Anda di halaman 1dari 5

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Populasi lansia di dunia mencapai 901.000 lansia. Hal ini
mengalami peningkatan 12% dari tahun sebelumnya, populasi lansia
diperkirakan akan terus mengalami peningkatan tiap tahunnya (World
Population Prospects, 2015). Indonesia adalah negara yang memasuki era
penduduk berstruktur lanjut usia (Aging Struktured Population) karena
jumlah penduduk yang berusia 60 tahun ke atas sekitar 7,18%. Provinsi
yang mempunyai jumlah penduduk lanjut usia sebanyak 7% adalah pulau
Jawa dan Bali. Peningkatan jumlah penduduk lansia ini disebabkan karena
tingkat sosial ekonomi masyarakat yang meningkat, kemajuan dibidang
pelayanan kesehatan dan tingkat pengetahuan masyarakat yang meningkat,
(Megarani, 2007). Pada 2025, seperlima penduduk Indonesia adalah
lansia, (Menkokesra, 2008). Berdasarkan data dari Kementrian Kesehatan
RI tahun 2016 terjadinya peningkatan Usia Harapan Hidup (UHH) di
Indonesia dari 68,8 tahun menjadi 70,8 tahun sebanding persentase
populasi lansia di Indonesia sebanyak 8,5% angka ini meningkat
dibandingkan pada tahun 2015 sebanyak 8 %.
Lansia adalah periode dimana organisme telah mencapai masalah
dalam ukuran, bentuk dan fungsi yang menunjukan kemunduran. Sejalan
dengan waktu ada beberapa pendapat dari beberapa ahli mengenai terapan
kesehatan (WHO) menetapkan 65 tahun sebagai usia yang menunjukan
proses menua berlangsung secara nyata dan seseorang telah disebut lansia
(Istono, 2004). Dengan semakin lanjut usia seseorang mereka akan
mengalami kemunduran terutama dalam kemampuan fisiknya seperti
penurunan penglihatan, penurunan sistem muskuloskeletal, penurunan
sistem saraf sehingga mengakibatkan perubahan dalam peranan sosial
maupun dalam pemenuhan kebutuhan personal hygene yang merupakan
kegiatan pemeliharaan kebersihan dan kesehatan seseorang untuk
mempertahankan kesejahteraan fisik danmentalnya (Setiati, 2007).
2

Personal Hygiene (kebersihan perorangan) salah satu upaya


mengatasi masalah kesehatan. Dalam kehidupan sehari-hari personal
hygiene merupakan hal yang sangat penting dalam mempertahankan
derajat kesehatan individu. Personal Hygiene harus diperhatikan karena
mempengaruhi kesehatan, keamanan dan kenyamanan dalam berinteraksi
Dengan tubuh yang bersih mampu membuat rasa percaya diri lebih
meningkat dan berinteraksi lebih nyaman. kemungkinan terjangkitnya
suatu penyakit, terutama penyakit mempertahankan dan meningkatkan
kesehatan khususnya bagi lansia. Untuk meningkatkan kesehatan lansia
personal hygiene merupakan salah satu faktor dasar karena individu yang
mempunyai personal hygiene yang baik mempunyai resiko yang lebih
rendah untuk mendapatkan penyakit (Trisnani, Husodo, & kusmawati,
2017).
Upaya pemeliharaan kebersihan diri (personal hygine) mencakup
tentang kebersihan rambut, mata, telinga, gigi, mulut, kulit, kuku, serta
kebersihan dalam berpakaian. Personal hygine menjadi penting bagi lansia
karena personal hygine yang baik merupakan langkah awal mewujudkan
derajat kesehatan. Selain itu, personal hygine bisa membuat lansia menjadi
lebih nyaman. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Winarti (2017)
mengenai hubungan kebiasaan mandi air hangat dengan gangguan pola
tidur pada lansia memperoleh hasil bahwa kebiasaan mandi air hangat
dapat memunculkan keadaan tenang dan rileks dikarenakan gelombang
otak mulai melambat. Dampak utama peningkatan lansia adalah
peningkatan ketergantungan lansia. Ketergantungan ini disebabkan oleh
kemunduran fisik, psikis, dan sosial lansia (Ekawati, 2014).
Permasalahan yang ada pada masyarakat yang berkaitan dengan
lansia terutama pada pemeliharaan kebersihan diri yang mencakup tentang
kebersihan rambut, kuku, mulut, dan organ tubuh lainnya. Penurunan
fungsi tubuh pada lansia dapat mempengaruhi dan mengakibatkan
perubahan kecil yang terjadi dalam kemampuan lansia yaitu perubahan
fisik, perubahan mental, dan psikososial, sehingga mempunyai dampak
atau sebab untuk meningkatkan kepercayaan pada lansia. Semakin lanjut
3

usia seseorang, mereka akan mengalami kemunduran peranan sosialnya.


Hal ini mengakibatkan timbulnya gangguan di dalam mencakupi
kebutuhan hidupnya khususnya kebutuhan kebersihan diri, sehingga dapat
meningkatkan ketergantungan yang memerlukan bantuan orang lain
(Nugroho, 2015).
Dengan adanya interaksi sosial akan mempermudah dalam
menambah relasi dan hubungan sosial yang harmonis yang tertuang dalam
program kesehatan lansia bagian 4 yaitu peningkatan kemitraan dengan
pengembangan pemerdayaan lansia dalam kesehatan dan kesejahteraan
keluarga dan masyarakat (Direktorat Jendral Kesehatan Keluarga, 2016).
Semakin tinggi usia harapan hidup maka semakin banyak jumlah lansia
(Depkes RI, 2016), akan tetapi untuk menciptakan lansia berkualitas harus
dapat mengelola stress dengan baik dengan cara adanya interaksi sosial
maka tidak banyak lansia yang tinggal di panti jompo (Kemenkes RI,
2016).
Berdasarkan dari studi pendahuluan yang di lakukan peneliti, pada
tanggal 20 Januari 2018 di Panti Sosial Tresna Werda Wana Sraya
Denpasar di peroleh data sebanyak 50 orang yang tersebar di 6 Wisma dan
1 Ruang Khusus. Dari 50 orang tersebut terdapat 11 orang laki-laki dan 39
perempuan. Serta 13 orang yang tanpa keterangan usia dan 5 orang yang
belum mencapai usia 60 tahun. Jumlah orang yang berusia lebih dari 60
tahun sebanyak 32 orang. Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti,
diperoleh belum optimalnya perhatian pada lansia dalam memenuhi
kebutuhan personal hygine yang cukup. Penelitian yang dilakukan oleh
Zaddana (2011) mengenai keadaan sosial ekonomi, pola konsumsi
makanan, status gizi, tingkat stress, dan status kesehatan lansia peserta
pemberdayaan lansia di Bogor diperoleh hasil bahwa stress mempengaruhi
kesehatan sehingga pengelolan stress dengan mengurangi beban hidup dan
berinteraksi sosial.
Menurut Kementrian Kesehatan RI tahun 2015 sebesar 9,85%
sedangkan tahun 2016 presentase lansia di Bali sebesar 10,3% mengalami
peningkatan hal ini perlu di galangkan kembali Program kesehatan
4

keluarga salah satunya adanya program lansia berkualitas yang


mendukung Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) lansia, degeneratif,
interaksi sosial dalam kesehatan keluarga dan masyarakat (Direktorat
Jendral Kesehatan Keluarga, 2016).
Berdasarkan peneliti tertarik melaksanakan penelitian dengan judul
“Hubungan Personal Hygiene Dengan Interaksi Sosial Pada Lansia Di
Panti Tresna Werdha Wana Seraya”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut muncul masalah penelitian
bagaimana hubungan personal hygiene dengan interaksi sosial pada lansia
di panti tresna werdha wana seraya?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan personal hygiene
dengan interaksi sosial pada lansia di Panti Tresna Werdha Wana
Seraya.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus yang ingin dicapai antara lain:

a. Untuk mengidentifikasi hubungan personal hygiene dengan


interaksi sosial pada lansia di Panti Tresna Werdha Wana Seraya.
b. Untuk mengetahui hubungan antara interaksi sosial pada lansia di
Panti Tresna Werdha Wana Seraya.
c. Untuk mengetahui hubungan kebiasaan mandi pada lansia di Panti
Tresna Werdha Wana Seraya
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu
pengetahuan khususnya dalam lingkup keperawatan mengenai
hubungan kebiasaan mandi dengan interaksi sosial pada lansia di
panti tresna werdha wana seraya, selain itu juga untuk menguatkan
teori yang sudah ada.
2. Manfaat Praktis
5

a. Bagi mahasiswa keperawatan


Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan
dalam membuat penelitian dan mahasiswa lebih mengenal tentang
proses lansia.
b. Bagi masyarakat
Memberikan informasi kepada masyarakat tentang penurunan
fungsi pada lansia sehingga masyarakat mampu melakukan upaya
agar dapat memperpanjang usia harapan hidup lansia.
c. Bagi pemerintah
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi Dinas
Kesehatan Kabupaten Denpasar dalam melakukan upaya
peningkatan program lansia berkualitas.
d. Bagi institusi pendidikan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan ajar dalam
pembelajaran mengenai gerontik.
e. Bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi maupun data
untuk penelitian selanjutnya yang bermanfaat bagi kemajuan
keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai