Anda di halaman 1dari 23

BAGIAN TAVDIL YUUUHUUUUUU Traumatic Ulser

Traumatic ulcer Definisi


Definisi Ulser kerusakan mukosa yang melebihi membran basalis. Biasanya
Etiologi berwarna putih kekuningan. Ulser adalah lesi yang paling sering terjadi
Gejala klinis pada jaringan lunak rongga mulut.
Histopatologi Traumatic ulcers bentuk lesi ulseratif yang disebabkan karena trauma.
Diagnosis dan DD Etiologi
Pemeriksaan (subjektif, objektif, penunjang) Kebanyakan penyebabnya adalah trauma mekanis sederhana dengan
Rencana perawatan (farmako dan non farmako) hubungan penyebab dan efeknya sudah jelas. Etiologi ulser diantaranya
Epilepsi adalah :
Definisi a. Trauma akibat kecelakaan umumnya melibatkan regio
Tanda-tanda antara gigi geligi, seperti pada bibir bawah, lidah, dan mukosa
Etiologi bukal.
Gejala klinis dan klasifikasi b. Gigi tiruan juga termasuk penyebab paling sering bisa
Managemen dental akut/kronik
Managemen kejang (umum) c. Masalah psikologis dan kebiasaan abnormal.
Manifestasi dan komplikasi oral Hal ini disebut factitial injury yang sering sulit untuk
Tatalaksana didiagnosa. Ulser ini dapat menjadi bukti adanya permasalahan
Farmakologi keseluruhan atau gangguan mental pada seseorang Konseling psikologik
diperlukan untuk menangani masalah.
d. Iatrogenik Manipulasi atau konsentrasi jaringan yang
berlebihan pada perawatan jaringan keras yang dapat
menyebabkan cedera jaringan lunak harus dihindari. Hal yang
berhubungan dengan iatrogenic yaitu
Pelepasan cotton roll dari mukosa pasca perawatan Pengelompokan etiologi traumatic ulcers, yaitu :
dental, 1. Trauma fisik/ mekanik
Tekanan yang berlebihan dari saliva ejector, ‒ Tergigit
Gerakan bur/ rotary instrument yang mengenai mukosa ‒ Luka traumatis akibat maloklusi
e. Bahan kimia Karena sifat asam atau basa atau memang ‒ Kontak dengan gigi yang patah
bahan yang memiliki kemampuan menyebabkan iritasi lokal ‒ Gigi tiruan yang tidak sesuai
dan kontak alergi. Contohnya adalah : ‒ Kebiasaan buruk menggigit kuku jari yang dapat

Asam asetil salisilat yang diletakkan di tempat yang melukai mukosa mulut

tidak tepat untuk mengatasi sakit gigi terbakarnya ‒ Tindik di mulut.


mukosa atau nekrosis koagulatif. 2. Trauma akibat panas/thermal injuries

Medikasi kavitas gigi yang mengandung fenol ‒ Luka bakar listrik anak-anak menggigit kabel listrik.

menyebabkan ulser iatrogenik. ‒ Menelan makanan dan minuman panas luka bakar pada

Agen etsa gigi ada hubungannya dengan terbakarnya palatum atau ventral lidah.

mukosa oral secara kimiawi. Penggunakan 30 % agen 3. Trauma kimiawi/chemical trauma

hidrogenperoksida(H2O2) yang digunakan untuk ‒ Kontak zat berbahaya dan tajam secara langsung pada

bleaching juga terbakarnya mukosa. mukosa baik sebagai tindakan terapi atau tidak sengaja.

f. Suhu panas memakan makanan yang sangat panas ‒ Obat kumur atau produk perawatan mulut lain dengan kadar

terbakarnya palatum dan ventral lidah. tinggi alkohol, hidrogen peroksida, atau fenol yang

g. Material cetak thermoplastic menyebabkan terbakarnya digunakan terlalu sering.

mukosa. ‒ Beberapa obat untuk mengobati sariawan yang

h. Terapi radiasi Ulkus yang terbentuk karena radiasi akan berkonsentrasi tinggi seperti perak nitrat, fenol, atau asam

tetap ada selama perawatan radiasi. Jika ulkus dijaga dengan sulfat dan harus digunakan dengan hati-hati.

baik akan sembuh sendiri tanpa jaringan parut. .


‒ Menelan obat dengan cara mengisap atau mengunyah ‒ Ulsernya dilapisi oleh membran berwarna kuning dan
(seperti aspirin dan bisphosphonates) juga dapat disekelilingi dengan margin yang menonjol sehingga tampak
menyebabkan ulkus yang parah. hiperkeratosis.
‒ Kontak methacrylate monomer pada mukosa dalam waktu ‒ Pengerasan biasanya terjadi pada lesi tersebut.
lama juga dapat menyebabkan nekrosis mukosa. ‒ Pada ulser kronik yang jinak yang disebut traumatic granuloma
berasosiasi dengan cedera mukosa yang dalam. Berdiameter 1-2
cm, dan penyembuhannya membutuhkan beberapa minggu.
Gejala Klinis
Biasanya terjadi di lidah.
Ulser biasanya dilapisi oleh eksudat fibrin kuning-putih dan
‒ Bentuk lain dari ulser kronik bisa terjadi di palatum keras yang
dikelilingi oleh warna kemerahan. Predileksinya adalah daerah mukosa
dikenal dengan necrotizing sialometaplasia.
labial, bukal, tepi perifer lidah, dan palatum. Traumatic ulcers dibagi
‒ Ulser yang berasosiasi dengan trauma iskemik nekrosis yang
menjadi dua yaitu :
terjadi pada glandular saliva dan bisa sembuh sendiri dalam waktu
Ulser akut :
beberapa minggu.
‒ Adanya rasa sakit
‒ Penyembuhan yang tertunda jika iritasi, terutama lesi di lidah.
‒ Haloeritem disekitar ulser
‒ Tampilan klinis seperti karsinoma atau ulser infeksius.
‒ Diatasnya dilapisi oleh eksudat fribrosa berwarna kuning
keputihan (dasar bewarna kuning)
‒ Memiliki riwayat trauma
‒ Terdapat pembengkakan
‒ Dapat sembuh dalam 7-10 hari jika etiologi dihilangkan
Ulser kronis:
‒ Menghasilkan sedikit atau tidak sama sekali rasa sakit.
‒ Memiliki riwayat trauma (apabila pasien masih ingat)
‒ Tepi terangkat karena adanya pembentukan jaringan parut
Ulser yang disebabkan oleh electrical burn memiliki gambaran klinis
:
‒ Lesi meluas, melibatkan bibir, dan biasanya terjadi di anak kecil
dan balita.
‒ Lesi awalnya berbentuk hangus dan kering.
‒ Dalam beberapa hari, lesi hangus akan menjadi krusta yang
terkelupas, dan akan menjadi berdarah ketika struktur vital yang
di bawahnya terekspos.

Ulser karena makanan atau minuman panas memiliki gambaran klinis


:
‒ Ulser kecil dan terlokalisir pada palatum keras dan bibir biasanya
terjadi pada remaja dan orang dewasa.
‒ Adanya eritem dan lunak
‒ Penyembuhannya sekitar beberapa hari dan tergantung dari
luasnya ulser
Histopatologi Traumatic ulcers
Ulser akut memiliki gambaran mikroskopis sebagai berikut :
Adanya kehilangan permukaan epitel yang akan digantikan oleh
jaringan fibrin yang mengandung neutrofil.
Dasar ulser mengandung pembuluh darah yang mengalami
dilatasi dan jaringan granulasi.
Regenerasi epitel dimulai dari tepi ulser dengan proliferasi sel
bergerak ke atas dasar jaringan granulasi dan ke bawah fibrin
clot.

Ulser kronis memiliki gambaran histopatologi sebagai berikut :


Dasarnya berupa jaringan granulasi dengan jaringan parut/scar
yang dalam pada jaringan.
Terlihat adanya infiltrasi sel inflamasi
Regenerasi epitel terkadang tidak muncul karena trauma bersifat
berkelanjutan atau karena faktor jaringan lokal yang tidak biasa. Diagnosis

Hal ini berhubungan dengan adhesi molecule expression Diagnosis akan didapatkan melalui identifikasi:

(integrin) yang tidak tepat dan/atau reseptor matriks ‒ Penggunaan agen kausatif

ekstraseluler yang inadekuat ‒ Riwayat melalui anamnesa

Pada granuloma traumatik, luka jaringan dan inflamasi meluas ‒ Pemeriksaan klinis.

ke otot dibawahnya. Terdapat infiltrasi eosinofil yang banyak.


Apabila lesi diduga berasal dari trauma, penyebab harus dicari dengan Pemberian obat kumur antiseptic Chlorhexidine 0,1%
observasi selama 2 minggu bersamaan dengan penggunaan obat 3. Terapi paliatif pemberian antibiotik.
kumur seperti sodium bicarbonate sebagai usaha untuk menjaga mulut 4. Terapi suportif konsumsi makanan lunak.
tetap bersih (jika) tidak ada perubahan atau lesi bertambah besar 5. Traumatic ulcers sembuh dalam beberapa hari setelah
ukurannya biopsi. menghilangkan penyebab. Jika ulkus persisten lebih dari 7-10
hari, atau diduga akibat penyebab lain takut keganasan
Diagnosis banding traumatic ulcers perlu dilakukan biopsi.
Keganasan dan infeksi seperti: 6. Nutrisi diet lunak
‒ Sifilis
Perawatan per karakteristik ulser:
‒ TBC
Electrical and Thermal Burns
‒ Infeksi deep fungal
‒ Membutuhkan imunisasi tetanus jika tidak baru-baru ini
‒ Malignansi (keganasan)
dilakukan.
‒ Electrical burns Antibiotik profilaksis biasanya penisilin
Perawatan Traumatic ulcers untuk mencegah infeksi sekunder pada kasus yang parah.
1. Terapi kausatif observasi dan hilangkan etiologinya. ‒ Thermal burns biasanya memiliki lebih sedikit konsekuensi
2. Terapi simptomatik (apabila nyeri): klinis dan dapat sembuh tanpa perawatan.
Perawatan topikal kortikosteroid topikal atau
Chemical injuries of the oral mucosa
menggunakan anestesi topikal seperti lidokain.
‒ Mencegah paparan mukosa oral terhadap material kaustik.
Penyembuhan granuloma traumatik biasanya spontan,
‒ Area superficial dari nekrosis biasanya akan sembuh tanpa
tetapi terapi steroid topikal dapat mempercepat
meninggalkan bekas luka dalam waktu 14 hari setelah
penyembuhan dan mengurangi gejala. (TAPI INGET
pemberhentian agen penyebab.
STEROID KONTRAINDIKASI BUAT PASIEN DM
karena glukosa darah jd tinggi memperparah
penyakit).
‒ Saat nekrosis dalam area yang lebih besar surgical o Shape (bentuk) bulat, crescent, irregular, bersatu,
debridement dan antibiotik untuk memulai penyembuhan dan angular, stelate, punched out
mencegah penyebaran dari nekrosis. o Base (dasar)! keras atau terfiksir pada struktur di
bawahnya, warnanya, ada/tidaknya
PRINSIP PEMERIKSAAN DAN DIAGNOSIS
o Floor warna, adanya granulasi atau perdarahan
Prinsip dari pemeriksaan dan penegakkan diagnosis terdiri dari 3 poin
o Edge (tepi) raised, rolled and everted,
utama, yaitu:
undermined/overhanging, punched out,
Riwayat lengkap
o Rolled and pearly
Pemeriksaan klinis Ekstraoral dan Intraoral
Pemeriksaan Ekstraoral Pemeriksaan Intraoral
Jaringan Lunak
Lihat penampilan umum pasien !
‒ Jaringan lunak diperiksa secara sistematis termasuk
‒ pasien dengan anemia, penyakit thyroid,penggunaan
seluruh area pada mulut, termasuk lateral lidah dan
kortikosteroid jangka panjang, pembengkakan partod, atau
posterior dasar mulut.
pembesaran nodus limfe dapat merubah penampilan wajah pasien.
‒ Pada bagian yang terlihat abnormal harus dipalpasi
‒ Melakukan palpasi pada kelenjar parotis, TMJ (untuk clicking,
untuk mengetahui adanya ulserasi, inflamasi, atau suatu
krepitus, atau deviasi), nodus limfe servikal dan submandibular,
keganasan.
serta kelenjar thyroid.
Gigi
‒ Pada saat melakukan pemeriksaan ekstraoral, catat ciri dari segala
‒ Memeriksa gigi termasuk periodontal, karies,
pembesaran yang ada. Karakteristik lesi yang harus dicatat
restoratif, mencatatat apakah terdapat parafungsi.
adalah:
o Size
o Site (letak) ex: apakah berdekatan dengan gigi yang
tajam (ulcus traumatic), atau pada interdental papilla
(ANUG)
o Histopatologis Biopsi
o Kultur microbial Pengambilan spesimen
o Hematologi
o Tes lainnya

a. Pemeriksaan Radiografi
‒ Teknik pengambilan gambar yang paling informatif
pada kepala dan leher adalah radiografi konvensional,
CT-scan, MRI dan ultrasound.

b. Histopatologi
Nilai dan Batas
‒ Biopsi andalan buat diagnosis
‒ Pada beberapa kondisi ketika biopsi tidak membantu
biopsi tetap dapat berguna untuk mengeksklusi
kemungkinan lainnya.
Pemeriksaan khusus
o Radiografi atau teknik imaging lainnya,
Biopsi insisional (pengambilan sebagian lesi)
digunakan untuk mendeterminasi diagnosis sebelum
perawatan.
Biopsi eksisional (pengambilan seluruh lesi seperti
mucocele) digunakan untuk mengonfirmasi diagnosis
klinis.

c. Mikrobiologi
‒ Kunci pemeriksaan mikrobiologi adalah kultur
Biopsi organisme berpus spesimen ini harus dikirim untuk
‒ Biopsi adalah pengambilan dan pemeriksaan dikultur dan dideterminasi sensitivitas antibiotiknya dari
sebagian atau seluruh lesi. mikroba penyebab.
‒ Terdapat beberapa teknik biopsi. Teknik yang paling ‒ Infeksi seperti osteomyelitis, selulitis, parotitis akut,
penting adalah biopsi bedah. mikosis sistemik (yang biasa disalah artikan sebagai
‒ Satu-satunya kontraindikasi yang penting adalah tumor) atau infeksi parah lainnya perlu diidentifikasi
biopsi insisional pada tumor kelenjar parotid jika perawatan antimicrobial yang tepat akan diberikan.
bisa menjadi rekuren pada insisi luka.. ‒ Smear dapat menunjukkan perubahan nuklear pada
infeksi herpes di sel epitel hasilnya hampir secepat
jika mengirimkan swab untuk deteksi virus
menggunakan ELISA.

- Biopsi Bedah
Menginterpretasi pemeriksaan khusus dan membuat diagnosis
serta rencana perawatan
‒ Jika sebuah hasil bertentangan dengan informasi lainnya
perhitungkan kemungkinan variasi normal, mungkin
juga dengan variasi umur atau diurnal (harian), dan
pertimbangkan kemungkinan hasil false-positive dan
false-negative.

d. Tes Klinis Lainnya


‒ Tes urin bantu mendiagnosis diabetes (disarankan untuk
infeksi kandidal dan periodontal berulang), kondisi
e. Pemeriksaan Darah Lengkap
autoimun yang merusak ginjal, untuk kasus Wegener’s
UDAH DI BETA YA CYIIIIN
granulomatosis, dan untuk mendeteksi Bence-Jones protein
pada myeloma.
Epilepsi
‒ Suhu adanya infeksi tulang atau jaringan lunak. Hal ini
a. Definisi Epilepsi adalah istilah yang mengacu pada sekelompok
dapat membedakan edema inflamasi fasial dengan
gangguan yang ditandai dengan episode kronik dan rekuren,
selulitis dan mengindikasikan efek sistemik infeksi serta
perubahan fungsi neulogis atau kejang yang hebat (paroxysmal),
kebutuhan terapi yang lebih agresif.
perubahan kesadaran, atau pergerakkan yang tidak diharapkan
yang disebabkan oleh aktivitas elektrik yang abnormal dan spontan
pada otak.
b. Tanda-tanda:
‒ Kejang ditandai oleh episode berbeda yang rekuren dan sering kali
tidak diharapkan dimana terjadi gangguan pergerakan, sensasi,
kebiasan, persepsi, dan kesadaran.
‒ Walaupun riwayat kejang diperlukan pada diagnosis epilepsy, tidak
semua riwayat kejang menunjukkan kehadiran epilepsy.
‒ Kejang dapat muncul pada banyak gangguan neurologis
termasuk stress, kurang tidur, demam, alcohol or drug withdrawal
(kecanduan obat/alcohol tapi mulai mengurangi/berhenti
mengkonsumsi obat dan alcohol tersebut) dan syncope.
‒ Kejang dibagi menjadi 2 kelompok utama yaitu partial dan
c. Etiologi
generalized.
‒ Umumnya idiopatik pada lebih dari setengah pasien yang
Kejang partial hanya salah satu bagian cerebral dan
terkena.
melibatkan abnormalitas motoric, sensorik, autonomic, dan
‒ Faktor penyebab pada 35% kasus orang dewasa
fisik.
menunjukkan beberapa penyakit cerebrovascular dan
Kejang generalized cakupan dan manifestasinya lebih
abnomalitas perkembangan seperti malformasi cavernous,
luas. Kejang generalized mulai secara diffuse dan
neoplasma intracranial (gliomas), dan trauma pada kepala.
melibatkan kedua bagian cerebral. Berhubungan
‒ Penyebab umum lainnya hipoglikemia, drug
dengan peruubahan kesadaran dan sering kali
withdrawal, infeksi, dan penyakit febrile seperti meningitis
menghasilkan aktivitas motoric yang abnormal.
dan encephalitis.
‒ Kondisi genetic yang dapat menimbulkan kejang seperti
down’s syndrome, sclerosis tuberous, dan
neurofibromatosis.
‒ Stimulus spesifik yang menimbulkan kejang lampu kelap-kelip, d. Gejala klinis dan Klasifikasi
suara monotonous, music, atau suara yang nyaring. Syncope dan
kurangnya suplai oksigen juga diketahui dapat memicu kejang.

Scully, C. Medical Problems in Dentistry. 6th Ed. Churchill


Livingstone Elsevier; 2010.

Generalized : Grand Mal Epilepsy


o biasanya terjadi pada masa kanak-kanak atau
menjelang pubertas
o terdapat warning atau aura yang diikuti dengan
hilangnya kesadaran konvulsi baik tonik klonik
recovery yang berkepanjangan
aura terdiri atas perubahan mood, irritabilitas,
halusinasi, dan nyeri pada kepala
o Fase Tonik:
Pasien dapat terjatuh ke lantai resiko injury.
Pada awalnya wajah menjadi pucat dan pupil o Setelah sadar, pasien dapat merasakan beberapa
dilatasi, kepala dan leher ekstensi (opisthotonos), komplikasi seperi
spasma otot respirasi dapat menyebabkan adanya trauma pada kepala
tangisan singkat dan sianosis. masalah pernapasan
Pasien dapat secara tidak sengaja menggigit bibir kerusakan otak
atau lidah. status epilepticus
o Fase klonik
Terjadi setelah periode tonik berlalu kurang dari Petit mal
1 menit. biasanya terjadi selama masa kanak-kanak yang ditandai
Terjadi gerakan menghentak yang berulang dengan pergerakan minimal atau bahkan tidak ada,
dari tubuh, anggota gerak, lidah dan bibir. penglihatan kabur, dan kesadaran hilang tiba-tiba hanya
Takikardi, hipertensi, dan flushing beberapa detik.
Salivasi, bruxism, dan terkadang muntah juga dapat Partial Seizure
terjadi. Pasien tetap sadar dan terjadi pergerakan abnormal atau
sensasi abnormal.
Dapat juga terjadi pengeluaran urin dan feses yang
1. Simple partial sizure bisa berupa motorik, sensorik,
tidak dapat tertahan. tingkah laku, dan biasanya hanya berada pada satu
Fase klonik diikuti dengan fase semi koma selama 10- area dan termasuk diantaranya kontraksi otot pada
bagian tubuh spesifik, sensasi abnormal, mual,
15 menit. berkeringat, flusing,pupil dilatasi.
Kebingungan dan sakit kepala sering terjadi setelah Focal motor Epilepsy
Pergerakan klonik dari alat gerak dan kelompok otot
serangan.
biasanya di wajah, lengan atau kaki
Pasien biasanya harus tidur selama 12 jam atau lebih Jacksonian Epilepsy
untuk mencapai recovery penuh. Jika klonik menyebar ke otot pada sisi tubuh yang
sama
Serangan dapat diikuti dengan residual paralisis
sementara (Todd palsy) atau tindakan agresif.
2. Complex Partial Seizure epilepsi lobus temporal o tanggal terakhir pasien kejang, dan
(epilepsi psikomotor) o factor yang memperberat.

b. Pergerakan menghentak-hentakan bibir dan otot Riwayat cedera yang berhubungan dengan kejang beserta
pengunyahan perawatanya
c. Diorientasi Pasien yang mengkonsumsi obat-obatan antikonvulsan
d. Amnesia dapat mengontrol gejala kejang penggunaan
e. Hilangnya kesadaran antikonvulsan tidak berimplikasi pada perawatan dental rutin
f. Halusinasi (AMAAAAN) make sure tubuh si pasien emg respon
g. kelainan olfaktory atau gustatory (rasa) obat antikonvulsannya kalo ga respon harus konsultasi
klinis sebelum memulai perawatan dental.

e. Managemen dental Pasien yang mengkonsumsi antikonvulsan dapat mengalami


Pertimbangan Medis efek toksik obat ini dan bermanifestasi pada rongga

Riwayat medis yang didiskusikan dengan pasien atau mulut.

anggota keluarga Alergi dapat menimbulkan adanya ruam, erythema

Ketika pasien teridentifikasi epilepsy dokter gigi harus multiforme, atau bahkan SJS.

mempelajari sebanyak mungkin tentang riwayat kejang, Fenitoin, carbamazepine, dan asam valproic dapat
termasuk menyebabkan supresi sum-sum tulang, leukopenia,
o tipe kejang, trombositopenia, yang memicu pada infeksi mikrobial,
o usia onset, penyembuhan yang terhambat, perdarahan pada gingiva dan
o penyebab jika diketahui, perdarahan postoperatif.
o obat-obatan yang dikonsumsi, Asam valproic menurunkan agregasi platelet yang
o frekuensi berkunjung ke dokter, perdarahan spontan dan petekie.
o kualitas kontrol kejang, Aspirin dan NSAID sebaiknya tidak diberikan kepada pasien
o frekuensi kejang, yang sedang mengonsumsi asam valproic dapat
memperparah penurunan agregasi platelet yang
menyebabkan perdarahan.
Managemen kejang
Dokter gigi dan seluruh staf perlu mengantisipasi dan bersiap dengan:
‒ Mengetahui riwayat pasien
‒ Jadwalkan kunjungan pasien pada jam-jam dimana pasien telah
mengkonsumi obat antikonvulsannya
‒ Gunakan mouth prop pada sblm perawatan bukan pada saat
udah kejang
‒ Lepaskan gigi tiruan
‒ Diskusikan dengan pasien pentingnya menjelaskan atau
menyebutkan jika dirasakan aura telah muncul
‒ Dokter gigi perlu berhati-hati dengan iritabilitas karena sering kali
menjadi gejala epilepsy
o Premonitory stage
0,5 – 2 mg lorazepam sublingual
‒ Pernapasan pasien harus dimaintain
diazepam 2 – 10 mg intravena
‒ Grand mal seizure umumnya tidak bertahan lebih dari
‒ Jika pasien kejang pada dental chair menjaga pasien dan
beberapa menit selanjutnya pasien dapat tertidur
mencegah trauma atau injury yang mungkin terjadi pada
dengan lelap Tetap pertahankan jalur napas pasien,
pasien.
berikan oksigen, dan menyediakan mouth suction
‒ Jangan memindahkan pasien ke lantai singkirkan
Alternatifnya, tempatkan pasien pada posisi menyamping.
instrument dan instrument tray serta menempatkan pasien pada
‒ Jika pasien tidak sadar dalam beberapa menit, kejang
posisi supine.
mungkin saja berhubungan dengan low serum glucose
admintrasi glukosa mungkin dibutuhkan
‒ Tidak ada perawatan dental lebih lanjut yang dapat o SSJ
diberikan setelah kejang tonik klonik generalized selain
pemeriksan cedera terkait seperti laserasi dan fraktur. Pertimbangan rencana perawatan
‒ Jika terdapat avulsi atau fraktur pada gigi lacak lokasi dari Prosedur oral hygiene yang optimal karena beberapa medikasi dapat
gigi atau fragmen tersebut menyebabkan gingival overgrowth
‒ Jika terjadi status epilepticus atau gejala kejang berulang o Kontrol yang lebih sering
o 4 – 8 mg Lorazepam (0,05 – 0m5 mg/kg) intravena. o Jika gingival overgrowth signifikan, reduksi bedah
Lorazepam lebih disarankan karena tahan lama mungkin diperlukan
o 10 mg diazepam o DHE
o oksigen Kehilangan gigi harus digantikan sebiasa mungkin untuk mencegah
o jika kejang bertahan hingga lebih dari 15 menit, aktifkan lidah terperangkap pada area edentulous.
emergency medical service (EMS), ulangi dosis o Lebih diutamakan penggunaans protesa yang fixed
lorazepam, dan administrasikan fosphenyntoin. o Jika memungkinkan pertimbangan material metal untuk
mencegah kemungkinan fraktur
Manifestasi dan komplikasi oral
Komplikasi yang sering terjadi:
gingival overgrowth berhubungan dengan medikasi phenytoin.
Daerah yang paling sering terkena adalah permukaan labial gingiva
maksilla dan mandibular
gigi yang fraktur
laserasi lidah dan bekas luka pada bibir
komplikasi yang jarang terjadi:
o stomatitis
o erythema multiforme
Tatalaksana Epilepsi
Terapi Non-farmakologis
‒ Perawatan epilepsi secara non-farmakologis dapat dengan
mengeliminasi faktor penyebab terjadinya epilepsy, misal
stress, konsumsi alcohol atau kopi, dan lain-lain.

Terapi Farmakologis
Sedangkan obat-obat yang dapat meningkatkan aktivitas antikonvulsan
Terapi farmakologis dengan penggunaan obat-obatan anti konvulsan
diantaranya sebagai berikut :
seperti di bawah ini:

Obat-obat yang kontraindikasi pada penderita epilepsy: Manajemen medis pada penderita epilepsi dilakukan dengan terapi obat
jangka panjang.
Lini pertama pengobatan epilepsi: Oleh karena itu, terapi satu obat dan peningkatan dosis
o fenitoin (Dilantin), bertahap direkomendasikan. Terapi kombinasi seringkali
o carbamazepine (Tegretol), dan diperlukan sebagai kontrol serangan.
o asam valproic, Pada pasien dengan serangan yang belum dapat dikontrol
o dan lain-lain. terapi VNS (Vagus nerve stimulation) sebelum prosedur bedah
Cara kerja obat otak. pkknya alatnya kyk alat pacu denyut jantung
o meningkatkan ambang rangsang dari neuron motoris pada Alat VNS digunakan dengan kombinasi medikasi antiepileptik.
korteks,
o menekan perpindahan elektris cerebral yang abnormal,
Farmakologi keseluruhan
dan
1. Kortikosteroid
o membatasi penyebaran eksitasi abnormal.
Efek fisiologis
Fenitoin dan carbamazepine efisien untuk memblok kanal
‒ Meningkatkan pemecahan protein (dapat memicu
sodium atau kalsium pada neuron motoris.
sakit maag, dapat menipiskan jaringan ikat sehingga
Efek samping fenitoin: anemia, ataksia, gingival overgrowth,
menjadi perforasi lambung)
perubahan kosmetik (kulit wajah kasar, hirsutism, jerawat),
‒ Meningkatkan kadar glukosa dalam darah (terkait
lethargy, ruam kulit, dan gangguan gastrointestinal.
dengan penyakit Diabetes Mellitus)
Lini kedua:
‒ Menimbulkan retensi natrium dan air (Hipertensi,
o Fenobarbital menginduksi enzim mikrosomal yang
Moon Face, dan serangan Jantung)
membantu metabolisme obat yang sedang dikonsumsi.
Efek antiinflamasi
Efek samping medikasi antiseizure drowsiness, sedasi,
Memiliki efek terhadap semua gejala inflamasi termasuk
ataksia, peningkatan BB, ketidakseimbangan kognitif, dan reaksi
penghambatan respon antigenik makrofag dan leukosit,
hipersensitivitas.
penghambatan permeabilitas pembuluh darah melalui penurunan
Efek samping obat akan muncul bila obat diberikan secara cepat
pelepasan histamin dan menghambat kerja kinin.
atau dengan dosis tinggi.
Efek imunologik
Menurunkan limfosit, monosit, eosinofil dan basofil tetapi Penggunaan dalam bidang kedokteran gigi
meningkatkan eusinofil dalam darah. o Oral ulserasi
Terhadap pertumbuhan ‒ Kortikosteroid topikal pada keadaan : denture-induce
Diberikan jangka lama pada anak penghambatan pertumbuhan, ulser, traumatic ulser, aphtous stomatitis, erosive lichen
yang disebabkan adanya hambatan sekresi hormon pertumbuhan, planus, erythema multiforme, pemphigus, desquamative
menurunnya proliferasi sel di epifisis dan menghambat aktivitas gingivitis, georgraphic tongue, dan angular cheilitis.
osteoblas di tulang. ‒ Jenis kortikosteroid yang dipakai: triamsinolon,
Penggolongan kortikosteroid: hidrokortison, betametason.
o Glukokortikoid sintesisnya dikontrol oleh ACTH.
Kortisol merupakan kortikosteroid alamiah yang paling
poten
o Mineralokortikoid yang utama adalah aldostron, 11-
deoksikortikoteron mempunyai aktivitas
mineralokortikoid dan glukokortikoid yang merupakan
precursor aldosteron. Sintesis berbagai hormon kelamin
seperti androgen, estrogen dan progresteron.
Prinsip terapi:
o Dosis: harus sesuai dilakukan prinsip trial-eror dosis harus
disesuaikan untuk setiap penyakit, keadaan penderitanya serta
lama pemberian. Dosis besar tunggal pada umumnya aman.
o Jangka lama + dosis besar efek sampingnya meningkat, dapat
terjadi efek letal potensial penghentian tiba-tiba dapat
menimbulkan insufisiensi kelenjar adrenal (harus bertahap)
o Terapi kausal maupun kuratif hanya untuk keadaan insufisiensi 2. Anastesi Topikal
‒ Digunakan langsung pada membran mukosa mulut atau Tersedia dalam bentuk spray mengandung 10% lidokain dan
kulit. dalam bentuk gel mengandung lidokain 50 mg/g11
‒ Bentuk sediaan diantaranya krim, ointment, solution,
3. Obat Kumur Antiseptik
powder atau spray.
‒ Antiseptik adalah zat yang digunakan untuk mencegah
‒ Anestesi topikal dapat menghilangkan sensasi ujung saraf
infeksi.
aferen, selain itu juga digunakan untuk gatal, dan
‒ Antiseptik biasanya ditujukan untuk membasmi atau
pencabutan gigi anterior.
menghambat pertumbuhan kuman di permukaan jaringan.
‒ Anestesi topikal juga dipakai untuk mengurangi rasa
‒ Mekanisme kerja antiseptik adalah dengan membunuh
sakit karena insersi jarum suntik.
kuman dengan mengganggu metabolisme kuman atau
a. Benzokain
melalui denaturasi protein kuman.
‒ Merupakan derivat prokainsukar larut dalam air dan
‒ Antiseptik juga menurunkan tegangan permukaan dinding
tidak diabsorpsi secara sistemik.
sel kuman yang mengakibatkan sel membengkak dan lisis
‒ Karena toksisitasnya rendah benzokain digunakan
(disintegrasi/melarut).
untuk anestesi permukaan yang luas dalam rongga
‒ Obat kumur lebih ditujukan unutk meningkatkan
mulut.
kesehatan gigi dan mulut dan tetap diperlukan sikat gigi
‒ Benzokain terdapat dalam berbagai bentuk sediaan,
dan flossing setiap harinya.
kadar 20% dalam bentuk gel, ointment, jeli, pasta
‒ Obat kumur antiseptik diperlukan untuk menjaga
dan larutan, hanya untuk penggunaan dalam rongga
keseimbangan flora normal dengan mengontrol dan
mulut.
mencegah penumpukan bakteri.
b. Tetrakain HCL
Merupakan derivat asam para-amino benzoat, dengan
a) Klorheksidin
toksisitas dan potensi kira-kira 10x prokain.
‒ Dapat menembus oral biofilm dan aktif melawan
c. Lidokain
gram-positif dan negatif termasuk beberapa jamur.
‒ Produk ini cukup aman dan tidak menimbulkan c) Triclosan
resistensi. Terutama digunakan untuk penyakit ‒ Merupakan bahan alami yang dikatakan tidak ada efek
periodontal dan sesudah operasi. samping tetapi akhir-akhir ini diragukan keamanannya.
‒ Pemakaian terlama bisa sampai 6 bulan. ‒ Indikasinya sama dengan obat kumur yang lain tetapi
‒ Klorheksidin 0,2% digunakan dua kali sehari, tidak sebaik obat kumur klorheksidin maupun minyak
dikumur sebanyak 15-20 ml selama 30 detik. esensial.
‒ Kekurangannya adalah memberi warna pada gigi dan ‒ Mekanisme kerjanya adalah dengan menghambat
mukosa, ada rasa metal, meningkatkan pembentukan biosintesis lipid membran mikroba. Masih diperlukan
kalkulus dan iritasi mukosa. penelitian lebih lanjut untuk keamanan pemakaiannya
b) Minyak Esensial
‒ Mengandung timol, mentol dan eukaliptol dikatakan SELAMAT BELAJAR GEEEEEEEEEENG
dapat mengurangi plak dan gingivitis.
MAAF KALO ADA SALAH2
‒ Perlu campuran alkohol untuk mengaktifkan minyak
esensial yang dikandungnya sehingga indikasinya SEMOGA NILAI BAGUS2
terbatas.
‒ Pemakaian jangka panjang sampai 6 bulan menunjukkan IP IPK NAIK
hasil yang baik sama seperti klorheksidin.
WELCOME
‒ Dapat penetrasi ke dalam oral biofilm lebih cepat
daripada klorheksidin dan efektif dalam mengurangi HOLIDAAAAAAAAAAAAAAY
perdarahan interproksimal.
‒ Pemakaian adalah berkumur dua kali sehari.
‒ Adanya alkohol memberi rasa segar sehingga sering
digunakan melebihi ketentuannya dan dapat memberikan
efek negatif. tp gaboleh post operasi

Anda mungkin juga menyukai