Anda di halaman 1dari 12

Standar Pemeriksaan & Pengujian Instalasi Fire Hydrant

 Latar Belakang

Dengan pertimbangan mengenai kondisi safety peralatan instalasi fire hydrant dan
kekhawatiran mengenai kondisi instalasi . Dan juga adanya kebutuhan untuk melaksanakan
program perawatan intalasi fire hydrant yang tepat, maka dilaksanakanlah pemeriksaan
dengan tujuan :
Dengan mengacu pada fakta-fakta diatas dan standar pipe code yang ada mengenai Piping
inspection, maka secara teknis dipandang perlu untuk melakukan Reliability Analysis
terhadap instalasi pipa fire hydrant tersebut.

 Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan Reliability terhadap instalasi fire hydrant tersebut adalah untuk
melakukan evaluasi terhadap kehandalan kondisi instalasi. Untuk itu perlu dilakukan
pemeriksaan-pemeriksaan antara lain
1. Pemeriksaan NDT ( penetran test ) dan leak test pada instalasi fire hydrant untuk mengetahui
atau meyakinkan bahwa instalsi yang dioperasikan dalam kondisi aman dan keselamatan
kerja yang memenuhi syarat telah diproteksi dengan safety device yang berfungsi baik dan
mempunyai perlengkapan pengukur (indikator-indikator) yang memenuhi syarat
2. Pengukuran ketebalan pipa pada titik-titik yang berpotensi terjadi korosi terbesar, dimana
mewakili kondisi pipa instalasi secara keseluruhan termasuk memperhitungkan hasil survey
dengan menggunakan DM 4 DL.
3. Pelaksanaan Risk Assessment yang mencakup identifikasi penyebab potensial failure dan
pengaruhnya terhadap kelangsungan operasi instalasi terhadap lingkungan.
4. Pelaksanaan Remaining Life Assessment berdasarkan kondisi riil actual pipa, parameter
operasi dan lingkungan yang ada, dengan melakukan perhitungan engineering untuk
memperkirakan umur pakai dari pipa tersebut .
Dari data hasil pemeriksaan tersebut diatas dan evaluasinya yang mengacu pada standar pipe
code yang ada, maka bisa diperoleh kemungkinan-kemungkinan sebagai berikut :
1. Apakah instalasi fire hydrant tersebut terus bisa dioperasikan , sampai seberapa lama dan
handal untuk kondisi operasi dan lingkungan yang ada.
2. Apakah pipa tersebut memerlukan perbaikan untuk bisa terus beropersi secara aman dan
handal, adapun jenis perbaikan tersebut bisa meliputi ,
Misalnya :
1. Sistem Coating atau Proteksi Cathodiknya.
2. Penggantian pipa secara partial.
3. Penggantian / perbaikan valve yang rusak
4. Supportnya dan sebagainya

 PENDEKATAN ENGINEERING
1. REFERENSI
1. API 570 piping inspection Code. Inspection, Repair, Alteration and Repairing of In – service
piping system.
2. API – RP 574 Inspection of piping system components.
3. ASME B31G, Manual for Determining the Remaining Strength of Corroded pipelines.
4. ASME B31.
5. NACE RP 0169, Control of External Corrosion Underground or submerged Metallic Piping
System.
6. NACE RP 0175, Control of internal Corrosion in Piping System.
7. Undang-undang No 1 tahun 1970
8. SK DIRJEN Perlindungan dan Perawatan Tenaga Kerja No Kepts. 40/1978
2. PELAKSANAAN
Prosedur pelaksanaan pekerjaan ini disusun untuk menjadi panduan dalam melaksanakan
pekerjaan pemeriksaan instalasi fire hydrant. Adapun teknik yang akan digunakan adalah
random-thickness measurement, leak test setiap valve serta keseluruhan instalasi baik dengan
metode NDT ataupun hydrotest.Sementara itu untuk random-thickness measurement akan
dipilih pada titik yang diduga berpeluang mendapat serangan korosi terberat, yakni di titik
down-stream pada shinker section pipa dan setelah section valve. Pemilihan titik ini
dilakukan dengan asumsi bahwa turbulensi aliran yang bisa menyebabkan kerusakan
permukaan internal dinding pipa besar peluangnya untuk terjadi di titik tersebut.Pengambilan
data ketebalan dinding pipa dari pipa penyalur ini adalah untuk mengetahui kondisi terakhir (
pada saat pengukuran ) dari jaringan pipa, dimana hasil dari pengukuran akan dibandingkan
dengan design ketebalan awal sehingga akan diketahui laju korosi. Dari hasil tersebut
kemudian diambil langkah-langkah yang perlu guna perbaikan dan penyempurnaan jaringan
pipa penyalur ini, sehingga dapat memenuhi persyaratan keamanan, Keselamatan kerja serta
lindungan lingkungan.

 METODOLOGI INSPEKSI
1. PENGAMATAN VISUAL

Pengamatan visual dari fakta instalasi dilakukan untuk mengetahui keadaan pipa, coating
,kondisi dari support dan perlengkapan peralatan.Hasil visual akan dievaluasi sesuai dengan
mode failure and deterioration serta didokumentasikan dalam bentuk table dan foto-foto.
2. UJI NDT ( Penetrant Test )
Pengujian ini dilakukan uji pada body setiap valve dan daerah sambungan secara random
yang mengacu dari hasil visual. Pengujian tersebut dapat memberikan gambaran kondisi
valve serta sambungan terhadap cacat dibawah permukaan.
3. PENGUKURAN KETEBALAN PIPA
Pengukuran ketebalan dilakukan dengan pengukuran samping secara random/acak. Lokasi
pengukuran dibagi menjadi 4 (empat) section/bagian dan masiang-masing bagian diambil
3(tiga) titik pengujian sehingga keseluruhannya menjadi 12 tiik Dari masing-masing titik uji
diambil 4 posisi pengambilan data pada orientasi 0, 90,135 dan 180 derajat dan masing –
masing posisi tersebut diambil 10 itik yang terjarak masing-masing 1 cm sehingga pada
setiap titik lokasi pengukuran diperoleh 40 data hasil pengukuran. Titik –titik yang dipilih
adalah lokasi yang mempunyai karakteristik sebagai tempat dengan peluang terbesar
terjadinya korosi atau peluang defect tinggi, yaitu daerah low-sot, deadleg, dan elbow
sehingga hasil pengukuran di titik-titik tersebut dapat mewakili gambar kondisi dilokasi yang
tidak diukur. Data- data tersebut dapat memberikan gambar kondisi seluruh pipa.
4. UJI KEBOCORAN
Pengujian ini dilakukan dengan cara memberikan tekanan pada instalasi fire hydrant dan
ditahan secukupnya untuk melakukan analisa kebocoran pada keseluruhan instalasi
5. KESIMPULAN DAN SARAN
Untuk mencapai tujuan di atas dan dikaitkan dengan metodologi pengambilan sample
beberapa catatan berikut dibuat sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan
menindaklanjuti hasil-hasil dari pemeriksaan ini :
Untuk mendapatkan gambaran yang lebih baik, jika metode yang sama akan digunakan maka
sebaiknya instalasi ini dilihat dulu dalam satu kesatuan dan ditinjau perbagian seperti :

1. Penentuan berdasar kritikal area


2. Pengelompokan line number.
3. Pengelompokan valve dan peralatan penunjang lainnya

Data-data Penunjang
1. Instalasi fire hydrant Data Sheet
Data sheet ini dapat digunakan sebagai sumber informasi pertama karena akan memuat data-
data teknis pada saat design dan pemasangan seperti Pressure yang dipakai, thickness yang
digunakan, rating dari peralatan dan protection jenis coating.
2. As-built Data
Bahan-bahan ini akan bermanfaat sebagai petunjuk untuk memilih bagian-bagian yang harus
mendapat perhatian lebih dan / atau focus dan suatu program inspeksi.
3. Environmental Data
Data ini sangat bermanfaat untuk melihat pembagian klasifikasi area dimana tergantung dari
faktor resiko.
4. Monitoring equipments/ tools
Mengenai keberadaan monitoring equipment/tools di dalam sistem instalasi ini seperti : fire
hydrant, smoke detector , alarm, hose dan sprinkle.
.
ORGANISASI PELAKSANA
Untuk mendapatkan hasil yang baik dengan efektifitas kerja yang memadai, maka pekerjaan
pemeriksaan ini akan dilaksanakan oleh team kerja yang terdiri atas personil dengan tugas
masing-masing yang jelas. Organisasi tersebut terdiri atas:

Koordinator Pekerjaan
Koordinator Pekerjaan akan memantau perkembangan pekerjaan dari kantor pusat, dan akan
terjun ke lapangan jika keadaan memerlukannya sesuai dengan permintaan dari Supervisor
Lapangan. Sebagai Koordinator Lapangan, tugas dan kewajibannya tidak terbatas pada satu
pekerjaan, melainkan beberapa proyek yang digarap oleh perusahaan sehingga fungsinya
lebih cenderung kepada kebijaksanaan.

Supervisor Lapangan
Selama pekerjaan lapangan berlangsung, team pelaksana akan dipimpin oleh seorang
Supervisor Lapangan, yang bekerja juga sebagai Pimpinan Team. Dia berperan sebagai
penerus kebijaksanaan yang digariskan oleh Koordinator Pekerjaan dan mengatur tugas team,
peralatan, logistik, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan kelancaran pekerjaan lapangan.
Supervisor Lapangan akan memberikan laporan kegiatan harian kepada Koordinator
Pekerjaan dan kepada wakil dari client di lapangan, serta melaporkan berbagai kelainan
tehnis yang ditemukan di lapangan untuk dianalisa oleh Koordinator Pekerjaan dan dicarikan
jalan keluarnya.

Petugas Ultrasonik
Ketebalan sisa pipa akan diukur dengan menggunakan tehnik ultrasonik DM 4 DL. Titik
pengukuran akan dilakukan disekeliling badan pipa pada setiap cm dan kearah memanjang
setiap cm dengan total panjang 20 cm. Hal ini disesuaikan dengan rekomendasi yang
ditetapkan sesuai dengan Standar di lapangan, scanning ketebalan akan dilaksanakan oleh
Petugas Ultrasonik dibantu oleh 1 orang pembantu untuk pembersihan bidang yang akan
diukur.

Petugas NDT
Peralatan NDT akan digunakan untuk mengetahui kondisi sambungan serta peralatan lain
yang menjadi target pengecekan. Seorang petugas NDT akan mengidentifikasi daerah target
dan diikuti oleh team untuk kepentingan lebih lanjut

Team Pendukung
Team pendukung pekerjaan ini adalah tenaga pembantu. Tugas mereka akan diatur oleh
Supervisor Lapangan sesuai dengan kebutuhan atau permintaan team inti.

STRATEGI PELAKSANAAN

Untuk memperoleh hasil kerja yang maksimal secara efektif, maka perlu diatur urutan
pelaksanaan, sistim pelaporan, dan tehnik pelaksanaannya.
Urutan Pekerjaan
Pekerjaan harus dilakukan dengan urutan yang benar agar hasil pemeriksaan yang satu
dengan lainnya bisa saling menunjang dan sinkron. Supaya bisa memperoleh hasil yang baik
maka pekerjaan akan diurutkan seperti berikut:

1. Supervisor Lapangan bersama-sama dengan Petugas Lapangan akan melakukan


penelusuran jalur untuk menentukan dimana titik pengukuran ketebalan dan
pemeriksaan NDT akan dilakukan.
2. Akan dilakukan tindak lanjut pekerjaan apabila ditemukan kerusakan atau kebocoran.
3. Analisa engineering akan dilakukan berdasar dari data pemeriksaan tehnis.
4. Rekomendasi-rekomendasi untuk dijadikan acuan dan pertimbangan guna keamanan
dan keselamatan dalam pengopresian instalasi tersebut.

Fire Flow Testing

Fire Flow Testing is a widely used method for estimating the available fire flow from
specific fire hydrants within water distribution systems. It is important for communities
and industries to regularly test fire hydrants/sprinkler systems to determine their
capabilities in an emergency situation. Water systems are constantly impacted by
improvements, deterioration, and changes in usage.
Fire Flow Testing is frequently used in the calibration process for a hydraulic water
distribution system model to determine roughness coefficients and to find closed valves.

New York Leak Detection, Inc. (NYLD) connects a flow gauge to a test hydrant to measure
static and residual pressures:

Static Pressure exists at a given point under normal distribution system conditions
measured at the residual (gauge) hydrant with no hydrants flowing.

Residual Pressure exists in the distribution system, measured at the residual (gauge)
hydrant at the time the flow readings are taken at the flow hydrant(s).

NYLD flow tests are extremely accurate, with +/- 4 gpm accuracy throughout the range. The
electromagnetic flow tester reads static pressure, dynamic pressure, instantaneous flow, and
total flow.

NYLD equipment measures flow from 8 to 792 gpm and maximum pressure to 362 psi on a
digital readout.

Fire flow test data provides necessary information for water service planners, fire protection
bureaus, and building designers. Design professionals use the gallons per minute and pressure
available from the water system when drawing sprinkler system plans.

Fire flow testing can uncover a number of mechanical problems so they can be repaired
before the hydrant/sprinkler system is needed in an emergency.

Spesifikasi Pekerjaan Mekanikal Elektrikal Hydrant


Sistem
I. PERSYARATAN TEKNIS UMUM

1.1. PERATURAN DAN STANDARD

 Tata cara pelaksanaan dan lain-lain petunjuk yang berhubungan dengan peraturan-
peraturan Pembangunan yang sah berlaku di Republik Indonesia..
 Selama pelaksanaan spesifikasi ini harus betul-betul ditaati, diikuti serta sesuai
prosedure yang diberlakukan Pengawas.
 Peraturan-peraturan berikut ini merupakan acuan dalam rangka perancangan maupun
pelaksanaan Instalasi Fire Hydrant

PERATURAN-PERATURAN
a. Perda Pemda setempat
Penanggulangan Bahaya Kebakaran Dalam Wilayah Setempat
b. Departemen Pekerjaan Umum, Skep Menteri Pekerjaan Umum No.
10/KPTS/2000 tentang Ketentuan Teknis Pengamanan terhadap Bahaya Kebakaran Pada
Bangunan Gedung dan Lingkungan.
LITERATURE DAN / ATAU REFERENCE
a. National Fire Codes,
1. NFPA-10, Standard for Portable Fire Extinguisher
2. NFPA-13, Standard for The Installation of Sprinkler Systems
3. NFPA-14, Standard for The Installation of Standpipe and Hose Systems
4. NFPA-20, Standard for The Installation of Centrifugal Fire Pumps
5. SNI 03-1735-2000
6. SNI 03-1745-2000
b. Mc. Guiness, Stein & Reynolds
Mechanical & Electrical for Buildings
II. PERSYARATAN TEKNIS KHUSUS

2.1. LINGKUP PEKERJAAN


a. Pengadaan dan pemasangan peralatan utama sistem fire fighting yang meliputi Electric
Fire Pump, Diesel Fire Pump dan Jockey Pump lengkap dengan panel kontrol, Hydrant Box,
Hydrant Pillar beserta pemipaannya.
b. Pengadaan dan pemasangan valve-valve dari sistem instalasi/pemipaan di setiap gedung
sesuai pentahapan pembangunan gedung tersebut.
c. Mengadakan Testing and Commissioning terhadap seluruh sistem fire hydrant sehingga
berfungsi dengan baik.
d. Mengurus proses perijinan serta persyaratan lain yang diperlukan untuk mendapatkan
persetujuan bahwa Instalasi sistem fire Fighting dapat dinyatakan baik dan layak pakai oleh
Dinas Pemadam Kebakaran .(TAHAP-2)
e. Pengadaan dan pemasangan system Instalasi listrik dari panel power ke unit panel
control unit Fire fighting dank e setiap peralatan pompa.
f. Mengadakan Training Operasional kepada Team Engineering pemilik proyek dan
untuk waktu serta kesiapannya akan ditentukan kemudian bersama Pemilik proyek/Pengawas.
2.2. SPESIFIKASI TEKNIS PERALATAN UTAMA DAN INSTALASI
2.2.1. FIRE HYDRANT PUMPS.
Pompa fire Hydrant merupakan satu kesatuan yang terdiri dari pompa pembantu
jockey pump, pompa utama penggerak electric dan pompa utama penggerak engine.
a. Jockey Pump
Type pompa : Centrifugal multi stage pump
Kapasitas : 56 L/men.
Head pompa : 85 m
Putaran pompa : 2.900 rpm
Daya pompa : 3.0 kW
Karakteristik listrik : 380 V, 3 phase, 50 Hz, Variable Speed Drived
Jumlah : 1 (satu) unit.
Lengkap dengan panel kontrol Jockey Pump
b. Electric Fire Pump
Type pompa : Centrifugal End Suction
Kapasitas : 2850 l/men
Head pompa : 85 m
Putaran pompa : 2.900 rpm
Daya pompa : +75 kW
Karakteristik listrik : 380 V, 3 phase, 50 Hz, Star Delta Start
Jumlah : 1 (satu) unit.
Lengkap dengan Panel Kontrol Electric Fire Pump.
c. Diesel Fire Hydrant Pump
Type pompa : Centrifugal End Suction
Kapasitas : 2850 L/men
Head pompa : 85 m
Putaran pompa : 2.900 rpm
Type Engine : Diesel
Putaran : 2.900 rpm
Sistem Coupling : Direct Connected
Daya : + 90 HP
Jumlah : 1 (satu) unit
Power : Accu 24 volt, 80 Amp, 2 buah type maintenance free
Lengkap dengan Panel Kontrol Engine Fire Pump.
Perlengkapan Engine :
- Flexible coupling
- Coupling guard
- Heat exchanger loop
- Batteries
- Battery rack
- Battery cable
- Silencer
- Flexible ex hose connector
- Cooling water heater + thermostat.
Perlengkapan pemipaan / pompa, antara lain :
- Coumpond suction gauge
- Discharge pressure gauge
- Automatic air release valve
- Main relief valve
- Enclosed waste cone
- ± 165 gallon fuel tank
- Fuel system accessories
- Fitting package
– Setiap pompa dan sambungan pipa harus digrounding dan untuk pompa harus dilengkapi
variable speed drived.
- dan lain-lain.
2.2.2. FIRE PUMP CONTROLLER
Panel kontrol merupakan kelengkapan unit tiap-tiap fire Fighting pump yang dapat
mengatur kerja pompa secara automatic baik jockey pump sebagai pompa pembantu, pompa
utama penggerak electric maupun pompa penggerak engine masing-masingn mempunyai Fire
Pump Controller tersendiri.
Khusus pompa penggerak engine akan bekerja secara automatic bila saluran daya
listrik terputus pada saat terjadi kebakaran.
Fire Pump Controller harus standard NFPA-20.
2.2.3. FIGHTING FIXTURES
a. Hydrant Pillar
- Jenis two-way, terbuat dari baja tuang diberi penguat pondasi beton secukupnya.
- Hydrant Pillar dicat merah dengan cat Duco ex Dana Paints atau cat ICI, (jenis exterior
coating)
b. Fire Hydrant Box
- Box terbuat dari plat dengan tebal + 2 mm.
- Dimensi box : lihat gambar perencana.
- Seluruh box dan pintu dicat merah dengan cat Duco ex Dana Paints dan diberi
tulisan Hydrant dengan warna merah.
- Panjang fire hose tidak kurang dari 30 M’ mudah digulung, tahan terhadap tekanan
dan penyambungan dengan sistem quick coupling.
- Nozzle variable (zet spray) diameter 65 mm semua dalam keadaan baru dan fabricated.
- Fire hose dari jenis black rubber lined yang memenuhi standard BS 6391.
c. Seamese Connection
- Digunakan seamese connection jenis two way type Y terbuat dari baja tuang.
- Dalam pemasangan unit seamese connection harus diberikan pondasi penguat sebagai
dudukan.
- Lokasi seamese connection mudah dilihat dan dekat dengan jalan laluan mobil agar
mudah untuk dipakai bila diperlukan (lihat gambar perencanaan).
- Seamese Connection harus sesuai standard DPK, untuk penggunaan sistem
coupling.
2.2.4. PIPA DAN VALVE
a. Pemipaan
· Material Pipa yang digunakan Black Steel Pipe Sch. 40, atau ASTM A 53 dan harus
diusahakan semuanya berasal dari satu merk.
· Demikian juga untuk fitting digunakan Black Steel Pipe class 15 K, Weld Type.
b. Valve – valve
Working Pressure : 300 psi (15 bar)
Gate Valve :
· Tipe bronze body, non rising stem, screwed bonnet, solid wedge disk, screwed end
untuk valve sampai dengan diameter 50 mm atau bisa digunakan tipe Butterfly untuk
diameter 15 mm sampai dengan diameter 25 mm.
· Tipe flanged or lugged body, stainless steel disk, stainless steel shaft, hand wheel
operated with position indicator untuk valve lebih besar dari diameter 50 mm dengan body
material cast iron untuk tekanan 150 psi dan carbon steel untuk tekanan 300 psi.
Check Valve :
· Material bronze body, swing type, Y pattern, screwed cup, metal disk, screwed end
untuk valve sampai dengan diameter 50 mm.
· Swing silent type dengan stainless steel disk dengan body material cast iron untuk
tekanan 300 psi dan carbon steel untuk tekanan 300 psi.
· Khusus untuk pompa-pompa hydrophor digunakan dual plate wafer type check valve.
c. Tekanan Kerja Valve :
· Untuk keperluan fire fighting digunakan valve – valve dengan tekanan kerja minimum
300psi (15 bar).
2.3. SYARAT-SYARAT PEMASANGAN
2.3.1. PEMASANGAN UNIT POMPA
a. Seluruh unit pompa harus dipasang dan didudukkan diatas fondasi dengan kuat dan
kokoh.
b. Metoda dan persyaratan instalasi pompa, pemipaan serta peralatan pemipaannya harus
mengikuti dan mengacu kepada Standard NFPA-20.
2.3.2. INSTALASI PEMIPAAN
a. Sistem Penyambungan Pipa
- Menggunakan sambungan ulir/screwed atau las untuk pipa berdiameter 75 mm ke
bawah dan menggunakan sambungan flanged untuk diameter pipa 100 mm ke atas dengan
maximum dua batang pipa serta pada belokan minimal 5 kali diameter pipa dari bahan yang
sesuai dengan jenis bahan pipanya (long elbow).
- Sambungan flanged dilakukan pada setiap belokan dan pada setiap dua batang pipa
pada pipa lurus.
- Untuk mencegah terhadap kebocoran, penyambungan pipa dengan ulir harus terlebih
dulu diberi lapisan red lead cement atau pintalan khusus dari asbes.
Sedangkan untuk sambungan flanged harus dilengkapi ring dari karet secara homogen.
b. Penumpu Pipa
- Seluruh pipa harus diikat/ditetapkan, kuat dengan dudukan dan angker yang kokoh
(rigit), agar inklinasinya tetap, untuk mencegah timbulnya getaran dan gerakan.
- Pipa horizontal harus ditumpu dengan penyangga dengan jarak antara tidak lebih dari
2,5 m.
c. Pemasangan Fixtures dan Fitting
- Semua fixtures harus dipasang dengan baik dan di dalamnya bebas dari kotoran yang
akan mengganggu aliran atau kebersihan air, dan harus terpasang dengan kokoh (Rigit)
ditempatnya lengkap tumpuan yang mantap.
- Semua fixtures, fitting, pipa-pipa hidrant dilaksanakan harus rapi.
- Untuk pipa-pipa yang tekanan airnya tinggi (pipa induk), dipasang balok-balok dari
beton dengan campuran yang kuat (K.225) dan dipasang setiap ada sambungan pipa (tee,
elbow, valve ) dan sebagainya.
- Tinggi pemasangan dari lantai + 20 cm (muka tanah jadi).
Perletakan engsel disesuaikan dengan keadaan setempat sehingga mudah untuk
dibuka/tutup.
2.4. SYARAT-SYARAT PENERIMAAN
2.4.1. M A T E R I A L
a. Kontraktor harus menjamin seluruh unit peralatan yang didatangkan adalah baru (New
Product), bebas dari defective material, improver material dan menjamin terhadap kualitas
atau mutu barang sesuai dengan tujuan spesifikasi.
b. Setiap material atau peralatan yang tidak memenuhi spesifikasi harus diganti dengan
yang sesuai dan dalam jangka waktu tidak lebih dari 1 (satu) minggu setelah ditanda tangani
berita acara penerimaan barang.
c. Seluruh biaya yang timbul akibat penggantian material/peralatan menjadi
tanggungan/beban Kontraktor.
2.4.2. CONTOH BARANG
a. Pemborong wajib mengirimkan contoh-contoh bahan yang akan digunakan dalam
pelaksanaan kepada Pengawas atau Brosur-brosur dari alat-alat tersebut dan menunggu
persetujuan dari pemilik proyek/Pengawas/Perencana sebelum alat-alat tersebut dipasang.
b. Contoh barang dimasukkan paling lambat 30 (tiga puluh) hari kalender setelah
diturunkannya SPK untuk diperiksa Pemilik/Perencana dan Pengawas.
c. Contoh-contoh barang yang sudah disetujui oleh pemilik proyek/Pengawas/ Perencana
harus disimpan di Direksi Keet guna dijadikan Referensi bagi pemasangan di lapangan. Bila
bahan-bahan tersebut diragukan kualitasnya akan dikirimkan ke kantor penyelidikan bahan-
bahan atas biaya Pemborong. Bila ternyata terdapat bahan-bahan yang telah dinyatakan tidak
baik/tidak bisa dipakai oleh Pengawas/ Perencana, maka Pemborong harus mengangkut
bahan-bahan tersebut ke luar lapangan dalam jangka waktu 3 (tiga) hari, harus sudah tidak
ada di lapangan (site).
2.4.3. PENGUJIAN INSTALASI PEMIPAAN
a. Sebelum dipasang fixtures-fixtures dari seluruh sistem distribusi, installasi pemipaan air
harus diuji dengan tekanan 20 kg/cm2, tanpa mengalami kebocoran dalam waktu minimum
24 jam tekanan tersebut tidak turun/berubah. Pada prinsipnya pengetesan dilakukan dengan
cara bagian demi bagian dari panjang pipa maximum 150 meter.
b. Biaya pengetesan serta alat-alat yang diperlukan adalah menjadi tanggung jawab
Pemborong/ Kontraktor. Pengetesan pipa harus dilaksanakan dengan disaksikan oleh
Pengawas dan wakil dari pemilik proyek/Perencana, selanjutnya apabila telah
diterima/memenuhi syarat akan dibuatkan Berita Acaranya.
c. Di dalam setiap pelaksanaan pengujian, balancing dan “trial run” sistem instalasi ini
haruslah pula dihadiri pihak pemilik proyek/Perencana/Pengawas dan Ahli serta pihak-pihak
lain yang bersangkutan. Untuk ini hendaklah diberikan pula sertifikat pernyataan hasil
pengujian oleh yang berwenang memberikannya.
2.4.4. PEMBERSIHAN LAPANGAN
a. Lapangan yang dipergunakan harus setiap hari setelah selesai bekerja dibersihkan oleh
Pemborong.
b. Segera setelah Kontrak selesai maka Pemborong harus memindahkan semua sisa bahan
pekerjaannya dan peralatannya kecuali yang masih diperlukan selama pemeliharaan.
2.4.5. P E N G E C A T A N
a. Semua pipa dari besi/baja dalam tanah harus dililit dengan karung goni dan dilapisi
dengan Tar (Tar coated) untuk penahan Korosi atau dengan bahan anti karat sintesis yang
dispesifikasi untuk keperluan pemipaan bawah tanah. Sedangkan untuk pipa-pipa yang
terlihat (exposed) harus diberi tanda dengan warna atau cat yang warnanya akan ditentukan
kemudian oleh Pengawas.
b. Untuk pipa-pipa dalam ceiling agar mudah dikenali diberikan tanda warna/cat pada
setiap jarak + 4 m dengan arah aliran pada pipa-pipa induk, begitu pula pipa-pipa pada shaft
dimana terletak pintu pemeriksaan.
c. Sebagai patokan dipakai warna cat sebagai berikut :
Untuk jaringan pipa hydrant dipakai warna merah
d. Khususnya untuk identifikasi dan penentuan warna cat dari masing – masing instalasi
Plumbing dan Hydrant akan ditentukan kemudian bersama Pemilik / Pengawas.
2.4.6. SURAT KETERANGAN
Pemborong harus memberikan Surat Keterangan/Sertifikat dari Dinas Pemadam
Kebakaran Daerah yang menunjukkan bahwa Sistem tersebut dapat dipergunakan dan
berfungsi dengan baik.
Surat Keterangan keagenan yang berada di Indonesia untuk material – material
import.
2.4.7. DATA SUKU CADANG
Pemborong harus menjamin dan melengkapi dengan Surat Jaminan adanya suku
cadang yang mudah diperoleh pada peralatan-peralatan yang sekiranya akan mengalami
gangguan atau kerusakan dalam waktu tertentu, baik untuk peralatan utama maupun peralatan
penunjang.
2.5. SYARAT-SYARAT OPERASIONAL
a. Pelayanan hydrant diluar/di dalam bangunan dan sprinkler menggunakan satu set
pompa yang terdiri dari jockey pump, electric hydrant pump dan diesel hydrant pump.
b. Pengaturan kerja pompa dilakukan secara automatic dengan pressure switch pump
Control, control valve serta panel-panel pengoperasian.
Semua ketentuan-ketentuan unit pompa beserta perlengkapannya harus mengikuti NFPA
20 standard.
2.6. SYARAT-SYARAT PEMELIHARAAN
2.6.1. SYARAT UMUM
a. Pada saat penyerahan untuk pertama kalinya Pemborong harus menyerahkan gambar-
gambar, data-data peralatan petunjuk operasi dan cara-cara perawatan dari mesin-mesin
terpasang di bawah Kontrak ini. Data-data tersebut haruslah diserahkan kepada pemilik
proyek/Pengawas sebanyak 4 (empat) set dan kepada Perencana 1 (satu) set.
b. Pada saat penyerahan pertama harus diserahkan antara lain : Instruction Manual,
Installation Manual, Maintenance Manual, Operating Instruction, Trouble Shooting
Instruction.
c. Hendaknya diberikan pula 2 (dua) set singkatan petunjuk operasi dan perawatan kepada
Pemilik, sebuah dipasang dalam suatu kaca berbingkai dan ditempelkan di dinding dalam
ruang mesin utama atau tempat lain yang ditunjuk oleh pemilik proyek/Pengawas.
d. Pemborong harus memberikan pendidikan praktek mengenai operasi dan perawatannya
kepada petugas-petugas teknis (Team Engineering) yang ditunjuk oleh pemilik proyek secara
cuma-cuma sampai cakap menjalankan tugasnya.
e. Pemborong harus memberikan Surat Garansi dari pemakaian peralatan-peralatan utama
kepada Pemberi Tugas.
2.6.2. MATERI PEMELIHARAAN
Selama masa pemeliharaan, Pemborong wajib melakukan pemeliharaan secara berkala
terhadap seluruh Instalasi Sistem, baik peralatan utama maupun instalasi pemipaannya.
Pelaksanaan pemeliharaan menyangkut item-item dan tidak terbatas pada berikut ini :
a. Pemeriksaan terhadap :
- Fungsi dan mekanisme kerja kontrol
- Mekanisme kerja panel-panel kontrol
b. Pemeriksaan terhadap: Battery Charger, penggerak engine, minyak pelumas sistem
pompa dan sistem engine
c. Testing terhadap bekerjanya unit-unit sistem, yaitu pompa penggerak elektrik dan diesel
d. Bersihkan seluruh peralatan dari kotoran
e. Pembersihan tangki bahan bakar
f. Penggantian minyak pelumas.
2.6.3. PETUNJUK PEMELIHARAAN
a. Sebelum dilakukan serah terima pekerjaan, Pemborong harus menyerahkan Buku
Petunjuk Pemeliharaan terhadap seluruh peralatan utama (pompa, motor, diesel, panel
listrik, panel kontrol, dll.) dan Instalasi serta daftar material/ komponen yang memerlukan
penggantian secara berkala.
Buku yang diserahkan harus dalam bentuk edisi lux dan dijilid dengan rapih dan bagus.
Petunjuk pemeliharaan harus mencantumkan ringkasan dari pemeliharaan berkala yang
direkomendasikan oleh pabrik pembuat dan standard/aturan yang berlaku secara umum.
b. Di dalam buku pentunjuk pemeliharaan tersebut harus diuraikan secara jelas dan ringkas
mengenai tatacara/prosedur pemeliharaan, contoh data logbook pencatatan (harian,
mingguan, bulanan dan tahunan).
c. Jumlah buku yang harus disediakan oleh Pemborong sebanyak 5 (empat) set, masing-
masing 3 set untuk Pemilik Proyek, 1 set untuk Pengawas/MK dan 1 set untuk Perencana.
Seluruh biaya yang diakibatkan oleh pembuatan dan pengadaan buku tersebut ditanggung
oleh Pemborong.

Anda mungkin juga menyukai