Anda di halaman 1dari 18

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

A. Latar Belakang

Sampai saat ini diare masih tetap merupakan salah satu masalah

kesehatan masyarakat di Indonesia. Insiden tertinggi dijumpai pada

anak yang berusia di bawah 2 tahun. Diare dengan dehidrasi

merupakan 20-30% dari penyakit yang menyebebkan penderita dirawat

mondok dan merupakan 15-20% dari seluruh penyebab kematian pada

anak.1

Di Indonesia, diare akut menyebabkan kematian sebanyak

200.000- 250.000 setahun, 20% di antaranya disebabkan oleh diare

kronik.2 Menurut laporan Departemen kesehatan, di Indonesia setiap

anak mengalami diare 1,6-2 kali setahun.3

Sekitar 80 % kematian yang berhubungan dengan diare terjadi

pada 2 tahun pertama kehidupan. Penyebab kematian karena diare

adalah dehidrasi sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit

melalui tinjanya. Penyebab kematian yang lain yang penting adalah

disentri, kekurangan gizi, dan infeksi yang serius seperti pneumonia. 3

Diare juga penyebab penting kekurangan gizi pada bayi dan

balita. Ini disebabkan karena adanya anoreksia, sehingga makan lebih

sedikit dari biasanya dan kemampuan menyerap sari makanan juga

berkurang, padahal kebutuhan sari makanan meningkat akibat adanya

infeksi serta kebiasaan yang salah dari orang tua penderita yaitu

1
menghentikan semua jenis makanan untuk mengistirahatkan usus

sehingga diare akan berkurang.2,3

Oleh karena masih tingginya angka kematian dan kesakitan

pada bayi dan balita karena penyakit diare ini, pencegahan harus

dilakukan sedini mungkin dengan cara hidup sehat dan penanganan

yang tepat dan cepat dalam mengatasi diare ini juga sangat penting

untuk menurunkan angka kematian akibat penyakit ini.

B. Definisi

Diare yaitu berak-berak encer lebih dari 3 kali (pada anak), lebih

dari 4 kali (pada bayi) disertai/tanpa adanya darah atau lendir. 2,3,4,5,6

C. Klasifikasi

Diare ini dapat diklasifikasikan menjadi :3

1. Diare akut yaitu diare yang terjadi mendadak pada anak yang

sebelumnya sehat, berlangsung selama < 2 minggu.

2. Diare kronis yaitu diare yang terjadi lebih dari 14 hari

3. Diare persisten, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari

yang merupakan lanjutan diare akut

D. Etiologi

Etiologi dari diare ini dapat berupa :3

a. Faktor infeksi

- infeksi enteral terdiri dari :

2
 infeksi bakteri : E.coli, V.cholera, Shigella, Salmonella,

Campilobacter jejuni

 infeksi virus : Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus

 infeksi protozoa : Cryptosporidium

- infeksi parenteral : tonsilofaringitis, OMA

b. Faktor malabsorpsi : malabsorpsi karbohidrat, lemak dan

protein.

c. Faktor makanan

d. Faktor psikologis

E. Patogenesis

Mekanisme yang menyebabkan diare :2,3,7

a. Gangguan osmotik

Makanan yang tidak diserap menyebabkan tekanan osmotik rongga

usus meninggi, hal ini menyebabkan pergeseran air dan elektrolit

dalam rongga usus, kemudian mekanisme yang sama dengan di

atas terjadi kembali.

b. Gangguan sekresi

Rangsangan tertentu, misalnya toksin, pada dinding usus

menyebabkan peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam

rongga usus.

c. Gangguan motilitas usus

Hiperperistaltik usus menyebabkan kesempatan untuk melakukan

penyerapan makanan secara sempurna menurun hingga timbul

3
diare. Hipoperistaltik usus menyebabkan perpindahan makanan

dalam usus menjadi lambat sehingga memungkinkan pertumbuhan

bakteri. Bakteri yang tumbuh ini mengeluarkan toksin yang akan

merangsang sekresii air dan elektrolit sehingga dapat timbul diare.

F. Gejala klinis3,5.7

 Cengeng, gelisah, suhu tubuh biasa meningkat, nafsu makan

berkurang atau tak ada, kemudian timbul diare

 Anus dan daerah sekitarnya bisa lecet (eritema natum)

 Muntah yang dapat timbul sebelum dan sesudah diare

 Timbul gejala dehidrasi, berat badan turun, turgor kulit kurang,

mata dan ubun-ubun besar cekung, selaput lendir bibir dan

mulut serta kulit dapat kering.

G. Pemeriksaan Laboratorium4

 Pemeriksaan darah, urin dan feses rutin

 Pemeriksaan kultur tinja berguna mencari etiologi

 Pemeriksaan analisa gas darah dan elektrolit

 Pemeriksaan lain jika diperlukan

H. Komplikasi

Akibat yang ditimbulkan diare akut maupun kronik :

1. Kehilangan air dan elekrolit dan akhirnya dehidrasi

2. Gangguan keseimbangan asam basa

3. Hipoglikemia

4
4. Gangguan gizi

5. Gangguan sirkulasi

I. Penilaian derajat dehidrasi penderita diare3

Penilaian A B C
1. Lihat:
-Keadaan Baik, sadar Gelisah, rewel Lesu, lunglai atau
umum tidak sadar
-mata Normal Cekung Sangat cekung
dan kering
-air mata Ada Tidak ada Tidak ada
-mulut dan Basah Kering Sangat kering
lidah
-rasa haus Minum biasa Haus, ingin Malas minum
tidak haus minum atau tidak bisa
- minum

2.periksa Kembali cepat Kembali Kembali sangat


turgor kulit lambat lambat
3.Hasil Tanpa dehidrasi Dehidrasi Dehidrasi berat
pemeriksaan ringan/sedang Bila ada 1 tanda *
+ 1 atau lebih
tanda lain
4. Terapi Rencana terapi Rencana Rencana terapi C
A terapi B

5
J. Penatalaksanaan

Dasar pengobatan diare :

 pemberian cairan (rehidrasi awal dan maintenance)

 dietetik

 obat-obatan

1. Diare akut tanpa dehidrasi

- pemberian cairan untuk mencegah dehidrasi

- pemberian makanan untuk mencegah kurang gizi

2. Diare akut dengan dehidrasi ringan-sedang

- upaya rehidrasi di pojok URO

- cairan elektrolit 75 ml/kgBB selama 3 jam

3. Diare akut dengan dehidrasi berat

Umur 30 ml/kgBB 70 ml/kgBB


< I tahun 1 jam pertama 5 jam berikutnya
> 1 tahun ½ jam pertama 2 ½ jam berikutnya

6
BAB III

ILUSTRASI KASUS

ANAMNESIS

Identitas pasien :

Nama :RS

Umur : 9 Bulan

Jenis kelamin : Laki-laki

Suku : Minang

Alamat : Bukittinggi

ALLOANAMNESA (diberikan oleh ibu kandung)

Seorang bayi laki-laki umur 9 bulan masuk bangsal anak RSAM

pada tanggal 30 Juni 2006 pukul 19.05 WIB dengan :

Keluhan utama : Berak-berak encer sejak 4 hari yang lalu

Riwayat penyakit sekarang :

- Batuk-batuk sejak 4 hari yang lalu, berdahak tapi tidak keluar-

keluar

- Berak-berak encer sejak 4 hari yang lalu, frekuensi ± 8x/hari ,

warna kuning, jumlahnya 2-3 sendok makan per kali, tidak

berdarah dan tidak berlendir.

7
- Muntah-muntah sejak 3 hari yang lalu, frekuensi 3-4x/hari,

jumlahnya 1- 2 sendok makan perkali, warna putih, berisi apa yang

dimakan dan diminum, tidak menyemprot.

- Sesak nafas tidak ada

- Pasien sudah berobat ke IGD, di beri oralit tetapi pasien sulit sekali

untuk minum.

- Sejak sakit anak gelisah dan rewel, minum mau tapi sedikit, nafsu

makan berkurang sejak sakit.

- Buang air kecil terakhir 6 jam yang lalu sebelum masuk RS, jumlah

dan warnanya biasa.

Riwayat penyakit dahulu :

Tidak pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya

Riwayat penyakit keluarga :

Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit seperti ini.

Riwayat kehamilan ibu :

Selama hamil ibu tidak pernah menderita penyakit berat, kontrol

teratur ke bidan, dan mendapat suntikan TT 2x,lama hamil

cukup bulan.

Riwayat persalinan :

Lahir spontan, di Rumah Bersalin , dibantu oleh dokter spesialis,

dengan berat badan 3400 gr dan panjang badan 49 cm.

Riwayat makanan dan minuman :

Bayi : ASI : dari lahir sampai sekarang

8
PASI : Susu Lactogen sejak umur 4 bulan sampai

sekarang banyaknya 150 ml sekali minum, tiap 1 jam

sekali.

Buah biskuit : umur 4 bulan

Bubur susu : umur 6 bulan

Nasi tim : umur 8 bulan

Kesan : kualitas makanan dan minuman cukup

Riwayat imunisasi :

Imunisasi yang sudah di berikan :

BCG : Umur 1 bulan, scar (+)

DPT : umur 2,3,4 bulan

Polio : umur 2,3,4 bulan

Hepatitis : 0 bulan, umur 4 bulan dan 6 bulan

Campak : 9 bulan

Kesan : imunisasi dasar lengkap menurut umur

Riwayat pertumbuhan dan perkembangan fisik :

Perkembangan fisik

- Tertawa : 3 bulan

- Miring : 3 bulan

- Tengkurap : 5 bulan

- Duduk : 7 bulan

- Merangkak : 7 bulan

Kesan : perkembangan fisik baik

Riwayat Sosial Ekonomi

9
Pasien merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Ibu

tamatan SMA, pekerjaan ibu rumah tangga, bapak tamatan SMA,

pekerjaan Pegawai negeri, penghasilan dalam keluarga Rp

2.000.000,-/bulan.

Riwayat Perumahan dan Lingkungan

Tinggal di rumah semi permanen, sumber air minum dari PDAM,

pekarangan tidak luas ± 2m dari teras rumah, buang air besar di WC

dalam rumah, sampah dikumpul dan langsung dibakar.

Kesan : Higiene dan sanitasi Lingkungan cukup baik.

Pemeriksaan fisik

Tanda vital :

- Keadaan umum : Sakit sedang

- Kesadaran : sadar, rewel

- Frekuensi nadi : 129x/mnt

- Frekuensi nafas : 42 x/menit

- Suhu : 370C

- BB : 7,5 kg

- BB sebelum sakit : 8,9 kg

- Panjang badan : 72 cm

- Status gizi : BB/U : 86,40 %

PB/U : 96%

BB/TB :96,73 %

Kesan : status gizi baik

10
Pemeriksaan sistemik :

Kulit : Teraba hangat, sianosis (-), ikterik (-), pucat (+), turgor baik

Kepala : Bentuk simetris, ubun-ubun besar sudah tertutup

Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut

Mata :Konjungtiva tidak anemis,sklera tidak ikterik, pupil isokor,

ukuran 2 mm, reflek cahaya +/+, air mata ada, mata

cekung

Hidung : Nafas cuping hidung (-)

Mulut : Bibir dan mukosa kering

Tenggorok : Tonsil T2 – T2 hiperemis dan faring hiperemis

Gigi : 2 gigi seri bawah baru tumbuh

Leher : Kaku kuduk (-), kelenjar getah bening tidak membesar,

JVP 5-2 cm H2O

Dada :

Paru

- Inspeksi : Pergerakan simetris kiri = kanan retraksi epigastrium (-)

- Palpasi : Fremitus tidak dapat dinilai

- Perkusi : Sonor

- Auskultrasi : Suara nafas bronkovesikuler, rhonki dan wheezing (-)

Jantung :

- Inspeksi : Iktus tak terlihat

- Palpasi : Iktus teraba satu jari medial LMCS RIC V

- Perkusi : Batas jantung dalam batas normal

- Auskultrasi : Irama jantung teratur, bising (-)

11
Abdomen :

- Inspeksi : Tidak membuncit

- Palpasi : Turgor baik, hepar dan limpa tidak teraba

- Perkusi : Tympani

- Auskultrasi : Bising usus (+) normal

Punggung : Tidak ada kelainan

Alat kelamin : Tidak ada kelainan

Ekstremitas : Akral hangat, sianosis (-), ikterik (-), refilling kapiler

baik, refleks fisiologis +/+, refleks patologis -/-

Pemeriksaan laboratorium :

Darah : Hb = 8,8 gr/dl

Leukosit = 4900/mm3

Hitung jenis = -

Urin : Tidak diperiksa

Tinja : Makroskopis :warna kuning, konsistensi cair, darah (-),

lendir (-), ampas sedikit.

Mikroskopis : leukosit (-), eritrosit(-),telur cacing (-), parasit

lain(-)

Diagnosis kerja :

- Diare akut dengan dehidrasi sedang

- Tonsilofaringitis akut

Terapi:

12
IVFD RL 75 cc/kgBB dalam 3 jam = 50 tetes/menit (makro)

Diet bubur susu dan buah biskuit

Minum banyak

Paracetamol 100 mg 3 x 1 bila demam

Kotrimoxazole 3 x 1 cth

Ambroxol 6 mg 3 x 1

Efedrin 2 mg 3 x 1

FOLLOW UP :

Tanggal 8 Juni 2006 jam 17.30 WIB

A/ Mencret (+) 5x , demam (+), minum mau, BAK (+), muntah (-),batuk

(+), pilek (+).

O/ KU Kes Nadi Nafas T BB

Sedang sadar 120x/mnt 36x/mnt 36,6˚C 8,7

Kepala : Rambut hitam tidak mudah dicabut

Mata : tidak cekung, air mata ada, anemis (-), ikterik (-)

Mulut : bibir dan mukosa basah

Tonsil : T2-T2 hiperemis, faring hiperemis

Jantung dan Paru : dalam batas normal

Abdomen : turgor baik

Ekstremitas : akral hangat, sianosis (-), ikterik (-), refilling kapiler

baik

Kesan : Rehidrasi tercapai

Terapi :

13
- Oralit 80 cc/BAB encer

- Diet bubur susu dan buah biskuit

- Terapi lain di lanjutkan

Tanggal 9 Juni 2006

A/ mencret (+) 4x, demam (+), minum mau, BAK (+)

O/ KU Kes Nadi Nafas T BB

Sedang Sadar 110x/mnt 30x/mnt 36,5˚C 8,2kg

Kepala : Rambut hitam tidak mudah dicabut

Mata : tidak cekung, air mata ada, anemis (-), ikterik (-)

Mulut : bibir dan mukosa basah

Tonsil : T1-T1 tidak hiperemis, faring tidak hiperemis

Jantung dan Paru : dalam batas normal

Abdomen : turgor baik

Ekstremitas : akral hangat, sianosis (-), ikterik (-), refilling kapiler

baik

Kesan : stabil

Terapi :

- Oralit 80 cc/BAB encer

- Diet bubur susu dan buah biskuit

14
BAB IV

DISKUSI

Kasus di atas didiagnosis sebagai diare akut dengan dehidrasi

berat. Dasar dari diagnosis pada pasien ini adalah dari anamnesis

didapatkan adanya berak-berak encer dengan frekuensi lebih dari 15

kali, dengan jumlah 3 sendok makan - ½ gelas setiap kali mencret,

adanya muntah lebih dari 10 kali, dengan jumlah 2 sendok makan – ¼

gelas per kali muntah berisikan apa yang dimakan dan diminum,

disertai dengan demam tidak tinggi, terus menerus, tidak ada kejang

dan tidak menggigil. Ini sangat mendukung bahwa ada infeksi

gastrointestinal pada anak tersebut sehingga menyebabkan diare. Di

samping itu buang air kecil kurang dari biasanya dan terakhir 4 jam

yang lalu sebelum masuk rumah sakit yang menandakan adanya

dehidrasi berat.

Dari pemeriksaan fisik ditemukan keadaan umum berat, nadi

sangat cepat dan sukar teraba, nafas sesak, mata sangat cekung, air

mata tidak ada, mukosa mulut kering, turgor kembali sangat lambat

mendukung diagnosis dehidrasi berat (WHO 1980). Pasien kehilangan

berat badan >10%, yaitu sebesar 11,59%, karena berat badan

seminggu sebelum diare 8,2 kg dan saat sakit, berat badan pasien 7,25

kg.

15
Dari hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan leukosit

darah dalam batas normal dan dari pemeriksaan feses secara

makroskopis tidak ditemukan lendir dan darah, dan secara

mikroskopis leukosit, bakteri dan parasit lain tidak ditemukan,

sehingga menyingkirkan kemungkinan diare yang disebabkan oleh

bakteri. Jadi kemungkinan diare yang didapat oleh pasien ini

disebabkan oleh virus, di mana secara epidemiologis terbanyak

disebabkan oleh Rotavirus. Diare karena Rotavirus tidak memerlukan

pengobatan yang khusus hanya penatalaksanaan cairan. Untuk

memastikan penyebab diare perlu dilakukan kultur feses.

Pada pasien ini diberikan cairan IVFD RL 1 jam I 30 cc/kgBB,

kemudian dilanjutkan 5 jam II 70 cc/kgBB dan oksigen 2 liter/menit

untuk mengatasi kemungkinan terjadinya syok. Diharapkan dengan

pemberian cairan ini rehidrasi tercapai.

Dalam follow up 1 jam I sudah ditemukan perbaikan dimana

anak tampak dalam dehidrasi sedang. Kemudian pada follow up 5 jam

II rehidrasi sudah tercapai. Terapi dilanjutkan dengan pemberian oralit

bila BAB encer dan pemberian bubur susu dan buah biskuit untuk

mencegah kekurangan gizi pada anak, sedangkan IVFD RL dihentikan.

16
DAFTAR PUSTAKA

1. Lubis I, pasaribu S, Lubis M, dkk. Risiko Terjadinya Diare :

Identifikasi Faktor pada bayi. Medika No 2 tahun 17. Jakarta:

1991.

2. Markum AH. Penyakit radang usus. Dalam: Markum AH,

Ismael S, Alatas Hemostasis,dkk, penyunting. Buku ajar ilmu

kesehatan anak jilid 1. Jakarta, FKUI; 1999: 448-66.

3. DepkesRI Ditjen Pemberantasan Penyakit Menular dan

Penyehatan Lingkungan Pemukiman. Buku Ajar Diare

Pegangan Bagi Mahasiswa. DepkesRI Ditjen PPM& PLP Jakarta:

1999.

4. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUP. Diare akut. Dalam:

Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak. Edisi ke-

2. Bandung: Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUP,2000: 237-44.

5. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUNAND. Diare akut.

Dalam: Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak..

Padang: Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUNAND: 6-20.

6. Merenstein GB, Kaplan WD. Diare. Dalam : Buku Pegangan

Pediatri. Edisi 17.Widya medika. Jakarta: 557-62.

7. Staf Pengajar IKA FKUI. Diare Pada Bayi dan Anak. Dalam :

Buku Kuliah Ilmu Kesehatan anak, jilid 2. Jakarta : Bagian

Ilmu Kesehatan anak FKUI. 1985 :283-311

17
18

Anda mungkin juga menyukai