Anda di halaman 1dari 29

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular kronik yang disebabkan

oleh Mycobacterium tuberculosis yang telah menginfeksi hampir sepertiga

penduduk dunia dan merupakan penyebab kematian kedua setelah HIV.Sebagian

besar negara di dunia tidak dapat mengendalikan penyakit TB, disebabkan

banyaknya penderita yang tidak berhasil disembuhkan. Pada tahun 2012 WHO

(World Health Organization) melaporkan Global Report 2011 tentang prevalensi

TB sebesar 289 kasus per 100.000 penduduk, insidens TB sebesar 189 kasus

per100.000 penduduk dan angka kematian sebesar 27 kasus per 100.000

penduduk.1

Tuberkulosis masih merupakan penyakitpenting sebagai penyebab

morbiditas dan mortalitas, dan tingginya biaya kesehatan. Setiap tahun

diperkirakan 9 juta kasus TB baru dan 2 juta diantaranya meninggal. Dari 9 juta

kasus baru TB di seluruh dunia, 1 juta adalah anak usia <15 tahun .2

Tuberkulosis anak adalah penyakit tuberkulosis yang terjadi pada anak

usia 0–14 tahun. Tuberkulosis anak dapat mencerminkan efektivitas dari program

pengendalian tuberkulosis termasuk deteksi kasus tuberkulosis dewasa, pelacakan

kontak, danvaksinasi BCG. Tuberkulosis pada anak sampai saat ini mengalami

perkembangan yang cukup pesat. Sekitar 500.000 anak di dunia menderita

tuberkulosis setiap tahun. 3

1
Presentase semua kasus TB pada anak berkisar antara 3% sampai 25% dari

seluruh presentase kasus TB paru. Mayoritas anak tertular TB dari pasien TB

dewasa, sehingga dalam penanggulangan TB anak penting untuk mengerti

gambaran epidemiologi TB pada dewasa. Diagnosis TB pada dewasa mudah

ditegakkan dari pemeriksaan sputum yang positif pada anak diagnosis TB sulit

dikonfirmasi. Sulitnya konfirmasi diagnosis TB pada anak mengakibatkan

penanganan TB anak terabaikan, oleh karena itu pentingnya penelitian pada TB

anak. 4

Menurut WHO faktor risiko utama kejadian tuberkulosis pada anak terjadi

pada tingkat rumah tangga seperti kontak dengan sumber penularan serta kondisi

malnutrisi yang berat. Anak yang terinfeksi kuman tuberkulosis sebagian besar

tertular dari anggota keluarga, pengasuh ataupun tetangga. Seorang penderita

tuberkulosis dewasa dapat menularkan pada 10-15 orang. Sekali batuk penderita

dapat meghasilkan sekitar 3000 percikan dahak(droplet). Sumber penularan

tuberkulosis pada anakrata-rata berasal dari batuk orang dewasa dengansputum

BTA positif. Saat orang dewasa batuk maka droplet yang dikeluarkan

mengandung kuman yangbisa menginfeksi lingkungan sekitar. Droplet dengan

ukuran yang lebih besar akan jatuh ke tanah, namun yang berukuran lebih kecil

akan melayang-layang di udara. 5

Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa tingginya prevalensi

Tuberculosis pada anak sebagianbesar terjadi pada anak yang pernah mengalami

kontak atau tinggal bersama dengan penderita tuberkulosis dewasa yang

menularkan kuman tuberkulosis. 5

2
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI

Tuberkulosis merupakan salah satu penyakit yang diketahui

banyakmenginfeksi manusia yang disebabkan oleh Mycobacterium

tuberculosiskompleks. Penyakit ini biasanya menginfeksi paru. Transmisi

penyakit biasanyamelalaui saluran nafas yaitu melalui droplet yang dihasilkan

oleh pasien yangterinfeksi TB paru.6

Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang

jaringan(parenkim) paru, tidak termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar pada

hilus.7

Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit infeksi saluran pernafasan bawah

menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosa.8

2.2 ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO

a. Etiologi

Penyebab dari penyakit ini adalah bakteri Mycobacterium tuberculosis.

Ukuran dari bakteri ini cukup kecil yaitu 0,5-4 mikron x 0,3-0,6 mikron dan

bentuk dari bakteri ini yaitu batang, tipis, lurus atau agak bengkok, bergranul,

tidak mempunyai selubung tetapi kuman ini mempunyai lapisan luar yang tebal

yang terdiri dari lipoid (terutama asam mikolat). Sifat dari bakteri ini agak

istimewa, karena bakteri ini dapat bertahan terhadap pencucian warna dengan

3
asam dan alkohol sehingga sering disebut dengan bakteri tahan asam (BTA).

Selain itu bakteri ini juga tahan terhadap suasana kering dan dingin. Bakteri ini

dapat bertahan pada kondisi rumah atau lingkungan yang lembab dan gelap bisa

sampai berbulan-bulan namun bakteri ini tidak tahan atau dapat mati apabila

terkena sinar, matahari atau aliran udara.9

Gambar 1. Mycobacterium tuberculosis (Levinson, 2008)

b. Faktor Resiko :

● Resiko Infeksi TB

Faktor resiko terjadinya infeksi TB antara lain adalah anakyang terpajan

dengan orang dewasa dengan TB aktif (kontak TB positif), daerah endemis,

kemiskinan, lingkungan yangtidak sehat (higiene dan sanitasi yang tidak baik),

dan tempatpenampungan umum (panti asuhan, penjara, atau pantiperawatan lain),

yang banyak pasien TB dewasa aktif.10

4
● Resiko Sakit TB

Anak yang telah terinfeksi TB tidak selalu akan mengalami sakit TB.

Berikut ini adalah faktor-faktor yang dapat menyebabkan berkembangnya infeksi

TB menjadi sakit TB.Faktor resiko yang pertama adalah usia. Anak berusia =

5tahun mempunyai resiko lebih besar mengalami progresiinfeksi menjadi sakit

TB karena imunitas selularnya belum berkembang sempurna (imatur). Akan

tetapi, resiko sakit TBini akan berkurang secara bertahap seiring

denganpertambahan usia. Resiko tertinggi terjadinya progresivitasdari infeksi

menjadi sakit TB adalah selama 1 tahun pertamasetelah infeksi, terutama selama 6

bulan pertama. Pada bayi,rentang waktu antara terjadinya infeksi dan timbulnya

sakitTB singkat (kurang dari 1 tahun) dan biasanya timbul gejalayang akut. Faktor

resiko yang lain adalah infeksi baru yangditandai dengan adanya konversi uji

tuberkulin (dari negatifmenjadi positif) dalam 1 tahun terakhir, malnutrisi,

keadaanimunokompromais (misalnya pada infeksi HIV, keganasan,transplantasi

organ, dan pengobatan imunosupresi), diabetesmelitus, dan gagal ginjal kronik.

Faktor yang tidak kalahpenting pada epidemiologi TB adalah status sosio

ekonomi yang rendah, penghasilan yang kurang, kepadatan hunian,

pengangguran, pendidikan yang rendah, dan kurangnya dana untuk pelayanan

masyarakat. Faktor lain yang mempunyai resiko terjadinya penyakit TB adalah

virulensi dari M.tuberculosis dan dosis infeksinya. Akan tetapi, secara klinis hal

ini sulit untuk dibuktikan.10

5
2.3 PATOFISIOLOGI

Paru merupakan port d’entrée lebih dari 98% kasus infeksi TB. Karena

ukurannyayang sangat kecil, kuman TB dalam percik renik (droplet nuclei) yang

terhirup, dapatmencapai alveolus. Masuknya kuman TB ini akan segera diatasi

oleh mekanismeimunologis non spesifik. Makrofag alveolus akan menfagosit

kuman TB dan biasanyasanggup menghancurkan sebagian besar kuman TB. Akan

tetapi, pada sebagian kecil kasus, makrofag tidak mampu menghancurkan kuman

TB dan kuman akan bereplikasi dalam makrofag. Kuman TB dalam makrofag

yang terus berkembang biak, akhirnya akan membentuk koloni di tempat tersebut.

Lokasi pertama koloni kuman TB di jaringan paru disebut Fokus Primer GOHN.10

Waktu yang diperlukan sejak masuknya kuman TB hingga terbentuknya

kompleks primer secara lengkap disebut sebagai masa inkubasi TB. Hal ini

berbeda dengan pengertian masa inkubasi pada proses infeksi lain, yaitu waktu

yang diperlukan sejak masuknya kuman hingga timbulnya gejala penyakit. Masa

inkubasi TB biasanya berlangsung dalam waktu 4-8 minggu dengan rentang

waktu antara 2-12 minggu. Dalam masa inkubasi tersebut, kuman tumbuh hingga

mencapai jumlah 10, yaitu jumlah yang cukup untuk merangsang respons

imunitas seluler. 10

Saat udara yang terdapat kuman TB terhirup, kuman tersebut akan dibawa

melalui saluran pernapasan ke daerah dekat di bawah permukaan paru. Di tempat

tersebut TBmenetap dan berkembang biak secara perlahan-lahan.Bersamaan

dengan itu, sebagian kuman akan dibawamelalui cairan getah bening ke kelenjar

getah bening yangterdekat di samping bronkus. Di kedua tempat tersebut, kuman

6
akan menimbulkan reaksi tubuh, dan sel-sel kekebalan tubuhakan berkumpul.

Dalam waktu 4 hingga 8 minggu, akan munculdaerah kecil di tengah-tengah

proses tersebut di mana terdapatjaringan tubuh yang mati (perkijuan) yang

dikelilingi sel-selkekebalan tubuh yang makin membesar. Sekitar waktu yang

bersamaan, kebanyakan orang akanmenjadi sensitif terhadap kuman TB, yang

dibuktikan denganhasil positif pada tes kulit tuberkulin.10

Perubahan-perubahan yang terjadi pada paru dan pada kelenjargetah

bening dikenal sebagai kompleks primer. Selama perkembangan kompleks

primer, basil tuberkeldibawa ke jaringan tubuh melalui pembuluh darah dan

limfe.Penyebaran tuberkulosis terjadi jika jumlah basil yangbersirkulasi besar dan

respon hospes tidak adekuat. Lebih seringjumlah basil sedikit, menyebabkan

fokus metastasis tidaktampak secara klinis pada beberapa organ. Fokus jauh

inibiasanya menjadi berkapsul, tetapi fokus ini mungkin berasaldari tuberkulosis

ekstrapulmonal maupun reaktivasi tuberkulosispada beberapa individu.10

Basil tuberkulosis dalam darah dapat mati, tetapi dapatpula berkembang

terus; hal ini tergantung kepada keadaanpenderita dan virulensi kuman. Melalui

aliran darah basiltuberkulosis dapat mencapai alat tubuh lain seperti bagian

parulain, selaput otak,s tulang, hati, ginjal, dan lain-lain. Dalam alat tubuh

tersebut basil tuberkulosis dapat segera menimbulkan penyakit, tetapi dapat pula

menjadi tenang dulu dan setelah beberapa waktu menimbulkan penyakit atau

dapat pula tidak pernah menimbulkan penyakit sama sekali.10

7
Gambar 2 : Skema Patofisiologi Tb Paru

(sumber : Departemen Pulmonologi Dan Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI)

8
BAB 3

PENEGAKAN DIAGNOSIS

3.1 RIWAYAT KONTAK DAN GEJALA KLINIS

Penegakan diagnosa TB pada anak dapat dilakukan dengan cara

melakukan pemeriksaan pada :

1. Anak yang kontak erat dengan pasien TB menular.

Yang dimaksud dengan kontak erat adalah anak yang tinggal serumah atau

sering bertemu dengan pasien TB menular. Pasien TB menular adalah terutama

pasien TB yang hasil pemeriksaan sputumnya BTA positif dan umumnya terjadi

pada pasien TB dewasa. 3

2. Anak yang mempunyai tanda dan gejala klinis yang sesuai dengan TB

anak.

Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi sistemik dan organ yang paling

sering terkena adalah paru. Gejala klinis penyakit ini dapat berup agejala

sistemik/umum atau sesuai organ terkait. Perlu ditekankan bahwa gejala klinis TB

pada anak tidak khas, karena gejala serupa juga dapat disebabkan oleh berbagai

penyakit selain TB. 3

Gejala umum TB anak adalah sebagai berikut:3

a. Berat badan turun tanpa sebab yang jelas atau berat badan tidak naik

dengan adekuat atau tidak naik dalam 1 bulan setelah diberikan

upayaperbaikan gizi yang baik.

9
b. Demam lama (=2 minggu) dan/atau berulang tanpa sebab yang jelas

(bukan demam tifoid, infeksi saluran kemih, malaria, dan lain-

lain).Demam umumnya tidak tinggi. Keringat malam saja bukan

merupakangejala spesifik TB pada anak apabila tidak disertai dengan

gejala-gejalasistemik/umum lain.

c. Batuk lama (=3 minggu), batuk bersifat non-remitting (tidak pernah

redaatau intensitas semakin lama semakin parah) dan sebab lain batuktelah

dapat disingkirkan.

d. Nafsu makan tidak ada (anoreksia) atau berkurang, disertai gagal tumbuh

(failure to thrive).

e. Lesu atau malaise, anak kurang aktif bermain.

Karena sulitnya mendiagnosis TB anak sulit di lakukan karena gejalanya

tidak khas, dibuatlah satu kesepakatan penanggulangan TB anak oleh beberapa

pakar. Kesepakatan ini dibuat untuk memudahkan penanganan TB anak secara

luas, terutama di daerah perifer atau sarana kesehatan yang kurang memadai. Unit

Kerja Koordinasi Respirologi PP IDAI telah membuat Pedoman Nasional TB

Anak (PNTA) yang telah tersebar luas dan telah di adopsi oleh Departemen

Kesehatan menjadi program pemberantasan TB nasional. 3

10
Gambar 3. Skoring TB Anak ( IDAI )

Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa pembobotan tertinggi ada pada uji

tuberkulin dan adanya kontak TB dngan BTA positif. Uji tuberkulin ini

mempunyai sensitifitas dan spesifisitas yang tinggi sehingga dapat di gunakan

sebagai uji tapis dan menunjang diagnosis. Demikian pula dengan adanya kontak

dengan penderita TB dewasa dengan BTA positif.

11
Anak dinyatakan Probable TB jika skoring mencapai nilai 6 atau lebih,

namun demikian jika anak yang kontak dengan pasien TB BTA positif dan uji

Tuberkulinnya positif namun tidak didapatkan gejala maka anak cukup diberikan

profilaksis INH terutama pada Balita. 3

3.2. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Uji Tuberkulin

Perkembangan hipersensitivitas tipe lambat pada kebanyakan individu

yang terinfeksi dengan basil tuberculosis membuat uji tuberculin sangat

dibutuhkan. Pemeriksaan inimerupakan alat diagnosis yang penting dalam

menegakkan diagnosis tuberkulosis. Uji multi punksi tidak seakurat uji Mantoux

karena dosis antigen tuberculin yang dimasukkan ke dalam kulit tidak dapat di

control.Uji tuberkulin lebih penting lagi artinya pada anak kecil bila diketahui

adanya konvensi dari negatif. Pada anak dibawah umur 5 tahun dengan uji

tuberkulin positif, proses tuberkulosis biasanya masih aktif meskipun tidak

menunjukkan kelainan klinis dan radiologis.11

Ada beberapa cara melakukan uji tuberkulin yaitu dengan cara mono

dengan salep, dengan goresan disebut patch test cara von pirquet, cara mantoux

dengan menyuntikan intrakutan dan multiple puncture metode dengan 4 – 6 jarum

berdasarkan cara Heat and 15 Tine. Uji kulit Mantoux adalah injeksi intradermal

12
0.1 mL yang mengandung 5 unit tuberculin ( UT ) derivate protein yang

dimurnikan ( PPD ) yang distabilkan dengan Tween 80.11

Interpretasi hasil test Mantoux :3

1.Indurasi 10 mm atau lebih → reaksi positif

Arti klinis adalah sedang atau pernah terinfeksi dengan kuman Mycobacterium

tuberculosis.

2.Indurasi 5 – 9 mm → reaksi meragukan

Arti klinis adalah kesalahan teknik atau memang ada infeksi dengan

Mycobacterium atypis atau setelah BCG. Perlu diulang dengan konsentrasi

yang sama. Kalau reaksi kedua menjadi 10 mm atau lebih berarti infeksi

dengan Mycobacterium tuberculosis. Kalau tetap 6 – 9 mm berarti cross

reaction atau BCG, kalau tetap 6 – 9 mm tetapi ada tanda – tanda lain dari

tubeculosis yang jelas maka harus dianggap sebagai mungkin sering kali

infeksi dengan Mycobacterium tuberculosis.

3.Indurasi 0 – 4 mm → reaksi negatif.

Arti klinis adalah tidak ada infeksi dengan Mycobacterium tuberculosis.

13
Gambar 4. Ukuran Indurasi Uji Tuberkulin

2. Pemeriksaan radiologi

Pada saat ini pemeriksaan radiologis dada merupakan cara yang praktis

untukmenemukan lesi tuberkulosis. Pemeriksaan ini memang membutuhkan biaya

lebih dibanding pemeriksaan sputum, tapi dalam beberapa hal pemeriksaan

radiologis memberikan beberapa keuntungan seperti tuberkulosis pada anak –

anak dan tuberkulosis millier. Pada kedua hal tersebut diagnosa dapat diperoleh

melalui pemeriksaan radiologi dada, sedangkan pemeriksaan sputum hampir

selalu negatif. Pada anak dengan uji tuberkulin positif dilakukan pemeriksaan

radiologis.3

14
Gambaran radiologis paru yang biasanya dijumpai pada tuberkulosis paru:3

1.Kompleks primer dengan atau tanpa pengapuran.

2.Pembesaran kelenjar paratrakeal.

3.Penyebaran milier.

4.Penyebaran bronkogen

5.Atelektasis

6.Pleuritis dengan efusi.

3. Pemeriksaan Sputum

Pemeriksaan sputum adalah pastikan. Disamping itu pemeriksaan sputum juga

dapat memberikan evaluasi terhadap pengobatan yang sudah diberikan, tetapi

kadang – kadang tidak mudah untuk menemukan sputum terutama penderita yang

tidak batuk atau pada anak –anak. Pada pemeriksaan sputum kurang begitu

berhasil karena pada umumnya sputum langsung ditelan, untuk itu dibutuhkan

fasilitas laboratorium berteknologi yang cukup baik, yang berarti membutuhkan

biaya yang banyak.3

Kriteria sputum BTA positif adalah bila sekurang – kurang nya ditemukan

tiga batang kuman BTA pada suatu sediaan. Dengan kata lain diperlukan 5.000

kuman dalam 1 ml sputum.3

15
BAB 4

PENATALAKSANAAN

4.1 ALUR TATALAKSANA TB ANAK

Alur tatalaksana TB anak dapat di lihat dalam skema di bawah ini :

Gambar 4. Alur Tatalaksana TB ( WHO 2009)

Pada sebagian besar kasus TB anak pengobatan selama 6 bulan cukup

adekuat. Setelah pemberian obat 6 bulan, lakukan evaluasi baik klinis maupun

pemeriksaan penunjang. Evaluasi klinis pada TB anak merupakan parameter

terbaik nuntuk menilai keberhasilan pengobatan. 12

4.2 TATALAKSANA PADA TB ANAK

A. Obat antituberkolosis (OAT)

Anak umumnya memiliki jumlah kuman yang lebih sedikit (pausibasiler)

16
Sehingga rekomendasi pemberian 4 macam OAT pada masa intensif hanya

diberikan kepada anak dengan BTA positif, TB berat dan TB tipe dewasa. Terapi

TB pada anak dengan BTA negatif menggunakan panduan INH, Rifampicin, dan

Pirazinamid pada fase inisial (2 bulan pertama) diikuti Rifampicin dan INH pada

4 bulan fase lanjutan.12

Nama obat Dosis harian Dosis Efek samping


(mg/kgBB/hari) maksimal
(mg/hari)

Isoniazid (H) 10 (7-15) 300 - Hepatitis


- Neuritis perifer
- hipersensitifiti
Rifampicin 15 (10-20) 600 - Gastrointestinal
- Reaksi kulit
(R) - Hepatitis
- Trombositopenia
- Peningkatan
enzim hati
- Air seni berwarna
kemerahan
Pirazinamid 35 (30-40) - - Toksisitas hepar
- Atralgia
(Z) - Gastrointestinal

Ethambutol 20 (15-25) - - Neuritis optik


- Ketajaman mata
(E) berkurang
- Hipersensitifitas

17
B. Kombinasi Dosis Tetap (KDT) atau Fixed dose Combination (FDC)

Untuk mempermudah pemberian OAT dan meningkatkan ketraturan

minum obat, paduan OAT disediakan dalam bentuk paket KDT atau FDC . satu

paket dibuat untuk satu pasien untuk satu masa pengobatan. Paket KDT untuk

anak berisi obat fase intensif, yaitu Rifampicin (R) 75 mg, INH (H) 50 mg, dan

Pirazinamid (Z) 150 mg, serta obat fase lanjutan yaitu R 75 mg dan H 50 mg

dalam satu paket. Dosis yang di anjurkan dapat dilihat dalam tabel berikut :12

Berat badan (kg) Fase intensif (2 bulan) Fase lanjutan (4 bulan)


RHZ (75/50/150) RH (75/50)
5-7 1 tablet 1 tablet

8-11 2 tablet 2 tablet

12-16 3 tablet 3 tablet

17-22 4 tablet 4 tablet

23-30 5 tablet 5 tablet

>30 Oat dewasa

Keterangan :

R : Rifampisin , H : Isoniazid , Z : Pirazinamid

1. Bayi di bawah 5 kg pemberian OAT secara terpisah, tidak dalam bentuk

KDT dan sebaiknya di rujuk ke RS.

2. Apabila ada kenaikan berat badan maka dosis atau jumlah tablet yang

diberikan di sesuaikan dengan berat badan saat itu.

18
3. Untuk anak dngan obesitas, dosis KDT berdasarkan berat badan ideal

(seusai umur ).

4. OAT KDT harus diberikan secara utuh (tidak boleh di belah atau di gerus)

5. Obat dapat di berikan dengan cara di telan utuh, di kunyah, atau di

masukan air dalam sendok.

6. Obat diberikan saat peerut kosong atau paling cepat 1 jam setelah makan.

7. Bila INH di kombinasi dengan rifampisin, dosis INH tidak boleh melebihi

10 mg/kgBB/hari

8. Apabila OAT lepas di berikan dalam bentuk puyer maka semua obat tidak

boleh di gerus bersama dan di campur dalam satu puyer.

C. Nutrisi

Status gizi pada anak dengan TB akan mempengaruhi keberhasilan

pengobatan TB. Malnutrisi berat meningkatkan resiko kematian pada anak dengan

TB. Penilaian status gizi pada TB harus di lakukan secara rutin selama anak dalam

pengobatan. Penilaian di lakukan dengan mengukur berat, tinggi, lingkar lengan

atas atau pengamatan gejala atau tanda malnutrisi seperti edema atau muscle

wasting.12

Pemberian makanan tambahan sebaiknya di berikan selama pengobatan.

Jika tidak memungkinkan dapat diberikan suplementasi nutrisi sampai anak stabil

dan TB dapat di atasi. Air susu ibu tetap di berikan jika anak masih dalam masa

menyusui.12

19
4.3 HASIL AKHIR PENGOBATAN PADA TB ANAK

Hasil akhir pengobatan pada pasien TB anak yaitu : 12

1. Pasien sembuh

Yaitu pasien TB paru dengan hasil pemeriksaan bakteriologis positif pada

awal pengobatan dan hasil pemeriksaan bakteriologis pada akhir

pengobatan dan pada salah satu pemeriksaan sebelumnya menjadi negatif.

2. Pengobatan lengkap

Yaitu pasien TB yang telah menyelesaikan pengobatan secara lengkap

dimana pada salah satu pemeriksaan sebelum akhir pengobatan hasilnya

negatif namun tanpa ada bukti hasil pemeriksaan bakteriologis pada akhir

pengobatan.

3. Gagal

Yaitu pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali

menjadi positif pada bulan ke 5 atau lebih selama pengobatan atau kapan

saja apabila selama dalam pengobatan di peroleh hasil laboratorium yang

menunjukan adanya resistensi OAT.

4. Putus Berobat

Pasien TB yang tidak pengobatannya terputus selama 2 bulan, terus

menerus atau lebih.

20
5. Tidak di evaluasi

Pasien TB yang tidak di ketahui hasil akhir pengobatannya. Termasuk

dalam kriteria ini adalah pasien pindah (transfer kekabupaten atau kota

lain) dimana hasil akhir pengobatannya tidak di ketahui

21
BAB 5

KOMPLIKASI

Tb paru apabila tidak ditangani dengan baik akan menimbulkan

komplikasi. Komplikasi - komplikasi yang terjadi pada penderita Tb paru

dibedakan menjadi dua, yaitu :12

1. Komplikasi dini: pleuritis, efusi pleura, empiema,laryngitis, usus.

2. Komplikasi pada stadium lanjut:

Komplikasi - komplikasi yang sering terjadi pada penderita stadium lanjut adalah:

a. Hemoptisis masif (pendarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat

mengakibatkan kematian karena sumbatan jalan nafas atas syok

hipovolemik

b. Kolaps lobus akibat sumbatan duktus

c. Bronkietaksis (pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan

jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru.

d. Pnemotoraks spontan, yaitu kolaps spontan karena bula/blep yang pecah

e. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, sendi, ginjal.

22
BAB VI

KESIMPULAN

Tuberkulosis merupakan salah satu penyakit yang diketahui banyak

menginfeksi manusia yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis.

Tuberkulosis masih merupakan penyakitpenting sebagai penyebab morbiditas

danmortalitas, dan tingginya biaya kesehatan.

Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan(parenkim)

paru, tidak termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar pada hilus. Penyebab dari

penyakit ini adalah bakteri Mycobacterium tuberculosis. Ukuran dari bakteri ini

cukup kecil yaitu 0,5-4 mikron x 0,3-0,6 mikron dan bentuk dari bakteri ini yaitu

batang, tipis, lurus atau agak bengkok, bergranul, tidak mempunyai selubung

tetapi kuman ini mempunyai lapisan luar yang tebal yang terdiri dari lipoid

(terutama asam mikolat).Karena ukurannyayang sangat kecil, kuman TB masuk

ke dalam paru manusia melalui percik renik (droplet nuclei) yang terhirup, dan

mencapai alveolus.

23
BAB VII

DATA PASIEN

7.1 INDENTITAS PASIEN

Nama :Sri Ratih

Umur : 15tahun

JenisKelamin : Perempuan

Alamat : Kampung Jawa

Agama : Islam

Pekerjaan : Pelajar

Tanggal SMRS : 06 Juli2017

7.2 ANAMNESIS

Jenis Anamnesis : Alloanamnesa dan autoanamnesa

KeluhanUtama : Pucat dan Batuk-Batuk

Telaah :

Pasienmasukmelalui IGD RSUD Langsadengan keluhan pucat dan

lemas sejak 2 hari yang lalu disertai batuk-batuk yang dirasakan sejak 1

tahun yang lalu. Batuk dirasakan berdahak dan sesekali tidak berdahak.

Pasien juga mengalami demam naik turun terutama pada malam hari.

Pasien juga mengeluhkan sering berkeringat malam.

24
RiwayatPenyakitDahulu :

Pasienpernah dirawat karena penyakit anemia 4 bulan lalu dam juga

pernah di diagnosa TB paru.

RiwayatPenyakitKeluarga :

Ayah pasien pernah di diagnosa dengan penyakit TB paru.

RiwayatPengobatan :

Pasienpernah mengkonsumsi OAT dan tidak tuntas sampai selesai

pengobatan.

7.3 PEMERIKSAAN FISIK

KeadaanUmum : Tampaksakit, lemas.

Kesadaran : Compos Mentis

Vital Sign

TekananDarah : 100/60 mmHg

FrekuensiNafas : 32 x/menit

FrekuensiNadi : 100 x/menit

Suhu : 38,9OC

BeratBadan : 24 kg

TinggiBadan : 146 cm

Status Gizi (CDC) : 62% (Gizi Buruk)

25
Status Generalisata

Rambut :Warnahitam, distribusimerata, bentuklurus,

tidakmudahdicabut

Kepala : Normochepali

Wajah : Simetris (+), tanda-tandadismorfik (-)

Mata : Reflekcahaya (+/+), Isokhor (+/+)

Hidung : Bentuk normal, nafascupinghidung (-), sekret (-),

deviasi (-)

Telinga : Normotia, sekret (-), nyeritekan (-)

Mulutdan Gigi : Bentuk normal, sianosis (-), Karies (-)

Tenggorokan : Uvula letaktengah, hiperemis (-), Tonsil T1/T1

Leher : KGB (-), Nyerimenelan (-)

Thoraks

Inspeksi : Simetris (+/+), Ictus cordis (-), Sikatrik (-)

Palpasi : Stem fremitus kiri >kiri, ictus cordisteraba (+)

Perkusi : sonordiseluruhlapanganparu

Auskultasi : Vesikuler melemah (+/+), Rhonkibasah pada

lapangan paru kiri atas bawah, Wheezing (-/-)

26
Abdomen

Inspeksi : Distensi (-),venektasi (-), spider navi (-)

Palpasi : Hepartidakteraba (+), Limpatidakteraba (+), Massa

(-)

Perkusi : Timpani di seluruhregio abdomen

Auskultasi : Peristaltikusus (+) normal

Ekstremitas : baggy pants (+)

- - - -
Akral : Sianosis :
- - - -

- - 5 5
Edema : Tonus :
+ + 5 5

CRT : < 2 detik

7.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. DARAH RUTIN

Leukosit : 13.70 µL (↑)

HB : 9.6 mg/dl (↓)

HT : 31.6 % (↓)

Eritrosit : 4.12 juta/L (N)

Trombosit : 170 µL(N)

27
2. PEMERIKSAAN SPUTUM

- Mikroskopis Sputum BTA Sewaktu : Negatif

3. RONTGEN THORAX

- Corakan Vascular tidak meningkat

- Bercak infiltrat (+)

Kesan : KP (+)

4. ELEKTROLIT

Natrium : 127 (↓) mEq/L

Kalium : 3.50 (n) mEq/L

Klorida : 90 (↓) mEq/L

28
7.5 DIAGNOSIS BANDING

1. TB PARU

2. PNEUMONIA

3. BRONKITIS

7.6 DIAGNOSA SEKARANG

1. TB PARU + GIZI BURUK

7.7 PENATALAKSANAAN

1. Cefotaxim 1g/12 jam 9. Multivitamin syr. 1x1

2. RL 20 gtt makro 10. INH 1x 150

3. Inj. Neurages 500 mg/12 jam

4. Paracetamol tablet 3x1

5. Inj.Ranitidin 1 amp/ 8 jam

6. Ambroxol syr. 3x1

7. Codein 3x6 ml

8. Salbutamol tablet 3x1

29

Anda mungkin juga menyukai