Anda di halaman 1dari 8

a.

Visi dan Misi Rumah Sakit


Visi Rumah Sakit Baladhika Husada yaitu “Menjadi penyelenggara pembina
kesehatan TNI-AD yang dipercaya dengan dilandasi profesionalisme, disiplin,
bermoral, dan solidaritas.”
Misi Rumah Sakit Baladhika Husada
1. Menyelenggarakan dukungan kesehatan yang handal
2. menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang prima
3. Menyelenggarakan fungsi organisasi dengan seksama
Motto Rumah Sakit Baladhika Husada yaitu melayani pasien secara
profesional dan disiplin serta mengutamakan keselamatan pasien guna
kepuasan bersama.
Sabarguna dan Listiani dalam bukunya yang berjudul Organisasi dan
Manajemen Rumah Sakit menjelaskan bahwa rumah sakit merupakan sebuah
organisasi harus memiliki visi dan misi untuk menentukan tujuan jangka
pendek dan tujuan jangka panjang, misi rumah sakit sebaiknya dapat
menggambarkan tugas, cakupan, tindakan yang dilakukan, kelompok
masyarakat yang dilayaninya, pengguna yang harus dipuaskan, dan nilainya.
Dapat disimpulkan, Rumah Sakit Baladhika Husada Jember memiliki visi dan
motto yang jelas untuk dapat menggerakkan organisasi rumah sakit dan
mencapai tujuan yang telah ditentukan, tetapi misi yang telah disusun masih
sangat umum dan kurang spesifik.
b. Visi, Misi, Tujuan, Falsafah Keperawatan Ruangan
Ruang Rawat Inap Mawar di Rumah Sakit Baladhika Husada Jember tidak
memiliki visi, misi, tujuan, dan falsafah keperawatan. Ruang rawat di rumah
sakit merupakan bagian dari rumah sakit yang harus memiliki visi dan misi
yang berkaitan dengan visi dan misi rumah sakit, agar tujuan yang dicapai
sesuai dengan tujuan rumah sakit, visi dan misi ruangan ini juga menjadi upaya
dalam peningkatan mutu pelayanan rumah sakit (Pohan, 2006). Berdasarkan
penjabaran tersebut dapat disimpulkan bahwa Ruang Rawat Inap di Rumah
Sakit Baladhika Husada Jember masih belum memenuhi kriteria rumah sakit
dalam meningkatkan mutu pelayanannya.
c. Model penugasan asuhan keperawatan
Model penugasan di ruangan mawar merupakan model penugasan peralihan
dari model fungsional ke model tim. Model tim sudah dikonsepkan di ruangan
mawar tetapi dalam pelaksanaannya masih menggunakan model fungsional
karena masih dalam masa transisi. Metode penugasan tim adalah metode
pemberian asuhan keperawatan dimana seorang perawat professional
memimpin sekelompok tenaga keperawatan dengan berdasarkan konsep
kooperatif & kolaboratif (Douglas, 1992). Model penugasan tim di ruangan
Mawar Rumah Sakit Baladhika Husada Jember dapat memberikan pelayanan
keperawatan yang komprehensif dan holistik tetapi karena model ini
merupakan model transisi maka pelayanan yang diberikan di ruangan tersebut
belum optimal.
d. Timbang terima
Metode timbang terima ruang mawar adalah dilakukan 3 kali setiap pergantian
shift dengan menyebutkan nomer ruangan, nomer bed, dokter
penanggungjawab, keluhan pasien, terapi obat yang diberikan, terapi yang akan
dijalani, pemeriksaan yang direncanakan untuk pasien hari ini, keluhan pasien
saat ini, dan tanda vital pasien. Nursalam (2008) menyatakan timbang terima
adalah suatu cara dalam menyampaikan sesuatu (laporan) yang berkaitan
dengan keadaan klien yang bertujuan untuk memberikan informasi yang akurat
tentang rencana perawatan pasien, terapi, kondisi terbaru, dan perubahan yang
akan terjadi dan antisipasinya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa timbang
terima di Ruang Mawar Rumah Sakit Baladhika Husada sudah sangat baik
karena laporan yang diberikan antar perawatanya sangat detail untuk
mengurangi kesalahan dalam memberikan pelayanan kesehatan.
e. Supervisi Keperawatan
Pelaksanaan supervisi keperawatan di Ruang Rawat Inap Mawar Baladhika
Husada Jember menurut Kepala Ruangan tidak pernah dilakukan dikarenakan
dalam ruangan tersebut pada saat shift hanya terdiri dari 2 perawat yang
berjaga, yaitu kepala ruangan yang merangkap sebagai perawat pelaksana dan
perawat pelaksana itu sendiri. Supervisi adalah kegiatan-kegiatan yang
terencana seorang manajer melalui aktifitas bimbingan, pengarahan, observasi,
motivasi dan evaluasi pada stafnya dalam melaksanakan kegiatan atau tugas
sehari-hari (Arwani, 2006). Supervisi keperawatan bermanfaat untuk
meningkatkan efektifitas kerja dan lebih meningkatkan efesiensi kerja (Suarli
& Bachtiar, 2009). Supervisi harus dilakukan dengan frekuensi yang berkala.
Menurut Bactiar dan Suarly, (2009) yang bertanggung jawab dalam
melaksanakan supervisi adalah atasan yang memiliki kelebihan dalam
organisasi, dalam hal ini adalah kepala ruangan. Menurut saya Ruang Rawat
Inap Mawar Baladhika Husada tersebut butuh untuk melakukan perekrutan
tenaga keperawatan agar peran dan fungsi kepala ruang dapat kembali seperti
yang sudah ditentukan agar supaya kepala ruang tidak mengalami double job
yang mengakibatkan tugasnya sebagai kepala ruang tidak dilaksanakan
sebagaiman mestinya supaya efektifitas dan efisiensi kerja dapat tewujudkan
sehingga tujuan organisasi pun dapat dicapai.
f. Ronde keperawatan
Pelaksanaan Ronde Keperawatan di Ruang Rawat Inap Mawar Baladhika
Husada Jember tidak pernah dilaksanakan bersama dengan petugas kesehatan
di bidang yang lainnya. Menurut Swansburg (2001) menyatakan bahwa ronde
keperawatan merupakan prosedur dimana dua atau lebih perawat mengunjungi
pasien untuk mendapatkan informasi yang akan membantu dalam
merencanakan pelayanan keperawatan dan memberikan kesempatan kepada
pasien untuk mendiskusikan masalah keperawatannya serta mengevaluasi
pelayanan keperawatan yang telah diterima pasien. Berdasarkan teori tersebut
ronde keperawatan yang dilakukan di Ruang Rawat Inap Mawar Baladhika
Husada Jember adalah benar dikarenakan ronde keperawatan adalah kegiatan
yang dilakukan oleh perawat dengan perawat bukan perawat dengan bidang
kesehatan lain seperti dokter atau fisioterapi yang bertujuan agar pasien
mendapatkan informasi mengenai penyakitnya, pemeriksaan lanjutan dan
proses keperawatan yang akan dijalaninya serta untuk memodifikasi asuhan
keperawatan yang diberikan.
g. Discharge planning
Discharge planning di Ruang Rawat Inap Mawar Baladhika Husada Jember
dilakukan pada saat perawatan. Pasien diajarkan untuk perawatan saat di rumah
seperti perawatan luka, minum obat sehingga saat pasien KRS dapat
menerapkan terapi yang telah diajarkan pada pasien di rumah secara mandiri.
Format untuk discharge planning sudah ada dan diisi oleh perawat yang saat
itu melaksanakan shif. Pelaksanaannya dilakukan kembali saat pasien akan
pulang/KRS mengenai perawatan selama di rumah yang telah diajarkan
sebelumnya. Perencanaan pulang merupakan proses perencanaan sistematis
yang dipersiapkan bagi pasien untuk menilai, menyiapkan, dan melakukan
koordinasi dengan fasilitas kesehatan yang ada atau yang telah ditentukan serta
bekerjasama dengan pelayanan sosial yang ada di komunitas, sebelum dan
sesudah pasien pindah/pulang (Carpenito, 2002 dalam Hariyati dkk, 2008:54).
Menurut Kozier (2004), discharge planning didefenisikan sebagai proses
mempersiapkan pasien untuk meninggalkan satu unit pelayanan kepada unit
yang lain di dalam atau di luar suatu agen pelayanan kesehatan umum.
Berdasarkan teori diatas jelas bahwa discharge planning diberikan sejak pasien
masih dirawat sampai pasien akan dipulangkan. Jadi menurut saya kegiatan
discharge planning yang dilakukan di RS tersebut adalah sesuai dengan teori
yang ada.
h. Sentralisasi obat
Obat yang digunakan untuk perawatan pasien diambil di apotek pusat rumah
sakit yang selanjutnya akan diletakkan di laci obat di ruangan perawat sesuai
nomer bed pasien. Obat selanjutnya dihantarkan oleh petugas farmasi sesuai
dengan resep atau bisa diambil secara langsung di apotek rumah sakit.
Pemberian obat juga diberikan tulisan nama obat, nama pasien dan rute
pemberiannya pada spuit atau pembungkus spuit, pemberian obat juga
disesuaikan dengan waktu pemberiannya. Obat yang dibutuhkan masing-
masing pasien didokumentasikan pada buku obat, dalam buku obat terdapat
nama pasien, nama obat, dosis pemberian, rute pemberian dan waktu
pemberiannya. Ruangan sudah melaksanakan prinsip benar obat, benar waktu,
benar nama, benar dosis, dan benar rute. Menurut Nursalam (2008), Kegiatan
sentralisasi obat meliputi pembuatan strategi persiapan sentralisasi obat,
persiapan sarana yang dibutuhkan dan membuat petunjuk teknis
penyelenggaraan sentralisasi obat serta pendokumentasian hasil pelaksanaan
sentralisasi obat. Kesimpulan yang dapat ditarik berdasarkan hal tersebut yaitu
pelaksanaan sentralisasi obat telah dilakukan sesuai dengan prosedur yang
telah ada.
i. Dokumentasi keperawatan
Asuhan keperawatan di ruang mawar menggunakan model PIE (Problem,
Intervention, Evaluation) sedangkan evaluasi asuhan keperawatan yang
digunakan di ruang mawar yaitu SOAP (Subjektif Obyektif Analisis Planning).
Menurut Hutahaean (2010) Model dokumentasi PIE (problem-intervension-
evaluation) merupakan suatu pendekatan orientasi proses pada dokumentasi
keperawatan dengan penekanan pada masalah keperawatan, intervensi dan
evaluasi keperawatan. Kesimpulan yang dapat ditarik berdasarkan hal tersebut
yaitu model asuhan keperawatan yang digunakan telah sesuai dengan standar
model dokumentasi PIE menurut Hutahaean.
j. Program pengendalian indikator mutu
Program pengendalian indikator mutu di Ruang Rawat Inap Mawar Rumah
Sakit Baladhika Husada Jember tidak pernah dilakukan secara formal
dikarenakan petugas perawat yang sangat terbatas sehingga membutuhkan
tenaga yang lebih untuk melaksanakan program pengendalian indikator mutu.
Ruang Mawar Rumah Sakit Baladhika Husada Jember belum meliki kotak
saran/kritik untuk menampung keluhan atau saran bagi pasien/keluarga.
Menurut Mirza Tawi (2008), mutu pelayanan kesehatan sebenarnya menunjuk
pada penampilan (performence) dari pelayanan kesehatan yang dikenal dengan
keluaran (output) yaitu hasil akhir kegiatan dari tindakan dokter dan tenaga
profesi lainnya terhadap pasien, dalam arti perubahan derajat kesehatan dan
kepuasan baik positif maupun sebaliknya. Sedangkan baik atau tidaknya
keluaran tersebut sangat dipengaruhi oleh proses (process), masukan (input),
dan lingkungan (inveronment). Maka jelaslah bahwa baik atau tidaknya mutu
pelayanan kesehatan sangat dipengaruhi oleh unsure-unsur tersebut, dan untuk
menjamin baiknya mutu pelayanan kesehatan ketiga unsure harus diupayakan
sedemikian rupa agar sesuai dengan standardan atau kebutuhan. Kesimpulan
yang dapat ditarik berdasarkan hal tersebut yaitu pelaksanaan program
pengendalian idikator mutu di ruang rawat Inap Mawar belum terlaksana
dengan baik karena keterbatasan petugas perawat.
k. Program pengendalian indikator klinik
Program pengendalian indikator klinik di Ruang Rawat Inap Mawar Rumah
Sakit Baladhika Husada Jember dilakukan pemantauan berkala tentang
peningkatan status klinis pasien. Angka kejadian decubitus, kesalahan dalam
pemberian obat, dan pasien jatuh tidak terdapat di ruang mawar, dan kejadian
tersebut disangkal oleh kepala ruang. Indikator klinik yang adalah ukuran
kuantitas sebagai pedoman untuk mengukur dan mengevaluasi kualitas asuhan
pasien dan berdampak terhadap pelayanan (Depkes RI, 2008). Indikator mutu
pelayanan keperawatan klinik menurut departemen kesehatan Republik
Indonesia yaitu, keselamatan pasien (seperti dekubitus, kesalahan dalam
pemberian obat, pasien jatuh, restrain), perawatan diri, kecemasan,
kenyamanan, dan pengetahuan. Program pengendalian klinik indikator klinik
yang ada di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Baladhika Husada Jember yang
terjadi di Rumah Sakit sudah sesuai dengan indikator klinik menurut Depkes.
l. Pelaksanaan standar SAK
Ruangan mawar memiliki SAK yang masih belum memenuhi standart, karena
masih terdapat rencana keperawatan yang belum mencantumkan tujuan dan
kriteria hasil. Tidak adanya tujuan dan kriteria hasil akan berdampak pada
pengukuran keberhasilan suatu asuhan keperawatan yang telah dilakukan,
masalah sudah teratasi, atau belum teratasi atau teratasi sebagian akan
ditentukan dari kriteria hasil. Standar asuhan keperawatan telah dijabarkan oleh
Departemen Kesehatan RI pada tahun 1998 mengacu kepada tahapan proses
keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa, perencanaan keperawatan,
implementasi keperawatan dan evaluasi. Dalam hal ini perlu diperhatikan dan
diperbaiki terkait dengan standar SAK yang ada di ruang mawar, karena tujuan
dari adanya SAK memudahkan perawat untuk melakukan asuhan keperawatan
kepada klien.
m. Pelaksanaan standar SOP
Terdapat buku yang berisi kumpulan SOP yang berada di ruangan mawar.
Tahun terbit SOP yang terbaru yang berada di ruangan yaitu tahun 2010.
Pelaksanaan tindakan keperawatan di ruang mawar masih kurang sesuai
dengan standar SOP yang telah disediakan. SOP yang terdapat pada ruang
mawar yaitu SOP administrasi kesehatan, SOP pelayanan keperawatan, dan
SOP kedaruratan keperawatan. Daftar dari semua SOP berada pada lampiran.
SOP Adalah tata cara atau tahapan yang harus dilalui dalam suatu proses kerja
tertentu, yang dapat diterima oleh seseorang yang berwenang atau yang
bertanggung jawab untuk mempertahankan tingkat penampilan atau kondisi
tertentu sehingga suatu kegiatan dapat diselesaikan secara efektif dan efisien
(depkes, 1995). Sudah banyak SOP yang tersedia di Ruang Mawar , namun
masih saja ada perawat yang dalam melakukan sesuatu tidak mengikuti standar
SOP , perawat harusnya lebih memperhatikan lagi tentang standar SOP dalam
melakukan tindakan apa pun.
n. Jenis 10 diagnosa medis terbanyak di ruangan dan 10 jenis tindakan tersering
di ruangan
10 diagnosa medis terbanyak di ruang mawar: Hernia, Appendix, FAM,
Stroma, Fraktur Femur, Fraktur Cruris, HNP, Gangren DM, Ca. Mamae,
Hemoroid. 10 jenis tindakan yang sering dilakukan di ruang mawar: Injeksi,
Vital Sign, Pemasangan Infus, Pemasangan O2, Huknah, Pemasangan Kateter,
Rawat Luka, Balut Bidai, Pemasangan Sond, Mencuci tangan. 10 jenis
tindakan tersering tersebut telah tercantum di buku pedoman SOP yang
dimiliki oleh ruang mawar. Manajemen tindakan di ruang rawat disesuaikan
dengan jumlah penyakit terbanyak (Nursalam, 2010). Kesimpulannya adalah
10 jenis tindakan tersering sesuai dengan 10 diagnosa medis terbanyak di ruang
mawar, hal ini juga didukung oleh adanya SOP yang dimiliki oleh ruang
mawar sehingga dapat memberikan tindakan keperawatan yang optimal.
o. Patient safety
1. Sasaran 1, identitas pasien sudah lengkap dibuktikan dengan adanya gelang
identitas pasien yang berisikan nama pasien, usia dan tanggal masuk rumah
sakit. Gelang tersebut memiliki dua macam warna yaitu merah muda dan
biru, warna merah muda untuk pasien perempuan dan biru untuk pasien
laki-laki.
2. Sasaran 2, komunikasi yang efektif dilakukan oleh sesama perawat maupun
antara perawat dan dokter.
3. Sasaran 3, obat-obatan, larutan konsentrat, alat-alat kesehatan, dan
pemberian label obat di ruangan mawar sudah diletakkan sesuai dengan
prosedur penyimpanan sehingga meminimalkan terjadinya kesalahan dalam
penggunaan obat.
4. Sasaran 4, tepat lokasi pada area yang akan dioperasi menggunakan gelang,
gelang akan dipasang di sebelah area yang akan dioperasi.
5. Sasaran 5, pencegahan infeksi di ruangan mawar dilakukan dengan cara cuci
tangan.
6. Sasaran 6, tempat tidur di ruang mawar masih belum sesuai dengan standar
patient safety karena terdapat beberapa tempat tidur pasien yang tidak
memiliki siderail.
Menurut Permenkes No.1691 tentang keselamatan pasien pasien menyebutkan
bahwa standart keselamatan pasien dapat dirangkum dalam 6 sasaran
keselamatan pasien yang terdiri atas: 1. Sasaran I: ketepatan identifikasi pasien,
2) Sasaran II: peningkatan komunikasi yang efektif, 3) Sasaran III: peningkatan
keamanan obat yang perlu diwaspadai (High-alert), 4) Sasaran IV: kepastian
tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi, 5) Sasaran V: pengurangan
resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan, 6) Sasaran VI: pengurangan resiko
pasien jatuh. Jadi, patient safety di Rumah Sakit Baladhika Husada baik tetapi
masih perlu peningkatan pada sasaran 6 yaitu pada pengurangan resiko pasien
jatuh.

Anda mungkin juga menyukai