Anda di halaman 1dari 15

BAB II

TINJAUN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Seksio Cesaria

1. Pengertian

Seksioa casaria adalah suatu pembedahan guna melahirkan janin

lewat insisi pada dinding abdomen dan uterus persalinan buatan, sehingga

janin dilahirkan melalui perut dan dinding perut serta dinsing rahim agar

bayi lahir dengan keadaan utuh dan sehat (Harnawatiaj,2008)

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi lamanya perawatan pada pasien dengan

Seksio Caesaria

a. Perawatan pasca operasi

Pada pasca operasi dilakukan berbagai pemeriksaan seperti tingkat

kesadaran, tanda-tanda vital, jumlah urin, jumlah darah dalam tubuh,

serta jumlah dan bentuk cairan lochea.

b. Ruang perawatan

Persalinan yang dilakukan dengan operasi membutuhkan rawat inap

yang lebih lama di rumah sakit. Biasanya membutuhkan waktu sekitar 3-

5 hari setelah operasi. Jika pada hari ke-5 tidak ada komplikasi ibu

diizinkan untuk pulang.

5
6

B. Konsep Dasar Laktasi

1. Anatomi Fisiologi Payudara

a. Pengertian

Payudara adalah kelenjar yang terletak di bawah kulit, di atas otot

dada, sebagai pelengkap organ reproduksi wanita yang fungsinya

memproduksi dan mengeluarkan air susu untuk nutrisi bayi.

b. Anatomi payudara

Secara vertikal payudara terletak di antara kosta II dan IV, sedangkan

secara horizontal payudara mulai dari fungsi sternum sampai linea

aksilaris medialis. Ada tiga bagian payudara utama yaitu : a). Korpus

(badan), yaitu bagian yang membesar. b). Areola yaitu bagian yang

kehitaman di tengah. c). Papilla atau puting, yaitu bagian yang

menonjol di puncak.

Gambar 2.1 Anatomi Payudara

(Sumber: abnassclassb.blogspot.com)

2. Perubahan Payudara pada Masa Kehamilan sampai Melahirkan

a. Perubahan pada trimester pertama kehamilan (minggu ke-1 hingga

akhir minggu ke-12)


7

Perubahan hormon membuat aliran darah meningkat dan mengubah

jaringan pada payudara. Hasilnya payudara akan terasa nyeri, geli,

bengkak, dan sensitif jika disentuh. Rasa tersebut sama seperti kondisi

payudara sebelum menstruasi (sindrom pra menstruasi) yang terjadi

pada beberapa wanita. Kondisi tersebut biasanya mulai terasa sekitar

empat hingga 6 minggu usia kehamilan dan bertahan selama trimester

pertama kehamilan.

Payudara pun akan mulai terlihat membesar. Pada umumnya, ukuran

payudara membesar satu hingga dua cup, terutama jika ini adalah

kehamilan pertama. Garis-garis stretch mark dan rasa gatal pada

payudara akan muncul seiring melebarnya kulit. Kondisi tersebut biasa

terjadi sekitar 6 hingga 8 minggu usia kehamilan.

b. Perubahan pada trimester kedua kehamilan (minggu ke-13 hingga ke-

26)

Pada masa ini, payudara akan bertambah besar dan berat. Perubahan

tersebut membuat pembuluh darah yang berada di bawah kulit menjadi

lebih jelas terlihat. Warna puting dan area di sekitar puting berubah

menjadi lebih gelap dan melebar juga akan terdapat benjolan-benjolan

kecil di sekitar puting. Sekitar minggu ke-14 hingga 26 kehamilan

keluar cairan berwarna kekuning-kuningan keluar dari puting yang

sering disebut kolostrum.


8

c. Perubahan pada trimester ketiga kehamilan (minggu ke-27 hingga akhir

kehamilan)

Dinding dada mungkin akan melebar karena pertumbuhan janin.

Sementara di minggu-minggu terakhir kehamilan, puting

dan payudara terus membesar seiring meningkatnya produksi ASI.

Perubahan payudara ibu hamil bervariasi tergantung individu masing-

masing.

d. Setelah Melahirkan

Segera setelah melahirkan, mamae akan melunak, lembut, dan

memperlihatkan perubahan dalam pigmentasi, adanya striae,

karakteristik kehamilan. Sekresi prolaktin dari kelenjar pituitari anterior

akan meningkatkan produksi ASI dengan cara menstimulasi sel-sel

alveolar mammae. Oksitosin yang diproduksi oleh kelenjar pituitari

posterior ketika bayi menghisap ASI, meningkatkan refleks keluaran

ASI dan aliran ASI yang dihasilkan. Pada saat ini mammae

mengahasilkan kolostrum berwarna krem dan kaya antibodi ibu. Pada

hari ke-2 hingga ke-4 mammae mulai mengahasilkan susu. Mammae

cenderung penuh dan keras sehubungan dengan produksi ASI dan

kongesti vena, hal ini di sebut dengan pembekakkan.

3. Laktasi (Pengeluaran Air Susu)

a. Fisiologi Pengeluaran ASI

Laktasi adalah produksi dan pengeluaran ASI, di mana calon ibu

harus sudah siap baik secara psikologis dan fisik. Produksi ASI
9

disesuaikan dengan kebutuhan bayi. Volume ASI : 500-800 ml/hari

(3000 ml/hr). Laktasi dipengaruhi oleh hormon prolaktin untuk sekresi

ASI dan hormon oksitosin untuk eksresi ASI.

Dalam pembentukan ASI ada dua refleks yang membantu dalam

pembentukan dan pengeluaran air susu yaitu refleks prolaktin dan

refleks let down :

1) Produksi Air Susu (Refleks Prolaktin)

Fisiologi laktasi, prolaktin merupakan suatu hormon yang

disekresi oleh kelenjar hipofise depan yang penting untuk

memproduksi air susu ibu (ASI). Kadar hormon ini meningkat

selama kehamilan, pada kehamilan minggu ke 16 mulai terjadi

sekresi cairan bening dalam saluran kelenjar payudara, yang disebut

kolostrum yang kaya protein. Setelah persalinan kadar estrogen dan

progesteron menurun sedangkan prolaktin tetap tinggi sehingga tidak

ada lagi hambatan terhadap prolaktin oleh estrogen, ditambah lagi

dengan adanya isapan bayi yang merangsang putting susu dan kalang

payudara, akan merangsang ujung-ujung saraf sensori yang

berfungsi sebagai reseftor mekanik. Rangsangan ini akan dilanjutkan

ke hipotalamus yang akan menekan pengeluaran faktor-faktor

penghambat sekresi prolaktin dan sebaliknya. Faktor-faktor yang

memicu sekresi prolaktin akan merangsang adenofise sehingga

keluar prolaktin. Hormon ini merangsang sel-sel alveoli yang

berfungsi untuk membuat air susu.


10

Penurunan kadar estrogen memungkinkan naiknya kadar

prolaktin dan produksi ASI pun dimulai. Produksi prolaktin yang

berkesinambungan disebabkan oleh bayi menyusu pada payudara

ibu.

2) Pengeluaran ASI/Reflek Aliran (Let Down Refleks/Pelepasan ASI)

Proses pelepasan ASI atau sering disebut sebagi refleks

“letdown” dibawah kendali neuroendokrin, dimana bayi yang

menghisap payudara ibu akan merangsang produksi oksitosin yang

menyebabkan kontraksi sel-sel mioepitel. Kontraksi dari sel-sel ini

akan memeras air susu yang telah terbuat keluar dari alveoli dan

masuk ke sistem duktus untuk selanjutnya mengalir melalui duktus

laktiferus masuk ke mulut bayi sehingga ASI tersedia bagi bayi.

Perangsangan putting susu oleh bayi tidak hanya diteruskan

sampai ke kelenjar hypopisis depan, tetapi juga ke kelenjar hypopisis

bagian belakang yang mengeluarkan hormon oxytosin. Hormon ini

berfungsi memacu kontraksi otot polos yang ada di dinding alveolus

dan dinding saluran di payudara, sehingga ASI dipompa keluar.

Semakin sering menyusui, pengosongan ASI di alveolus dan

salurannya semakin baik, sehingga kemungkianan terjadi bendungan

sangat kecil dan menyusui akan semakin lancar. Oksitosin juga

memacu kontraksi otot rahim sehingga pengembalian rahim makin

cepat kembali ke bentuk semula. Pada hari-hari pertama dan

salurannya semakin baik, sehingga kemungkinan terjadi bendungan


11

sangat kecil dan menyusui akan semakin lancar. Oksitosin juga

memacu kontraksi otot rahim sehingga pengembalian rahim makin

cepat kembali ke bentuk semula. Pada hari-hari pertama menyusui

kadang-kadang dirasakan mules pada perut ibu ini disebabkan oleh

reaksi dari oxytosin.

Terdapat faktor-faktor yang memicu peningkatan refleks

“letdown / pelepasan ASI” ini yaitu pada saat ibu :

a) Melihat bayi

b) Mendengarkan suara bayi

c) Mencium bayi

d) Memikirkan untuk menyusui bayi

Sementara itu, faktor-faktor yang menghambat refleks “letdown

/ pelepasan ASI” yaitu stres seperti : Keadaan bingung /psikis kacau,

Takut, Cemas, Lelah, Malu, Merasa tidak pasti/merasakan nyeri

b. Upaya Meningkatkan ASI pada masa Sesudah Melahirkan

Perawat dapat memberikan anjuran-anjuran kepada ibu pada masa

sesudah melahirkan agar :

1) Ibu langsung menyusui bayinya 1 jam pertama segera setelah lahir

(inisiasi menyusu dini)

2) Berpikir dengan penuh kasih sayang terhadap bayinya

3) Memberikan kolostrum sesering mungkin

4) Mendengarkan suara/tangisan dan kehadiran bayi, memliki rasa

percaya diri
12

5) Tidak memberikan cairan lain selain ASI dan tidak memberikan dot

6) Melaksanakn tehnik menyusi yang benar dan memelihara kebersihan

payudara

7) Mencegah bendungan pada payudara/mencegah payudara bengkak

8) Memperhatikan asupan makanan dengan menu seimbang

9) Beristirahat dengan cukup menghindari stres dan menghindari

merokok serta minuman beralkohol

10) Memakai BH yang bersih setiap kali habis mandi.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi ASI

a. Asupan makanan

Makanan yang dikonsumsi ibu memengaruhi produksi ASI. Bila

makanan yang disantap mengandung gizi seimbang dan teratur,

diharapkan kelenjar pembuat ASI dapat bekerja optimal. Maka penuhi

kebutuhan kalori, protein, lemak, dan vitamin serta mineral yang cukup.

Kemudian, ada bebeberapa makanan yang sebaiknya dihindari kala ibu

menyusui di antaranya makanan yang banyak mengandung gula dan

lemak. Makanan yang merangsang seperti cabe, jahe, merica, kopi dan

makanan yang membuat kembung seperti kol, sawi, daun bawang.

b. Kondisi psikis

Keadaan emosi sangat memengaruhi refleks pengaliran susu. Pasalnya,

refleks ini mengontrol perintah yang dikirim oleh hipotalamus pada

kelenjar bawah otak. Bila ibu sedang dalam kondisi stres, cemas,

khawatir, tegang, dan sebagainya, air susu tidak akan turun dari alveoli
13

menuju puting. Umumnya kejadian ini berlangsung pada hari-hari

pertama menyusui dimana refleks pengaliran susu belum sepenuhnya

berfungsi. Refleks pengaliran susu dapat berfungsi baik bila ibu merasa

rileks dan tenang, tidak tegang ataupun cemas.

c. Perawatan payudara

Sebaiknya perawatan payudara dilakukan saat ibu masih dalam masa

kehamilan. Karena, perawatan yang benar akan memperlancar produksi

ASI, merangsang payudara akan mempengaruhi hypopise untuk

mengeluarkan hormon progesteron, estrogen dan oksitosin lebih banyak

lagi. Hormon oksitosin akan menimbulkan kontraksi pada sel-sel lain

sekitar alveoli (lubang-lubang kecil di paru-paru) sehingga air susu

mengalir turun ke arah puting.

d. Frekuensi bayi menyusu

Semakin ibu sering menyusui bayi, maka produksi ASI juga semakin

banyak. Pastikan frekuensi bayi menyusu secara langsung maupun

memerah/memompa ASI. Bila ibu jarang menyusui atau berlangsung

sebentar maka hisapan anak berkurang. Efeknya, pengeluaran ASI

berkurang.

e. Bayi kurang bisa menghisap ASI

Beberapa faktor yang memengaruhi proses menghisap ini antara lain

perlekatan yang kurang sempurna dan struktur mulut dan rahang yang

kurang baik. Hisapan bayi yang efektif akan mengoptimalkan


14

rangsangan ke otak yang akan memerintahkan untuk memproduksi

hormon prolaktin dan oksitosin.

f. Pengaruh obat-obatan

Obat-obatan yang dikonsumsi mengandung hormon memengaruhi

hormon prolaktin dan oksitosin yang berfungsi dalam pembentukan dan

pengeluaran ASI. Apabila hormon-hormon ini terganggu, otomatis

memengaruhi pembentukan dan pengeluaran ASI.

g. Alat KB

Penggunaan alat kontrasepsi pada ibu yang menyusui dapat

memengaruhi jumlah produksi ASI. Karena itu, hendaknya diperhatikan

dengan baik pemakaian alat KB yang tepat.

C. Konsep Dasar Bendungan ASI (Engorgement)

1. Pengertian

Bendungan ASI adalah pembendungan air susu karena penyempitan

duktus laktiferi atau oleh kelenjar yang tidak dikosongkan dengan sempurna

atau karena kelainan pada putting susu.

Menurut huliana (2003) dalam Erna Setyaningrum (2013, payudara

bengkak terjadi karena hambatan aliran darah vena atau saluran gelenjar

getah bening akibat ASI terkumpul dalam payudara. Kejadian ini timbul

karena produksi yang berlebih, sementara kebutuhan bayi pada hari pertama

lahir masih sedikit.


15

2. Etiologi

Faktor predisposisi terjadinya bendungan ASI antara lain :

a. Hisapan bayi

Pada masa laktasi, bila Ibu tidak menyusukan bayinya sesering mungkin

atau jika bayi tidak aktif mengisap, maka akan menimbulkan bendungan

ASI.

b. Pengosongan payudara

Dalam masa laktasi, terjadi peningkatan produksi ASI pada Ibu yang

produksi ASI-nya berlebihan. Apabila bayi sudah kenyang dan selesai

menyusu, dam payudara tidak dikosongkan, maka masih terdapat sisa

ASI di dalam payudara. Sisa ASI tersebut jika tidak dikeluarkan dapat

menimbulkan bendungan ASI.

c. Cara menyusui

Teknik yang salah dalam menyusui dapat mengakibatkan puting

susu menjadi lecet dan menimbulkan rasa nyeri pada saat bayi menyusu.

Akibatnya Ibu tidak mau menyusui bayinya dan terjadi bendungan ASI.

d. Puting susu terbenam

Puting susu yang terbenam akan menyulitkan bayi dalam menyusu.

Karena bayi tidak dapat menghisap puting dan areola, bayi tidak mau

menyusu dan akibatnya terjadi bendungan ASI.

e. Puting susu terlalu panjang

Puting susu yang panjang menimbulkan kesulitan pada saat bayi

menyusu karena bayi tidak dapat menghisap areola dan merangsang sinus
16

laktiferus untuk mengeluarkan ASI. Akibatnya ASI tertahan dan

menimbulkan bendungan ASI.

f. Pengeluaran ASI

Bendungan juga dapat terjadi pada ibu yang ASI nya tidak keluar

sama sekali (agalaksia), ASI sedikit (oligolaksia) dan ASI terlalu banyak

(poligalaksia) tapi tidak dikeluarkan / disusukan.

3. Patofisiologi

Setelah bayi lagi dan plasenta keluar, kadar estrogen dan progesteron

turun dalam 2-3 hari. Dengan ini faktor hipotalamus yang menghalangi

keluarnya prituitary lactogenic hormone (prolaktin) waktu hamil dan sangat

dipengaruhi oleh strogen tidak dikeluarkan lagi, dan terjadi sekresi prolaktin

oleh hipofisis. Hormon ini menyebabkan alveolus-alveolus kelenjar

mammae terisi dengan susu, tetapi untuk mengeluarkannya dibutuhkan

refleks yang menyebabkan kontraksi sel-sel mio-epitelial yang mengelilingi

alveolus dan duktus kecil kelenjar-kelenjar tersebut. Refleks ini timbul jika

bayi menyusu. Pada permulaan nifas apabila bayi belum menyusu dengan

baik, atau kemudian apabila kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan

sempurna akan terjadi pembendungan air susu.

4. Gejala

a. Payudara menjadi keras dan panas pada perabaan

b. Suhu tubuh naik

c. Papilla mammae mendatar, kadang menyebabkan bayi sulit menyusu

d. Kadang pengeluaran ASI terhambat.


17

5. Penanganan pada Bendungan Payudara

a. Upaya pencegahan untuk bendungan ASI adalah :

1) Menyusui dini, susui bayi sesegera mungkin (setelah 30 menit) setelah

dilahirkan

2) Susui bayi tanpa jadwal atau ondemand

3) Keluarkan ASI dengan tangan atau pompa, bila produksi melebihi

kebutuhan bayi

4) Perawatan payudara pasca persalinan

b. Upaya Pengobatan Untuk Bendungan ASI Antara Lain :

1) Kompres hangat payudara agar menjadi lebih lembek

2) Keluarkan sedikit ASI sehingga puting lebih mudah ditanggap dan

dihisap oleh bayi

3) Sesudah bayi kenyang keluarkan sisa ASI

4) Untuk mengurangi rasa sakit pada payudara, berikan kompres dingin

5) Untuk mengurangi statis di vena dan pembuluh getah bening lakukan

pengurutan (masase) payudara yang dimulai dari putih ke arah korpus.

D. Konsep Dasar Tindakan Perawatan Payudara

1. Pengertian

Post natal breast care pada ibu nifas merupakan perawatan payudara

yang dilakukan pada ibu pasca melahirkan/nifas untuk melancarkan

sirkulasi darah dan mencegah tersumbatnya saluran payudara sehingga

memperlancar pengeluaran ASI. Pelaksanaan perawatan payudara


18

dimulai sedini mungkin, yaitu 1-2 hari setelah bayi dilahirkan dan

dilakukan 2 kali sehari. (Saleha, 2009).

Perawatan payudara adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara

sadar dan teratur untuk memeliharan kesehatan payudara waktu hamil

dengan tujuan untuk mempersiapkan laktasi pada waktu post partum

(Saryono, 2009).

2. Tujuan perawatan payudara adalah :

a. Memelihara kebersihan payudara, dan melenturkan serta menguatkan

puting susu, payudara yang terawat akan memproduksi ASI cukup

untuk kebutuhan bayi

b. Dengan perawatan payudara yang baik ibu tidak perlu khawatir

bentuk payudaranya akan cepat berubah sehingga kurang menarik.

c. Dengan perawatan payudara yang baik puting susu tidak akan lecet

sewaktu dihisap oleh bayi, dan dapat melancarkan aliran ASI

d. Mengatasi puting susu datar atau terbenam supaya dapat dikeluarkan

sehingga siap untuk disusukan kepada bayinya.

E. Konsep Dasar Proses Perawatan Payudara Terhadap Kelancaran

Pengeluaran ASI

Menurut Saryono dan Pramitasari (2008), pada saat hamil ukuran

payudara membesar karena bertambahnya saluran-saluran air susu, sebagai

persiapan laktasi. Perawatan payudara yang dilakukan dengan benar dan

teratur akan memudahkan bayi mengkonsumsi ASI dan membuat payudara

tetap terlihat indah dan kencang. Secara fisiologis perawatan payudara dengan
19

merangsang buah dada akan mempengaruhi hipofise untuk mengeluarkan

hormon progesteron dan estrogen lebih banyak lagi dan hormon oksitosin

dengan merangsang kelenjar-kelenjar air susu melalui pemijatan. (Ambarwati

dan Wulandari, 2006)

Menurut penelitian ibu nifas yang melakukan perawatan selama

menyusui berdampak baik selama menyusui yaitu tidak terjadi bendungan

ASI. Hal ini dikarenakna gerakan pada perawatan payudara akan melancarkan

refleks pengeluaran ASI, serta dapat mencegah dan mendeteksi dini

kemungkinan adanya bendungan ASI dapat berjalan lancar.

Menurut teori perawatan payudara merupakan upaya untuk merangsang

sekresi hormon oksitosin untuk menghasilkan ASI sedini mungkin dan

memegang peranan penting dalam menghadapi masalah menyusui. Tehnik

pemijatan dan rangsangan pada putting susu yang dilakukan pada perawatan

payudara merupakan latihan semacam efek hisapan bayi sebagai pemicu

pengeluaran ASI (Tamboyan 2011 dalam Hidayatun Nufus 2016)

Gerakan pada Perawatan payudara bermanfaat melancarkan refleks

pengeluaran ASI. Serta tak ada salahnya untuk membersihkan putting dengan

air hangat setiap mandi untuk menjaga kebersihannya dan hindari penggunaan

sabun yang bisa membuat bagian putting kering, karena jika kering

menyebabkan lapisan putting mengelupas dan muncul rasa sakit ketika

menyusui. Tak kalah penting dari perawatan payudara yaitu mencegah

terjadinya bendungan pada payudara (Pramita dan Saryono, 2008 dalam

Hidayatun Nufus 2016).

Anda mungkin juga menyukai