Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH UNDANG-UNDANG & KESELAMATAN KERJA

PERTAMBANGAN

DAMPAK PERTAMBANGAN BATUBARA DI KABUPATEN BERAU


KALIMANTAN TIMUR TERHADAP KETERSEDIAAN AIR TANAH DAN
EROSI

OLEH:

DITA APRILIA ISTIQAMAH

2015/15137051

DOSEN PENGAMPU: Drs. Rijal Abdullah, M.T

S1 TEKNIK PERTAMBANGAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2017

1
LATAR BELAKANG

Indonesia dikenal memiliki hutan tropis yang cukup luas dengan keaneka-
ragaman hayati yang sangat tinggi dan bahkan tertinggi kedua di dunia setelah
Brazillia. Berdasarkan data yang dipublikasikan oleh Badan Planologi Kehutanan RI
tahun 2000 bahwa luas hutan Indonesia adalah 120,3 juta hektar atau 3,1% dari luas
hutan dunia (Suhendang, 2002). Kerusakan hutan di Indonesia tidak hanya terjadi
pada hutan alam tetapi juga telah terjadi pada hutan lindung. Padahal, hutan lindung
memiliki fungsi yang spesifik terutama berkaitan dengan ketersediaan air. Air
merupakan sumber kehidupan yang sangat penting terhadap keberlanjutan kehidupan
bagi semua mahluk hidup.

Batubara merupakan bahan tambang yang sangat diperlukan oleh suatu


industri untuk bahan bakar mesin yang digunakan untuk proses produksi maupun
sebagai bahan bakar untuk kereta. Bahan tambang ini diperoleh dengan melakukan
penggalian kedalam perut bumi karena letak bahan baku batubara yang berada pada
lapisan tanah dalam dimana proses yang terjadi selama ribuan tahun. Penambangan
batubara menimbulkan dampak yang sangat besar terhadap lingkungan sekitarnya.
Salah satunya pertambangan yang ada di kabupaten Berau, Kalimantan Timur yang
dikelola oleh PT Berau Coal. Hutan yang menjadi lokasi penambangan ditebang
untuk meperluas area penambangan agar memudahkan dalam eksploitasi dan
mobilitas di sekitar area tambang. Penebangan hutan ini menimbulkan dampak yang
sangat besar terhadap kehidupan ekosistem alam sekitar dan kehidupan masyarakat
yang tinggal dikawasan hilir sungai dekat penambangan batubara tersebut. Oleh
karena itu, perlu diketahui dampak kerusakan yang terjadi terhadap ekositem dan
ketersediaan air tanah yang menjadi sumber utama air bersih masyarakat di sekitar,
agar dapat mengetahui tindakan penanggulangan/perbaikan yang tepat dan cepat.

2
PEMBAHASAN

2.1 Gambaran Umum Lokasi Pertambangan

Wilayah Kabupaten Berau, terletak pada koordinat 1 ° 12’ 00” - 2 ° 36’ 00”
LU dan 116 ° 00’ 00” - 118° 57’ 00” BT. Letak Geografis Kabupaten Berau yang
dekat dengan garis katulistiwa menjadikan daerah ini memiliki iklim tropis dengan
curah hujan tinggi dan hari hujan merata sepanjang tahun. Intensitas penyinaran
matahari yang tinggi menjadikan suhu udara relatif tinggi sepanjang tahun dengan
kelembaban udara yang tinggi pula. Sebagai daerah dengan iklim tropis. Kabupaten
Berau memiliki dua musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Kedua
musim tersebut diselingi dengan masa peralihan dengan curah hujan masih relatif
banyak. Namun demikian kondisi alam Kabupaten Berau yang masih dikelilingi oleh
hutan tropis yang masih lebat menjadikan daerah ini berkarakter hutan hujan tropis
dengan curah hujan yang relatif merata sepanjang tahun. Hal ini didorong oleh
kelembaban udara yang tinggi dan daerah perairan yang masih luas. Curah hujan
cenderung tinggi sepanjang tahun, berkisar antara 91 - 246 mm perbulan (Subardja,
2007).

Formasi pembawa lapisan batubara pada daerah potensi batubara konsesi PT.
Berau Coal adalah Formasi Berau dan Formasi Lati. Formasi ini terdiri dari satuan
batupasir, mudstone ,batulanau, batulempung, batubara dan batugamping. Ketebalan
Formasi Berau atau Formasi Lati berkisar 600 meter hingga 1.600 meter, umur
Miosen Tengah hingga Miosen Atas dan diendapkan dalam lingkungan delta dan laut
dangkal. Formasi ini jari jemari dengan Formasi Sterile di bagian bawahnya dan tidak
selaras dengan Formasi Labanan di bagian atasnya (Subardja, 2007).

Metode penambangan yang dilakukan pada PT. Berau Coal menggunakan


pola penambangan box-cut contour mining. Pola penambangan box cut contour
mining dilakukan pada areal-areal yang memiliki kemiringan lapisan relatif landai
dan dengan luas areal timbunan di luar areal tambang yang relatif sangat terbatas.

3
Pemakaian pola penambangan ini salah satunya adalah bertujuan agar luas areal yang
terganggu oleh kegiatan penambangan tidak terlalu luas. Areal untuk penimbunan
tanah penutup diusahakan tidak terlalu jauh dari areal bukaan dan sedapat mungkin
dengan memanfaatkan kembali bekas areal bukaan (Subardja, 2007).

2.2 Dampak Kerusakan Lingkungan Akibat Pertambangan Batubara

Aktivitas pertambangan batubara yang dilakukan dikawasan Berau,


Kalimantan Timur tidak hanya mempunyai dampak langsung terhadap lingkungan
sekitar berupa pencemaran. Pengrusakan hutan dari kegiatan pertambangan tersebut
juga mempengaruhi siklus hidrologi dan kehidupan ekosistem didalam kawasan
tersebut. Selain itu, kegiatan tersebut juga memiliki dampak terhadap kehidupan
masyarakat yang tinggal dibagian hilir.

Hutan yang ditebang untuk kegiatan pertambangan batubara memiliki fungsi


dan pengaruh terhadap ketersediaan air tanah yang memiliki peran penting dalam
ketersediaan air bersih pada masyarakat. Hutan tersebut memiliki fungsi sebagai
penangkap tanah agar lapisan permukaan tanah yang dapat menyerap air tidak lari
atau berpindah.Tingginya kemampuan penyerapan air oleh permukaan tanah yang
berada di kawasan hutan, maka air hujan yang turun di sana tidak seluruhnya menjadi
air limpasan (run off). Sebagian besar meresap ke dalam tanah, hanya sedikit yang
menjadi air larian. Run off atau air limpasam adalah air yang tidak mampu diserap
oleh permukaan tanah. Air ini akan turun ke kawasan yang lebih rendah. Jika air
limpasan ini melebihi daya dukung sungai maka dapat menimbulkan banjir.

Sebagian besar air hujan yang turun di kawasan hutan akan diserap oleh tanah
(infiltrasi) dan tersimpan di aquifer. Selanjutnya, air yang tersimpan di aquifer akan
mengalir melalui celah-celah atau pori tanah yang akhirnya terkumpul atau mengalir
menjadi air tanah yang digunakan masyarakat sebagai air sumur. Selain melalui
sumur, air tanah tersebut juga dapat keluar sebagai mata air. Mata air tersebut
mengalir melalui sungai yang berada dikawasan hutan tersebut menuju hilir.

4
2.3 Erosi Akibat Kerusakan Hutan di Kawasan Pertambangan

Hutan sekitar kawasan pertambangan yang sudah rusak dapat menimbulkan


dampak erosi yang dapat berakibat buruk terhadap lahan dan ekosistem dikawasan
tersebut. Kawasan hutan yang sudah tidak memiliki tegakan pohon, hempasan air
hujan akan langsung menumbuk permukaan tanah yang menyebabkan terjadinya
erosi. Tumbukan air hujan secara terus menerus dapat mengikis lapisan atas tanah
(top soil) dan mengakibatkan tingginya nilai TSS pada aliran sungai sekitar area
pertambangan. Hal ini didasari oleh penelitian Ety Parwaty dkk, 2011, di kawasan
aliran sungai dekat lokasi pertambangan dengan kondisi hutan yang sudah gundul.

Tumbukan air hujan yang terus menerus akan mengikis top soil sehingga
dapat menimbulkan longsor (land slide). Dengan longsornya lapisan tanah yang kaya
unsur hara tersebut akan menghambat pertumbuhan vegetasi pada tanah yang
ditinggalkannya, sehingga lahan tersebut tidak dapat di reklamasi. Selain itu, tanah
yang tinggal tersebut juga dapat berdampak terhadap masyarakat yang tinggal
dibagian hilir sungai, karakteristik tanah pada lapisan kedua yang relatif keras dan
memiliki pori tanah yang relatif rapat dapat menghambat infiltrasi ketika terjadi
hujan.

2.4 Upaya Penanggulangan Akibat Kegiatan Pertambangan Batubara

Upaya yang dapat dilakukan untuk menanggulangi lahan/hutan yang telah


rusak akibat penambangan batubara, diantaranya yaitu:

1.Menanam kembali lahan yang ditebang dengan vegetasi yang dapat mengembalikan
kondisi ekosistem dengan cepat.

2.Membuat terasering pada lahan yang rusak untuk mencegah erosi yang lebih besar.

3.Menanam tanaman yang dapat menyimpan air tanah lebih banyak.

4.Menggunakan lahan kosong tersebut sebagai lahan perkebunan sehingga dapat


memiliki fungsi ganda.

5
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut:

1. Dampak penambangan batubara yaitu rusaknya hutan yang menjadi tempat


menyerapnya air kedalam tanah ketika hujan terjadi sehingga jumlah air tanah akan
berkurang karena infiltrasi yang terjadi sangat kecil.

2. Kerusakan hutan menyebabkan terjadinya erosi yang mengakibatkan berkurangnya


populasi ikan dan tanaman hutan disekitar lokasi penambangan batubara di
kabupaten Berau, Kalimantan Timur.

3. Penanggulangan hutan yang telah rusak tersebut dapat dilakukan dengan


mengadakan reboisasi dan pembuatan terasering untuk memperkecil erosi yang
terjadi. Selain itu penutupan kembali lahan bekas pertambangan juga perlu
dilakukan untuk mempercepat pertumbuhan vegetasi.

3.2 Saran

Kegiatan penambangan batubara memiliki dampak pencemaran terhadap air,


udara dan tanah. Dampak pencemaran tersebut sangat berpengaruh terhadap
kesehatan masyarakat yang tinggal dibagian hilir dimana masyarakat menggunakan
sumber air bersih yang berasal dari mata air pegunungan di kawasan penambangan
batubara. oleh karena itu, untuk penelitian selanjutnya perlu dilakukan kajian lebih
lanjut mengenai dampak pencemaran terhadap air tanah yang disebabkan oleh
penambangan batubara.

Anda mungkin juga menyukai