra tipe ini ditemukan pada seseorang dengan sistem
imun seluler yang baik, mengandung sedikit basil yang termasuk TT, BT, I,
dengan BTA (-).
2. Tipe Multibasiler (MB), lepra pada tipe ini ditemukan pada seseorang dengan
sistem imun seluler yang rendah, mengandung banyak basil yang termasuk BB,
BL, LL, dengan BTA (+).
B. Penyebab Kusta
Penyebab penyakit kusta adalah Mycobacterium leprae (sering disebut hansen),
ditemukan oleh GH. A. Hansen (Norwegia) tahun 1987. Mycobacterium leprae
bersifat tahan asam, bentuk batang, ukuran panjang 1-2 mikron, lebar 0.2-0.5
mikron. Hidup dalam jaringan yang bersuhu dingin dan tidak dapat ditumbuhkan
dalam media muatan. Mycobacterium merupakan parasit obligat intraselular,
terutama pada makrofag disekitar pembuluh darah superfisial yang terletak pada
dermis atau sel schwan di jaringan saraf.
Faktor resiko tinggi seseorang terkena kusta adalah sebagai berikut;
a. Mereka yang tinggal di daerah endemik edengan kondisi yang buruk seperti
tempat tidur yang tidak memadai, air yang tidak bersih, asupan gizi buruk, dan
adanya penyertaan penyakit lain seperti HIV yang dapat menekan sistem imun.
b. Jenis kelamin, pria memiliki tingkar terkena kusta dua kali lebih tinggi dari
wanita.
c. Umur, Kusta diketahui terjadi pada semua umur mulai bayi sampai umur tua (3
minggu sampai lebih dari 70 tahun), namun yang terbanyak adalah pada umur
muda dan produktif. Berdasarkan penelitian di RSK Sitanala Tangerang oleh
Tarusaraya dkk (1996), dinyatakan bahwa dari 1153 responden diperoleh hasil
bahwa kecacatan lebih banyak terjadi pada usia prosuktif 19-55 tahun (76,1%).
d. Penyakit kusta kebanyakan terdapat di daerah tropis dan subtropis yang panas
dan lembap, kemungkinan karena perkembangbiakan bakteri sesuai dengan
iklim tersebut.
e. Faktor kebersihan individu sangat berpengaruh terhadap penyakit ini.
C. Patofisiologi Kusta
Masuknya Mycobacterium leprae sering melalui kulit yang lecet dan mukosa nasal.
Mycobacterium leprae masuk lewat kulit tergantung pada faktor imunitas seseorang.
Bakteri masuk ke dalam tubuh, selanjutnya tubuh bereaksi mengeluarkan makrofag
(berasal dari sel monosit, darah, sel mononuklear, histiosit). Apabila sistem imun
seluler (SIS) memberikan perlindungan terhadap penderita lepra dalam mengontrol
infeksi dalam tubuh, lesi akan menghilang secara spontan atau menimbulkan lepra
dengan tipe Paucibasiler (PB). Apabila SIS rendah, maka makrofag tidak dapat
menghancurkan basil sehingga infeksi menyebar tidak terkendali dan menimbulkan
lepra dengan tipe Multibasiler (MB). Sel Schwan pada jaringan saraf merupakan sel
target untuk pertumbuhan Mycobacterium leprae, berfungsi sebagai eliminator dan
sedikit fungsinya sebagai fagositosis. Gangguan imunitas tubuh dalam sel Schwan,
mengakibatkan bakteri bermigrasi dan beraktivasi, akibatnya regenerasi sel saraf
berkurang dan terjadi kerusakan saraf yang progresif.
D. Tanda Gejala Kusta
Ada tiga tanda cardinal pada penyakit kusta/lepra yang meliputi;
1. Lesi kulit yang anestesi
2. Penebalan saraf perifer (sensorik, motorik, autonom)
3. Ditemukan Mycobacterium leprae
Diganosis klinis dari penyakit kusta menurut WHO sebagai berikut;
1. Tipe Paucibasiler (PB)
a. Lesi kulit (makula datar, papula yang meninggi, nodus)
Terdapat 1-5 lesi, hipopigmentasi/eritema, distribusi tidak simetris,
hilangnya sensasi yang jelas.
b. Kerusakan saraf (menyebabkan hilangnya sensasi/ kelemahan otot yang
dipersarafi oleh saraf yang terkena), hanya satu cabang saraf.
2. Tipe Multibasiler (MB)
a. Lesi kulit (makula datar, papula yang meninggi, nodus)
Terdapat lebih dari 5 lesi, distribusi lebih simetris, hilangnya sensari yang
kurang jelas.
b. Kerusakan saraf (menyebabkan hilangnya sensasi/ kelemahan otot yang
dipersarafi oleh saraf yang terkena), banyak cabang saraf tepi yang terkena
kelainan.
Obat diminum didepan petugas, anak dibawah 5 tahun dan ibu hamil tidak
diberikan ROM. Pengobatan sekali saja dan langsung dinyatakan RFT (Released
From Treatment = berhenti minum obat kusta). Dalam program ROM yang tidak
dipergunakan, penderita satu lesi diobati denga regimen selama 6 bulan.
2. Penderita Paucibaciler (PB) lesi 2-5
Dapson Rifampisin
Pengobatan MDT untuk kusta tipe PB dilakukan dalam 6 dosis minimal yang
diselesaikan dalam 6-9 bulan dan setelah selesai minum 6 dosis maka
dinyatakan RFT meskipun secara klinis lesiya masih aktif. Menurut WHO tidak
ada lagi dinyatakan RFT tetapi menggunakan istilah Completion of Treatment
Cure dan pasien tidak ladi dalam pengawasan.
3. Penderita Multibasiler (MB)
Dapson Rifampisin Klofazimin
2. Diagnosa Keperawatan
a. Kerusakan integritas kulit b.d adanya lesi pada kulit
b. Nyeri akut b.d proses inflamasi
c. Gangguan citra tubuh b.d perubahan persepsi diri terhadap lesi kulit
d. Hambatan mobilitas fisik b.d kontraktur otot dan kaku sendi
3. Intervensi Keperawatan
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Morbus hansen (lepra, kusta) adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan
oleh kuma Mycrobacterium leprae yang menyerang saraf tepi (primer), kulit,
dan jaringan tubuh lainnya, kecuali susunan saraf pusat.
2. Menurut WHO, kusta dibagi 2 yaitu Tipe Paucibasiler (PB) dan Tipe
.Multibasiler (MB).
3. Ada tiga tanda cardinal pada penyakit kusta/lepra yang meliputi sebagai berikut;
lesi kulit yang anestesi, penebalan sarag perifer (sensorik, motorik, autonom) da
ditemukan Mycobacterium leprae.
4. Tujuan penatalaksanaan pada penyakit kusta bertujuan untuk menyembuhkan
pasien kusta (lepra) dan mencegah timbulya cacat serta memutuskan mata rantai
penularan dari pasien kusta terutama tipe yang menular kepada orang lain untuk
menurunkan insiden penyakit.
5. Regimen pengobatan kusta di Indonesia disesuaikan dengan rekomendasi WHO
(1995), yaitu program Multi Drug Therapy (MDT) dengan kombinasi obat
medikamentosa utama yang terdiri dari Rifampisin, Klofzimin (Lamprene) dan
DDS.
6. Pemeriksaan penunjang yang digunakan untuk membantu menegakkan diagnosa
pada penyakit kusta sebagai berikut; pemeriksaan bakterioskopik, pemeriksaan
histopatologi, pemeriksaan serologis.
4. Diagnosa keperawatan yang ditegakkan pada pasien dengan penyakit kusta
sebagai berikut; kerusakan integritas kulit b.d adanya lesi pada kulit, nyeri akut
b.d proses inflamasi, gangguan citra tubuh b.d perubahan persepsi diri terhadap
lesi kulit, hambatan mobilitas fisik b.d kontraktur otot dan kaku sendi.
B. Saran
Makalah ini masih terdapat kekurangan, untuk itu kritik dan saran sangat membantu
bagi kami.
DAFTAR PUSTAKA
Rahariyani, Dwi Lutfia. 2007. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Ganggauan
Sistem Integumen. Jakarta: ECG.
Hurarif, Amin Huda. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & Nanda Nic Noc. Yogyakarta: Percertakan Mediaction Publising.
Zulkoni, Akhsin. 2010. Parasitologi. Yogyakarta: Nuha Medika.
10 pertanyaan
1. Jelaskan dan sebutkan tipe dari kusta dengan tanda gejalanya?
2. Mengapa dalam pengkajian perlu dikaji aktifitas sehari-hari?
3. Sebutkan dan jelaskan tanda cardinal dari kusta?
4. Jelaskan cara penularan penyakit kusta dan bagaimana cara mengatasinya?
5. Sebutkan diganosa keperawatan yang dapat ditegakknya pada penyakit kusta?
6. Sebut dan jelaskan faktor resiko seseorang dapat terkena penyakit kusta?
7. Sebutkan intervesi keperawatan apa saja yang perlu dilakukan pada diagnosa
kerusakan integritas kulit berubungan dengan adanya lesi pada kulit?
8. Sebut dan jelaskan pemeriksaan penunjang yang digunakan untuk membantu
menegakan diagnosa kusta?
9. Apa yang perlu dilakukan perawat dalam mengatasi nyeri akut pada penyakit
kusta?
10. Jelaskan tujuan dan pengobatan penyakit kusta?