Anda di halaman 1dari 12

HUBUNGAN USIA MENIKAH DAN PARITAS DENGAN TINDAKAN

PAP-SMEAR DI YAYASAN KANKER WISNUWARDHANA


The Correlation Age of Marriage and Parity with Pap-Smear Act in Wisnuwardhana Cancer Foundation

Ufiyah Hakimah
FKM UA, ufiyahhakimah@gmail.com
Alamat Korespondensi: Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga
Surabaya, Jawa Timur, Indonesia

ABSTRAK
Kanker serviks menjadi penyebab kematian wanita tertinggi kedua di Indonesia. Perlu upaya pencegahannya melalui
tindakan pap smear. Namun, kunjungan untuk melakukan pap smear semakin lama semakin menunjukkan penurunan.
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis hubungan antara usia menikah dan paritas dengan tindakan wanita dalam
melakukan pemeriksaan Pap Smear di Yayasan Kanker Wisnuwardhana Surabaya. Penelitian ini menggunakan jenis
penelitian observasional analitik dengan desain penelitian Case Control. Sampel berjumlah 96 wanita pasangan usia
subur yang terbagi dalam 2 kelompok yaitu kelompok kasus dan kontrol dengan perbandingan 1:1. Penelitian ini
menggunakan teknik Systematic Random Sampling dan menggunakan teknik analisis data univariat dan bivariat dengan
uji chi-square, dengan derajat kemaknaan α < 0,05. Berdasarkan hasil uji chi-square didapatkan bahwa ada hubungan
antara usia menikah (p = 0,025; OR = 2,783), paritas (p = 0,014; OR = 3,08) dengan tindakan wanita dalam melakukan
pemeriksaan Pap Smear di Yayasan Kanker Wisnuwardhana Surabaya. Disimpulkan bahwa wanita pasangan usia
subur yang mempunyai usia menikah > 20 tahun dan mempunyai dua anak atau lebih/multipara mempunyai peluang
untuk melakukan tindakan pemeriksaan Pap Smear. Petugas kesehatan disarankan untuk memberikan informasi yang
menitikberatkan pada faktor risiko kanker serviks, sehingga deteksi dini kanker serviks dapat dilakukan, terutama bagi
mereka yang mempunyai faktor risiko kanker serviks.

Kata kunci: usia menikah, paritas, tindakan pap smear

ABSTRACT

Cervical cancer became the second highest cause of the women’s death in Indonesia. It needs prevention through the pap
smear action. But, visits to perform pap smears action increased year continued to show a reduction. This research was
conducted to analyze the relationship between age of marriage and parity with women in the act of doing pap smears
action in Wisnuwardhana Surabaya Cancer Foundation. This research used an analytic observational research with case
control research design. The amount of the sample was 96 women of childbearing age couples were divided into 2 groups:
group of cases and controls with a ratio of 1:1. This research used Systematic Random Sampling technique and univariate
then bivariate data analysis technique with chi-square test, with significance level α < 0.,05. Based on the results of the
chi-square test showed that there is a relationship between the age of marriage (p = 0.025; OR = 2.783), parity (p = 0.014;
OR = 3.08) with the actions of the woman perform pap smears in Wisnuwardhana Surabaya Cancer Foundation. It can
be concluded that women of childbearing age couples who have married aged > 20 years old and have two children or
more/multiparas have the opportunity to take action pap smears. Health worker was advised to provide information that
focuses on risk factors for cervical cancer, so early detection of cervical cancer can be done, especially for those who
have risk factors for cervical cancer.

Keywords: age of marriage, parity, pap smear action

PENDAHULUAN menyebabkan pergeseran urutan penyakit, salah


Kemajuan di bidang ilmu dan teknologi satunya yaitu penyakit kanker.
mengakibatkan adanya perubahan pola Menurut Hartanti (2010), berdasarkan World
hidup manusia, sehingga perubahan tersebut Cancer Report, kejadian kanker dalam dua dekade
mengakibatkan adanya pergeseran pola penyakit. mendatang akan mengalami kenaikan sebesar 50%.
Pergeseran pola penyakit tersebut juga yang Diketahui pada tahun 2000 jumlah penderita kanker

©2016 FKM_UNAIR All right reserved. Open access under CC 420 BY – SA license doi: 10.20473/jbe.v4i3. 2016. 420–431
Received 23 March 2016, received in revised form 8 December 2016, Accepted 29 December 2016, Published online: 21 January 2017
Ufiyah Hakimah, Hubungan Usia Menikah dan Paritas dengan ... 421

mencapai 10 juta kasus, namun kasus kanker tersebut Beberapa faktor risiko yang mendukung
diperkirakan akan meningkat mencapai 15 juta pada timbulnya kanker serviks yaitu usia menikah,
tahun 2020. Sedangkan menurut data Riskesdas semakin muda melakukan hubungan seksual
2007 menunjukkan bahwa prevalensi tumor/kanker semakin berisiko terkena kanker serviks. Perempuan
sebesar 4,3/1000 penduduk, artinya dari setiap 1000 aktif melakukan hubungan seksual juga merupakan
orang Indonesia ada sekitar 4–5 orang menderita faktor risiko dari kanker serviks. Sering berganti-
kanker. Prevalensi tumor/kanker umumnya lebih ganti pasangan seksual dapat meningkatkan risiko
tinggi pada perempuan. Pada laki-laki sebesar 2,9 untuk terjadinya kanker serviks. Paritas, yaitu pada
setiap 1.000 penduduk, sedangkan pada perempuan ibu yang sering melahirkan anak, semakin banyak
mencapai 5,7 setiap 1.000 penduduk (Sedyaningsih, anak yang dilahirkan semakin tinggi risiko terjadi
2012). kanker serviks. Kebiasaan merokok juga diketahui
Semakin banyak jumlah penderita kanker di meningkatkan risiko kanker serviks akibat dari
Indonesia maka hal ini juga akan memiliki dampak paparan asap rokok yang diterima. Pernah menderita
tersendiri dalam memengaruhi angka morbiditas penyakit menular seksual dapat memudahkan
dan mortalitas. Terdapat dua jenis kanker sebagai penularan HPV (Rasjidi, 2009).
penyebab kematian utama pada wanita yaitu kanker Kejadian kanker serviks dari tahun ke tahun
serviks dan kanker payudara. Dalam data Sistem cenderung semakin menunjukkan peningkatan.
Informasi Rumah Sakit (SIRS) tahun 2007, kanker Berdasarkan Globocan International Agency for
serviks atau leher rahim menempati urutan kedua Research on Cancer (IARC) tahun 2012, kanker
(11,78%) setelah kanker payudara yang menempati serviks menjadi empat tertinggi kasus kematian
urutan pertama pada pasien rawat inap (16,85%) akibat kanker yang menyerang wanita di dunia
(Kementerian Kesehatan RI, 2010). sebesar 266.000 kematian. Insiden kanker serviks
Kanker serviks atau kanker mulut rahim adalah 17/100.000 perempuan, jadi diperkirakan setiap
tumor ganas yang tumbuh dalam leher rahim atau hari muncul 40–45 kasus baru, 20–25 orang
serviks bagian terendah dari rahim yang menempel meninggal, berarti setiap 1 jam diperkirakan 1 orang
pada puncak vagina (Pudiastuti, 2010). Kanker perempuan meniggal dunia karena kanker serviks.
serviks memang menjadi salah satu kanker terbesar Artinya, Indonesia akan kehilangan 600–750 orang
yang ada di Indonesia selain kanker payudara. perempuan yang masih produktif setiap bulannya
Menurut Romauli (2009), menyatakan bahwa (Kementerian Kesehatan RI, 2010). Data Riskesdas
kanker serviks mempunyai sifat ganas sehingga 2013 menyebutkan bahwa kanker yang menyerang
dapat menyebabkan masalah yang berupa kesakitan, perempuan yaitu kanker serviks sebesar 522.354.
kecacatan, sehingga menimbulkan penderitaan Dinas kesehatan (Dinkes) Provinsi Jawa Timur
bahkan sampai pada kematian. juga menyebutkan bahwa kejadian kanker serviks di
Dampak lain yang dapat ditimbulkan oleh Jatim juga mengalami peningkatan. Pada tahun 2009
kanker serviks adalah masalah ekonomi dan mencapai 671 orang, kemudian tahun 2010 sebesar
finansial. Laporan yang disampaikan oleh ibu 868 orang, tahun 2011 sebesar 1.028 orang, tahun
menteri kesehatan pada hari kanker sedunia 2012 sebesar 1.478 orang, tahun 2013 meningkat
menyampaikan bahwa penyakit kanker menjadi sebesar 1.987 orang dan di tahun 2014 penderitanya
beban ekonomi bagi individu, keluarga, dan negara. terus meningkat mencapai 1.536 orang (Abdillah,
Tahun 2011 terjadi peningkatan yang signifikan 2015).
dalam pembiayaan kanker di Program Jamkesmas Data tersebut menunjukkan bahwa terjadi
sebanyak 8%. Kanker payudara dan kanker serviks peningkatan yang signifikan terhadap kejadian
merupakan jenis kanker yang mendominasi untuk kanker serviks, maka dari itu perlu untuk ditekankan
dibiayai (Sedyaningsih, 2012). upaya pencegahan dari penyakit itu sendiri. Kanker
Kanker serviks disebabkan oleh Human serviks jika ditemukan lebih dini, maka tingkat
Papilloma Virus atau yang disingkat HPV kesembuhannya bisa maksimal. Namun seringnya
Onkogenik. HPV tipe 16 dan 18 merupakan penderita tidak mengalami gejala atau tanda yang
penyebab utama 70% kasus kanker serviks di dunia khas dari kanker serviks sehingga penderita sering
(Hartanti, 2010). Kanker serviks ini juga lebih kali terlambat sampai pada stadium akhir dan hal
banyak ditemui pada wanita yang mempunyai faktor itu bisa menyebabkan kematian. Seiring dengan
risiko untuk terjadinya penyakit kanker tersebut. meningkatnya populasi, maka insiden kanker serviks
juga meningkat.
422 Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol. 4 No. 3, September 2016: 420–431

Pencegahan yang sudah dilakukan di Indonesia serviks karena kurangnya pengunjung atau wanita
yaitu melalui deteksi dini pemeriksaan Pap yang melakukan deteksi dini.
Smear dan IVA test. Menurut Chandranita (2006) Tindakan dari wanita yang rendah akan deteksi
menyebutkan bahwa Pap Smear digunakan untuk dan screening penjaringan kanker serviks, serta
mendeteksi kanker rahim yang disebabkan oleh semakin banyak pula ditemukan kejadian kanker
HPV. Pap Smear mencegah sekitar 700 kematian serviks, maka hal tersebut dapat memperkirakan akan
pertahun di Inggris, sehingga wanita yang aktif ada banyak wanita yang belum terdeteksi. Upaya
secara seksual disarankan menjalani Pap Smear preventif yang bisa dilakukan yaitu dengan melihat
sekali setahun. tindakan wanita dalam melakukan pemeriksaan
Tindakan dalam melakukan pemeriksaan Pap Pap Smear dan sebagai wujud pencegahan pribadi
Smear merupakan suatu tindakan preventif untuk seorang wanita terhadap penyakit tersebut, terutama
melakukan deteksi dini dan untuk mengetahui pada wanita yang mempunyai faktor risiko untuk
masalah kesehatan terutama kanker serviks. terjadinya kanker serviks.
Meskipun telah banyak kajian dan penelitian yang Penelitian ini mempunyai tujuan untuk
dilakukan terhadap kanker serviks, namun hanya menganalisis hubungan faktor risiko kanker serviks
sebagian kecil yang dapat ditanggulangi. Keadaan menurut usia menikah dan paritas dengan tindakan
tersebut mencerminkan bahwa masalah kesehatan wanita melakukan pemeriksaan Pap Smear di
yang muncul ke permukaan jangkauan manusia Yayasan Kanker Wisnuwardhana Surabaya Tahun
hanya sebagian kecil dan akan ada banyak pula yang 2015.
belum terjangkau atau tertangani.
Tindakan pemeriksaan Pap Smear juga
METODE
merupakan wujud dari peningkatan perilaku hidup
sehat dengan cara deteksi dini penyakit kanker Jenis penelitian yang digunakan dalam
serviks. Penderita kanker yang ditemukan di stadium penelitian ini yaitu jenis penelitian observasional
awal serta perkembangan penyakit dari tingkat analitik dengan menggunakan rancang bangun/
rendah ke tingkat yang lebih berat bisa dicegah desain case control yang membandingkan antara
dan dikendalikan melalui berbagai upaya yakni kelompok kasus dengan kelompok kontrol untuk
melalui pendekatan pengendalian faktor risiko dan mengetahui proporsi kejadian berdasarkan riwayat
deteksi dini. Namun dukungan semua upaya tersebut ada tidaknya suatu paparan serta ditelusuri secara
tidak akan berjalan maksimal dan bisa jadi tidak retrospektif. Namun pada penelitian ini outcome
akan berhasil tanpa dukungan dari semua pihak tidak berupa penyakit namun berupa tindakan
yang terkait beserta seluruh lapisan masyarakat dalam melakukan pemeriksaan Pap Smear. Berikut
(Sedyaningsih, 2012). Dukungan dari masyarakat gambar 1 adalah rancang bangun penelitian yang
tersebut bisa dilihat dari keikut-sertaannya dalam dilakukan:
pemeriksaan Pap Smear. Apakah ada Penelitian
faktor risiko Ditelusuri retrospektif dimulai (masa
Pada kenyataannya di Indonesia kunjungan sekarang)
untuk melakukan pemeriksaan Pap Smear sendiri
masih rendah dan bahkan cenderung menurun. Faktor risiko + Kasus
(Wanita yang melakukan
Berdasarkan data sekunder yang telah diambil di Faktor risiko – Pemeriksaan Pap Smear)
Yayasan Kanker Wisnuwardhana Surabaya tahun
2011–Juni 2015, didapatkan kunjungan pemeriksaan Faktor risiko + Kontrol
(Wanita yang tidak
Pap Smear tahun 2011 sebesar 11.060, tahun 2012 Faktor risiko – melakukan
kunjungan Pap Smear sebesar 9.588, kemudian Pemeriksaan Pap Smear)
tahun 2013 kunjungan Pap Smear sebesar 9.497, dan
tahun 2014 kunjungan Pap Smear semakin menurun Gambar 1. Rancang Bangun Penelitian.
sebesar 8.386, selanjutnya pada bulan Januari–Juni
2015 jumlah kunjungan Pap Smear hanya sebesar Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
4.285 pengunjung (Wisnuwardhana, 2015). Dapat wanita pasangan usia subur di Yayasan Kanker
dilihat bahwa kunjungan untuk melakukan Pap Wisnuwardhana Surabaya tahun 2015 yang
Smear bertambah tahun semakin menurun. Hal ini terbagi menjadi 2 populasi yaitu populasi kasus
ditakutkan akan terjadi peningkatan kejadian kanker dan populasi kontrol. Populasi kasus yaitu seluruh
wanita pasangan usia subur yang melakukan
Ufiyah Hakimah, Hubungan Usia Menikah dan Paritas dengan ... 423

pemeriksaan Pap Smear di Klinik Yayasan Kanker Teknik pengumpulan data dalam penelitian
Wisnuwardhana Surabaya. Populasi kontrol yaitu ini diperoleh dengan menggunakan instrumen
seluruh wanita pasangan usia subur yang tidak pengumpulan data yaitu kuesioner dan daftar
melakukan pemeriksaan Pap Smear di Klinik kunjungan pemeriksaan di Klinik Yayasan Kanker
Yayasan Kanker Wisnuwardhana Surabaya. Wisnuwardhana Surabaya. Setelah mendapatkan izin
Sampel penelitian ini adalah sebagian wanita dari ketua Yayasan Kanker Wisnuwardhana Surabaya
pasangan usia subur yang terbagi menjadi 2 untuk pengambilan data awal, dilakukan perhitungan
kelompok sampel, yaitu kelompok sampel kasus kunjungan rata-rata tiap bulan pemeriksaan
dan kelompok sampel kontrol dengan perbandingan Pap Smear untuk kelompok kasus dan pemeriksaan
1:1. Sampel kasus yaitu sebagian wanita pasangan selain Pap Smear untuk kelompok kontrol di Yayasan
usia subur yang berusia 15-49 tahun dalam keadaan Kanker Wisnuwardhana Surabaya.
reproduktif, sudah menikah, melakukan seks Perhitungan tersebut digunakan untuk
aktif, yang melakukan pemeriksaan Pap Smear di menghitung interval sampel yang diperkirakan
Klinik Yayasan Kanker Wisnuwardhana Surabaya dengan menggunakan rumus data proporsi dalam
tahun 2015, sedangkan untuk sampel kontrol melakukan randomisasi pada jumlah besar sampel
yaitu sebagian wanita pasangan usia subur yang yang telah ditentukan. Interval pada pengambilan
berusia 15-49 tahun dalam keadaan reproduktif, sampel penelitian ini merupakan interval urutan
sudah menikah, melakukan seks aktif, yang tidak kedatangan dari responden. Interval pada kelompok
melakukan pemeriksaan Pap Smear di Klinik kasus setelah dilakukan perhitungan yaitu 8
Yayasan Kanker Wisnuwardhana Surabaya tahun sedangkan untuk kelompok kontrol yaitu 4. Setelah
2015 yang melakukan pemeriksaan selain Pap diperoleh interval dari perhitungan dengan cara
Smear, contoh: periksa payudara, konsultasi dan acak sistematis untuk masing-masing kelompok,
layanan KB serta pengantar dari responden yang kemudian dilakukan pengundian dari angka
melakukan pemeriksaan namun mereka tidak interval.
melakukan pemeriksaan Pap Smear dan masuk Pada kelompok kasus muncul angka 2 maka
dalam kriteria inklusi. responden pada kelompok kasus yaitu responden
Besar sampel pada penelitian ini setelah yang mempunyai urutan kedatangan ke 2 kemudian
dilakukan perhitungan dengan rumus Lemeshow ke 10, 18, 26, 34 dan seterusnya sampai terkumpul
(1997) dalam buku Hidayat (2011) yaitu sebanyak sebanyak 48 responden kasus. Begitu pula untuk
48 untuk kelompok kasus dan 48 untuk kelompok kelompok kontrol muncul angka 1 maka responden
kontrol, sehingga total sampel sebesar 96 wanita pada kelompok kontrol yaitu responden yang
pasangan usia subur. mempunyai urutan kedatangan ke 1, 5, 9, 13, 17
Cara pengambilan sampel yang digunakan dalam dan seterusnya sampai terkumpul sebanyak 48
penelitian ini baik untuk kelompok kasus maupun responden kontrol. Tindakan wawancara dilakukan
kelompok kontrol yaitu dengan teknik pengambilan setelah responden melakukan pemeriksaan baik itu
sampel secara acak sistematis (systematic random pemeriksaan Pap Smear maupun selain pemeriksaan
sampling) yang merupakan modifikasi dari simple Pap Smear dengan menggunakan alat bantu berupa
random sampling dengan cara membagi jumlah atau kuesioner.
anggota populasi dengan perkiraan jumlah sampel Setelah data terkumpul kemudian data diolah
yang diinginkan, hasilnya adalah interval sampel terlebih dahulu melalui beberapa langkah. Menurut
(Notoatmodjo, 2012). Penelitian ini dilaksanakan di Notoatmodjo (2012), pengolahan data tersebut yaitu
Klinik Yayasan Kanker Wisnuwardhana Surabaya Editing dengan melakukan pengecekan kelengkapan
pada bulan November sampai dengan Desember data, jawaban cukup terbaca, dan jawaban relevan,
2015. kemudian Coding dengan melakukan pengkodean
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari terhadap jawaban responden dan mengubah
dua variabel yaitu variabel bebas (independent) kalimat menjadi angka, setelah itu Data Entry
berupa usia menikah dan paritas, serta variabel dengan cara memasukkan data melalui bantuan
tergantung berupa tindakan wanita dalam melakukan komputer. Terakhir cleaning data dengan melakukan
pemeriksaan Pap Smear. Cara pengukuran pembersihan data dengan mengecek jumlah
menggunakan wawancara dengan bantuan instrument responden sama dengan saat memasukkan.
berupa kuesioner. Teknik analisis data pada penelitian ini dengan
menggunakan analisis univariat dan analisis bivariat.
424 Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol. 4 No. 3, September 2016: 420–431

Analisis univariat menggunakan statistik deskriptif Berdasarkan tabel 1, dapat diketahui bahwa
guna mendapatkan hasil dalam bentuk tabulasi dari sebagian besar dari responden yang melakukan
identifikasi karakteristik responden. Sedangkan pemeriksaan Pap Smear berusia 46–49 tahun
untuk analisis bivariat digunakan untuk mengetahui sebesar 29,1%, sedangkan pada kelompok responden
hubungan antara ke dua variabel independen dengan yang tidak melakukan pemeriksaan Pap Smear
satu variabel dependen, oleh karena itu digunakan sebagian besar dari kelompok usia 31–35 tahun
uji chi-square dengan derajat kemaknaan α < 0,05. sebesar 22,9%. Sebagian besar responden yang
Selain itu, karena penelitian menggunakan desain melakukan pemeriksaan Pap Smear mempunyai
case control maka bisa dilakukan perhitungan OR tingkat pendidikan tinggi yaitu sebesar 35,4%.
(Odd Ratio) dalam melihat berapa besar risiko atau Berarti sebagian besar merupakan tamatan akademi,
peluang terkena paparan untuk terjadinya suatu sarjana dan setaranya. Tingkat pendidikan responden
outcome. yang tidak melakukan Pap Smear yaitu pendidikan
menengah sebesar 47,9% yang berarti mempunyai
HASIL pendidikan tamatan SMA dan setaranya.
Karakteristik selanjutnya yang diidentifikasi
Hasil penelitian pada 48 wanita pasangan usia berdasarkan tabel 1 yaitu status pekerjaan, lebih
subur yang melakukan pemeriksaan Pap Smear dari setengah responden yang melakukan tindakan
dan 48 responden wanita pasangan usia subur pemeriksaan Pap Smear status pekerjaannya adalah
yang tidak melakukan pemeriksaan Pap Smear di tidak bekerja yaitu sebesar 60,4%, sedangkan status
Klinik Yayasan Kanker Wisnuwardhana Surabaya. pekerjaan pada kelompok responden yang tidak
Karakteristik yang dapat diidentifikasi dapat dilihat melakukan pemeriksaan Pap Smear juga sama yaitu
pada tabel 1. lebih dari setengah responden tidak bekerja dengan
persentase sebesar 56,3%.
Karakteristik tingkat pendapatan responden
Tabel 1. D i s t r i b u s i F r e k u e n s i R e s p o n d e n dibagi menjadi 3 tingkatan berdasarkan tingkat
Berdasarkan karakteristik terhadap pendapatan keluarga dalam satu bulan. Penelitian
Tidakan Pemeriksaan Pap Smear di tersebut menghasilkan bahwa sebagian responden
Yayasan Kanker Wisnuwardhana Surabaya yang melakukan tindakan pemeriksaan Pap Smear
Tahun 2015 mempunyai tingkat pendapatan keluarga sedang
Tindakan Pemeriksaan yaitu sebesar 39,6%, sedangkan pada kelompok
Pap Smear responden yang tidak melakukan tindakan Pap
Karakteristik
Ya Tidak Smear setengahnya mempunyai tingkat pendapatan
n % n % keluarga rendah, yaitu sebesar 50%.
Usia Hasil penelitian hubungan faktor risiko kanker
21–25 3 6,3 9 18,7 serviks menurut usia menikah dan paritas terhadap
26–30 7 14,6 4 8,3 tindakan wanita dalam melakukan pemeriksaan
31–35 7 14,6 11 22,9 Pap Smear di Yayasan Kanker Wisnuwardhana
36–40 10 20,8 8 16,7 Surabaya tahun 2015 dilihat dari hasil uji analisis
41–45 7 14,6 10 20,8 bivariat dengan menggunakan uji chi-square.
46–49 14 29,1 6 12,5
Berdasarkan faktor risiko kanker serviks menurut
Pendidikan
usia menikah, responden dibagi menjadi dua
Dasar 15 31,3 10 20,8
kelompok yaitu usia menikah > 20 tahun (tidak
Menengah 16 33,3 23 47,9
berisiko) dan usia menikah ≤ 20 tahun (berisiko).
Tinggi 17 35,4 15 31,3
Pekerjaan Kemudian, berdasarkan faktor risiko kanker serviks
Bekerja 19 39,6 21 43,7 menurut paritas, responden juga dibagi menjadi dua
Tidak 29 60,4 27 56,3 kelompok, yaitu multipara jika mempunyai 2 anak
Bekerja atau lebih (berisiko) dan primipara jika mempunyai 1
Pendapatan anak. Berikut hasil uji hubungan faktor risiko kanker
Rendah 12 25 24 50 serviks menurut usia menikah dan paritas terhadap
Sedang 19 39,6 13 27,1 tindakan wanita dalam melakukan pemeriksaan Pap
Tinggi 17 35,4 11 22,9 Smear di klinik Yayasan kanker Wisnuwardhana
Surabaya dapat dilihat pada tabel 2.
Ufiyah Hakimah, Hubungan Usia Menikah dan Paritas dengan ... 425

Tabel 2. Hubungan Faktor Risiko Kanker Serviks Menurut Usia Menikah dan Paritas dengan Tindakan Wanita
dalam Melakukan Pemeriksaan Pap Smear di Yayasan Kanker Wisnuwardhana Surabaya Tahun
2015
Tindakan Pemeriksaan Pap Smear OR
Faktor Risiko Kanker
Ya Tidak P-value 95%CI
Serviks
n % n %
Usia Menikah 0,025 2,783
> 20 tahun 31 64,6 19 39,6 (1,217–6,366)
≤ 20 tahun 17 35,4 29 60,4
Paritas 0,014 3,080
Multipara 33 68,8 20 41,7 (1,333–7,118)
Primipara 15 31,3 28 58,3

Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa PEMBAHASAN


sebagian besar responden yang melakukan tindakan Salah satu tujuan dari penelitian ini yaitu
pemeriksaan Pap Smear mempunyai usia menikah melakukan identifikasi karakteristik pada responden
> 20 tahun sebanyak 31 responden dengan persentase baik yang melakukan pemeriksaan Pap Smear
sebesar 64,6%, sedangkan untuk responden yang maupun responden yang tidak melakukan Pap Smear.
tidak melakukan pemeriksaan Pap Smear sebagian Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan
besar mempunyai usia menikah ≤ 20 tahun sebanyak sebelumnya maka karakteristik responden pertama
29 responden dengan persentase sebesar 60,4%. Hasil yang akan dibahas yaitu Usia responden. Pada tabel
uji chi-square, didapatkan P-value sebesar 0,025 1 dapat diketahui bahwa proporsi tertinggi responden
dengan nilai Odds Ratio (OR) sebesar 2,783 (95% yang melakukan pemeriksaan Pap Smear yaitu pada
CI = 1,217–6,366), dengan α = 0,05. Sehingga nilai kelompok usia 46–49 tahun dengan persentase
p < α yang artinya, usia menikah bermakna secara sebesar 29,1% dibandingkan dengan kelompok
statistik atau ada hubungan antara usia menikah usia yang lain. Hal ini disebabkan mereka yang
dengan tindakan dalam melakukan pemeriksaan Pap melakukan pemeriksaan Pap Smear dengan alasan
Smear. Responden yang mempunyai usia menikah timbulnya keluhan dari salah satu tanda dan gejala
> 20 tahun mempunyai peluang 2,783 kali lebih kanker serviks, sedangkan tanda dan gejala kanker
besar untuk melakukan tindakan pemeriksaan
serviks biasanya dialami oleh wanita yang berusia
Pap Smear dibandingkan dengan responden yang
46–49 tahun sebagai hasil manifestasi infeksi dari
mempunyai usia menikah ≤ 20 tahun.
beberapa tahun yang lalu. Sesuai dengan penelitian
Selanjutnya, menurut paritas atau jumlah anak
yang dilakukan di Jakarta disampaikan bahwa
dari tabel 2 dapat dijelaskan bahwa sebagian besar
risiko tinggi terkena kanker serviks bagi seseorang
responden yang melakukan tindakan pemeriksaan
perempuan adalah pada rentang usia 40–45 tahun
Pap Smear adalah multipara dengan persentase
atau lebih (Darnindro, 2007).
68,8%, sedangkan untuk responden yang tidak
Selain itu, mereka yang berusia pada kelompok
melakukan pemeriksaan Pap Smear sebagian
tersebut juga telah lebih banyak menerima segala
besar yaitu primipara dengan persentase sebesar
informasi mengenai kanker serviks, karena
58,3%. Hasil uji statistik dengan menggunakan chi-
informasi yang diterima lebih banyak sehingga
square, didapatkan P-value sebesar 0,014 dengan
tingkat kewaspadaan akan suatu penyakit kanker
nilai Odd Ratio (OR) sebesar 3,080 (95% CI =
serviks juga tinggi. Hal tersebut sejalan dengan
1,333–7,118), dengan α = 0,05. Sehingga nilai
penelitian yang dilakukan oleh Mufida (2001),
p < α yang artinya, paritas bermakna secara
yang menyebutkan bahwa informasi mengenai
statistik atau ada hubungan antara paritas dengan
kanker serviks lebih banyak diterima oleh wanita
tindakan dalam melakukan pemeriksaan Pap Smear.
pada kelompok usia 40–49 tahun yang melakukan
Responden yang mempunyai anak 2 atau lebih yaitu
pemeriksaan Pap Smear dibandingkan dengan
multipara mempunyai peluang 3,080 kali lebih besar
kelompok usia lain.
untuk melakukan tindakan pemeriksaan Pap Smear
Sedangkan di sisi lain, pada hasil penelitian ini
dibandingkan dengan responden yang mempunyai
didapatkan bahwa proporsi responden yang paling
anak 1 yaitu primipara.
426 Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol. 4 No. 3, September 2016: 420–431

banyak untuk tidak melakukan pemeriksaan Pap Pembahasan pada penelitian Salmah (2013),
Smear adalah pada kelompok usia 31–35 tahun. Hal yang sesuai dengan hasil diatas juga menyebutkan
ini dikarenakan pada kelompok usia tersebut mereka bahwa pendidikan yang ada pada diri seseorang
belum mendapati gejala kanker serviks sehingga dapat menggambarkan penerimaan informasi
keinginan untuk mencari pengobatan juga rendah. yang lebih banyak dan lebih luas sehingga dengan
Penelitian kualitatif yang dilakukan di Jamaika juga penerimaan tersebut seseorang lebih mudah dalam
menyebutkan bahwa sebesar 41% perempuan yang mengembangkan diri untuk mengambil keputusan
tidak pernah melakukan pemeriksaan Pap Smear dan melakukan tindakan. Semakin tinggi pendidikan
adalah mereka yang mempercayai bahwa mereka seseorang wanita maka semakin berpotensi untuk
tidak perlu untuk melakukan pemeriksaan Pap Smear melakukan suatu perilaku menuju sehat diantaranya
dan tidak merasa membutuhkannya karena tidak yaitu melakukan pemeriksaan Pap Smear dalam
adanya gejala dari penyakit yang dirasakan, misalnya mendeteksi adanya kelainan di daerah reproduksi.
pada mereka yang tidak pernah punya masalah Sedangkan tingkat pendidikan pada kelompok
dan tidak merasa sakit, sehingga hal tersebut bisa responden yang tidak melakukan pemeriksaan
memengaruhi keputusan wanita dalam melakukan Pap Smear paling banyak mempunyai pendidikan
deteksi dini (Jolly, 2007). Mereka yang tidak menengah yaitu tamatan SMA atau setara dengan
melakukan pemeriksaan Pap Smear dengan alasan persentase 31,3%. Hal tersebut sejalan dengan
tidak ada keluhan/gejala maka bisa dikatakan bahwa kelompok responden yang melakukan pemeriksaan
mereka masih menganut paradigma sakit. Sesuai Pap Smear, mereka yang melakukan tindakan
dengan model sistem kesehatan (Health System pemeriksaan Pap Smear mempunyai pendidikan
Models) yang disampaikan oleh Anderson (1974, lebih tinggi dari pada kelompok responden yang
dalam Notoatmodjo, 2010), menyebutkan bahwa tidak melakukan tindakan Pap Smear.
yang termasuk salah satu faktor sosial demografis Karakteristik selanjutnya yang diidentifikasi
dalam memengaruhi seseorang untuk mencari suatu yaitu pekerjaan. Pekerjaan merupakan kegiatan yang
pengobatan dan menggunakan pelayanan kesehatan menghasilkan upah dari hasil kegiatan yang telah
yaitu usia. dilakukan baik di luar maupun di dalam rumah. Hasil
Karakteristik responden kedua yang dibahas penelitian yang telah dilakukan sesuai dengan tabel 1
yaitu tingkat pendidikan. Sesuai dengan hasil dapat dijelaskan bahwa proporsi tertinggi responden
penelitian pada tabel 1 dapat diketahui bahwa yang melakukan tindakan pemeriksaan Pap
proporsi tertinggi responden yang melakukan Smear yaitu responden yang tidak bekerja dengan
tindakan pemeriksaan Pap Smear mempunyai persentase sebesar 60,4%. Sesuai dengan penelitian
tingkat pendidikan yang tinggi (Diploma, sarjana Putri (2013), menyebutkan bahwa sebagian besar
dan yang setara) dengan persentase 35,4% pada kelompok responden yang melakukan tindakan
dibandingkan dengan tingkat pendidikan yang lain. Pap Smear sebesar 54,1% adalah responden yang
Hasil ini sejalan dengan penelitian sebelumnya tidak bekerja.
yang juga menyatakan bahwa ibu yang melakukan Bagi responden yang tidak bekerja, waktu
pemeriksaan Pap Smear proporsi terbesar terjadi luang yang responden miliki cenderung lebih
pada mereka yang mempunyai pendidikan tinggi banyak sehingga mereka lebih untuk melakukan
(Putri, 2013). Penelitian pada bulan April 2003 di pemeriksaan Pap Smear dibandingkan dengan
Amerika juga menunjukkan hasil yang sama bahwa responden yang bekerja. Hal tersebut sejalan
responden yang sering menjalankan pemeriksaan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan
Pap Smear berpeluang 2,5 kali lebih sering pada oleh Sakanti dan menyebutkan bahwa wanita yang
responden yang memiliki tingkat pendidikan tinggi tidak bekerja lebih banyak melakukan pemeriksaan
dibandingkan dengan mereka yang memiliki tingkat Pap Smear daripada wanita yang bekerja. Hal
pendidikan rendah (Selvin, 2003). Hal tersebut tersebut berkenaan dengan waktu dan pelayanan
dikarenakan, semakin tinggi tingkat pendidikan kesehatan yang responden punya (Sakanti, 2007).
seseorang, maka seseorang tersebut semakin mudah Penelitian ini juga menunjukkan bahwa
dalam penerimaan informasi dan semakin baik pula responden yang tidak melakukan pemeriksaan Pap
pengetahuan yang dimilikinya, sehingga mereka juga Smear juga berasal dari kelompok yang tidak bekerja
mempunyai kesadaran akan risiko yang ada pada yaitu sebesar 56,3%. Hal ini disebabkan mereka
dirinya yang dapat menimbulkan suatu penyakit yang tidak bekerja dan tidak melakukan tindakan
tertentu termasuk penyakit kanker serviks. pemeriksaan Pap Smear masih belum menyadari akan
Ufiyah Hakimah, Hubungan Usia Menikah dan Paritas dengan ... 427

pentingnya pemeriksaan Pap Smear sebagai deteksi dan menengah maka mereka cenderung sangat
dini kanker serviks. Hal tersebut diungkapkan sebab mengurangi pemanfaatan layanan kesehatan
mereka yang tidak bekerja dan tidak melakukan baik dalam hal pengobatan maupun deteksi dini
Pap Smear juga sebagian merupakan pengantar pencegahan suatu penyakit terutama dalam skrining
dari mereka yang melakukan Pap Smear, dalam pemeriksaan Pap Smear (Allison Bingham,
artian mereka masih belum menerapkan paradigma 2003). Pada penelitian di Amerika menyebutkan
sehat dalam hidupnya. Sesuai dengan teori WHO bahwa responden yang memiliki penghasilan
(1984) yang dikutip dalam (Notoatmodjo (2010), tinggi memiliki kemauan sebesar 1,56 kali untuk
bahwa yang menyebabkan seseorang berperilaku melakukan pemeriksaan Pap Smear dibanding yang
atau melakukan suatu tindakan tertentu antara lain memiliki penghasilan rendah (Selvin, 2003).
karena terdapat pemikiran dan perasaan (thoughts Responden yang memiliki pendapatan
and feeling) yaitu dalam bentuk pengetahuan, sikap, dalam keluarga tinggi maka pemanfaatan akan
presepsi, kepercayaan dan adanya tokoh penting pelayanan kesehatan juga tinggi sehingga mereka
sebagai panutan. Didukung dengan adanya sumber bisa meningkatkan pencegahan terhadap suatu
daya (resources) yang dimiliki termasuk mencakup penyakit yang ada pada dirinya. Lain halnya dengan
fasilitas, biaya, akses, waktu, tenaga, dan budaya. responden yang mempunyai pendapatan rendah
Teori lain disebutkan dalam penelitian maka dalam hal pemeliharaan kesehatan juga rendah
sebelumnya bahwa arus informasi mengenai dan tidak bisa menggunakan secara maksimal karena
deteksi dini kanker serviks baik berupa pemeriksaan adanya daya beli obat, biaya transportasi dalam
Pap Smear maupun pemeriksaan IVA dan tentang pelaksanaan pelayanan kesehatan juga menjadi
penyakit kanker serviks yang diterima oleh pertimbangan tersendiri bagi mereka.
responden yang tidak bekerja cenderung lebih sedikit Pendapatan juga mempunyai kesinambungan
(Dewi, 2014). dengan biaya yang akan dikeluarkan untuk
Karakteristik terakhir yang diidentifikasi melakukan pemeriksaan Pap Smear itu sendiri.
dari hasil penelitian yang telah dilakukan sesuai Mereka yang mempunyai pendapatan rendah
dengan tabel 1 yaitu tingkat pendapatan. Pendapatan cenderung untuk lebih memilih mengeluarkan
keluarga merupakan gambaran dari status ekonomi biaya demi memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari
suatu keluarga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dibandingkan dengan mengeluarkan biaya yang tak
setengah dari responden yang tidak melakukan terduga seperti pemeriksaan Pap Smear. Terutama
pemeriksaan Pap Smear mempunyai proporsi jika mereka masih mempunyai anggapan bahwa
tingkat pendapatan rendah yaitu < Rp 2.710.000,00 mereka masih belum membutuhkan pemeriksaan
berdasarkan UMK kota Surabaya sebesar 50%. tersebut sebelum datangnya suatu gejala. Menurut
Sedangkan responden yang melakukan tindakan teori Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2010),
pemeriksaan Pap Smear mempunyai tingkat menyebutkan bahwa seseorang berperilaku
pendapatan sedang. Tingkat pendapatan responden disebabkan oleh 3 faktor yaitu faktor predisposisi,
yang melakukan pemeriksaan Pap Smear lebih faktor pemungkin (Enabling) dan faktor penguat
tinggi dari pada responden yang tidak melakukan (Reinforcing). Terjangkaunya akses dan biaya masuk
pemeriksaan Pap Smear. dalam faktor pemungkin yang memungkinkan
Hasil ini sejalan dengan penelitian sebelumnya seseorang untuk terjadinya suatu perilaku tertentu
yang menyatakan bahwa wanita usia subur yang termasuk dalam hal tindakan pemeriksaan Pap
berpendapatan rendah cenderung untuk tidak Smear.
melakukan pemeriksaan pap Smear dibandingkan Variabel yang dilakukan analisis hubungan
dengan wanita yang berpenghasilan tinggi (Martini, yaitu faktor risiko kanker serviks yang meliputi usia
2013). Selain itu, juga didukung oleh penelitian menikah dan paritas. Faktor risiko yang dibahas
lain yang mengemukakan bahwa proporsi tertinggi terlebih dahulu yaitu usia menikah. Usia menikah
responden yang melakukan tindakan pemeriksaan merupakan usia di mana responden melangsungkan
Pap Smear sebagian besar merupakan mereka yang pernikahan. Jika seseorang melakukan pernikahan
berpenghasilan tinggi (Putri, 2013). maka aka nada aktivitas seksual yang dilakukannya.
Pendapatan dapat menggambarkan status Menurut Rasjidi (2009), menyebutkan bahwa wanita
ekonomi masyarakat sehingga bisa memengaruhi yang memulai hubungan seksual pada usia muda
pola pemanfaatan pelayanan kesehatan. Masyarakat yaitu sebelum usia 20 tahun akan mengakibatkan
yang mempunyai pendapatan keluarga rendah meningkatnya risiko terkena kanker serviks sebesar
428 Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol. 4 No. 3, September 2016: 420–431

lima kali lipat. Hal tersebut dikarenakan dalam usia Pap Smear, salah satunya dengan alasan mereka
muda, epitel serviks belum seluruhnya tertutup oleh takut merasakan sakit jika kemaluannya dimasuki
sel skuamosa dan belum siap untuk menerima benda alat, selain itu mereka juga merasa malu terlebih
asing yang menyebabkan sel dan jaringan tersebut jika dokter yang memeriksa bukan dari kalangan
mudah mengalami perlukaan sebagai sasaran untuk gendernya yaitu perempuan.
masuknya HPV/Human Papilloma Virus (Ulfiana, Pada penelitian lain yang sejalan dengan
2013). penelitian ini juga disebutkan bahwa perempuan
Wanita yang mempunyai faktor risiko menikah yang tidak menjalani tes Pap Smear karena adanya
sebelum usia 20 tahun seharusnya melakukan kekhawatiran akan nyeri yang dirasakan, ada
tindakan Pap Smear. Namun hasil penelitian yang perasaan canggung dan ketakutan. Di sisi lain,
telah dilakukan sesuai dengan tabel 2 menunjukkan wanita yang menjalani pemeriksaan Pap Smear
bahwa proporsi terbesar responden yang melakukan mengaku ada kemauan untuk menjalani tes jika
pemeriksaan Pap Smear mempunyai usia menikah diberikan oleh dokter perempuan (Tsai, 2014).
> 20 tahun sebesar 64,6%. Responden yang tidak Selain itu, di Indonesia menurut Evennet (2003),
melakukan pemeriksaan Pap Smear proporsi terbesar menjelaskan bahwa tingkat kesadaran perempuan
pada responden yang mempunyai usia menikah akan bahaya kanker serviks serta untuk melakukan
≤ 20 tahun sebesar 60,4%. Seseorang yang memiliki deteksi dini kanker serviks masih rendah, ada wanita
risiko tinggi untuk menderita kanker serviks yang mereka merasa malu dan takut akan hasil
harus melakukan pemeriksaan Pap Smear lebih pemeriksaan pap Smear sehingga mereka kehilangan
sering dibandingkan dengan yang lain. Menurut semangat hidup jika mengetahui bahwa dirinya
Sulistiyanto (2007), menyebutkan bahwa perilaku menderita kanker jika diketahui hasil pemeriksaan
yang termasuk berisiko tinggi untuk terjadinya menunjukkan adanya lesi kanker.
kanker serviks meliputi usia menikah < 20 tahun, Hasil uji chi-square menunjukkan bahwa
multiparitas, mempunyai mitra seks lebih dari 1, variabel usia menikah berhubungan dengan tindakan
terkena paparan asap rokok, penggunaan kontrasepsi dalam melakukan pemeriksaan Pap Smear dengan
jangka panjang. nilai p = 0,025 yang berarti p < 0,05. Kemudian
Berdasarkan hasil penelitian yang telah hasil nilai Odds Ratio (OR) sebesar 2,783 dan
dilakukan dapat diketahui bahwa responden yang nilai Confidence Interval tidak melewati angka
mempunyai faktor risiko untuk terjadinya kanker satu sehingga hubungan tersebut bermakna secara
serviks yaitu usia menikah ≤ 20 tahun, tidak statistik. Berarti responden yang mempunyai usia
melakukan pemeriksaan Pap Smear dari pada menikah > 20 tahun mempunyai peluang 2,783
mereka yang mempunyai usia menikah > 20 tahun kali lebih besar untuk melakukan pemeriksaan
(tidak berisiko). Pemeriksaan Pap Smear lebih Pap Smear dibandingkan dengan responden yang
penting terutama untuk mereka yang mempunyai mempunyai usia menikah ≤ 20 tahun. Hasil ini
faktor risiko kanker serviks dan penting untuk segera sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh Ulfiana
dilakukan sebelum terjadinya atau munculnya tanda (2013), yang menyatakan bahwa responden yang
dan gejala dari kanker serviks. melakukan pemeriksaan Pap Smear sebesar 88,6%
Hal tersebut disebabkan karena responden adalah responden yang menikah pada usia yang tidak
yang menikah ≤ 20 tahun biasanya memiliki tingkat berisiko, namun ada 11,4% responden mempunyai
pendidikan yang rendah atau menengah sehingga risiko kanker serviks karena mereka menikah di usia
paparan informasi terutama mengenai pemanfaatan yang relatif muda < 20 tahun.
pemeriksaan Pap Smear juga rendah. Pada Variabel faktor risiko selanjutnya yang
studi di Amerika serikat mengenai pengambilan dihubungkan dengan tindakan dalam melakukan Pap
keputusan dalam pemanfaatan pemeriksaan Pap Smear yaitu paritas. Paritas adalah wanita yang sudah
Smear, ditemukan bahwa ada perasaan malu dan pernah melahirkan bayi. Pada wanita dengan paritas
keadaan takut memiliki pengaruh yang signifikan multipara berarti wanita yang pernah melahirkan
pada perempuan di sana, mengingat jika melakukan bayi 2 atau lebih dengan jarak yang terlampau dekat.
pemeriksaan Pap Smear harus dengan membuka Jika jumlah anak yang dilahirkan pervagina banyak,
bagian kemaluan (Jolly, 2007). Hal tersebut maka dapat menyebabkan terjadinya perubahan sel
juga disampaikan oleh responden saat dilakukan abnormal dari epitel pada mulut rahim yang dapat
wawancara bahwa mereka yang berasal dari berkembang menjadi keganasan (Manuaba, 2010).
kelompok kontrol tidak melakukan pemeriksaan Dapat diartikan bahwa wanita multipara merupakan
Ufiyah Hakimah, Hubungan Usia Menikah dan Paritas dengan ... 429

kelompok wanita yang mempunyai risiko kanker wanita pasangan usia subur yang menjadi responden
serviks (Romauli, 2009). kasus juga menyampaikan bahwa mereka melihat
Wanita yang mempunyai faktor risiko adanya manfaat tambahan yang dirasakan dari
kanker serviks berupa multipara seharusnya lebih deteksi dini kanker serviks, sebab kemungkinan
berkeinginan untuk melakukan tindakan Pap Smear. penyakit lain juga akan bisa diketahui dan diobati,
Pada hasil penelitian yang telah dilakukan sesuai dalam hal ini berarti perempuan akan lebih luas
dengan tabel 2 menunjukkan bahwa proporsi terbesar mendefinisikan dan merasakan pelayanan kesehatan
responden yang melakukan pemeriksaan Pap Smear reproduksinya.
adalah multipara, dengan persentase sebesar 68,8%.
Sedangkan proporsi terbesar responden pada
SIMPULAN DAN SARAN
kelompok yang tidak melakukan pemeriksaan Pap
Smear adalah primipara sebesar 58,3%. Simpulan
Hasil penelitian tersebut sesuai dengan keadaan Dalam penelitian ini berhasil meng-identifikasi
yang diharapkan, bahwa mereka yang melakukan karakteristik dan menganalisis faktor risiko dari 96
pemeriksaan Pap Smear adalah kelompok yang responden yang terbagi dalam 2 kelompok yaitu
berisiko yaitu multipara sebagai deteksi dini dalam 48 wanita pasangan usia subur sebagai kelompok
pencegahan kanker serviks. Hal ini sesuai dengan kasus yang melakukan tindakan pemeriksaan Pap
penelitian sebelumnya yang juga menyebutkan Smear dan 48 wanita pasangan usia subur sebagai
bahwa persentase terbesar responden yang kelompok kontrol yang tidak melakukan tindakan
melakukan pemeriksaan Pap Smear mempunyai pemeriksaan Pap Smear. Wanita pasangan usia subur
anak 2 atau lebih sebesar 68,7% (Ulfiana, 2013). yang melakukan pemeriksaan Pap Smear terbanyak
Keadaan tersebut kemungkinan besar diakibatkan memiliki karakteristik usia berada pada kelompok
karena responden multipara mempunyai pengetahuan usia 46–49 tahun, mempunyai pendidikan tinggi,
dan pengalaman yang lebih dalam pengambilan status pekerjaan tidak bekerja, dan mempunyai
keputusan terutama dalam hal pengobatan, dan tingkat pendapatan keluarga sedang. Sedangkan
pencegahan termasuk dalam tindakan pencegahan untuk wanita pasangan usia subur yang tidak
kanker serviks terhadap dirinya sendiri. melakukan pemeriksaan Pap Smear terbanyak
Hasil uji Chi-Square pada variabel paritas memiliki karakteristik usia berada pada kelompok
dapat dijelaskan bahwa ada hubungan antara paritas usia 31–35 tahun, mempunyai pendidikan menengah,
dengan tindakan dalam melakukan pemeriksaan status pekerjaan tidak bekerja, dan mempunyai
Pap Smear dengan nilai p = 0,014 yang berarti tingkat pendapatan keluarga rendah.
p<0,05. Sedangkan hasil nilai Odds Ratio (OR) Ada hubungan antara usia menikah dengan
sebesar 3,080 dan nilai Confidence Interval tidak tindakan wanita pasangan usia subur dalam
melewati angka satu berarti hubungan tersebut melakukan pemeriksaan Pap Smear. Wanita
bermakna secara statistik, yang berarti responden pasangan usia subur yang mempunyai usia menikah
yang mempunyai anak 2 atau lebih yaitu multipara lebih dari 20 tahun mempunyai peluang 2,783 kali
mempunyai peluang 3,080 kali lebih besar untuk lebih besar untuk melakukan pemeriksaan Pap
melakukan pemeriksaan Pap Smear dibandingkan Smear dibandingkan yang mempunyai usia menikah
dengan responden yang mempunyai anak 1 yaitu kurang dari sama dengan 20 tahun.
primipara. Ada hubungan antara paritas dengan tindakan
Pada penelitian sebelumnya dijelaskan bahwa wanita dalam melakukan pemeriksaan Pap Smear.
faktor risiko kanker serviks termasuk paritas Wanita pasangan usia subur yang mempunyai anak 2
merupakan sebagai bagian dari karakteristik atau lebih yaitu multipara mempunyai peluang 3,080
responden, mungkin memiliki hubungan tidak kali lebih besar untuk melakukan pemeriksaan Pap
langsung terhadap tingkat pengetahuan responden Smear dibandingkan dengan yang mempunyai anak
serta tindakan dalam melakukan Pap Smear. Namun, 1 yaitu primipara.
faktor risiko tersebut dapat menimbulkan masalah
kesehatan bagi responden, sehingga responden Saran
meningkatkan frekuensi kunjungan ke provider/
penyedia layanan kesehatan untuk mendapatkan Bagi Yayasan Kanker Wisnuwardhana Surabaya,
pelayanan kesehatan termasuk dalam hal deteksi lebih melakukan sosialisasi dan penyuluhan yang
dini kanker serviks (Kurniawan, 2008). Beberapa menitikberatkan pada faktor risiko dan deteksi dini,
sehingga nantinya ditujukan untuk meningkatkan
430 Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol. 4 No. 3, September 2016: 420–431

kesadaran dan tindakan responden dalam melakukan Evennet, K. 2003. Pap smear Apa yang Perlu Anda
pemeriksaan Pap Smear terutama pada responden Ketahui, Jakarta: Arcan.
atau wanita pasangan usia subur yang belum Hakimah, U. 2016. Hubungan Faktor Risiko
melakukan pemeriksaan Pap Smear dan mempunyai Kanker Serviks dengan Tindakan Wanita dalam
faktor risiko kanker serviks. Melakukan Pemeriksaan Pap Smear (Studi di
Bagi responden wanita pasangan usia subur bisa Yayasan Kanker Wisnuwardhana Surabaya
melakukan pemeriksaan Pap Smear berdasarkan Periode Januari–Juni 2015) Skripsi, Surabaya:
alasan deteksi dini, sebab deteksi dini lebih Fakultas Kesehatan Masyarakat-Universitas
maksimal jika dilakukan sebelum adanya keluhan Airlangga.
atau gejala. Semakin sel-sel abnormal terdeteksi Hartanti, N. 2010. Cegah dan Deteksi Kanker Serviks,
semakin rendah pula risiko seseorang menderita Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
kanker serviks. Hidayat, A.A. 2011. Metode Penelitian Kebidanan
Bagi peneliti selanjutnya, perlu adanya dan Teknik Analisis Data, 1st edition, Jakarta:
penelitian lebih lanjut tentang hubungan antara Salemba Medika.
faktor risiko kanker serviks selain usia menikah Jolly, P.B.M.A.P. 2007. ‘Factors Affecting Uptake
dan paritas dengan tindakan wanita pasangan usia of Cervical Cancer Screening Among Clinic
subur dalam melakukan tindakan pemeriksaan Pap Attendees in Trelawny, Jamaica’, Cancer,
Smear. Culture and Literacy, vol. 14, no. 4, October,
pp. 396–404.
REFERENSI Kementerian Kesehatan RI 2010. Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, 26 Apr,
Abdillah, F. 2015. Berita Metro, 25 April, [Online],Available: HYPERLINK “http://
[Online],Available: HYPERLINK “http://www. www.depkes.go.id/article/print/1060/jika-tidak-
beritametro.co.id/surabaya/kasus-kanker-serviks- dikendalikan-26-juta-orang-di-dunia-menderita-
di-jawa-timur-kian-mengkhawatirkan” http:// kanker-.html” http://www.depkes.go.id/article/
www.beritametro.co.id/surabaya/kasus-kanker- print/1060/jika-tidak-dikendalikan-26-juta-
serviks-di-jawa-timur-kian-mengkhawatirkan orang-di-dunia-menderita-kanker-.html [3 Apr
[15 January 2016]. 2015].
Allison, Bingham, A.B.P.C. 2003. ‘Factor Affecting Kementerian Kesehatan RI 2013. Riset Kesehatan
Utilization of Cervical Cancer Prevention Services Dasar 2013, Jakarta: Badan Penelitian dan
in Low - Resource Setting’, Instituto Nacional de Pengembangan Kesehatan.
Salud Publica, vol. 45, no. 3, Januari. Kurniawan, B. 2008. ‘Hubungan Tingkat Pengetahuan
Cancer, I.A.f.R.o. 2013. Latest World Cancer dengan Partisipasi Pada Pemeriksaan Pap Smear
Statistics Global Cancer Burden rises to 14.1 pada Wanita Pekerja Seks Komersial’, Jurnal
Million New Cases in 2012: Marked Increase Kedokteran Brawijaya, vol. XXIV, no. 3,
in Breast Cancers Must Be Addressed, France: Desember.
International Agency for Research on Cancer- Manuaba, I. 2010. Memahami Kesehatan Reproduksi
World Health Organization. Wanita, Jakarta: EGC.
Chandranita, I.G.M. 2006. Memahami Kesehatan Martini, N.K. 2013. Hubungan Karakteristik,
Reproduksi Wanita, Jakarta: EGC. Pengetahuan dan Sikap wanita Pasangan Usia
Darnindro, M.R.J.M.L.H.N. 2007. ‘Pengetahuan Subur dengan Tindakan Pemeriksaan Pap Smear
Sikap Perilaku Perempuan yang Sudah Menikah di Puskesmas Sukawati II. Tesis, Denpasar:
Mengenai Pap Smear dan Faktor-Faktor yang Universitas Udayana.
Berhubungan di Rumah Susun Kalender Jakarta’, Mufida, A. 2001. Faktor-faktor yang Memengaruhi
Maj. Kedokteran Indonesia, vol. 57, no. 7, Juli, Keikutsertaan Wanita dalam Pemeriksaan Pap
pp. 220–226. Smear sebagai deteksi dini kanker Serviks Studi
Dewi, L. 2014. Faktor-faktor yang Berhubungan Kasus Didesa Wangkal Kecamatan Krombung
dengan Perilaku Wanita Usia Subur dalam Kabupaten Sidoarjo. Skripsi, Surabaya:
Deteksi Dini Kanker Serciks dengan Metode Universitas Airlangga.
Pemeriksaan IVA Di Wilayah Kerja Puskesmas Notoatmodjo, S. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan,
Tanjung Hulu. Skripsi, Pontianak: Universitas Jakarta: Rineka Cipta.
Tanjungpura.
Ufiyah Hakimah, Hubungan Usia Menikah dan Paritas dengan ... 431

Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian untuk-biaya-rawat-inap-pengobatan-kanker.


Kesehatan, Rev edition, Jakarta: Rineka Cipta. html#sthash.nwZCIdbA.dpuf [2 Apr 2015].
Pudiastuti, R.D. 2010. Pentingnya Menjaga Organ Sedyaningsih, E.R. 2012. www.depkes.go.id, 4 Juni,
Kewanitaan, Jakarta: Permata Puri Media. [Online], Available: HYPERLINK “diperkirakan-
Putri, T.S.A. 2013. Hubungan antara Pengetahuan menjadi-penyebab-utama-beban-ekonomi-
dan Sikap Pasangan Usia Subur dengan terus-meningkat.html” \l “sthash.r0lNJmRH.
Pemeriksaan Pap Smear di Klinik PKBI, dpuf” diperkirakan-menjadi-penyebab-utama-
Surabaya: Skripsi Universitas Airlangga. beban-ekonomi-terus-meningkat.html#sthash.
Rasjidi, I. 2009. Deteksi Dini dan Pencegahan r0lNJmRH.dpuf [April 2015].
Kanker ada Wanita, Jakarta: Sagung Seto. Selvin E, B.K. 2003. ‘Breast and Cervical Cancer
Romauli, A.V.S. (2009) Kesehatan Reproduksi, Screening: Sosio Demographic Predictors Among
Yogyakarta: Nuha Medika. White, black and Hispanic Women’, America
Sakanti 2007. Faktor-faktor yang Berhubungan Public Health, vol. 4, April, p. 618.
dengan Perilaku Pemeriksaan Pap Smear pada Sulistiyanto, I.R.d. 2007. Vaksin Human Papilloma
Wanita Usia Subur di Puskesmas Kecamatan Virus dan Eradikasi Kanker Mulut Rahim,
Makasar Tahun 2007, Jakarta: Skripsi FKM UI. Jakarta: CV. Sagung Seto.
Salmah, W.R. 2013. ‘Faktor Dominan yang Tsai, S.-M.Y.P.-T.K.a.W.-C. 2014. ‘The Caracteristic
Berhubungan dengan Perilaku Pemeriksaan Pap and relevant factors of Pap Smear test use for
Smear Pada Wanita Usia Subur’, Jurnal Ilmu women with intellectual disabilities in Taiwan’,
dan Teknologi Ilmu Kesehatan, vol. 1, no. 1, BMC Health Services Research, vol. 14, no. 240,
September, pp. 5–11. Juni, pp. 1–8.
Sedyaningsih, E.R. 2012. Kementerian kesehatan, Ulfiana, E. 2013. ‘Analisis Faktor yang Memengaruhi
22 Februari, [Online], Available: HYPERLINK Niat Wanita Pasangan Usia Subur untuk Pap Smear
“http://www.depkes.go.id/article/view/1831/143- di Wilayah Kelurahan Kedung Mundu Wilayah
milyar-dana-jamkesmas-untuk-biaya-rawat- Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang’,
inap-pengobatan-kanker.html” \l “sthash. Jurnal Kebidanan, vol. 2, no. 4, April.
nwZCIdbA.dpuf” http://www.depkes.go.id/ Wisnuwardhana, Y.K. 2015. Citra dan Pesona
article/view/1831/143-milyar-dana-jamkesmas- Yayasan Kanker Wisnuwardhana, Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai