Anda di halaman 1dari 7

TUGAS 6

MATA KULIAH : KOMPUTASI PROSES


Kelas 02

Nama : Nursyifa Kamilia


NIM : 13011068

Program Studi Teknik Kimia ITB

Tahun 2012
Soal:
Sebuah reaktor pipa (reaktor tubular) digunakan untuk melangsungkan reaksi homogen.
Reaktor tersebut memiliki dimensi: panjang (L) = 2 m; dan jarijari-jari
jari (R) = 0.1 m. Reaktan masuk
masu
ke dalam reaktor dengan konsentrasi (c (c0) = 0.03 kmol/m3 pada temperatur (T0) (T = 700K.
Diketahui data-data lain sbb. :
Panas reaksi (-H) = 104 kJ/kmol; kapasitas panas (C(Cp)) = 1 kJ/(kg.K); energi aktivasi (Ea)
(E = 100
kJ/kmol; densitas = 1.2 kg/m3;; kece
kecepatan supervisial (u0)) = 3 m/detik; konstanta laju reaksi (k0)
(k
= 5 detik-1.

Persamaan neraca
aca massa dan energi

Dengan nilai
Tugas 6

Mata kuliah : TK2105 Proses Komputasi kelas 02

I. Pendeskripsian singkat masalah


Neraca massa pada reaktor dapat dinyatakan sebagai perubahan konsentrasi terhadap jarak
(dy/dz), sedangkan neraca energi dapat dinyatakan sebagai perubahan temperatur terhadap
jarak di dalam reaktor(dt/dz). Dt/dz pun dipengaruhi oleh konsentrasi, sehingga temperatur
menjadi bergantung kepada nilai y yang terdapat pada jarak z. Untuk hal ini diminta
membuat grafik y terhadap z serta grafik t terhadap z dengan mengasumsikan kondisi
adiabatik ( U=0 ). Setelah itu diminta mencari peningkatan suhu yang terjadi pada reaktor.

Pada suatu temperatur yang terlalu tinggi, reaktor dapat menjadi rusak sehingga diperlukan
suatu aliran pedingin untuk menurunkan temperatur. Terdapat minimal dan maksimal dari
laju pendinginan sehingga diperlukan perhitungan yang tepat. Pada persoalan ini diberikan
laju pendinginan sebesar 0.07 kJ/(m2.s.K) dan kita diminta untuk menentukan apakah pada
keadaan tersebut, reaktor dapat berjalan dengan baik. Dengan kata lain, reaktor beroperasi
pada temperatur yang tidak terlalu tinggi. Selanjutnya diminta plot dari laju pendinginan
yang baik.

II. Strategi penyelesaian


Untuk mencari grafik y vs z dan t vs z
• Integralkan fungsi dari persamaan diferensial neraca massa (dy/dz) dengan nilai z
awal adalah 0 dan z akhir adalah 1. (Gunakan ode45 atau ode23)
• Plotkan variabel y terhadap z
• Integralkan fungsi dari persamaan diferensial neraca energi (dt/dz) dimana nilai y
yang terdapat pada persamaan ini didapat dari integrasi sebelumnya. Selain itu,
pada persamaan dt/dz ini, nilai entalpi (H) tidak berpengaruh karena U bernilai 0
(pada keadaan adiabatik). Sebenarnya fungsi dt/dz pada persoalan kali ini didapat
dari persamaan t(y) yang diturunkan terhadap z.
• Plotkan variabel t terhadap z

Mencari peningkatan suhu

• Dari integrasi persamaan diferensial neraca energi (dt/dz), didapat t akhir dimana z
=1. Itu merupakan perbandingan temperatur pada z=1 dan temperatur awal.
• Didapat temperatur keluaran reaktor dengan mengalikan t dengan temperatur awal
(T0).
• Didapat peningkatan suhu yang merupakan selisih temperatur awal dan temperatur
keluaran reaktor

Mencari grafik laju pendinginan, diperlukan data mengenai nilai z ketika temperatur
maksimum, atau biasa disebut daerah hotspot
Mencari daerah hotspot pada saat laju pendinginan 0.07 kJ/m2.s.K

• Tulis persamaan diferensial neraca massa (dy/dz) dan neraca energi (dt/dz) dengan
memasukkan variabel entalpi (H).
• Integralkan kedua persamaan dengan nilai z antara 0 dan 1. Didapat data dari
pengintegralan.
• Cari nilai z saat temperatur maksimum (gunakan fungsi max).
• Didapat temperatur maksimum

Mencari laju pendinginan yang baik

• Mencari laju pendinginan U dengan rumus U=m.Cp.dT


• Masukkan U ke dalam Hw, kemudian masukkan Hw ke dalam persamaan diferensial
yang digunakan
• Integrasikan persamaan dan plot kan nilai u dengan nilai T yang dihasilkan.

III. Hasil penyelesaian


Grafik yang dihasilkan dari integrasi persamaan diferensial adalah sebagai berikut

Dengan temperatur keluaran reaktor sebesar 941.1821 K dan temperatur awal sebesar 700
K. Sehingga selisih = 941.1821-700 = 241.1821 K

Pada laju pendinginan 0.07 kJ/m2.s.K, temperatur maksimal yang berada pada suatu titik
tertentu dalam reaktor dan memungkinkan untuk merusak reaktor adalah sebesar 888.3461
K pada saat z = 0.7353.
IV. Diskusi dan Kesimpulan
Grafik y vs z menyatakan hubungan antara perbandingan konsentrasi terhadap jarak dalam
reaktor. Semakin lama, y semakin kecil yang menandakan konsentrasi pereaksi semakin
sedikit. Grafik t terhadap z menyatakan hubungan antara perbandingan temperatur
terhadap jarak dalam reaktor. Semakin lama, suhu semakin besar karena hasil reaksi yang
menghasilkan panas sehingga meningkatkan temperatur.
Suatu bahan reaktor mempunyai ketahanan tertentu. Ketika suhu yang terdapat dalam
reaktor terlalu tinggi, reaktor akan rusak. Oleh karena itu dibutuhkan aliran pendinginan
sehingga suhu tidak terlalu tinggi. Namun aliran pendinginan juga perlu diatur sehingga laju
pendinginan tidak mengakibatkan reaktor terlalu dingin. Jika reaktor terlalu dingin, reaksi
mungkin saja terjadi sangat lama.
Pada persoalan ini, temperatur maksimum yang berada pada reaktor adalah sebesar
888.3461 K. Pada suhu seperti itu, laju pendinginan yang optimum adalah sebesar 2.4
kJ/m2.s.K. Namun ketika digunakan 0.07 kJ/m2.s.K, laju pendinginan masih dapat mencegah
reaktor beroperasi pada suhu tinggi.

V. List program yang digunakan

function reaktor_pendinginan

global L R C0 T0 H Cp Ea p u k D b g volum tetaw

L = 2; %dalam meter
R = 0.1 ; %dalam meter
C0=0.03; %dalam kmol/m3
T0=700; %dalam kelvin

H = 10^4 ; %dalam kJ/kmol


Cp = 1 ; %dalam kJ/(kg.K)
Ea= 100 ; %dalam kJ/kmol
p= 1.2; %dalam kg/m3
u= 3 ; %dalam m/s
k = 5; %dalam 1/s
Rg = 8.314;

D= L*k/u;
b=C0*H/(p*Cp*T0);
g= Ea/(Rg*T0);
volum = pi*R*R*L;
tetaw = 1;
%membuat plot antara y vs z dan teta vs z
[x,y] = ode45(@dong,[0 1],[1 1]);
subplot(221); plot(x,y(:,1));
xlabel('z');
ylabel('y');
title ('Grafik fungsi y terhadap z');
subplot(222); plot(x,y(:,2));
xlabel ('z');
ylabel ('teta');
title ('grafik teta terhadap z');

%untuk mencari suhu di ujung pipa, cari suhu ketika z=1


Takhir = y(length(y),2)*T0

dT = Takhir - T0 %dT adalah peningkatan suhu yang terjadi pada


reaktor

[z,y] = ode45(@maksi,[0 1],[1 1]);


[z y(:,2)]
[tetamax, I] = max(y(:,2));%cari nilai z saat temperatur maksimum,
yaitu pada saat y(2) atau teta maksimum
zmax = z(I)%nilai z pada teta maks
Tmaks = tetamax*T0 % nilai temperatur maksimum

% mencari profil temperatur yang baik


[z,teta] = ode45(@tetaa,[0 1],1);
uv = p*L*Cp*(1-(1/teta));
T = teta*T0;
subplot(212);plot(uv,T);
xlabel('uv(laju pendinginan')
ylabel ('T (temperatur)')
title('Grafik laju pendingin (uv) vs T');

end

function dy = dong (teta,y)


global g D b
dy=zeros(2,1);

dy(1) = -D*y(1)*exp(g*b*(1-y(1))/(1+(b*(1-y(1)))));
dy(2) = b*D*y(1)*exp(g*(1-1/y(2)));

end
function dy = maksi (x,y)
global p Cp R L u Da beta g Hw tetaw
dy = zeros(2,1);
U = 0.07/L;
Hw = (2*U/R) * (L/(p*Cp*u));

%y = y(1);teta = y(2);

dy(1)= -Da*y(1)*exp(g*(1-(1/y(2))));
dy(2) = (beta*Da*y(1)*exp(g*(1-(1/y(2))))-Hw*(y(2)-tetaw));

end
function fplot = tetaa(X,Y)
teta = Y;

global p volume Cp T0 R L u Da b g Hw tetaw

U = p*volume*Cp*(teta-1)*T0;
Hw = (2*U/R) * (L/(p*Cp*u));

y = -(teta-1-b)/b;
fplot = -(b*Da*y*exp(g*(1-(1/teta)))-Hw*(teta-tetaw));
end

Anda mungkin juga menyukai