Anda di halaman 1dari 11

2.2.

4 Patologi
Dari pandangan patologi, kematian akibat asfiksia dapat dibagi dalam 2
golongan yaitu:
1. Primer (akibat langsung dari asfiksia)
Kekurangan oksigen ditemukan di seluruh tubuh, tidak tergantung pada
tipe dari asfiksia. Sel-sel otak sangat sensitif terhadap kekurangan oksigen.
Bagian-bagian otak tertentu membutuhkan lebih banyak oksigen, dengan
demikian bagian tersebut lebih rentan terhadap kekurangan oksigen. Perubahan
yang karakteristik terlihat pada sel-sel serebrum, serebellum, dan basal ganglia. 1
Di sini sel-sel otak yang mati akan digantikan oleh jaringan glial,
sedangkan pada organ tubuh yang lain yakni jantung, paru-paru, hati, ginjal dan
yang lainnya perubahan akibat kekurangan oksigen langsung atau primer tidak
jelas. 1
2. Sekunder (berhubungan dengan penyebab dan usaha kompensasi dari tubuh)
Jantung berusaha mengkompensasi keadaan tekanan oksigen yang
rendah dengan mempertinggi outputnya, akibatnya tekanan arteri dan vena
meninggi. Karena oksigen dalam darah berkurang terus dan tidak cukup untuk
kerja jantung, maka terjadi gagal jantung dan kematian berlangsung dengan
cepat. Keadaan ini didapati pada:
Penutupan mulut dan hidung (pembekapan).

- Obstruksi jalan napas seperti pada mati gantung, penjeratan, pencekikan dan
korpus alienum dalam saluran napas atau pada tenggelam karena cairan
menghalangi udara masuk ke paru-paru.

- Gangguan gerakan pernafasan karena terhimpit atau berdesakan (Traumatic


asphyxia).

- Penghentian primer dari pernafasan akibat kegagalan pada pusat pernafasan,


misalnya pada luka listrik dan beberapa bentuk keracunan. 1
2.2.5. Stadium Pada Asfiksia
Pada orang yang mengalami asfiksia akan timbul gejala yang dapat dibedakan
dalam 4 stadium yaitu:
1. Stadium Dispnea
Terjadi karena kekurangan O2 disertai meningkatnya kadar CO2 akan
merangsang pusat pernafasan, gerakan pernafasan (inspirasi dan ekspirasi)
bertambah dalam dan cepat disertai bekerjanya otot-otot pernafasan tambahan.
Wajah cemas, bibir mulai kebiruan, mata menonjol, denyut nadi dan tekanan
darah meningkat. Bila keadaan ini berlanjut, maka masuk ke stadium kejang.
2. Stadium Kejang
Berupa gerakan klonik yang kuat pada hampir seluruh otot tubuh, kesadaran
hilang dengan cepat, spinkter mengalami relaksasi sehingga feses dan urin dapat
keluar spontan. Denyut nadi dan tekanan darah masih tinggi, sianosis makin
jelas. Bila kekurangan O2ini terus berlanjut, maka penderita akan masuk ke
stadium apnoe.
3. Stadium Apnea
Korban kehabisan nafas karena depresi pusat pernafasan, otot menjadi lemah,
hilangnya refleks, dilatasi pupil, tekanan darah menurun, pernafasan dangkal dan
semakin memanjang, akhirnya berhenti bersamaan denganlumpuhnya pusat-
pusat kehidupan. Walaupun nafas telah berhenti dan denyut nadi hampir tidak
teraba, pada stadium ini bisa dijumpai jantung masih berdenyut beberapa saat
lagi.
Masa dari saat asfiksia timbul sampai terjadinya kematian sangat bervariasi.
Umumnya berkisar antara 3-5 menit. 1

2.2.6 Tanda Kardinal Asfiksia


Selama beberapa tahun dilakukan autopsi untuk mendiagnosis kematian akibat
asfiksia, telah ditetapkan beberapa tanda klasik yaitu:
a. Tardieu’s spot (Petechial hemorrages)
Tardieu’s spot terjadi karena peningkatan tekanan vena secara akut yang
menyebabkan overdistensi dan rupturnya dinding perifer vena, terutama pada
jaringan longgar, seperti kelopak mata, dibawah kulit dahi, kulit dibagian
belakang telinga, circumoral skin, konjungtiva dan sklera mata. Selain itu juga
bisa terdapat dipermukaan jantung, paru dan otak. Bisa juga terdapat pada
lapisan viseral dari pleura, perikardium, peritoneum, timus, mukosa laring dan
faring, jarang pada mesentrium dan intestinum.
b. Kongesti dan Oedema
Ini merupakan tanda yang lebih tidak spesifik dibandingkan dengan ptekie.
Kongesti adalah terbendungnya pembuluh darah, sehingga terjadi akumulasi
darah dalam organ yang diakibatkan adanya gangguan sirkulasi pada pembuluh
darah. Pada kondisi vena yang terbendung, terjadi peningkatan tekanan
hidrostatik intravaskular (tekanan yang mendorong darah mengalir di dalam
vaskular oleh kerja pompa jantung) menimbulkan perembesan cairan plasma ke
dalam ruang interstitium. Cairan plasma ini akan mengisi pada sela-sela jaringan
ikat longgar dan rongga badan (terjadi oedema).
c. Sianosis
Merupakan warna kebiru-biruan yang terdapat pada kulit dan selaput lendir yang
terjadi akibat peningkatan jumlah absolut Hb tereduksi (Hb yangtidak berikatan
dengan O2). Ini tidak dapat dinyatakan sebagai anemia, harus ada minimal 5
gram hemoglobin per 100 ml darah yang berkurang sebelum sianosis menjadi
bukti, terlepas dari jumlah total hemoglobin. Pada kebanyakan kasus forensik
dengan konstriksi leher, sianosis hampir selalu diikuti dengan kongesti pada
wajah, seperti darah vena yang kandungan hemoglobinnya berkurang setelah
perfusi kepala dan leher dibendung kembali dan menjadi lebih biru karena
akumulasi darah.
d. Tetap cairnya darah
Terjadi karena peningkatan fibrinolisin paska kematian. Gambaran tentang tetap
cairnya darah yang dapat terlihat pada saat autopsi pada kematian akibat asfiksia
adalah bagian dari mitologi forensik. Pembekuan yang terdapat pada jantung dan
sistem vena setelah kematian adalah sebuah proses yang tidak pasti, seperti
akhirnya pencairan bekuan tersebut diakibatkan oleh enzim fibrinolitik. Hal ini
tidak relevan dalam diagnosis asfiksia.1

2.2.7 Tanda Khusus Asfiksia


Didapati sesuai dengan jenis asfiksia yaitu:
a. Pada pembekapan, kelainan terdapat disekitar lobang hidung dan mulut. Dapat
berupa luka memar atau lecet. Perhatikan bagian di belakang bibir luka akibat
penekanan pada gigi, begitu pula di belakang kepala atau tengkuk akibat
penekanan. Biasanya korban anak-anak atau orang yang tidak berdaya. Bila
dilakukan dengan bahan halus, kadang-kadang sulit mendapatkan tanda-tanda
kekerasan.

b. Mati tergantung.
Kematian terjadi akibat tekanan di leher oleh pengaruh berat badan sendiri.
Kesannya leher sedikit memanjang, dengan bekas jeratan di leher. Ada garis
ludah di pinggir salah satu sudut mulut.
Bila korban cukup lama tergantung, maka lebam mayat didapati di kedua
kaki dan tangan. Namun bila segera diturunkan, maka lebam mayat akan
didapati pada bagian terendah tubuh. Muka korban lebih sering pucat, karena
peristiwa kematian berlangsung cepat, tidak sempat terjadi proses
pembendungan.
Pada pembukaan kulit di daerah leher, didapati resapan darah setentang
jeratan, demikian juga di pangkal tenggorokan dan oesophagus. Tanda-tanda
pembendungan seperti pada keadaan asfiksia yang lain juga didapati. Yang khas
disini adalah adanya perdarahan berupa garis yang letaknya melintang pada
tunika intima dari arteri karotis interna, setentang dengan tekanan tali pada
leher.
Tanda-tanda diatas tidak didapati pada korban yang digantung setelah
mati, kecuali bila dibunuh dengan cara asfiksia. Namun tanda-tanda di leher
tetap menjadi petunjuk yang baik. 1

2.2.8 Pemeriksaan Jenazah


a. Pada pemeriksaan luar jenazah dapat ditemukan :
1. Sianosis pada bibir, ujung-ujung jari dan kuku.

2. Pembendungan sistemik maupun pulmoner dan dilatasi jantung kanan


merupakan tanda klasik pada kematian akibat asfiksia.

3. Warna lebam mayat merah-kebiruan gelap dan terbentuk lebih cepat. Distribusi
lebam mayat lebih luas akibat kadar karbondioksida yang tinggi dan aktivitas
fibrinolisin dalam darah sehingga darah sukar membeku dan mudah mengalir.

4. Terdapat busa halus pada hidung dan mulut yang timbul akibat peningkatan
aktivitas pernapasan pada fase 1 yang disertai sekresi selaput lendir saluran
napas bagian atas. Keluar masuknya udara yang cepat dalam saluran sempit akan
menimbulkan busa yang kadang-kadang bercampur darah akibat pecahnya
kapiler.
5. Kapiler yang lebih mudah pecah adalah kapiler pada jaringan ikat longgar,
misalnya pada konjungtiva bulbi, palpebra dan subserosa lain. Kadang-kadang
dijumpai pula di kulit wajah.
Gambaran pembendungan pada mata berupa pelebaran pembuluh darah
konjungtiva bulbi dan palpebra yang terjadi pada fase 2. Akibatnya tekanan
hidrostatik dalam pembuluh darah meningkat terutama dalam vena, venula dan
kapiler. Selain itu, hipoksia dapat merusak endotel kapiler sehingga dinding
kapiler yang terdiri dari selapis sel akan pecah dan timbul bintik-bintik
perdarahan yang dinamakan sebagai Tardieu’s spot.
Penulis lain mengatakan bahwa Tardieu’s spot ini timbul karena
permeabilitas kapiler yang meningkat akibat hipoksia.
b. Pada pemeriksaan dalam jenazah dapat ditemukan:

1. Darah berwarna lebih gelap dan lebih encer, karena fibrinolisin darah yang
meningkat paska kematian.

2. Busa halus di dalam saluran pernapasan.

3. Pembendungan sirkulasi pada seluruh organ dalam tubuh sehingga menjadi lebih
berat, berwarna lebih gelap dan pada pengirisan banyak mengeluarkan darah.

4. Petekie dapat ditemukan pada mukosa usus halus, epikardium pada bagian
belakang jantung belakang daerah aurikuloventrikular, subpleura viseralis paru
terutama di lobus bawah pars diafragmatika dan fisura interlobaris, kulit kepala
sebelah dalam terutama daerah otot temporal, mukosa epiglotis dan daerah sub-
glotis.

5. Edema paru sering terjadi pada kematian yang berhubungan dengan hipoksia.

6. Kelainan-kelainan yang berhubungan dengan kekerasan, seperti fraktur laring


langsung atau tidak langsung, perdarahan faring terutama bagian belakang rawan
krikoid (pleksus vena submukosa dengan dinding tipis). 1

2.3. ASFIKSIA MEKANIK


Asfiksia mekanik adalah mati lemas yang terjadi bila udara pernapasan terhalang
memasuki saluran pernapasan oleh berbagai kekerasan (yang bersifat mekanik,
misalnya:
a. Penutupan lubang saluran pernapasan bagian atas, seperti pembekapan
(smothering) dan penyumbatan (gagging dan choking).
b. Penekanan dinding saluran pernapasan, seperti penjeratan (strangulation),
pencekikan (manual strangulation, throttling) dan gantung (hanging).
c. Penekanan dinding dada dari luar (asfiksia traumatik) 1
2.4. MATI GANTUNG (HANGING)
2.4.1. Defenisi
Mati gantung (hanging) merupakan suatu bentuk kematian akibat pencekikan
dengan alat jerat, di mana gaya yang bekerja pada leher berasal dari hambatan gravitasi
dari berat tubuh atau bagian tubuh.1
2.4.2. Etiologi Kematian pada Penggantungan
Ada 6 penyebab kematian pada penggantungan yaitu:
a. Asfiksia
Merupakan penyebab kematian yang tersering. Alat penjerat biasanya berada di
atas tulang rawan tiroid yang menyebabkan penekanan pada leher, sehingga
saluran pernafasan menjadi tersumbat.
b. Kongesti Vena
Disebabkan oleh lilitan tali pengikat pada leher sehingga terjadi penekanan pada
vena jugularis oleh alat penjerat sehingga sirkulasi serebral menjadi terhambat.
c. Kombinasi Asfiksia dan Kongesti Vena
Merupakan penyebab kematian yang paling umum, seperi pada kebanyakan
kasus dimana saluran napas tidak seluruhnya dihalangi oleh penjerat yang
berada di sekitar leher.
d. Iskemik Otak (anoxia)
Disebabkan oleh penekanan pada arteri besar di leher yang berperan dalam
menyuplai darah ke otak, umunya pada arteri karotis dan arteri vertebralis.
e. Syok Vagal
Menyebabkan serangan jantung mendadak karena terjadinya hambatan pada
refleks vaso-vagal secara tiba-tiba, hal ini terjadi karena adanya tekanan pada
saraf vagus atau sinus karotid.
f. Fraktur atau Dislokasi dari Verterbra Servikal 2 dan 3
Biasanya terjadi pada kasus judicial hanging, hentakan yang tiba-tiba pada
ketinggian 1-2 m oleh berat badan korban dapat menyebabkan fraktur dan
dislokasi dari vertebra servikalis yang selanjutnya dapat menekan atau merobek
spinal cord sehingga terjadi kematian yang tiba-tiba.1
2.4.3. Jenis Penggantungan
a. Dari letak tubuh ke lantai dapat dibedakan menjadi 2 tipe (Amir, 2008), yaitu:
1. Tergantung Total (complete), dimana tubuh seluruhnya tergantung di atas
lantai.
2. Setengah Tergantung (partial), dimana tidak seluruh bagian tubuh tergantung,
misalnya pada posisi duduk, bertumpu pada kedua lutut, dalam posisi
telungkup dan posisi lain.
b. Dari letak jeratan dibedakan menjadi 2 tipe (Amir, 2008), yaitu:
1 Tipikal, dimana letak simpul di belakang leher, jeratan berjalan simetris di
samping leher dan di bagian depan leher di atas jakun. Tekanan pada saluran
nafas dan arteri karotis paling besar pada tipe ini.
2 Atipikal, bila letak simpul di samping, sehingga leher dalam posisi sangat
miring (fleksi lateral) yang akan mengakibatkan hambatan pada arterikarotis
dan arteri vetebralis. Saat arteri terhambat, korban segera tidak sadar.

2.4.4. Tanda Post Mortem


Tanda post mortem sangat berhubungan dengan penyebab kematian atau
tekanan di leher. Kalau kematian terutama akibat sumbatan pada saluran pernafasan
maka dijumpai tanda-tanda asfiksia, respiratory distress, sianose dan fase akhir
konvulsi lebih menonjol. Bila kematian karena tekanan pembuluh darah vena, maka
sering didapati tanda-tanda pembendungan dan perdarahan (ptechial) di konjungtiva
bulbi, okuli dan di otak bahkan sampai ke kulit muka. Bila tekanan lebih besar sehingga
dapat menutup arteri, maka tanda-tanda kekurangan darah di otak lebih menonjol
(iskemi otak), yang menyebabkan gangguan pada sentra respirasi dan berakibat gagal
nafas. Tekanan pada sinus karotikus menyebabkan jantung tiba-tiba berhenti dengan
tanda-tanda post mortem yang minimal. Tanda- tanda di atas jarang berdiri sendiri,
tetapi umumnya akan didapati tanda-tanda gabungan. 1
2.4.5. Pemeriksaan Jenazah
a. Pemeriksaan Luar
Pada pemeriksaan luar penting diperiksa bekas jeratan di leher yaitu:
1. Bekas jeratan (ligature mark) berparit, bentuk oblik seperti V terbalik, tidak
bersambung, terletak di bagian atas leher, berwarna kecoklatan, kering seperti
kertas perkamen, kadang-kadang disertai luka lecet dan vesikel kecil di pinggir
jeratan. Bila lama tergantung, di bagian atas jeratan warna kulit akan terlihat
lebih gelap karena adanya lebam mayat.

2. Kita dapat memastikan letak simpul dengan menelusuri jejas jeratan. Simpul
terletak di bagian yang tidak ada jejas jeratan, kadang di dapati juga jejas
tekanan simpul di kulit. Bila bahan penggantung kecil dan keras (seperti kawat),
maka jejas jeratan tampak dalam, sebaliknya bila bahan lembut dan lebar
(seperti selendang), maka jejas jeratan tidak begitu jelas. Jejas jeratan juga dapat
dipengaruhi oleh lamanya korban tergantung, berat badan korban dan ketatnya
jeratan. Pada keadaan lain bisa didapati leher dibeliti beberapa kali secara
horizontal baru kemudian digantung, dalam kasus ini didapati beberapa jejas
jeratan yang lengkap, tetapi pada satu bagian tetap ada bagian yang tidak
tersambung yang menunjukkan letak simpul.
3. Leher bisa didapati sedikit memanjang karena lama tergantung, bila segera
diturunkan tanda memanjang ini tidak ada. Muka pucat atau bisa sembab, bintik
perdarahan Tardieu’s spot tidak begitu jelas, lidah terjulur dan kadang tergigit,
tetesan saliva dipinggir salah satu sudut mulut, sianose, kadang-kadang ada
tetesan urin, feses dan sperma.

4. Bila korban lama diturunkan dari gantungan, lebam mayat didapati di kaki dan
tangan bagian bawah. Bila segera diturunkan, lebam mayat bisa di dapati di
bagian depan atau belakng tubuh sesuai dengan letak tubuh sesudah diturunkan.
Kadang penis tampak ereksi akibat terkumpulnya darah. 1
b. Pemeriksaan Dalam
Pada pemeriksaan dalam perlu diperhatikan :
1) Jaringan otot setentang jeratan didapati hematom, saluran pernafasan congested,
demikian juga paru-paru dan organ dalam lainnya. Terdapat Tardieu’s spot di
permukaan paru-paru, jantung dan otak. Darah berwarna gelap dan encer

2) Patah tulang lidah (os hyoid) sering didapati, sedangkan tulang rawan yang lain
jarang

3) Didapati adanya robekan melintang berupa garis berwarna merah (red line) pada
tunika intima dari arteri karotis interna. 1

Tabel 2.1 : Cara membedakan kematian (pembunuhan atau bunuh diri)


Pembunuhan Bunuh Diri

Alat penjerat: Biasanya simpul mati Simpul hidup


- Simpul Hanya satu Satu atau lebih
- Jumlah lilitan Mendatar Serong ke atas
- Arah Dekat Jauh
- Jarak titik tumpu-
simpul

Korban: Berjalan mendatar Meninggi ke arah simpul


- Jejas jerat + -
- Luka perlawanan Ada, sering di daerah leher Biasanya tidak ada,
- Luka-luka lain Jauh mungkin terdapat luka
percobaan lain
- Jarak dari lantai Dekat, dapat tidak
tergantung
TKP: Bervariasi Tersembunyi
- Lokasi Tidak teratur Teratur
- Kondisi Tidak teratur, robek Rapi dan baik
- Pakaian

Alat: Dari si pembunuh Berasal dari yang ada di


TKP
Surat peninggalan: - +
Ruangan: Tak teratur, terkunci dari Terkunci dari dalam
luar

Anda mungkin juga menyukai