Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa pertumbuhan anak adalah masa yang sangat riskan bagi setiap

kehidupan anak, maka sangat penting untuk memperhatikan seluruh aspek yang

mendukung maupun yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak.

Pada tahun 1806, seorang dokter, seorang dokter bedah bernama William

Little pertama kali mendeskripsikan penyakit yang membingungkan yang pada saat

itu menyerang anak-anak pada usia tahun pertama, yang menyebabkan kekakuan

tungkai dan lengan. Anak-anak tersebut mengalami kesulitan merangkak dan

berjalan. Kondisi tersebut disebut little’s disease selama beberapa tahun, yang saat

ini dikenal sebagai spastic diplegia. Penyakit ini merupakan salah satu dari penyakit

yang mengenai pengendalian fungsi pergerakan dan digolongkan dalam terminologi

cerebral palsy atau umumnya disingkat CP.

Sebagian besar penderita tersebut lahir premature atau mengalami komplikasi

saat persalinan dan Little menyatakan kondisi terrsebut merupakan hasil dari

kekurangan oksigen selama kelahiran. Kekurangan oksigen tersebut merusak

jaringan otak yang sensitive yang mengendalikan fungsi pergerakan. Tetapi pada

tahun 1897, psikiatri terkenal Sigmud Freud tidak sependapat. Dalam penelitianya,

banyak dijumpai pada anak CP mempunyai masalah lain seperti retardasi mental,

1
2

gangguan visual dan kejang. Freud menyatakan bahwa penyakit tersebut mungkin

sudah terjadi pada awal kehidupan, selama perkembangan otak janin.

Masalah yang sering dijumpai pada tumbuh kembang anak diantaranya adalah

cerebral palsy (CP). Cerebral palsy (CP) merupakan kelainan atau kerusakan pada

otak yang bersifat non-progresif yang terjadi pada proses tumbuh kembang.

Kelainan atau kerusakan tersebut dapat terjadi pada saat di dalam kandungan (pre-

natal), selama proses melahirkan (natal), atau setelah proses kelahiran (post-natal).

CP dapat mengakibatkan gangguan sikap (postur), kontrol gerak, gangguan kekuatan

otot yang biasanya disertai gangguan neurologik berupa kelumpuhan, spastik,

gangguan basal ganglia, cerebellum, dan kelainan mental (mental retardation)

(Dorlan, 2005)

Angka kejadian penderita CP, menurut studi kasus yang dilakukan para

peneliti, terjadi pada 3,6 per 1.000 anak atau sekitar 278 anak. Studi kasus yang

dilakukan di negara Georgia, dan Wisconsin menyebutkan angka yang cukup sama,

yaitu 3,3 per 1.000 anak di Wisconsin, dan 3,8 per 1.000 anak di Georgia (CDC,

2009). American Academi for Cerebral Palsy mengemukakan klasifikasi CP sebagai

berikut : klasifikasi neuro motorik yaitu spastic, atetosis, rigiditas, ataxia, tremor dan

mixed. Klasifikasi distribusi topografi keterlibatan neuromotorik : diplegia,

hemiplegia, triplegia, quadriplegia (Sunusi dan Nara, 2007)

CP tipe spastic adalah CP dengan tonus otot yang tinggi yang disebabkan oleh

kerusakan pada Cortex Cerebrum Otak (Hinchcliffe, 2007). Karakteristik CP spastic


3

menurut Gunel (2011), yaitu adanya abnormal postur, adanya abnormal movement,

adanya peningkatan tonus otot, menetapnya reflex patologis. CP spastic quadriplegi

adalah CP dengan tonus otot yang tinggi dan terdapat keterbatasan gerak pada

keempat ekstremitas (kedua lengan dan kedua kaki).

Fisioterapi adalah suatu bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada

individu dan atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan

gerak dan fungsi tubuh sepanjang kehidupan dengan menggunakan penanganan

secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik, elektro, terapeutis, dan mekanis),

pelatihan fungsi, serta komunikasi (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2001).

Salah satu pendekatan yang telah dikembangkan untuk menangani kondisi CP

adalah neuro developmental treatment (NDT). Neuro developmental treatment

(NDT) adalah metode pengobatan langsung terhadap gangguan sistem saraf pusat

pada bayi dan anak-anak (Bobath, 1966). Bobath adalah pendekatan problem solving

dalam pemeriksaan dan treatment pada individu yang mengalami gangguan fungsi

gerak, postur dan control tubuh akibat gangguan CNS dan dapat diimplementasikan

pada individu dari semua golongan usia dan derajat ketidak mampuan fisik dan

fungsi (raine 2006; IBITA 2007) Konsep Bobath didasarkan atas dua faktor:

1. Gangguan normal maturation akibat lesi yang bisa mengakibatkan

keterlambatan bahkan berhentinya beberapa aspek perkembangan.

2. Adanya pola gerak dan postur yang abnormal akibat tonus postural yang

abnormal.
4

Dengan penanganan spesifik akan menormalkan tonus dan memfasilitasi

gerakan automatis dan gerakan yang disadari. Selain NDT penulis makalah juga

menggunakan metode lain seperti Neuro Structure, Brain Gym dan Massage

General.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam makalah ini adalah bagaimanakah penatalaksanaan

fisioterapi pada anak dengan kondisi cerebral palsy quadriplegi tipe fleksi?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menmgetahui penatalaksanaan

fisioterapi pada anak dengan kondisi cerebral palsy quadriplegi tipe fleksi.

D. Manfaat Penulisan

Manfaat yang diperoleh dari makalah ini yaitu: (1) penulis dapat

memperdalam ilmu tentang metode neurosenso, metode bobath pada anak dengan

kondisi cerebral palsy hipotonus spastic quadriplegi tipe fleksi, (2) penulis dapat

memperdalam ilmu pengetahuan mengenai cerebral palsy, (3) menambah

pengetahuan kepada pembaca, keluarga, serta masyarakat pada umumnya dan

mendorong mereka untuk segera membawa ke fisioterapi jika salah satu anggota

keluarganya memiliki tanda-tanda cerebral palsy, dan (4) untuk mengembangkan


5

ilmu pengetahuan tentang anak bagi institusi pendidikan khususnya fisioterapi

mengenai kasus cerebral palsy

Anda mungkin juga menyukai