Anda di halaman 1dari 12

TUJUAN HIDUP MANUSIA DALAM PRESPEKTIF ISLAM

Islam Disiplin Ilmu

Dosen : DUDUNG ABDURAHMAN,SE.,M.SI.

Disusun oleh:

Wulan Sari Drajat 10090315287

Sarah Triani N 10090315289

Silma Abdilah H 10090315290

Manajemen F 2015

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

JURUSAN MANAJEMEN

BANDUNG

2017
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Segala puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
karuniaNya yang telah di limpahkan sejak mencari ide, menyusun , hingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktu yang telah ditentukan.

Makalah ini tidak akan terwujud tanpa ada pengarahan, bimbingan serta kerja sama dari
semua pihak yang telah turut membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

sesungguhnya kami menyadari makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu,
untuk perbaikan dan menyempurnakan makalah ini, kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat di harapkan. Semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi yang
berkepentingan dan khususnya untuk para mahasiswa agar dapat menjadi referensi dalam
pengembangan ilmu pengetahuan terutama bagi mahasiswa yang menempuh mata kuliah Islam
Disiplin Ilmu.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Bandung, 2017
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Manusia adalah makhluk-Nya yang paling sempurna dan sebaik-baik ciptaan
dibandingkan makhluk-makhluk-Nya yang lain. Manusia dilengkapi akal untuk berfikir yang
membedakannya dengan binatang. Mengenai proses kejadian manusia, dalam Al-Qur’an (QS.
Al-Hijr (15) : 28-29) diterangkan bahwa manusia diciptakan dari tanah dengan bentuk yang
sebaik-baiknya kemudian ditiupkan ruh kepadanya hingga menjadi hidup.
Banyak ahli ilmu pengetahuan mendukung teori evolusi yang mengatakan bahwa manusia
berasal dari makhluk yang mempunyai bentuk maupun kemampuan yang sederhana
kemudian mengalami evolusi dan kemudian menjadi manusia seperti sekarang ini. Di lain
pihak banyak ahli agama yang menentang adanya proses evolusi manusia tersebut.
Khususnya agama Islam yang meyakini bahwa manusia pertama adalah Nabi Adam a.s.
disusul Siti Hawa dan kemudian keturunan-keturunannya hingga menjadi banyak seperti
sekarang ini. Hal ini didasarkan pada berita-berita dan informasi-informasi yang terdapat
pada kitab suci masing-masing agama yang mengatakan bahwa Adam adalah manusia
pertama. Untuk itu dalam makalah ini akan dijelaskan bagaimana proses kejadian manusia
menurut Al-Qur’an, hadist, maupun iptek.
Selain itu dalam makalah kali ini yang berjudul “Tujuan manusia dan fungsi di dalam
hidupnya” dan yang akan di paparkan di dalamnya adalah tujuan dan fungsi manusia di
dalam hidpnya. Agar kita mengetahui dan menyadari bahwa kita tahu tujuan dan fungsi kita
ada didunia ini.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, dapat dikemukakan beberapa


rumusan masalah makalah ini agar lebih terarah pada sasaran yang akan dikaji. Adapun
rumusan masalah kajian makalah dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Apa pengertian manusia?


2. Apa tujuan hidup manusia?
3. Apa kelebihan manusia dari makhluk lain?
4. Apa fungsi dan tanggung jawab manusia dalam islam?
1.3 Tujuan dan manfaat penulisan
Tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas IDI dan menjawab
pertanyaan yang ada pada rumusan masalah.
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan penulis dan
pembaca tentang manusia dalam pandangan islam dan untuk membuat kita lebih memahami
islam.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Manusia
2.1.1 Pengertian Manusia Menurut Pandangan Islam
Manusia dalam pandangan kebendaan (materialis) hanyalah merupakan sekepal tanah
di bumi. Manusia dalam pandangan kaum materialism, tidak lebih dari kumpulan daging,
darah, urat, tulang, urat-urat darah dan alat pencernaan. Akal dan pikiran dianggapnya barang
benda, yang dihasilkan oleh otak. Pandangan ini menimbulkan kesan seolah-olah manusia ini
makhluk yang rendah dan hina, sama dengan hewan yang hidupnya hanya untuk memenuhi
keperluan dan kepuasan semata.
Dalam pandangan Islam, manusia itu makhluk yang mulia dan terhormat di sisi-Nya,
yang diciptakan Allah dalam bentuk yang amat baik. Manusia diberi akal dan hati, sehingga
dapat memahami ilmu yang diturunkan Allah, berupa Al-Qur’an menurut sunah rasul.
Dengan ilmu manusia mampu berbudaya. Allah menciptakan manusia dalam keadaan
sebaik-baiknya (at-Tiin : 95:4). Namun demikian, manusia akan tetap bermartabat mulia
kalau mereka sebagai khalifah (makhluk alternatif) tetap hidup dengan ajaran Allah (QS. Al-
An’am : 165). Karena ilmunya itulah manusia dilebihkan (bisa dibedakan) dengan makhluk
lainnya, dan Allah menciptakan manusia untuk berkhidmat kepada-Nya, sebagaimana firman
Allah dalam surat Adz-Dzariyat (51) : 56.Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia
melainkan supaya mereka menyembah-Ku. (Adz-Dzariyat (51) : 56).
2.1.2 Pengertian Hakikat Manusia
Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang paling mulia diantara makhluk ciptaan-
Nya. Oleh sebab itu manusia diharuskan mengenal siapa yang menciptakan dirinya sebelum
mengenal lainnya.
Hakekat manusia adalah sebagai berikut :

 Makhluk yang memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
 Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak pernah
selesai (tuntas) selama hidupnya.
 Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk
mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih baik
untuk ditempati.
 Makhluk Tuhan yang berarti ia adalah makhluk yang mengandung kemungkinan baik
dan jahat.
 Individu yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan terutama lingkungan sosial, bahkan
ia tidak bisa berkembang sesuai dengan martabat kemanusiaannya tanpa hidup di
dalam lingkungan sosial.

2.1.3 Manusia dalam Pandangan Antropologi

Pada awalnya di dunia ini hanya ada satu sel yang kemudian berkembang dan
mengalami percabangan-percabangan. Percabangan ini mengakibatkan adanya variasi
mahluk hidup di dunia ini. Menurut Charles Darwin dalam teori Evolusinya, manusia
merupakan hasil evolusi dari kera yang mengalami perubahan secara bertahap dalam waktu
yang sangat lama.
Dalam perjalanan waktu yang sangat lama tersebut terjadi seleksi alam. Semua
mahluk hidup yang ada saat ini merupakan organisme-organisme yang berhasil lolos dari
seleksi alam dan berhasil mempertahankan dirinya.
Dalam teorinya ia mengatakan : “Suatu benda (bahan) mengalami perubahan dari
yang tidak sempurna menuju kepada kesempurnaan”. Kemudian ia memperluas teorinya ini
hingga sampai kepada asal-usul manusia.
Dapat disimpulkan bahwa manusia dalam pandangan Antropologi terbentuk dari satu
sel sederhana yang mengalami perubahan secara bertahap dengan waktu yang sangat lama
(evolusi). Berdasarkan teori ini, manusia dan semua mahluk hidup di dunia ini berasal dari
satu moyang yang sama. Nenek moyang manusia adalah kera. Teori Evolusi yang dikenalkan
oleh Charles Darwin ini akhirnya meluas dan terus dipakai dalam antropologi.
Teori ini mempunyai kelemahan karena ada beberapa jenis tumbuhan dan hewan yang
tidak mengalami evolusi dan tetap dalam keadaan seperti semula. Misalnya sejenis
biawak/komodo yang telah ada sejak berjuta-juta tahun yang lalu dan hingga kini tetap ada.
Jadi dapat kita katakan bahwa teori yang dianggap ilmiah itu ternyata tidak mutlak karena
antara teori dengan kenyataan tidak dapat dibuktikan.
2.1.4 Manusia dalam Pandangan Agama Islam
Dalam Agama Islam, segala sesuatunya telah diatur dengan baik dan digambarkan
dalam kitab suci Al-Quran. Tidak luput olehNya, bagaimana proses pembentukkan manusia
yang juga digambarkan sejelas-jelasnya. Dalam Al-Qur’an jika dipadukan dengan hasil
penelitian ilmiah menemukan titik temu mengenai asal usul manusia ini.
Terwujudnya alam semesta ini berikut segala isinya diciptakan oleh Allah dalam
waktu enam masa. Keenam masa itu adalah Azoikum, Ercheozoikum, Protovozoikum,
Palaeozoikum, Mesozoikum, dan Cenozoikum. Dari penelitian para ahli, setiap periode
menunjukkan perubahan dan perkembangan yang bertahap menurut susunan organisme yang
sesuai dengan ukuran dan kadarnya masing-masing (tidak berevolusi).
Manusia dikaruniakan oleh Allah akal untuk berfikir. Dengan akal, manusia mampu
membedakan antara yang haq (benar) dengan yang bathil (salah). Dengan akal pula, manusia
mampu merenungkan dan mengamalkan sesuatu yang benar tersebut. Dengan karunia akal,
manusia diharapkan dapat memilah dan memilih nilai-nilai kebenaran, kebaikan dan
keindahan.
Disamping memiliki akal, manusia selalu terlahir dengan 3 naluri yang pasti ada
dalam dirinya, yaitu :

 Naluri untuk mensucikan sesuatu : naluri untuk beragama dan menyebah sesuatu yang
lebih dari pada dirinya.
 Naluri untuk mempertahankan eksistensi diri : manunia punya kecenderungan marah,
sedih, senang dll.
 Naluri untuk melestarikan dirinya : naluri kasih sayang.

2.2 Tujuan Hidup Manusia

Sebagai makhluk yang paling sempurna yang telah diciptakan oleh allah didunia,
peranan manusia dalam kehidupan di bumi tentulah sangat vital. oleh karena itu dalam hidup
manusia memiliki banyak sekali tujuan.

Adapun tujuan - tujuan tersebut dapat dikelompokan menjadi dua dilihat dari
arahnya, dibedakan menjadi :

 Tujuan Hidup vertikal : Mencari ridho Allah (QS Al- Baqoroh 207)
 Tujuan hidupo horizontal : Bahagia di dunia dan akhirat rahmat bagi semua manusia
dan seluruh alam ( Al anbiya' : 107)
Dilihat dari segi lingkunganya :

 Tujuan hidup pribadi ( albaqoroh 22)


 Tujuan hidup anggota keluarga ( Arrum : 21)
 Tujuan hidup anggota lingkungan ( Al a'rof : 96 )
 Tujuan hidup warga negara / Bangsa ( Saba' : 15 )
 Tujuan hidup warga dunia ( Al qashas : 77 )
 Tujuan hidup alam semesta ( al anbiya : 107)

2.3 Kelebihan Manusia dari Makhluk Lain

Dan sesungguhnya Kami telah memuliakan anak adam (manusia) dan Kami angkut
mereka di darat dan di laut, dan Kami melebihkan mereka atas makhluk-makhluk yang Kami
ciptakan, dengan kelebihan yang menonjol ( QS. Al Isra 70).

Pada prinsipnya, malaikat adalah makhluk yang mulia. Namun jika manusia beriman
dan taat kepada Allah SWT ia bisa melebihi kemuliaan para malaikat. Ada beberapa
alasan yang mendukung pernyataan tsb.

Pertama, Allah SWT memerintahkan kepada malaikat untuk bersyujud (hormat) kepada
Adam as. Allah berfirman saat awal penciptaan manusia ;

“Dan ingatlah ketika Kami berfirman kepada Malaikat, sujudlah kamu kepada adam, maka
sujudlah mereka kecuali iblis, ia enggan dan takabur dan ia adalah termasuk golongan
kafir. ( QS. Al Baqarah 34).

Kedua, malaikat tidak bisa menjawab pertanyaan Allah tentang al asma (nama-nama
ilmu pengetahuan) sedangkan Adam mampu karena memang diberi ilmu oleh Allah SWT.

“ Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama seluruhnya, kemudian mengemukakannya


kepada para malaikat, lalu berfirman, Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika
kamu memang golongan yang benar. Mereka menjawab, Maha Suci Engkau, tidak ada yang
kami katahui selain apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami, sesungguhnya Engkaulah
Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Allah berfirman, Hai Adam, beritahukanlah
kepada mereka nama-nama benda ini. Maka setelah diberitahukannya nama-nama benda itu,
Allah berfirman, Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku
mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang
kamu sembunyikan.” (Q S. Al Baqarah 33)

Ketiga, kepatuhan malaikat kepada Allah SWT karena sudah tabiatnya, sebab malaikat
tidak memiliki hawa nafsu sedangkan kepatuhan manusia pada Allah SWT melalui
perjuangan yang berat melawan hawa nafsu dan godaan syetan.

Keempat, manusia diberi tugas oleh Allah menjadi khalifah dimuka bumi, “Ingatlah
ketika Tuhan mu berfirman kepada para malaikat, : Sesungguhnya Aku hendak menjadikan
seorang khalifah dimuka bumi…”(QS.Al Baqarah 30)

Melihat pembahasan di atas, terlihat bahwa manusia memiliki kelebihan dari makhluk
lain. Karena sebagai mana kita ketahui, Allah telah menjadikan manusia sebagai makhluk
yang mulia. Atas dasar fakta-fakta di atas, sudah sewajarnyalah, kita sebagai manusia
(makhluk ciptaan Allah) senantiasa bersyukur atas karunia dan kasih sayang-Nya. Salah satu
kunci kesuksesan adalah bersyukur.

2.4 Fungsi, Peran dan Tanggung Jawab Manusia Menurut Islam

Manusia sebagai salah satu makhluk hidup di Bumi ini mempunyai berbagai fungsi,
peran dan tanggung jawab, dan Islam sebagai agama dengan jumlah pemeluknya terbesar
dibanding agama-agama yang lain, sudah tentu mempunyai pandangan tersendiri akan fungsi,
peran dan tanggung jawab manusia di Bumi.

2.4.1 Peran Manusia Menurut Islam

Berpedoman kepada QS Al Baqoroh 30-36, maka peran yang dilakukan adalah sebagai
pelaku ajaran Allah dan sekaligus pelopor dalam membudayakan ajaran Allah. Untuk
menjadi pelaku ajaran Allah, apalagi menjadi pelopor pembudayaan ajaran Allah, seseorang
dituntut memulai dari diri dan keluarganya, baru setelah itu kepada orang lain.

Peran yang hendaknya dilakukan seorang khalifah sebagaimana yang telah ditetapkan
Allah, diantaranya adalah :

1. Belajar (surat An naml : 15-16 dan Al Mukmin :54) ; Belajar yang dinyatakan pada
ayat pertama surat al Alaq adalah mempelajari ilmu Allah yaitu Al Qur’an.
2. Mengajarkan ilmu (al Baqoroh : 31-39)
3. Membudayakan ilmu (al Mukmin : 35 ) ; Ilmu yang telah diketahui bukan hanya
untuk disampaikan kepada orang lain melainkan dipergunakan untuk dirinya sendiri
dahulu agar membudaya. Seperti apa yang telah dicontohkan oleh Nabi SAW.

2.4.2 Tanggung Jawab Manusia Menurut Islam

Manusia diserahi tugas hidup yang merupakan amanat Allah dan harus
dipertanggungjawabkan di hadapan-Nya. Tugas hidup yang dipikul manusia di muka bumi
adalah tugas kekhalifaan, yaitu tugas kepemimpinan, wakil Allah di muka bumi, serta
pengelolaan dan pemeliharaan alam.

Khalifah berarti wakil atau pengganti yang memegang mandat Allah untuk mewujudkan
kemakmuran di muka bumi. Kekuasaan yang diberikan kepada manusia bersifat kreatif, yang
memungkinkan dirinya serta mendayagunakan apa yang ada di muka bumi untuk
kepentingan hidupnya.

Sebagai khalifah, manusia diberi wewenang berupa kebebasan memilih dan menentukan,
sehingga kebebasannya melahirkan kreatifitas yang dinamis. Kebebasan manusia sebagai
khalifah bertumpu pada landasan tauhidullah, sehingga kebebasan yang dimiliki tidak
menjadikan manusia bertindak sewenang-wenang.

Kekuasaan manusia sebagai wakil Allah dibatasi oleh aturan-aturan dan ketentuan-
ketentuan yang telah digariskan oleh yang diwakilinya, yaitu hukum-hukum Allah baik yang
tertulis dalam kitab suci (al-Qur’an), maupun yang tersirat dalam kandungan alam semesta
(al-kaun). Seorang wakil yang melanggar batas ketentuan yang diwakili adalah wakil yang
mengingkari kedudukan dan peranannya, serta mengkhianati kepercayaan yang diwakilinya.
Oleh karena itu, ia diminta pertanggungjawaban terhadap penggunaan kewenangannya di
hadapan yang diwakilinya, sebagaimana firman Allah dalam QS 35 (Faathir : 39) yang
artinya adalah :

“Dia-lah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah dimuka bumi. Barang siapa yang
kafir, maka (akibat) kekafiran orang-orang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah
kemurkaan pada sisi Tuhannya dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lainhanyalah
akan menambah kerugian mereka belaka”.

Kedudukan manusia di muka bumi sebagai khalifah dan juga sebagai hamba Allah,
bukanlah dua hal yang bertentangan, melainkan suatu kesatuan yang padu dan tak
terpisahkan. Kekhalifan adalah realisasi dari pengabdian kepada Allah yang menciptakannya.
Dua sisi tugas dan tanggung jawab ini tertata dalam diri setiap muslim sedemikian rupa.
Apabila terjadi ketidakseimbangan maka akan lahir sifat-sifat tertentu yang menyebabkan
derajat manusia meluncur jatuh ketingkat yang paling rendah, seperti fiman-Nya dalam QS
(at-tiin: 4) yang artinya “sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang
sebaik-baiknya”.

Di dalam Al Quran sudah begitu lengkap semua hal mengenai fungsi, peran dan
tanggung jawab manusia. Oleh karena itu manusia wajib membaca dan memahami Al Quran
agar dapat memahami apa fungsi, peran dan tanggung jawabnya sebagai manusia sehingga
dapat menjalani kehidupan dengan penuh makna.
BAB III

KESIMPULAN

Manusia merupakan salah satu makhluk hidup yang menjadi anggota populasi di
permukaan bumi. Ia adalah suatu himpunan yang memiliki ciri khas yang tidak dimiliki oleh
sekian juta makhluk hidup lainnya. Manusia, selama hidupnya selalu berusaha dan berjuang
untuk memanfaatkan alam sekitarnya dengan cara menggunakan daya dan tenaga alam untuk
kepentingan dirinya.
Tujuan hidup manusia adalah mencapai kebahagiaan yang diinginkannya. Dengan
dibekali akal pikiran/rasio itulah maka manusia diharapkan dapat berfikir secara maksimal
dalam mencapai tujuan hidupnya tersebut.
Dalam pendidikan, jika seseorang telah menguasai ilmu atau hal yang ingin
diketahuinya, maka ia telah mencapai tujuan pendidikannya tersebut. Begitu pula dengan
kehidupan. Dalam kehidupan, kebanyakan manusia ingin memperoleh kebahagiaan, baik di
dunia maupun di akhirat. Dengan proses pendidikan yang dijalaninya dengan sungguh-
sungguh, maka manusia akan dapat mencapai tujuan hidupnya tersebut. Inilah yang disebut
tujuan hidup manusia sebagai tujuan akhir pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai