Dosen Pengampu:
Fivy Kurniawati, Msc., Apt
KELOMPOK 4
Disusun Oleh:
PROFESI APOTEKER
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2018
KATA PENGANTAR
Harapan penulis kedepan, semoga kritik dan saran dari pembaca tetap
tersalurkan, dan semoga makalah ini dapat terkesan di hati semua orang
sehingga dapat menjadi panutan ilmu pengetahuan.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan dan tempat yang digunakan unuk menyelenggarakannya disebut sarana
kesehatan. Sarana kesehatan berfungsi untuk melakukan upaya kesehatan dasar
atau upaya kesehatan rujukan dan/atau upaya kesehatan penunjang. Selain itu,
sarana kesehatan dapat juga dipergunakan untuk kepentingan pendidikan dan
pelatihan serta penelitian, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di
bidang kesehatan. Dari uraian di atas, sarana kesehatan meliputi balai pengobatan,
pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas), Rumah Sakit Umum, Rumah Sakit
khusus, praktek dokter, praktek dokter gigi, praktek dokter spesialis, praktek
dokter gigi spesialis, praktek bidan, toko obat, apotek, Instalasi Farmasi Rumah
Sakit (IFRS), Pedagang Besar Farmasi (PBF), pabrik obat dan bahan obat,
laboratorium kesehatan, dan sarana kesehatan lainnya. Dalam penyelenggaraan
upaya kesehatan diperlukan perbekalan kesehatan yang meliputi sediaan farmasi,
alat kesehatan, dan perbekalan kesehatan lainnya, sedangkan sediaan farmasi
meliputi obat, bahan obat, obat tradisional, dan kosmetik.
Sistem Pengelolaan Obat merupakan suatu rangkaian kegiatan yang meliputi
aspek seleksi dan perumusan kebutuhan, pengadaan, penyimpanan,
pendistribusian dan penggunaan obat. Saat ini kenyataannya sebagian besar rumah
sakit di Indonesia belum melakukan kegiatan pelayanan farmasi seperti yang
diharapkan, mengingat beberapa kendala antara lain kemampuan tenaga farmasi,
terbatasnya pengetahuan manajemen rumah sakit akan fungsi farmasi rumah sakit,
kebijakan manajemen rumah sakit, terbatasnya pengetahuan pihak-pihak terkait
tentang pelayanan farmasi rumah sakit. Akibat kondisi ini maka pelayanan
farmasi rumah sakit masih bersifat konvensional yang hanya berorientasi pada
produk yaitu sebatas penyediaan dan pendistribusian.
Pengelolaan perbekalan farmasi atau sistem manajemen perbekalan farmasi
merupakansuatu siklus kegiatan yang dimulai dari perencanaan sampai evaluasi yang saling
terkait antarasatu dengan yang lain. Pengelolaan perbekalan farmasi harus dikelola secara efektif
karenamerupakan komponen terbesar dalam pengeluaran rumah sakit (±40-50%) dan dana
kebutuhanobat rumah sakit tidak selalu sesuai dengan kebutuhan. Pengelolaan perbekalan
farmasi yang efektif dan efisien akan mendukung mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit.
Keberhasilan pengelolaan perbekalan farmasi tergantung pada kondisi, ketaatan, kebijakan,
tugas pokok danfungsi.
Tugas pokok pengelolaan perbekalan farmasi :
1. Mengelola perbekalan farmasi yang efektif dan efisien
2. Menerapkan farmakoekonomi dalam pelayanan
3. Meningkatkan kompetensi/kemampuan tenaga farmasi
4. Mewujudkan sistem informasi manajemen berdayaguna dan tepatguna
5. Melaksanakan pengendalian mutu pelayanan
Fungsi pengelolaan perbekalan farmasi :
1. Memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayanan rumah sakit
2. Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal
3. Mengadakan perbekalan berpedoman pada perencanaan yang telah dibuat sesuai
ketentuanyang berlaku
4. Memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan
rumahsakit
5. Menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan yang berlaku
6. Menyimpan perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan kefarmasian
7. Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan di rumahsakit
8. Melakukan pencatatan dan pelaporan persediaan farmasi di rumahsakit
9. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap persediaan perbekalan farmasi di rumah sakit
Tahap-tahap pengelolaan farmasi meliputi: Pengadaan, Produksi, Dispensing,
Penerimaan, Penyimpanan, Pendistribusian, dan Pelayanan Perbekalan Farmasi.
BAB II
PEMBAHASAN
sediaan diserahkan oleh IFRS sampai dengan dihantarkan pada perawat, dokter,
IFRS bertanggung jawab pada penggunaan obat yang aman dan efektif di rumah
sakit secara keseluruhan. Tanggung jawab konsumsi dan distribusi obat ke unit
perawatan penderita. Oleh karena itu, system pendistribusian obat dari IFRS ke
terpenuhi persyaratan penyampaian obat yang baik, yaitu tepat penderita, tepat
obat, tepat jadwal, tanggal, waktu dan metode pemberian, tepat informasi pada
penderita dan tepat personel pemberi obat pada penderita. pendistribusian obat ini,
penyimpanan, dan sebagainya. oleh karena itu, harus ada suatu system distribusi
A. KEGIATAN DISTRIBUSI
Merupakan kegiatan mendistribusikan perbekalan farmasi di rumah sakit
untuk pelayanan individu dalam proses terapi bagi pasien rawat inap dan rawat
jalan serta untuk menunjang pelayanan medis. Sistem distribusi dirancang atas
dasar kemudahan untuk dijangkau oleh pasien dengan mempertimbangkan:
- Efisiensi dan efektifitas sumber daya yang ada
- Metode sentralisasi atau desentralisasi
- Sistem floor stock, resep individu, dispensing dosis unit atau kombinasi.
Pendistribusian meliputi :
1. Pendistribusian Perbekalan Farmasi untuk Pasien Rawat Inap
Merupakan kegiatan pendistribusian perbekalan farmasi untuk memenuhi
kebutuhan pasien rawat inap di rumah sakit, yang diselenggarakan secara
sentralisasi dan atau desentralisasi dengan sistem persediaan lengkap di
ruangan, sistem resep perorangan, sistem unit dosis dan sistem kombinasi
oleh Satelit Farmasi.
2. Pendistribusian Perbekalan Farmasi untuk Pasien Rawat Jalan
Merupakan kegiatan pendistribusian perbekalan farmasi untuk memenuhi
kebutuhan pasien rawat jalan di rumah sakit, yang diselenggarakan secara
sentralisasi dan atau desentralisasi dengan sistem resep perorangan oleh
Apotik Rumah Sakit.
3. Pendistribusian Perbekalan Farmasi di luar Jam Kerja
Merupakan kegiatan pendistribusian perbekalan farmasi untuk memenuhi
kebutuhan pasien di luar jam kerja yang diselenggarakan oleh: Apotik rumah
sakit/satelit farmasi yang dibuka 24 jam dan Ruang rawat yang menyediakan
perbekalan farmasi emergensi.
Dokter
Interpretasi
Resep
oleh perawat
Pengendalian
Persediaan di ruang Persediaan
oleh perawat
Penyiapan
Kereta obat
oleh perawat
Pengendalian
oleh apoteker
Pemberian
Penderita
oleh perawat
Dokter
Interpretasi Interpretasi
Resep
oleh apoteker oleh perawat
Penyiapan
Kereta Obat oleh perawat
Penderita Pemberian
oleh perawat
Kesimpulan
1. Kegiatan distribusi dibagi menjadi 2 yaitu kegiatan rutin dan khusus
2. Ada 2 bentuk sistem distribusi yaitu sistem sentralisasi dan desentralisasi.
3. Sistem distribusi obat untuk rawat inap dibagi menjadi 4 bagian yaitu
Sistem persediaan lengkap diruan grawat (Ward Total Floor Stock), sistem
resep individual (pesanan obat secara individual), kombinasi sistem resep
individual dengan Total Floor Stock, dan sistem dosis unit.
Saran
1. Dengan adanya sistem distribusi perbekalan farmasi di rumah sakit,
sebaiknya dilakukan sistem distribusi perbekalan farmasi yang sesuai
kebutuhan, kondisi, dan tujuan yang baik untuk rumah sakit dan pasien.
2. Sistem distribusi perbekalan farmasi yang baik akan memberikan hasil
yang positif bagi rumah sakit dan pelayanan yang optimal bagi pasien.
Semakin efektif proses distribusi perbekalan farmasi, semakin besar
kemungkinan untuk mendapatkan pelayanan yang tepat bagi pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI, Direktorat Bina Farmasi dan Alat Kesehatan, Pedoman Pengelolaan
Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit, Jakarta, 2010
Permenkes RI, Nomor 72 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Rumah Sakit.
Siregar, C.J.P, Amalia, L. 2003. Farmasi Rumah Sakit dan Penerapan. Jakarta :
EGC