Anda di halaman 1dari 14

TUGAS MATA KULIAH EKONOMI KESEHATAN

“DEMAND PELAYANAN KESEHATAN”

Kelompok 14
IKM C 2015

1. Kartika Elisabet Krisnanti 101511133181


2. Fitrotuz Zahroh 101511133196
3. Faishal Azhar W. 101511133211
4. Citra Ayuningtyas 101511133226

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2017
1. Pengertian Demand Pelayanan Kesehatan
Demand (Permintaan) merupakan keinginan yang disertai dengan daya beli.
Pengertian permintaan (demand) tidak terpisah dari arti kebutuhan (need) dan
keinginan (waant). Kebutuhan adalah sesuatu yang dianggap kurang dari sudut
manusia itu sendiri sedangkan keinginan adalah sesuatu yang dianggap kurang dari
sudut lingkungan. Menurut (Kotler dan Anderden, 1995) permintaan adalah
keinginan terhadap produk spesifik yang didukung oleh kemampuan dan kesediaan
untuk membeli. Demand atau permintaan adalah jumlah dari suatu barang yang
mau dan mampu dibelipada berbagai kemungkinan harga, selama jangka waktu
tertentu dan dengan anggapan berbagai hal lain tetap sama (ceteris paribus). Dalam
hal ini mau dan mampu memiliki arti seberapa tinggi keinginan atau kebutuhan
seseorang terhadap sesuatu, jika seseorang tidak memiliki uang atautidak bersedia
untuk mengeluarkan uang untuk membeli sesuatu tersebut maka keinginan tersebut
belum bisa dikatakan permintaan. Namun ketika suatu keinginan atau kebutuhan
disertai dengan kemauan dan kemampuan untuk membeli dan didukung dengan
uang yang cukup untuk membayar makan keinginan tersebut bisa dikatakan
permintaan.
Permintaan (demand) pelayanan kesehatan adalah pelayanan yang
sesungguhnya yang dibeli oleh customer pelayanan kesehatan,dalam hal ini adalah
pasien, permintaan tersebut didapatkan dari pendapat medis dari seorang dokter
yang mempengaruhi pasiennya. Faktor lain yang mempengaruhi adalah pendapatan
dan harga obat. Model dari Cooper Posnett (1988) dalam Palutturi (2005),
menyatakan permintaan (demand) pelayanan kesehatan merupakan keinginan
untuk lebih sehat diwujudkan dalam perilaku mencari pertolongan tenaga
kedokteran. Grossman (1972) mengemukakan bahwa konsumen sesungguhnya
mempunyai cukup informasi yang memungkinannya melakukan pilihan kondisi
kesehatannya secara rasional, baik pada masa sekarang maupun di masa
mendatang. Dia mendasarkan teorinya pada argumentasi bahwa permintaan
seseorang atas pelayanan kesehatan di deriviasikan dari persepsinya atas level
optimal kesehatannya. Akibatnya, permintaan pelayanan kesehatan muncul karena
orang tersebut ingin menjembatani jenjang antara status kesehatannya saat ini
dengan status kesehatan yang diinginkannya. Dengan adanya keinginan tersebut
maka akan mendorong keinginan seseorang untuk mencari pelayanan kesehatan.
Ada 2 pendekatan yang lazim digunakan dalam membahas permintaan
(demand) terhadap pelayanan kesehatan. Pertama yaitu teori Agency Relationship
atau yang lebih dikenal dengan Supplier-Induced Demand Model. Sedangkan
pendekatan yang kedua yaitu Investment Model yang diajukan oleh Grossman
(1972). Perbedaan utama antara kedua pendekatan tersebut terletak pada asumsinya
tentang kedudukan pasien dalam model tersebut. Pada pendekatan pertama, peranan
pasien begitu kecil dibandingkan pada ahli kesehatan/dokter dalam membentuk
permintaan terhadap pelayanan kesehatan. Sementara Grossman menyatakan
bahwa konsumen (pasien) cukup memiliki informasi dan kebebasan dalam
menentukan permintaannya. Pelayanan kesehatan yang baik dapat meningkatkan
jumlah (kuantitas) pelayanan kesehatan menurut Azrul (1996), harus memenuhi
beberapa persyaratan pokok, yaitu :
1. Tersedia dan berkesinambungan, artinya semua jenis pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan tidak sulit untuk ditemukan setiap saat dibutuhkan
2. Dapat diterima dan wajar, artinya tidak bertentangan dengan adat istiadat dan
kepercayaaan masyarakat
3. Mudah dicapai, dari sudut lokasi mudah dicapai oleh masyarakat
4. Mudah dijangkau, biaya kesehatan sesuai dengan kemampuan ekonomi
masyarakat
5. Bermutu, menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan dan memuaskan
konsumen
Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa, permintaan (demand) pelayanan
kesehatan adalah pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan diinginkan oleh pasien
yang disertai juga dengan daya beli yang dimiliki oleh pasien tersebut
2. Faktor yang Mempengaruhi Demand Pelayanan Kesehatan
Faktor-faktor yang mempengaruhi demand pelayanan kesehatan (Fuchs,
1998; Dunlop dan Zubkoff,1981) antara lain :
1. Kebutuhan Berbasis Fisiologis
Faktor ini menekankan pada peranan penting petugas kesehatan atau
petugas medis dalam mengambil keputusan. Hasil pengambilan keputusan
tersebut yang akan menentukan perlu atau tidaknya seseorang untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan maupun medis. Keputusan petugas
kesehatan/medis akan mempengaruhi penilaian seseorang terhadap status
kesehatannya. Dalam kondisi ini, maka demand pelayanan kesehatan dapat
ditingkatkan atau dikurangi. Faktor ini juga dapat diwakilkan dalam pola
epidemiologi yang diukur berdasarkan kebutuhan masyarakat.
2. Penilaian Pribadi akan Status Kesehatan
Penilaian pribadi seseorang akan status kesehatan dapat dipengaruhi
oleh faktor sosio-antropologis seperti budaya, kepercayaan, dan norma-
norma sosial yang berlaku di masyarakat. Indonesia sejak zaman dahulu
telah memiliki pengobatan alternatif dalam bentuk pelayanan dukun
ataupun tabib. Hal tersebut berlaku pada daerah yang masih memiliki
kepercayaan maupun budaya tertentu. Fenomena tersebut menunjukkan
bahwa demand terhadap pelayaanan pengobatan alternatif masih ada dalam
masyarakat. Selain itu, masalah persepsi mengenai risiko sakit merupakan
hal yang penting. Ada sebagian masyarakat yang sangat memperhatikan
status kesehatannya, ada pula sebagian yang tidak memperhatikannya.
Apabila penilaian pribadi masyarakat terhadap kesehatan semakin tinggi,
maka demand terhadap pelayanan kesehatan akan cenderung semakin
tinggi.
3. Variabel-Variabel Ekonomi Tarif
Tarif dengan demand terhadap pelayanan kesehatan memiliki
hubungan yang bersifat negatif. Artinya bahwa semakin tinggi tarif
pelayanan kesehatan, maka demand terhadap pelayanan kesehatan akan
menjadi semakin rendah, begitu pula sebaliknya. Namun, perlu diperhatikan
bahwa hubungan negatif ini khususnya muncul pada keadaan pasien yang
mempunyai pilihan. Pada pelayanan kesehatan di rumah sakit, tingkat
demand pasien sangat dipengaruhi oleh keputusan dokter. Keputusan dokter
mempengaruhi length of stay, jenis pemeriksaan, keharusan untuk operasi,
dan berbagai tindakan medis lainnya. Sementara itu, pada keadaan yang
membutuhkan penanganan medis segera, maka faktor tarif mungkin tidak
terlalu mempengaruhi demand. Sebagai contoh, operasi segera akibat
kecelakaan. Apabila tidak segera mendapatkan pertolongan medis, maka
korban dapat cacat atau bahkan meninggal.
4. Penghasilan Masyarakat
Apabila penghasilan masyarakat semakin tinggi, maka akan
meningkatkan demand untuk pelayanan kesehatan dan sebaliknya. Namun,
ada sebagian pelayanan kesehatan yang bersifat barang inferior, artinya
apabila terjadi kenaikan penghasilan masyarakat justru dapat menyebabkan
turunya konsumsi terhadap pelayanan kesehatan. Hal ini biasanya terjadi
pada rumah sakit pemerintah di kota atau kabupaten. Ada pula
kecenderungan masyarakat berpenghasilan tinggi yang tidak menyukai
pelayanan kesehatan yang banyak menghabiskan waktu. Kondisi ini
diantisipasi oleh beberapa rumah sakit yang sasaran marketnya merupakan
pasien dari golongan mampu. Faktor penghasilan masyarakat dan selera
mereka merupakan bagian penting dalam analisis demand untuk keperluan
pemasaran rumah sakit.
5. Asuransi Kesehatan dan Jaminan Kesehatan
Faktor asuransi kesehatan menjadi hal yang penting (khususnya
pada negara maju) dalam mempengaruhi demand pelayanan kesehatan.
Sebagai contoh, di Amerika Serikat masyarakat tidak membayar langsung
ke pelayanan kesehatan, tetapi melalui sistem asuransi kesehatan. Selain itu,
dikenal pula program pemerintah dalam bentuk jaminan kesehatan untuk
masyarakat miskin dan orang tua. Program pemerintah ini sering disebut
sebagai asuransi sosial. Adanya asuransi kesehatan dan jaminan kesehatan
dapat meningkatkan demand terhadap pelayanan kesehatan. Dengan
demikian, hubungan asuransi kesehatan dengan demand terhadap pelayanan
kesehatan bersifat positif. Asuransi kesehatan bersifat mengurangi efek
faktor tarif sebagai hambatan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan pada
saat sakit. Artinya semakin banyak penduduk yang tercakup oleh asuransi
kesehatan maka demand akan pelayanan kesehatan (termasuk rumah sakit)
menjadi semakin tinggi. Peningkatan demand ini dipengaruhi pula oleh
faktor moral hazard. Seseorang yang telah terjamin oleh asuransi kesehatan
akan cenderung untuk lebih menggunakan pelayanan kesehatan sebanyak-
banyaknya.
6. Variabel-Variabel Demografis dan Umur
Faktor umur sangat mempengaruhi demand terhadap pelayanan
preventif dan kuratif. Semakin tua umur seseorang, maka cenderung
meningkatkan demand terhadap pelayanan kesehatan kuratif sedangkan
demand terhadap pelayanan kesehatan preventif menurun. Dengan kata lain,
jika umur seseorang semakin tua maka semakin kecil keuntungan yang
dirasakan dari pelayanan kesehatan preventif bila dibandingkan dengan saat
masih muda. Fenomena ini terlihat pada pola demografi di negara-negara
maju yang berubah menjadi masyarakat tua sehingga pengeluaran untuk
pelayanan kesehatan menjadi sangat tinggi.
7. Jenis Kelamin
Penelitian di Amerika Serikat menunjukkan bahwa demand
terhadap pelayanan kesehatan oleh wanita ternyata lebih tinggi dibanding
dengan laki-laki. Hasil ini didasarkan pada dua asumsi. Pertama, wanita
mempunyai insidensi penyakit yang lebih tinggi dibanding dengan laki-laki.
Kedua, karena angka kerja wanita lebih rendah maka kesediaan meluangkan
waktu untuk pelayanan kesehatan lebih besar dibanding dengan laki-laki.
Namun pada kasus-kasus yang bersifat darurat perbedaan demand
pelayanan kesehatan antara wanita dan laki-laki tidak terlalu terlihat.
8. Pendidikan
Seseorang dengan pendidikan tinggi cenderung mempunyai demand
pelayanan kesehatan yang lebih tinggi. Pendidikan yang lebih tinggi
cenderung meningkatkan kesadaran seseorang akan status kesehatan, serta
konsekuensinya dalam menggunakan pelayanan kesehatan.
9. Faktor-Faktor Lain
Faktor lain yang mempengaruhi demand pelayanan kesehatan
seperti iklan layanan masyarakat terkait kesehatan, ketersediaan tenaga
kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan, dan inflasi. Iklan merupakan
faktor yang digunakan dalam bisnis komoditas ekonomi untuk
meningkatkan demand. Beberapa rumah sakit di Indonesia telah
memperhatikan faktor pengiklanan sebagai salah satu cara peningkatan
demand.
Tersedianya dokter dan fasilitas pelayanan kesehatan meru-pakan
faktor lain yang meningkatkan demand. Fuchs (1998) menyatakan bahwa
pada asumsi semua faktor lain tetap, kenaikan jumlah dokter spesialis bedah
sebesar 10% akan meningkatkan jumlah operasi sebesar 3%. Misalnya,
kehadiran dokter gigi akan meningkatkan demand untuk pelayanan
kesehatan mulut. Keberadaan dokter spesialis THT akan meningkatkan
demand untuk operasi tonsilektomi. Kehadiran dokter spesialis kebidanan
dan penyakit kandungan dengan peralatan operasi akan meningkatkan
demand untuk pelayanan bedah caesar.
Efek inflasi terhadap demand terjadi melalui perubahan-perubahan
pada tarif pelayanan rumah sakit, jumlah pendapatan masyarakat, dan
asuransi kesehatan. Faktor perlu diperhatikan oleh khususnya rumah sakit
karena pada saat inflasi tinggi maka demand terhadap pelayanan kesehatan
akan terpengaruhi.

3. Perbedaan Demand Pelayanan Kesehatan dan Demand Produk Umum


Dalam pemikiran yang rasional semua orang ingin menjadi sehat. Kesehatan
merupakan mo dal untuk bekerja dan hidup untuk mengembangkan keturunan.
Latar belakang inilah yang membuat orang ingin menjadi sehat. Ada keinginan
yang bersumber dari kebutuhan hidup. Tentunya demand utuk menjadi sehat
tidaklah sama antarmanusia. Seseorang yang kebutuhan hidupnya sangat
tergantung dari kesehatannya tentu akan mempunyai demand yang lebih tinggi akan
status kesehatannya. Menurut Mills dan Gilson (1990) kesehatan merupakan suatu
kebutuhan (need) yang diartikan secara umum yang merupakan perbandingan
antara situasi nyata dan standar teknis tertentu yang telah disepakati. Selain itu juga
kesehatan merupakan kebutuhan yang dirasakan (felt need) yaitu kebutuhan yang
dirasakan sendiri oleh individu. Sehingga keputusan untuk memanfaatkan suatu
jasa pelayanan kesehatan merupakan pencerminan kombinasi normatif dan
kebutuhan yang dirasakan.
Tabel 1. Perbedaan Demand Pelayanan Kesehatan dan Demand Produk
Umum
No PERBEDAAN DEMAND PELAYANAN KESEHATAN DAN
DEMAND PRODUK UMUM

Demand Pelayanan Demand Produk


Kesehatan
1 Pengertian Permintaan untuk lebih Keinginan konsumen
sehat diwujudkan dalam untuk membeli suatu
perilaku mencari barang atau jasa pada
pelayanan kesehatan berbagai tingkat harga
selama jasa pada berbagai
tingkat harga selama
periode tertentu

2 Karakteristik 1.Yang diinginkan 1. Konsep permintaan pada


masyarakat atau umumnya adalah semakin
konsumen adalah murah harganya maka
kesehatan, bukan permintaan akan semakin
pelayanan kesehatan. meningkat.
Pelayanan kesehatan
merupakanderived 2. Konsumen dapat
demand sebagai input mendapatkan barangnya
untuk menghasilkan seketika setelah
kesehatan. membelinya.

2. Masyarakat tidak 3.Pengetahuan konsumen


membeli kesehatan dari dan provider bisa saja sama
pasar secara pasif.
Masyarakat
menghasilkannya,
menggunakan waktu
untuk usaha-usaha
peningkatan kesehatan, di
samping menggunakan
pelayanan kesehatan.

3.Kesehatan dapat
dianggap sebagai bahan
investasi karena tahan
lama dan tidak
terdepresiasi dengan
segera.

4.Kesehatan dapat
dianggap sebagai bahan
konsumsi sekaligus
sebagai bahan investasi.

5. Pengetahuan konsumen
sangat jauh dibawah
provider.

3 Faktor utama Insiden penyakit dan Harga


yang provider
mempengaruhi

4 Pengambil Provider pelayanan Konsumen itu sendiri dapat


keputusan kesehatan yang menentukan barang yang
menentukan jenis akan dibeli.
pengobatannya namun
konsumen dapat
mempunyai kewenangan
untuk memilih tempat
perawatannya.

5 Jenis Demand turunan Demand langsung

4. Elastisitas Demand Pelayanan Kesehatan dan Konsekuensinya


A. ELASTISITAS DEMAND PELAYANAN KESEHATAN
Pada pelayanan rumah sakit, tingkat demand pasien sangat dipengaruhi
oleh keputusan dokter. Keputusan dari dokter mempengaruhi length of
stay, jenis pemeriksaan, keharusan untuk operasi, dan berbagai tindakan
medik lainnya. Pada keadaan yang membutuhkan penanganan medis
segera, maka faktor tarif mungkin tidak berperan dalam mempengaruhi
demand, sehingga elastisitas harga bersifat inelastik.Sebagai contoh, operasi
segera akibat kecelakaan lalu lintas. Apabila tidak ditolong segera, maka
korban dapat meninggal atau cacat seumur hidup. Masalah tarif rumah sakit
merupakan hal yang kontroversial. Pernyataan normatif di masyarakat
memang mengharapkan bahwa tarif rumah sakit harus rendah agar
masyarakat miskin mendapat akses. Akan tetapi tarif yang rendah dengan
subsidi yang tidak cukup dapat menyebabkan mutu pelayanan turun bagi
orang miskin dan hal ini menjadi masalah besar dalam manajemen rumah
sakit. Akan tetapi pelayanan kesehatan tidak selamanya bersifat inelastik. Hal
ini dapat terjadi apabila konsumen sangat membutuhkan pelayanan yang cepat
dan mendesak maka elastisitas dapat bersifat elastis.
Elastisitas menunjukkan hubungan antara kuantitas yang diminta oleh
konsumen dengan harga, serta berbagai hal yang berhubungan dengan faktor
ekonomi. Elastisitas pada permintaan pelayanan kesehatan bersifat inelastis.
Dikatakan inelastis karena semakin tinggi hargapelayanan kesehatan maka
permintaan pada pelayanan kesehatan akan menurun, tetapi penurunan
permintaan tidak sebesar kenaikan harga. Hal ini disebabkan karena harga
bukanlah faktor dominan yang mempengaruhi permintaan pelayanan
kesehatan, melainkan insiden penyakit(Mardianti Lailla, 2012).
Dalam permintaan pelayanan kesehatan pada dasarnya jika seseorang ingin
meningkatkan derajat kesehatannya maka seseorang tersebut tidak
memikirkan seberapa besar uang yang akan dikeluarkan untuk kesehatannya
tersebut. Sehingga karena elastisitas bersifat inelastis maka konsekuensi yang
harus dilakukan adalah meningkatkan mutu pelayanan, karena seperti yang
sudah dijelaskan diatas tadi faktor yang lebih dominan adalah insiden
terjadinya penyakit dan provider. Dalam pelayanan kesehatan, permintaan
tergantung pada sifat urgensinya, yaitu:
1. Emergency: penyakit jantung mendadak, apendik dll.
Pada sifat emergency ini, elastisitas permintaan dalam pelayanan
kesehatan tergolong inelastis. Semakin emergency suatu keadaan, maka
kurva dari permintaan akan bersifat semakin inelastis bahkan inelastis
sempurna.
2. Non emergency
Pada sifat non emergency ini, elastisitas permintaan dalam
pelayanan kesehatan akan bersifat semakin elastis. Dalam keadaan yang
tidak darurat pasien cenderung memikirkan factor lain yang mempengaruhi
salah satunya yaitu biaya. Contohnya, dalam kadaan menderita penyakit
influenza, dimana penyakit ini tidak terlalu darurat atau memerlukan
penanganan secepatnya, apabila seorang dokter meresepkan pelayanan
kesehatan A dimana biayanya dirasa mahal, maka pasien akan lebih
memilih membeli obat bebas yang dirasa biayanya lebih murah dari pada
Pelayanan A.
3. Elective yaitu yankes yang bisa diatur saat pelaksanaannya seperti bedah
kosmetik, sirkumsisi, operasi katarak.
B. Konsekuensi Elastisitas Permintaan pada Pelayanan Kesehatan
Pada bagian sebelumnya telah dij elaskan bahwa elastisitas permintaan pada
pelayanan kesehatan dapat bersifat inelastis ataupun elastis. Berikut ini adalah
penjelasan tentang konsekuensi dari kedua sifat elastisitas tersebut:
1. Inelastis (E<1)
Koefisien elastisitas berada di antara nol sampai satu apabila
persentase perubahan harga adalah lebih besar daripada persentase
perubahan jumlah permintaan. Atau persentase perubahan kuantitas
permintaan lebih kecil dari persentase perubahan harga. Permintaan
bersifat inelastis dapat terjadi pada saat harga pelayanan kesehatan
meningkat sangat cepat, sedangkan faktor lain di luar harga
dalamkondisi tetap.
Pada kondisi ini permintaan masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan akan menurun. Tetapi angka penurunan permintaan ini tidak
sebesar kenaikan harga pelayanan kesehatan. Hal ini disebabkan karena
apabila seseorang menderita penyakit yang darurat (emergency)
sehingga orang tersebut akan berusaha untuk segera menyembuhkan
penyakit tersebut dengan menggunakan pelayanan kesehatan saat itu
juga. Sedangkan apabila penyakit yang dialami seseorang bukan
merupakan penyakit darurat (non emergency), maka orang tersebut akan
mencari solusi lain saat harga pelayanan kesehatan naik.
Konsekuensi yang harus dilakukan saat kondisi inelastis ini apabila
harga tidak dapat ditekan karena akan mempengaruhi kualitas maka cara
lain adalah meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan agar dapat
bersaing dengan intitusi kesehatan yang lain dalam mendapatkan
pelanggan.
2. Elastis (E>1)
Koefisien elastisitas dapat bernilai lebih dari satu apabila perubahan
harga diikuti dengan perubahan jumlah permintaan, dimana persentase
perubahan permintaan lebih besar daripada perubahan harga.
Kondisi ini dapat terjadi pada pengguna pelayanan kesehatan jika
pendapatan masyarakat sudah mencukupi. Masyarakat ini akan rela
membayar dengan harga lebih tinggi demi mendapat kualitas pelayanan
kesehatan yang terbaik. Apabila pendapatan masyarakat telah
meningkat, maka dana yang disisihkan untuk menggunakan pelayanan
keehatan juga akan meningkat. Sehingga konsekuensi yang dapat
dilakukan saat kondisi pemintaan pelayanan kesehatan elastis adalah
dengan meningkatkan pelayanan dan penambahan teknologi kesehatan
agar konsumen tetap datang ke pelayanan kesehatan.

Gambar 1. Kurva Inelastis Gambar 2. Kurva Elastis


KESIMPULAN

Permintaan (demand) pelayanan kesehatan adalah pelayanan yang


sesungguhnya yang dibeli oleh customer pelayanan kesehatan,dalam hal ini adalah
pasien, permintaan tersebut didapatkan dari pendapat medis dari seorang dokter
yang mempengaruhi pasiennya. Adapun beberapa factor yang mempengaruhi
demand pelayanan kesehatan yang meliputi kebutuhan berbasis fisiologis, penilaian
pribadi akan status kesehatan, variable ekonomi tarif, penghasilan masyarakat,
asuransi dan jaminan kesehatan, variable demografis dan umur, jenis kelamin,
pendidikan dan factor lainnya.
Demand pelayanan kesehatan berbeda dengan demand produk umum hal ini
dikarenakan peran provider dalam pelayanan kesehatan sebagai advisor dan
provider. Sehingga konsumen pelayanan kesehatan dalam kedudukan lemah karena
apa yang dibeli ditentukan oleh pemberi jasa layanan kesehatan, konsumen
pelayanan kesehatan hanya mempunyai kewenangan untuk memilih tempat
perawatannya.
Elastisitas menunjukkan hubungan antara kuantitas yang diminta oleh
konsumen dengan harga, serta berbagai hal yang berhubungan dengan factor
ekonomi. Elastisitas demand pelayanan kesehatan bersifat inelastic karena semakin
tinggi harga pelayanan kesehatan maka demand pada pelayanan kesehatan akan
menurun, tetapi penurunan permintaan tidak sebesar kenaikan harga.Adapun
konsekuensi elastisitas demand pada pelayanan kesehatan apabila saat kondisi
inelastis terjadi adalah dengan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan agar
dapat bersaing dengan intitusi kesehatan yang lain dalam mendapatkan pelanggan.
Selain itu, konsekuensi yang dapat dilakukan saat kondisi pemintaan pelayanan
kesehatan elastis adalah dengan meningkatkan pelayanan dan penambahan
teknologi kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

Mardianti, Lailla. 2012. Elasticity of Demand. Disitasi pada


http://laillamardianti.wordpress.com/2012/02/17/elasticity-of-demand/ (diakses
07 September 2017, 23:36)
Meisa, Yusrika 2012. Bengkulu. Permintaan (Demand) Dalam Yankes.
http://www.scribd.com/doc/96634742/Makalah-Permintaan-Demand-Dalam-
Pelayanan-Kesehatan (diakses 07 september 2017 pukul 23:45 WIB)

Anda mungkin juga menyukai