Anda di halaman 1dari 2

20 Febuari 2018

Tugas Perkuliah
Pajak Pertambahan Nilai
Nama : David Luntungan
NIM : 041624253003
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Magister Akuntansi, Universitas Airlangga

Pertanyaan
1. Apa bedanya VAT dan GST, negara mana yang menerapkan GST ?
2. PPN menggunakan asas apa di Indonesia ?

Jawaban
1. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan atas setiap
pertambahan nilai dari barang atau jasa dalam peredarannya dari produsen ke
konsumen. Merupakan jenis pajak konsumsi yang dalam bahasa Inggris disebut Value
Added Tax (VAT) PPN termasuk jenis pajak tidak langsung, maksudnya pajak
tersebut disetor oleh pihak lain (pedagang) yang bukan penanggung pajak atau dengan
kata lain, penanggung pajak (konsumen akhir) tidak menyetorkan langsung pajak
yang ia tanggung. Prinsipnya, PPN dikenakan atas nilai tambah (value added) bukan
atas penjualan sebagaimana pada pajak penjualan (PPn). Pemungutan atas PPN ini
dilakukan secara tidak langsung, maksudnya adalah pembeli dapat melimpahkan
kepada pihak pengusaha kena paja (pihak penjual) dalam penyetoran pajaknya. Dalam
kasus jual beli BKP maupun JKP, penjual (PKP) wajib menerbitkan faktur pajak yang
nantinya dianggap sebagai pajak keluaran (VAT Out). Dalam mekanisme PPN ada
pajak masukan (PM) dan pajak keluaran (PK). Apabila pajak keluaran lebih besar dari
pajak masukan maka atas selisih tersebut terutang PPN dan harus disetorkan ke kas
negara. Apabila sebaliknya, pajak masukan lebih besar dari pajak keluaran maka atas
selisih tersebut dapat di restitusi atau dikompesasikan ke masa berikutnya.

Goods and Services Tax (GST) merupakan bentuk pajak konsumsi baru dan mirip
dengan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang banyak diterapkan di banyak negara
lain. Dalam hal ini, pajak dikenakan pada pasokan barang dan jasa pada setiap tahap
dari rantai pasokan, dari pemasok ke tahap ritel distribusi. GST menjadi pajak
konsumsi berbasis luas yang mencakup semua sektor ekonomi. Fundamental dasar
GST adalah self-policing featuresyang memungkinkan perusahaan untuk mengklaim
kredit pajak masukan mereka dengan pemotongan otomatis dalam sistem akuntansi
mereka.

Pajak penjualan adalah bentuk pajak tidak langsung yang dikenakan pada
konsumen, yang dikumpulkan oleh badan usaha dan dikenakan pada produsen pada
saat penjualan dan importir barang kena pajak. Sementara itu, pajak jasa juga
merupakan pajak tidak langsung yang dikenakan pada pelanggan yang mengkonsumsi
makanan atau layanan di tempat-tempat seperti restoran, hotel, atau yang terlibat pada
layanan profesional seperti audit dan perusahaan berbadan hukum.
2. PPN menganut prinsip destinasi atau tujuan. Prinsip destinasi ini dapat terlihat dari
Pasal 4 UU PPN 1984 diatas, yaitu [1] penyerahan dan pemanfaatan di daerah pabean,
dan [2] impor. Sedangkan ekspor dicantumkan sebagai objek PPN justru
mempertegas prinsip ini karena tarif ekspor adalah 0%. Tarif nol persen ini akan
“melucuti” PPN yang telah dibayar di dalam negeri sehingga barang yang diekspor
benar-benar bebas PPN.Pemahaman prinsip destinasi akan memudahkan kita pada
barang atau jasa apa saja yang merupakan objek PPN. Terlebih sekarang, PPN kita
menganut negative list. Artinya, semua barang adalah barang kena pajak (objek PPN)
kecuali yang dikecualikan. Dan, semua jasa adalah jasa kena pajak (objek PPN)
kecuali yang dikecualikan. Kita persempit lagi bahwa semua barang yang diserahkan
di daerah pabean adalah objek PPN. Kata “diserahkah” tidak mengharuskan untuk
dikonsumsi, karena jika barang tersebut diserahkan kepada produsen maka akan
diolah lagi dan jika diserahkan kepada pedagang maka akan dijual kembali. Tetapi
semua penyerahan di dalam negeri (daerah pabean) merupakan objek PPN. Jadi objek
PPN adalah “penyerahan”.

Anda mungkin juga menyukai