Anda di halaman 1dari 20

ANTENATAL CARE

Pendahuluan

Menurut WHO antenatal care didefinisikan sebagai suatu asuhan yang

dilakukan oleh tenaga kesehatan yang terlatih dan professional terhadap wanita

hamil dan juga wanita dewasa dengan tujuan untuk menjamin kondisi kesehatan

yang terbaik baik untuk ibu maupun bayi yang sedang dikandung selama masa

kehamilan. 1

Sesuai yang dideskripsikan oleh American Academy of Pediatrics dan

American Collage of Obstetricians and Gynecologists yaitu suatu program

antepartum yang comprehensive melingkupi suatu pendekatan medis yang

terkoordinasi, penialaian risiko yang berkelanjutan, dan dukungan psikologis yang

dilakukan secara optimal dan dimulai sejak sebelum konsepsi dan terus berlanjut

hingga periode postpartum dan periode diantara konsepsi. Dalam rangka

menjalankan program tersebut dikenal lah suatu istilah antenatal care.2

Antenatal care pertama dikenalkan dan berjalan secara terorganisasi di

Amerika Serikat pada tahun 1901. Data terakhir pada tahun 2001 menunjukkan

terdapat hampir 50 juta kunjungan prenatal di Amerika Serikat. Jumlah kunjungan

rata-rata sebanyak 12 kali dan bahkan ada yang kunjungannya hingga 17 kali

bahkan lebih.2

Tujuan dilaksanakan antenatal care ini adalah untuk menekan angka

kematian ibu yang sangat tinggi pada waktu itu dan memang terbukti ampuh.

Program ini mampu menurunkan angka kematian ibu secara dramatis mulai dari

690 per 100.000 kelahiran pada tahun 1920 hingga menjadi 50 per 100.000 pada
tahun 1955. Bahkan dengan perhitungan beban biaya yang dikeluarkan maka

diperkirakan setiap 1$ yang dihabiskan dalam menjalankan program antenatal

care mampu menghemat hingga 1.49$ biaya yang akan dikeluarkan untuk

persalinan dan perawatan bayi yang baru dilahirkan. Selain itu antenatal care juga

mampu menurunkan angka kematian bayi dan kelahiran preterm. Sehingga

dengan demikian akan sangat banyak dampak positif yang diperoleh dari

dilaksanakannya program antenatal care. 2

Meskipun demikian tidak semua negara bisa menjalankan program

antenatal carenya sebaik yang dijalankan di Amerika Serikat. Di beberapa negara

berkembang kunjungan antenatal care masih jauh dari yang ditemukan di AS,

termasuk di Indonesia. Di Indonesia WHO merekomendasikan ketentuan minimal

jumlah kunjungan antenatal care yang diterapkan yaitu 1 pada trimester pertama,

1 pada trimester kedua, dan 2 pada trimester akhir. Jumlah minimal ini sangat

jauh sekali dibandingkan jumlah kujungan yang didapatkan pada negara maju.

Namun belum semua wanita hamil di Indonesia memenuhi jumlah minimal

kunjungan tersebut. Berdasarkan data terakhir jumlah wanita hamil di Indoensia

yang menjalani ANC mengalami peningkatan yaitu 96%.. Wanita-wanita yang

tinggal di wilayah perkotaan pun hanya sekitar 72% saja yang memenuhi jumlah

kunjungan minimal dan wanita yang tinggal dipedesaan hanya sekitar 57% saja. 3

Jumlah kunjungan antenatal care yang minimal ini semakin

memprihatinkan mengingat data yang menunjukkan bahwa wanita di negara-

negara berkembang jauh lebih berisiko mengalami kematian selama kehamilan

bahkan hingga 97 kali lipat dibandingkan dengan wanit-wanita di negara maju.

Indonesia menghadapi masalah kematian ibu yang sangat besar bahkan jika
dibandingkan dengan negara berkembang lainnya. Pada data terakhir Januari 2012

didapatkan angka kematian ibu di Indonesia bahkan masih lebih tinggi

dibandingkan dengan Vietnam, Thailand, Cina, Srilangka, Malaysia, dan Brunei

Darussaalam. 4

Manfaat dari Antenatal Care

Seperti yang telah disinggung di atas bahwa wanita yang sedang hamil

memiliki berbagai macam risiko yang sangat besar dan dapat mengancam nyawa.

Wanita yang menjalani antenatal care akan terhindar dari berbagai macam risiko

selama kehamilan yang bisa mengancam nyawa ibu dan bayinya. ANC mampu

menurunkan morbiditas dan mortalitas baik bagi ibu dan bayi yang akan

dilahirkan secara langsung maupun tidak langsung. Dampak secara langsung

melalui deteksi dan penatalaksanaan secara langsung berbagai macam komplikasi

yang mungkin terjadi sealama kehamilan. Sementara secara tidak langsung

melalui identifikasi dini serta system rujukan yang terbangun dengan baik melalui

program ANC ini terhadap wanita hamil yang memilki peningkatan risiko

komplikasi selama kehamilan. Selain itu melalui program ANC ini akan terdeteksi

secara dini pula berbagai macam penyakit yang dapat menular secara vertical dari

ibu kepada bayi yang dikandungnya seperti HIV, malaria, hepatitis dsb. Sehingga

dapat dilakukan tatalaksana lebih awal untuk menurunkan morbiditas maupun

mortalitas yang dapat dialami ibu dan bayinya. 2

Sejak sejarah dikembangkannya ANC ini sudah memberikan manfaat

nyata terutama dalam rangka menurunkan angka kematian ibu. Seperti yang sudah

dibahas di atas bahwa di Amerika Serikat sendiri terjadi penurunan angka


kematian ibu yang sangat dramatis dari 690 per 100.000 kelahiran pada tahun

1920 menjadi hanya sekitar 50 per 100.000 kelahiran per 100.000 kelahiran pada

tahun 1955. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Berg dkk pada tahun

2010 menggunakan data dari Pregnancy Mortality Surveillance System (PRAMS)

didapatkan bahwa adanya peningkatan risiko kematian ibu hingga lima kali lipat

bagi wanita hamil yang tidak menjalankan program ANC. Selain itu berdasarkan

penelitian yang dilakukan oleh Herbst dkk pada tahun 2003 menemukan bahwa

wanita yang tidak menjalankan ANC berhubungan dengan peningkatan angka

persalinan premature hingga dua kali lipat. Selain itu terdapat pula data yang

ditunjukkan oleh Vintzileos dkk pada tahun 2002 dari National Centre of Health

Statistics menunjukkan bahwa laju angka stillbirth pada wanita yang menjalani

ANC adalah 2.7 per 1000 dibandingkan dengan wanita yang tidak menjalani ANC

yang mencapai hingga 14.1 per 1000. 2

Cakupan ANC

Berdasarkan data terakhir dari UNICEF didapatkan bahwa secara global

jumlah wanita yang melakukan ANC minimal satu kali dengan tenaga medis

professional selama kehamilan hanya berjumlah 85%. Sementara yang melakukan


ANC sesuai dengan rekomendasi yaitu minimal 4 kali hanya berjumlah 58%.

Lebih parahnya lagi di daerah-daerah dengan angka kematian ibu tertinggi justru

jumlah ANC minimal 4 kali selama kehamilan justru lebih sedikit yaitu untuk

wilayah Afrika 49% dan Asia Selatan hanya 42%.5

Pelaksnaan ANC

 Tujuan ANC

Berdasarkan Williams disebutkan tujuan utama dilakukan ANC antara

lain: 2

- Menentukan status kesehatan ibu dan fetus

- Menghitung usia gestasi

- Merencanakan asuhan obstetric berkelanjutan.

Seriring dengan dikeluarkannya rekomendasi ANC terbaru oleh WHO

pada tahun 2016 maka tujuan ANC disempurnakan lagi yaitu untuk memberi

perawatan terhadap wanita hamil dengan penuh hormat, sesuai dengan keperluan

individual, dan berpusat pada kontak perorangan dengan penerapan praktik klinis

yang efektif (baik intervensi maupun tes yang dilakukan ), serta memberikan

informasi yang relevan dan tepat waktu, dan dukungan psikososial serta

emosional oleh para praktisi klinis yang terampilan dengan interpersonal yang

baik di dalam sistem kesehatan yang berfungsi baik. 1, 2

 Frekuensi
ANC sebaiknya dilakukan segera setelah seorang wanita dari hasil

pemeriksaan dinyatakan hamil. Mengenai frekuensi ANC berbeda halnya dengan

negara maju yang frekuensi kunjungan ANC nya bisa mencapai 17 kali

kunjungan bahkan lebih selama masa kehamilan, untuk negara berkembang

dengan memperimbangkan berbagai aspek terutama akses dan kondisi ekonomi

maka jumlah kunjungan ANC yang direkomendasikan pun berbeda. WHO

merekomendasikan jumlah kunjungan ANC pada negara berkembang termasuk

di dalamnya adalah Indonesia sebanyak 4 kali selama masa kehamilan yaitu:6

- 1 kali pada trimester I

- 1 kali pada trimester II

- dan 2 kali pada trimester III

Dalam 4 kali kunjungan tersebut disarankan salah satu kunjungannya harus

didampingi oleh suami atau keluarga yang lainnya agar dapat dilakukan edukasi

dengan baik. Selain itu dari minimal 4 kali kunjungan tersebut bagi ibu-ibu hamil

yang ANC nya dilakukan bersama tenaga medis seperti bidan maka disarankan

setidaknya 1 kali melakukan pemeriksaan pada dokter. Selain itu juga disarankan

pula untuk dilakukan pemeriksaan USG selama kehamilan.

Namun saat ini Guideline Development Group dari WHO telah mengkaji

bahwa jumlah ANC minimal 4 kali yang dulu dikenal dengan nama focused

antenatal care (FANC) dinilai masih kurang adekuat untuk menurunkan angka

mortalitas dan memberikan outcome yang baik dari kehamilan. Sehingga pada

tahun 2016 WHO kemudian mengembangakan model ANC baru dengan 8 kali

kunjungan minimal. Berikut disajikan tabel yang membedakan frekuensi ANC


sesuai rekomendasi WHO terbaru 2016 dibandingkan dengan frekuensi dari

FANC yang dulu pernah diterapkan. 1

 Pencatatan Data ANC

Segera setelah seseorang dipastikan hamil dengan berbagai macam

pemeriksaan kehamilan termasuk salah satunya dengan menggunakan

pemeriksaan USG, maka seseorang harus sudah menjalankan program ANC

sesuai dengan yang direkomendasikan. Dimulai dari pembuatan pencatatan ibu

hamil dalam suatu bentuk pencatatan yang terstandar sehingga mempermudah

komunikasi antar petugas kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan jika suatu

waktu pasien perlu dilakukan tindakan rujukan. Di Indonesia sendiri pencatatan

terstandar dilakukan dengan menggunakan buku KIA. 2


 Riwayat Kesehatan Sebelumnya dan Kondisi saat ini.

Tujuan dari pendataan mengenai riwayat kesehatan ini salah satunya

untuk menggali kemungkinan adanya riwayat penyakit dari ibu yang dapat

berdampak terhadap kehamilannya saat ini atau mencari tahu mengenai riwayat

kehamilan sebelumnya apakah dijumpai suatu kondisi yang dapat menggangu

kehamilannya sehingga dapat dilakukan intervensi lebih dini. 2

Termasuk di dalamnya adalah mengenai riwayat menstruasi. Penting

sekali untuk mengetahui apakah riwayat menstruasi sebelumnya teratur atau tidak.

Karena jika siklus menstruasi dari ibu yang bersangkutan tidak teratur maka

penghitungan usia kehamilan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik saja sulit

untuk dilakukan dan menjadi tidak akurat. Jika usia kehamilan tidak bisa

dipastikan dengan baik maka penentuan waktu persalinan pun akan menjadi tidak

valid dan dapat menimbulkan berbagai dampak yang buruk bagi kehamilannya

termasuk kemungkinan untuk melahirkan premature namun tidak terdeteksi. 2

Selain itu perlu juga dilakukan skrinning dan pendataan terkait kondisi

psikososial dari ibu yang sedang hamil tersebut. Hal ini bertujuan untuk

mengetahui kondisi kesehatan mental dari sang ibu yang menurut ACOG juga

memberikan dampak terhadap kehamilan yang sedang berlangsung. Selain itu

pula kondisi social juga perlu didata untuk mengetahui status social ibu,

pendidikan terakhir, ras, dan etnisnya. Hal ini bertujuan untuk mendeteksi

kemungkinan adanya penghalang dalam melakukan asuhan, hambatan dalam

komunikasi dan edukasi, status nutrisi ibu yang sangat dipengaruhi oleh berbagai
2
faktor tersebut.
Selain itu adanya skrinning psikososial ini saat pendataan awal ketika

ibu baru memulai program ANC nya juga turut membantu mendukung tujuan dari

model ANC baru yang direkonedasikan oleh WHO tahun 2016 dimana ditekankan

untuk memberikan asuhan selama masa kehamilan dengan penuh kepedulian

terhadap ibu yang bersangkutan dan bersifat privasi serta disesuaikan dengan

kebutuhan per individu. Sehingga dengan adanya skrinning ini petugas kesehatan

dapat mendeteksi kemungkinan apa saja yang akan menjadi penghalang dalam

melakukan pendekatan guna mewujudkan tujuan tersebut serta dapat memberikan

intervensi yang sesuai dengan kondisi pasien masing-masing. 2

Berikutnya perlu pula dilakukan skrinning mengenai kebiasaan

merokok, konsumsi alcohol, dan juga penggunaan obat-obatan terlarang.

Sehingga dapat dimulai program untuk mulai menghentikan kebaisaan buruk

tersebut sedini mungkin. 2

 Evaluasi Klinis

Evaluasi klinis yang dilakukan pada awal ANC termasuk pemeriksaan

fisik secara menyeluruh. Pemeriksaan fisik ini bertujuan untuk mendeteksi

kemungkinan berbagai penyakit yang dapat memberikan dampak pada kehamilan

seperti kondisi anemia yang bisa dicurigai dari gambaran konjungtiva yang

tampak pucat, pemeriksaan pembesaran kelenjar tiroid, pemeriksaan jantung dan

paru serta edema pada ekstremitas. 2


selain itu dapat dilakukan

pula pemeriksaan data antropometri

yang terdiri dari berat badan, tinggi

badan, dan lingkar lengan.

Pemeriksaan antropometri ini

bertujuannuntuk mengukur

pertambahan berat badan selama

masa kehamilan untuk menghindari

pertambahan berat yang berlebihan.

Pemeriksaan tanda vital juga penting

dilakukan termasuk pengukuran

tekanan darah untuk melihat adanya

pre-eklampsia atau tidak. 2

Setelah dilakukan

pemeriksaan fisik secara umum

dilanjutkan dengan melakukn pemeriksaan fisik obstetric yang terdiri dari:

- Pengukuran tinggi fundus

- Pemeriksaan vulva dan perineum untuk melihat adanya kondiloma,

varises, dan edema yang dapat menjadi penyulit saat proses persalinan

nanti

- Pemeriksaaan dengan menggunakan inspekulo untuk melihat cairan

serviks dan kemungkinan adanya infeksi.

- Pemeriksaan leopold untuk menilai presentasi janin2


Berikutnya dilakukan pemeriksaan penunjang laboratorium yang terdiri

dari pemeriksaan darah lengkap, golongan darah, kadar haemoglobin, tes HIV,

skrinning hepatitis B, pemeriksaan urinalisa pada ibu-ibu dengan tekanan darah

tinggi dan kadar gula darah. Tujuan pemeriksaan ini untuk mendeteksi secara dini

kemungkinan berbagai macam komplikasi dan juga penyakit yang dapat menular

selama kehamilan. Jika dari hasil pemeriksaan fisik dan juga pemeriksaan

laboratorium mendukung kea rah diagnose sesuai tabel disamping maka dapat

dilakukan system rujukan untuk penanganan lebih lanjut. 2

Setelah data awal dan pemeriksaan awal selesai dilakukan maka

pertemuan untuk ANC berikutnya disesuaikan dengan jadwal yang

direkomendasikan WHO dalam 8 pertemuan selama kehamilan. Selanjutnya

evaluasi yang dilkakukan setiap kali pertemuan tersebut antara lain: 2

 Pemeriksaan fisik umum termasuk tanda vital dan antropometri

 Pengukuran tinggi fundus

 Pemeriksaan DJJ

 Pemeriksaan dengan USG

 Pemeriksaan laboratorium: pemeriksaan kadar gula, pemeriksaan HIV

bagi wanita yang terdeteksi positif terinfeksi HIV perlu diulangi lagi

pada trimester ketiga, pemeriksaan hepatitis B juga perlu diulang saat

pasien persiapan untuk melahirkan di rumah sakit.

Selanjutnya terdapat beberapa intervensi yang dapat dilakukan selama

minimal 8 kali pertemuan sesuai dengan rekomendasri WHO 2016, antara lain:
 Intervensi Nutrisi

Intervensi ini dilakukan dengan memberikan konseling mengenai

konsumsi makan sehat dan anjuran untuk tetap melakukan aktivitas fisik selama

masa kehamilan. Hal ini dilakukan untuk menjaga agar ibu hamil tetap dalam

kondisi sehat dan mencegah penambahan berat badan yang berlebih. Berdasarkan

rekomendasi penambahan berat badan selama kehamilan ditentukan dari IMT saat

sebelum hamil sesuai yang dilampirkan dalam tabel berikut. 1

Selain itu pula perlu

diberikan konseling mengenai

rekomendasi kecukupan gizi

bagi ibu hamil. Sesuai yang

telah kita ketahui bersama

bahwa kondisi fisiologis selama

hamil banyak yang mengalami

perubahan begitu pula

mengenai kebutuhan nutrisi tubuh bagi ibu hamil. 2

 Kebutuhan kalori

Selama kehamilan dibutuhkan tambahan kalori hingga 80.000 kcal

terutama setelah usia kehamilan mencapai 20 minggu dan seterusnya.

Untuk memenuhi kebutuhan penambahan kalori ini AAP dan ACOG

merekomendasikan penambahan sekitar 100 hingga 300 kcal per hari

selama kehamilan agar target tersebut dapat tercapai. Namun menurut


The Institute of Medicine (2006) merekomendasikan penambahannya

tidak dibagi rata begitu saja melainkan dengan pola 0,340,452

kcal/hari secara berurutan pada trimester 1,2, dan 3. Penambahan

kalori sangat penting sekali untuk bisa memenuhi target yang

direkomendasikan karena kapanpun kebutuhan kalori tersebut tersebut

tidak terpenuhi maka saat itu juga protein dalam tubuh akan dipecah

untuk mencukupi kebutuhan kalori sehingga banyak protein yang

terpakai untuk menghasilkan kalori dibandingkan untuk membentuk

organ-organ dan berbagai macam struktur dalam tubuh janin yang

sedang berkembang.1

 Kebutuhan protein

Kebutuhan protein saat hamil dihitung dari kebutuhan protein saat

sebelum hamil ditambah kebutuhan protein untuk proses remodelling

janin, plasenta, uterus, dan ASI. Diperhitungkan sekitar total 1000 g

atau per harinya adalah 5-6 g. sumber protein terutama dari hewan,

sehingga ibu hamil tetap disarankan untuk konsumsi sumber protein

hewani dengan proses pemasakan yang sempurna.1

 Kebutuhan mineral

a. Besi. Kebutuhan besi selama kehamilan pun juga mengalami

peningkatan hingga mencapai 7g/ hari. Seringkali wanita hamil

berada dalam kondisi anemia sementara pembentukan

haemoglobin dan transfer besi pada janin menjadi sangat krusial


selama kehamilan. Sehingga dengan demikian sebaiknya ibu hamil

mendapatkan tambahan suplemen besi selama hamil. Biasanya

suplemen besi yang diberikan adalah sulfas ferrosus yang

mengandung sekitar 6 g besi elemental.2

b. Kalsium. Wanita hamil diperkirakan membutuhkan kalsium

hingga 30 g. terutama untuk daerah yang diperkirakan prevalensi

defisiensi kalsiumnya tinggi maka pemberian suplemen kalsium

sangat disarankan mengingat peran kalsium dalam perkembangan

janin sangat penting.

Kebutuhan mineral dan vitamin lainnya selama kehamilan

dijelaskan dalam tabel berikut:2


Sebenarnya masih banyak sekali rekomendasi nutrisi yang harus diedukasikan

kepada wanita hamil namun secara garis besar seorang klinisi dapat memberikan

poin-poin edukasi sebagai berikut ini:1

1. Wanita hamil diperbolehkan konsumsi apapun yang mereka innginkan

sesuai dengan porsi yang mereka perlukan dan boleh konsumsi garam

secukupnya

2. Monitor penambahan berar badan sesuai dengan rekomendasi berdasarkan

IMT sebelum hamil seperti yang telah dijelaskan di atas

3. Berikan tablet suplemen besi hingga mencapai 27 g sehari, berikan pula

suplementasi asam folat sebelum hingga minggu awal kehamilan

4. Periksa ulang kadar haemoglobin dan jematokrit pada usia kehamilab 28

minggu dan 32 minggu untuk mendeteksi adanya penurunan

konsentrasinya.

 Penilaian Ibu dan Janin

Selama ini dalam praktisnya dalam menjalankan program ANC

pemeriksaan proteinuria selalu dilakukan pada setiap ibu hamil. Namun

berdasarkan rekomendasi WHO 2016 hal tersebut tidak perlu rutin dilakukan jika

tidak ditemukan hipertensi sebelumnya. Justru terdapat beberapa poin yang harus

diperhatikan baik dari aspek ibu maupun janin yang akan dijelaskan sebagai

berikut:1

- Anemia

Anemia didefinisikan jika kadar haemoglobin kurang dari 110g/L.

anemia masih menjadi masalah yang sering ditemukan pada kehamilan


dengan prevalensi sekitar 38%. Penilaian anemia dengan hanya

mengandalkan pemeriksaan fisik klinis saja masih dinilai belum cukup

akurat, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium 1

- Bakteriuria asimptomatik

Kondisi bakteriuria asimptomatik merupakan masalah yang sering juga

dijumpai pada kehamilan dan meningkatkan risiko ISK (sistitis dan

pyelonephritis) pada ibu hamil yang juga berdampak pada komplikasi

terhadap janin yang dikandungnya. Sehingga perlu dilakukan evaluasi

dengan melakukan pemeriksaan urin pancar tengah baik dengan

dilakukan kultur ataupun dengan menganalisa melalui pewarnaan gram

ataupun dipstick. 1

- Tindakan Kekerasan oleh Pasangan

Kekerasan yang dilakukan oleh pasangan juga memberikan dampak

buruk terhadap kandungan. Baik terhadap keselamatan ibu maupun

janinnya. Berbagai macam bentuk kekerasan mulai dari fisik, seksual,

psikis dapat menimpa ibu hamil. Sehingga hal ini harus mampu

terdeteksi dengan melakukan pendekatan ANC yang bersifat privasi. 1

- Gestasional Diabetes Mellitus (GDM)

GDM juga termasuk dalam poin yang harus diperhatikan dari aspek

ibu. Sekali terdeteksi kadar gula darah tinggi pada ibu hamil kapanpun

selama periode kehamilan maka akan memberikan outcome yang tidak


baik bagi kehamilan seperti peningkatan risiko makrosemia,

preeclampsia atau bahkan eklampsia, dan distosia bahu. Sehingga

perlu dilakukan intervensi dimulai dari perubahan gaya hidup, nutrisi,

latihan fisik dan pemakaian obat anti hiperglikemia jika diperlukan.1

Selain itu kebiasaan konsumsi rokok, alcohol, HIV dan TB juga

dimasukkan dalam poin yang harus diperhatikan dari aspek ibu.

Kemudian dari aspek bayi teradapat beberapa poin pula yang harus

dievaluasi yaitu: 1

- Penghitungan gerakan janin dalam sehari

Perhitungan gerakan janin dalam sehari ini bertujuan untuk

meningkatkan kewaspadaan baik dari ibu maupun tenaga kesehatan

yang merawat terkait penurunan kondisi bayi dalam kandungan yang

bisa berujung pada perinatal mortality. Sehingga jika dapat dideteksi

lebih dini adanya penurunan gerakan janin maka diharapkan tindakan

lebih awal dapat dilakukan untuk mencegah mortalitas tersebut. 1

- Pengukuran tinggi fundus

Pengukuran ini terutama untuk memantau perkembangan janin dari

waktu ke waktu dan untuk mendeteksi adanya IUGR. Selain itu

pemeriksaan ini juga membantu mendeteksi kemungkinan gemeli,

makrosomia, polihydramnion, dan oligohidramnion. Setelah kehamilan


24 minggu maka tinggi fundus yang normal akan bertambah 2 cm dari

usia kehamilan. 1

- Pemeriksaan dengan CTG

Pemeriksaan ini dengan mengkombinasikan antara denyut jantung bayi

dengan kontraksi uterus untuk menilai kesejahteraan bayi di dalam

Rahim teruatama bagi ibu yang mengalami peningkatan risiko

komplikasi dari kehamilan. 1

- Pemeriksaan dengan USG

Pemeriksaan USG ini selain dapat digunakan untuk menentukan usia

kehamilan dengan lebih valid saat dilakukan pada trimester pertama

dapat pula digunakan untuk memantau pertumbuhan janin,

kemungkinan adanya malformasi, dan plasenta previa. 1

- Pemeriksaan dengan Doppler

Pemeriksaan ini penting sekali dilakukan terutama pada kehamilan

yang berisiko. Dengan menilai kecukupan aliran darah umbilicus maka

pemeriksaan ini mampu menilai kondisi bayi di dalam janin sehingga

dapat mencegah kemungkinan perinatal mortality. 1

 Tindakan Pencegahan

- Bakteriuria asimptomatis
Pemberian antibiotic pada wanita hamil dengan bakteriuria

asimptomatis selama 7 hari direkomendasikan untuk mencegah

komplikasi persalinan premature, bakteriuria persisten, dan BBLR1

- UTI berulang

Pada UTI berulang juga perlu diberikan pencegahan dengan

memberikan antibiotic selama seminggu1

- STH (Soil Transmitted Helminth)

Pada daerah yang dinilai endemis infeksi cacing pemberian obat

cacing pada setiap wanita hamil selama trimester 1 direkomendasikan

sebagai langkah pencegahan. 1

- Vaksinasi TT

Vaksinasi TT juga direkomendasikan pada setiap ibu hamil dengan

memperhatikan status vaksin sebelumnya dan adanya infeksi tetanus

sebelumnya untuk mencegah kematian janin akibat tetanus. 1

 Pencegahan terhadap Perubahan Fisiologis

- Pencegahan terhadap keluhan mual dan muntah

- Pencegahan terhadap keluhan rasa terbakar di dada

- Pencegahan kramp kaki

- Pencegahan konstipasi
Berbagai tindakan terapi baik farmakologis maupun non-farmakologi

perlu dilakukan untuk mencegah keluhan-keluhan di atas dan merupakan

bagian penting dari pelaksanaan ANC yang komprehensif. 1

1
WHO. WHO recomendations on antenatal care for a positive pregnancy
experience. Luxemburg: Green ink; 2016.
2
Cunningham FG, Leveno KJ & Bloom SL Williams Obstetrics. New York: Mc
Graw Hill; 2014
3
Agus Y, Horiuchi S. Factors influencing the use of antenatal care in rural West
Sumatra, Indonesia. BMC Pregnancy and Childbirth. 2012;12:9.
4
Masfiah S, Anandari D, Taji. Does prenatal care package in Indonesia reduce
miscariage/stillbirth? Management in health 2015; XIX(1):34-37.
5
UNICEF. Maternal Health. [homepage on the Internet]. 2017 [cited 2017 Oct
27]. Available from: Unicef, Web site: https://data.unicef.org/topic/maternal-
health/antenatal-care/
6
WHO.Buku saku pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar dan
rujukan. Jakarta: 2013.

Anda mungkin juga menyukai