Anda di halaman 1dari 14

BAB III

METODOLOGI

A. Rancangan

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif,

yaitu menjelaskan suatu tindakan dalam mengatasi satu masalah

keperawatan secara terperinci. Adapun teknik yang digunakan adalah studi

kasus, dimana responden yang dipakai dalam penelitian ini adalah 1 orang

dengan kriteria tertentu.

Awalnya, peneliti mengkaji terlebih dahulu tentang teknik menyusui

dan keadaan puting terhadap ibu yang dijadikan responden. Selanjutnya,

peneliti melakukan intervensi dengan mengedukasi responden tentang cara

menyusui yang benar. Kemudian responden memperagakan teknik

menyusui. Peneliti melakukan observasi terhadap teknik yang diperagakan

oleh responden dan tanda-tanda terjadinya putting lecet.

B. Subjek

Adapun responden yang digunakan dalam penelitian ini harus

memenuhi kriteria sebagai berikut:

1. Ibu primipara yang melahirkan anak dengan kondisi hidup

2. Rentang usia ibu antara 20-30 tahun

3. Ibu belum atau kurang mengetahui teknik menyusui yang benar

4. Ibu tidak memiliki komplikasi pasca melahirkan

5. Ibu dapat berkomunikasi dengan baik

6. Tidak memiliki pembengkakan pada payudara


7. Tidak mengalami lecet pada putting susu

8. Bayi lahir hidup dan cukup bulan dengan usia kehamilan >25 minggu

9. Bayi lahir dengan persalinan normal, ekstraksi vacum, ataupun Sectio

Caesarea

10. Ibu nifas dengan partus hari ke-1

11. Responden kooperatif dan bersedia mengikuti instruksi yang diberikan

oleh peneliti

C. Fokus Studi

Fokus studi dalam studi kasus ini adalah mengetahui pencegahan putting

susu lecet dengan teknik menyusui yang benar

D. Lokasi dan Waktu Penelitian

Adapun penelitian ini dilaksanakan pada:

Hari / Tanggal :

Tempat :

E. SOP Tindakan Keperawatan

1. Pengertian

Menurut Walyani dan Purwoastuti (2015), teknik menyusui

adalah suatu cara pemberian ASI yang dilakukan oleh seorang ibu

kepada bayinya, demi mencukupi kebutuhan bayi tersebut

2. Tujuan

a. Meningkatkan kemampuan ibu tentang teknik menyusui yang

benar
b. Mencegah terjadinya putting lecet, payudara bengkak, mastitis,

dan bayi tidak suka menyusui

c. Merangsang pembentukan ASI secara tidak langsung membantu

memperceppat pengecilan uterus

3. Ruang Lingkup

a. Indikasi

Indikasi latihan teknik menyusui yang benar ditujukan

kepada seluruh ibu menyusui baik primipara maupun multipara

b. Kontraindikasi

1) Ibu terinfeksi HIV/AIDS

2) Ibu terinfeksi Hepatitis B

3) Ibu dengan infeksi pada putting susu (Mastitis)

4) Ibu dengan abses mamae

5) Ibu menyusui dengan menggunakan alat bantu seperti pompa

ASI

c. Hal-hal yang perlu diperhatikan

1) Ibu harus segera menyusui setelah lahir untuk merangsang

produksi ASI dan terpenuhinya kolostrum untuk bayi

2) Tidak memberikan susu formula dan tidak menggunakan

putting buatan atau dot untuk mencegah bingung putting

3) Gunakan payudara secara bergantian adar produksi ASI tetap

lancar
4) Sebaiknya berikan ASI eksklusif sampai 6 bulan dan berikan

ASI sampai usia 2 tahun

4. Peralatan

a. 1 buah bantal penyangga bila diperlukan

b. Kain gedongan bila diperlukan

5. Prosedur Tindakan

a. Identifikasi kebutuhan klien untuk dilatih cara menyusui yang

benar

1) Klien baru pertama kali menyusui

2) Klien mengatakan tidak mengetahui cara menyusui

b. Salam terapeutik, menjelaskan maksud dan tujuan

c. Mencuci tangan

d. Mengatur posisi klien sesuai dengan indikasi

e. Melatih klien menyusui sesuai dengan posisi

1) Posisi duduk

a) Posisikan ibu duduk santai dan tegak menggunakan kursi

yang rendah agar kaki ibu tidak tergantung

b) Punggung ibu bersandar pada sandaran kursi

c) Gunakan bantal atau selimut untuk menopang bayi. dan

bayi ditidurkan di atas pangkuan ibu

d) Bimbing ibu menggendong bayi pada satu pengan, kepala

bayi diletakkan pada lengkung siku ibu dan bokong bayi


diletakkan pada lengan. Kepala bayi tidak boleh

tertengadah atau bokong bayi ditahan dengan telapak

tangan ibu

e) Bimbing ibu meletakkan satu tangan di belakang badan

bayi dan yang satu di depan

f) Perut bayi menempel badan ibu, kepala bayi menghadap

payudara

g) Telingan dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus

2) Posisi berdiri

a) Bayi digendong dengan kain atau alat penggendong

b) Saat menyusui sebaiknya tetap di sangga dengan lengan ibu

agar bayi merasa tenang dan tidak terputus saat menyusu

c) Lekatkan bayi ke dada ibu dengan meletakkan tangan bayi

di belakang atau samping ibu agar tubuh tidak terganjal saat

menyusu

3) Posisi Rebahan

a) Ibu dapat duduk di atas tempat tidur dan punggung

bersandar pada sandaran tempat tidur atau dapat diganjal

dengan bantal

b) Kedua kaki ibu berada lurus di atas tempat tidur

c) Bayi diletakkan menghadap perut ibu / payudara

d) Ibu menyangga bayi secara merata dari kepala, bahu,

hingga pantatnya
e) Posisikan paha ibu turut membantu menyangga tubuh bayi,

namun kalau kurang dapat ditambah dengan bantal

4) Posisi The Cradle Hold

a) Bantu ibu memeluk bayi dan kepala bayi pada lekuk siku

tangan

b) Jika bayi menyusu pada payudara kanan, letakkan

kepalanya pada lekuk siku tangan kanan dan bokongnya

pada telapak tangan kanan

c) Arahkan badan bayi sedemikian rupa sehingga kuping bayi

berada pada satu garis lurus dengan tangan bayi yang ada di

atas (berbaring menyamping dengan muka, perut dan lutut

menempel pada dada dan perut ibu).

d) Tangan bayi yang lain (yang ada di bawah tubuhnya)

dibiarkan seolah-olah merangkul badan ibu sehingga

mempermudah mulut bayi mencapai payudara

e) Tangan kiri ibu memegang payudaranya jika diperlukan

5) Posisi Menggendong Menyilang (Transisi)

a) Pada posisi ini tidak menyangga kepala bayi dengan lekuk

siku melainkan dengan telapak tangan

b) Jika menyusui pada payudara kanan maka menggunakan

tangan kiri untuk memegang bayi

c) Ibu memeluk bayi sehingga kepala, dada dan perut bayi

menghadap ibu
d) Lalu arahkan mulutnya ke puting susu dengan ibu jari dan

tangan ibu dibelakang kepala dan bawah telinga bayi

e) Ibu menggunakan tangan sebelahnya untuk memegang

payudara jika diperlukan

6) Posisi Football (Mengepit)

a) Telapak tangan ibu menyangga kepala bayi sementara

tubuhnya diselipkan di bawah tangan ibu seperti memegang

bola atau tas tangan

b) Jika menyusu dengan payudara kanan, maka memegangnya

dengan tangan kanan, demikian pula sebaliknya

c) Bantu ibu mengarahkan mulut bayinya ke puting susu,

mula-mula dagunya (tindakan ini harus dilakukan dengan

hati-hati, jika ibu mendorong bayinya dengan keras ke arah

payudara, bayi akan menolak menggerakkan

kepalanya/melawan tangan ibu)

d) Lengan bawah dan tangan ibu menyangga bayi dan ia

menggunakan tangan sebelahnya untuk memegang

payudara jika diperlukan

7) Posisi Berbaring Miring

a) Posisi ini dilakukan sambil berbaring di tempat tidur

b) Bantu ibu untuk meletakkan bantal di bawah kepala dan

bahu, serta diantara lutut. Hal ini akan membuat punggung

dan panggul pada posisi yang lurus


c) Muka ibu dan bayi tidur berhadapan dan bantu

menempelkan mulutnya ke puting susu

d) Jika perlu letakkan bantal kecil atau lipatan selimut di

bawaah kepala bayi agar bayi tidak perlu menegangkan

lehernya untuk mencapai puting dan ibu tidak perlu

membungkukkan badan ke arah bayinya, sehingga tidak

cepat lelah

8) Posisi dengan kondisi khusus

a) Posisi menyusui pasca opeasi Sectio Caesarea, diantaranya

 Posisi berbaring miring

 Posisi football atau mengepit

b) Posisi menyusui dengan bayi kembar

 Kedua tangan ibu memeluk masing-masing satu kepala

bayi, seperti memegang bola

 Letakkan tepat di bawah payudara ibu

 Posisi kaki boleh membiarkan menjuntai keluar

 Untuk memudahkan, kedua bayi dapat diletakkan pada

satu bidang datar yang memiliki ketinggian kurang

lebih sepinggang ibu

 Dengan demikian, ibu cukup menopang kepala kedua

bayi kembarnya saja

 Cara lain adalah meletakkan bantal di atas pangkuan

ibu
f. Membimbing ibu memasukan putting ke mulut bayi dengn cara:

1) Bila dimulai dengan payudara kanan, letakkan kepala bayi pada

siku bagian dalam lengan kanan, badan bayi menghadap ke

badan ibu

2) Lengan kiri bayi diletakkan seputar pinggang ibu

3) Tangan kanan memegang pantat / paha kanan bayi

4) Sangga payudara kanan ibu dengan empat jari tangan kiri, ibu

jari berada di atasnya. Tetapi tidak menutupi bagian yang

berwarna hitam (areola mamae)

5) Sentuhlan mulut bayi dengan puting payudara ibu

6) Tunggu sampai bayi membuka mulutnya lebar

7) Masukkan puting payudara secepatnya ke dalam mulut bayi

sampai bagianyang berwarna hitam ikut masuk

g. Evaluasi

h. Salam terminasi

i. Cuci tangan

j. Dokumentasi

k. Membimbing Ibu melepaskan hisapan bayi dengan cara:

1) Bimbing ibu memasukkan jari kelingking yang bersih ke sudut

mulut bayi

2) Anjurkan ibu menekan dagu ke bawah

3) Dengan menutup lubang hidung bayi agar mulutnya membuka

4) Anjurkan ibu tidak menarik puting susu untuk melepaskan


l. Melatih ibu menyendawakan bayi setelah minum ASI dengan cara :

1) Sandarkan bayi di pundak ibu, tepuk punggungnya dengan

pelan sampai bayi bersendawa

2) Bayi ditelungkupkan di pangkuan ibu sambil digosok

punggungnya

F. Tahapan Studi Kasus

Langkah pertama yang dilakukan pada studi kasus ini adalah

menyusun gagasan atau ide terkait masalah yang akan diteliti. Hal ini

penting. Karena judul yang dipilih harus menggambarkan secara singkat

keseluruhan isi dari studi kasus yang akan dilakukan.

Tahap selanjutnya adalah mengumpulkan evidence based dan data

terkait gagasan yang telah dipilih oleh peneliti. Hal ini dilakukan untuk

mendukung dan menunjang masalah yang akan diteliti. Data yang didapat

harus berasal dari sumber yang jelas dan akurat. Sehingga, peneliti

memiliki acuan yang akurat guna pelaksanaan studi kasus.

Setelah gagasan dan data pendukung sudah cukup, peneliti

mengonsultasikan judul studi kasus kepada dosen pembimbing. Konsultasi

dilakukan untuk mencari kemungkinan-kemungkinan yang terjadi terkait

masalah yang diambil dalam studi kasus. Banyak hal yang harus

dipertimbangkan dalam studi kasus ini. Diantaranya adalah waktuyang

dibutuhkan dalam pengambilan data, kemungkinan pasien yang dapat

dijadikan responden dan kesesuaian tindakan yang dilakukan dengan di

Rumah Sakit.
Tahap ke empat yakni menyusun proposal studi kasus. Dalam

proposal dijelaskan tentang studi kasus yang akan dilakukan, mulai dari

alasan dilakukannya studi kasus, teori terkait serta gambaran proses

pengambilan data yang akan dilakukan.

Setelah selesai, proposal akan diajukan kepada Rumah Sakit tempat

dilakukannya penelitian. Selanjutnya, peneliti akan berkonsultasi kepada

pembimbing ruangan terkait pelaksanaan penelitian.

Tahap selanjutnya adalah pengambilan data. Adapun jumah

responden yang akan diteliti adalah 1 orang. Pengambilan data dilakukan

pada pagi hari, setelah bayi dimandikan selama 7 hari. Sebelumnya,

peneliti harus mencari responden sesuai dengan kriteria yang telah

dijelaskan. Setelah itu, responden diberikan bimbingan terlebih dahulu

terkait cara menyusui yang benar. Kemudian, responden akan

mempraktikkan cara menyusui yang benar. Peneliti melakukan penilaian

terhadap responden dengan menggunakan komponen indikator penilaian

sebagai berikut

1. Kriteria penilaian variabel independen

Dalam penilaian ini, peneliti mengidentifikasi tentang teknik menyusui

ibu dengan penggunakan indikator BREAST (Wiji, 2013). Jika

responden melakukannya dengan benar pada satu indikator penilaian,

maka diberikan nilai 1. Sedangkan jika responden tidak benar dalam

melakukannya, maka diberikan nilai 0. Hasil penilaian akan


diakumulasi dan dijadikan dalam bentuk persen (%). Penialainnya

adalah sebagai berikut:

NILAI
KOMPONEN INDIKATOR
Ya Tidak

Ibu santai dan nyaman

Badan bayi dekat


Body Position
Menghadap payudara
(Posisi Tubuh)
Kepala bayi menyentuh payudara

Dagu bayi menyentuh payudara


(belakang bayi ditopang)

Bayi menyentuh payudara ketika ia

lapar (Bayi mencari payudara)


Response
Bayi mencari payudara dengan lidah
(Respon)
Bayi tenang dan siap pada payudara

Tanda – tanda pancaran susu (keluar


setelah ada rasa sakit)
Pelukan yang mantap dan percaya

diri
Emotional
Perhatikan terhadap muka dari si ibu
Bonding
(kontak mata dengan bayi)

Banyak sentuhan dan belaian dari


ibu
Payudara lembek setelah menyusu

Anatomy Puting menonjol keluar, memanjang

(Anatomi) Kulit tampak sehat

Payudara tampak membulat sewaktu


menyusui
Mulut terbuka lebar

Bibir berputar keluar

Lidah berlekuk sekitar payudara

Pipi membulat
Suckling
Lebih banyak aerola di atas mulut
(Menghisap)
bayi

Menghisap pelan dan dalam,

diselingi istirahat

Dapat melihat atau mendengar


tegukannya
Time Bayi melepas payudara

(Lamanya

Menghisap)

TOTAL INDIKATOR YANG DICAPAI

Hasil total indikator di atas, kemudian dihitung dalam bentuk persen

dengan rumus sebagai berikut :

Jumlah indikator yang dicapai


Persentasi score = 𝑥 100
Jumlah total indikator penilaian
Mengingat total indikator yang dinilai adalah 24, maka rumus

penialaian yang digunakan adalah :

Jumlah score yang didapat


Persentasi score = 𝑥 100
24

2. Kriteria penilaian variable dependen

Sedangkan, untuk menghitung keberhasilan pada variable dependen

digunakan sistem penilaian dengan menggunakan lembar observasi.

Jika pada pengamatan ditemukan salah satu tanda putting lecet, maka

pada lembar observasi ditulis “Ya”. Namun, jika tidak terdapat tanda

lecet pada putting, maka ditulis “Tidak”. Tabel yang digunakan adalah

sebagai berikut:

Indikator puting susu lecet

Payudara Puting Puting Puting


Hari/Tanggal
atau puting pecah - berdarah memerah

nyeri pecah

Anda mungkin juga menyukai