FKD
FKD
1. LATAR BELAKANG
Sesuai dengan UU 23 tahun 1992 tentang kesehatan, Indonesia sehat 2010, serta paradigma sehat, semua
mendorong dan mengupayakan kemandirian individu, keluarga, masyarakat dalam meningkatkan derajat
kesehatan. Sehat sebagai investasi pengembangan sumber Daya Manusia untuk kehidupan yang produktif, dan
sehat merupakan karunia Tuhan yang perlu di syukuri serta menjadi kewajiban manusia dan landasan dalam
mendorong upaya meningkatkannya. Sehat menjadi hak Asasi Manusia dan menjadi kewajiban setiap individu,
keluarga,dan masyarakat untuk mengupayakan kesehatanya. Paragdigma sehat suatu pola pikir yang
memandang kesehatan sebagai kebutuhan dan nilai yang sangat penting, yang menjadi dasar setiap langkah
atau tindak individu, keluarga, dan masyarakat untuk upaya meningkatkan kesehatanya, serta mendorong
kesadaran dalam mengatasi masalah kesehatan merupakan tanggung jawab bersama.
Masalah utama kesehatan di Jawa Tengah antara lain, masih tingginya angka kematian ibu dan bayi masih
adanya kasus gizi buruk berbagai wilayah tingginya berbagai penyakit menular seperti demam berdarah,
malaria, tuberculosis paru, HIV/AIDS meningkatnya penyakit tidak menular munculnya penyakit baru seperti
SARS dan flu burung, serta meningkatnya penyakit tidak menular. Kejadian luar biasa [ KLB ] penyakit
maupun keracunan makanan masih sering terjadi di Jawa Tengah. Berbagai masalah kesehatan tersebut karena
perilaku yang kurang sehat, pengelolaanya pembangunan kesehatan baik oleh pemerintah maupun masyarakat
belum optimal. Peran aktif masyarakat sangat penting untuk merubah perilaku yang kurang mendukung
kesehatan masyarakat menuju hidup bersih dan sehat, dan ikut serta mengelola dan menjaga lingkungan.
Selain itu di harapkan masyarakat mampu melaksanakan dan meningkatkan berbagai upaya kesehatan
termasuk deteksi dini masalah kesehatan di masyarakat.
Indonesia merupakan wilayah di antara dua samudra besar yang rawan bencana, dan jawa Tengah mrupakan
daerah dengan berbagai macam bencana maupun resiko bencana, sepert: gunung bertapi; gempa bumi;
tsunami; banjir; tanah longsor; kebakaran; kecelakaan lalu lintas; dan lain-lain. Kesiapsiagaan pemerintah
bersama masyarakat melalui berbagai upaya dalam penanganan resiko yang tertjadi pada pada saat bencana,
dan kewaspadaan cepat, serta upaya mencegahnya, belum terkoordinasi dengan baik.Sejak dicanangkan Visi
Indonesia sehat 2010 dan Visi Jawa Tengah sehat 2010 yang mandiri dan bertumpu pada potensi daerah, telah
banyak kemajuan yang di capai, tetapi masih jauh dari target yang di harapkan. Berbagai upaya dalam
mengatasi masalah kesehatan selama ini, masih bertumpu pada upaya pemerintah, walaupun telah di
kembangkan Upaya kesehatan Bersumber daya Masyarakat (UKBM), tetapi masyarakat belum optimal
berperan dan berbagai kegiatan masyarakat tersebut belum terkoordinassi dengan baik. Untuk mencapai Jawa
Tengah Sehat 2010, perlu respons pemerintah yang terkordinasi dan respons masyarakat terkordinasi dengan
baik. Desa Siaga merupakan salah satu upaya trobosan atau strategi yang memiliki daya ungkit untuk
menggerakan dan memberdayakan masyrakat sebagai tahapan menuju sehat.
Jawa Tengah telah menggembangkan Polindes menjadi Poliklinik Kesehatan Desa (PKD), yang di canangkan
tanggal 30 Desember 2003, tetapi di desa Tubanan tidak PKD melainkan Puskesmas Pembantu (PUSTU).
Pengembangan kesehatan, mendorong pembangunan berwawasan kesehatan di tingkat desa. PUSTU yang di
kelola oleh tenaga profisional kesehatan di desa, diharapkan menjadi potensi awal untuk memper cepat
terwujudnya desa siaga. Pengembangan desa menuju desa siaga, perlu upaya fasilitasi untuk mendorong
masyarakat sadar, mau dan mampu serta peduli dalam mencegah dan mengatasi berbagai ancaman terhadap
kesehatan, seperti: kurang gizi; penyakit menular dan tidak menular; kejadian bencana; kecelakaan; dan
deteksi dini masalah kesehatan termasuk kejadian luar biasa. Peningkatan kepedukian dan kesiapsiagaan
masyarakat, dengan memanfaatkan potensi setempat, serta mendorong kebersamaan masyarakat dalam
mengatasi masalah kesehatan secara dini, menuju desa sehat secara mandiri .
1. LANDASAN HUKUM
Mengembangkan kepedulian dan kesiapsiagaan masyarakat desa dalam mecegah dan mengatasi masalah
kesehatan, bencana dan kegawatdarurat kesehatan secara mandiri untuk mewujudkan desa sehat.
Desa Siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan serta kemauan
untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan secara
mandiri. Sebuah Desa dikatakan menjadi desa siaga apabila desa tersebut telah memiliki sekurang-kurangnya
sebuah Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) (Depkes, 2007). Desa Siaga dicanangkan oleh Kabupaten Jepara
pertama kali pada tahun 2006. Dalam rangka pelaksanaan Desa Siaga di seluruh wilayah Kabupaten Jepara
maka dibentuklah Tim Pembina Pengembangan Poliklinik Kesehatan Desa (PKD) dan Desa Siaga Kabupaten
Jepara yang tertuang dalam Surat Keputusan Bupati Jepara Nomor 299 Tanggal 11 Desember Tahun 2006.
Program Desa Siaga Kabupaten Jepara tersebut disambut gembira oleh masyarakat Desa TUBANAN. Sebagai
langkah awal Bapak Petinggi mengadakan musyawarah yang dihadiri oleh petugas Dinas Kesehatan
Kabupaten, kader kesehatan, bidan desa, perangkat desa, tokoh agama dan tokoh masyarakat. Hasil rapat
tersebut disepakati bahwa masyarakat Desa TUBANAN berkomitmen untuk menjadikan Desa TUBANAN
sebagai desa siaga. Sehingga Kepala Desa TUBANAN yaitu Bapak Untung Pramono S, Kep, mendeklarasikan
Desa TUBANAN sebagai Desa Siaga.. Selanjutnya dalam pelaksanaan Desa Siaga tentunya diperlukan sumber
daya manusia untuk mengatur kegiatan yang seharusnya diselenggarakan sebagai Desa Siaga. Untuk
memenuhi hal tersebut, maka melalui hasil musyawarah masyarakat terbentuklah kepengurusan Forum
Kesehatan Desa (FKD) sebagai sarana untuk menampung semua aspirasi masyarakat dalam rangka upaya
peningkatan kesehatan masyarakat Desa TUBANAN. Pada tahun 2015 FKD Desa TUBANAN dan Team
(yang terdiri 5 orang) berangkat ke Gombong untuk mengikuti pelatihan desa Siaga, selama 4 hari.Ini adalah
salah satu upaya desa untuk meningkatkan SDM terutama FKD yang nantinya akan terjun langsung di
masyarakat. Pembentukan FKD tersebut dilegitimasi dalam sebuah Surat Keputusan Petinggi Desa
TUBANAN Nomor ……………………… Tanggal …………………..
Desa TUBANAN telah memiliki PUSTU dengan satu bidan desa yang telah siap siaga selama 24 Jam
memberikan pelayanan kesehatan karena Bidan Desa telah bertempat tinggal di Desa TUBANAN meskipun
tidak tinggal di PUSTU. Pertemuan FKD dilaksanakan setiap bulan yaitu pada hari Minggu ke-2 yang
dibarengkan dengan pertemuan kader PHBS desa. Kegiatan SMD dan MMD dilaksanakan 1 kali dalam
setahun dan dapat juga dilaksanakan secara insidental ketika terdapat masalah kesehatan yang urgent.
Sedangkan kegiatan UKBM lainnya terdiri dari Posyandu, Pos lansia, Posbindu, PJB/PSN, Kelas Ibu Hamil,
Kelas Ibu Balita, Senam Aerobic. Sumber dana kegiatan FKD berasal dari ADD Desa, BOK dari Puskesmas
dari pihak ke-3 (CSR dari PLTU) yang peduli dengan program kesehatan di Desa Tubanan.
Sekretaris : Yuliyati
Wahyu Anggraini
Ririn Sudarwati
Desi Kristiyawati
Ristiyaningsih
Indah Suryaningsih
Ike Septianes
1. POTENSI DESA TUBANAN
SDM KEGIATAN BAHAN/ALAT BIAYA
Posyandu Balita
Bidan
Posyandu Lansia
Perawat
BKB Tempat kegiatan
FKD
Pertemuan Kader PSN Kids Add
Kader Posyandu (Balita
& Lansia) Pertemuan FKD Timbang Bayi
Forum KesehatanDesa / Kelurahan merupakan wadah partisipasi bagi masyarakat dalam mengembangkan
pembangunan kesehatan ditingkat desa atau kelurahan untuk merencanakan, menetapkan, koordinasi dan
penggerak kegiatan, serta monitoring evaluasi pembangunan kesehatan di desa.
1. Mengembangkan system kesehatan desa( meliputi : kegiatan gotong royong masyarakat, upaya
kesehatan, pengamatan dan pemantauan kesehatan, pembiayaan kesehatan ).
2. Merumuskan dan memecahkan masalah kesehatan di desa.
1. Menyusun
2. Mengumpulkan informasi dan menggali potensi dengan Survei Mawas Diri( SMD ).
3. Memadukan potensi dan kegiatan di desa.
4. Merencanakan( identifikasi masalah & sebab masalah, identifikasi potensi, menyusun pemecahan
masalah dan kesepakatan bersama, menetapkan dalam Musyawarah Masyarakat Desa ( MMD ).
5.
6. Penggerak, pembinaan, dan pengembangan
7. Monitoring evaluasi kegiatan
8. Penghubungan berbagai
TUGAS POKOK :
Sasaran Upaya Kesehatan adalah Ibu Maternal, bayi, balita, remaja, WUS, dan masyarakat. Pelaksana Upaya
Kesehatan adalah Kader atau tokoh yang ditunjuk. Upaya Kesehatan yang dilaksanakan masyarakat dan kader
kesehatan di desa siaga meliputi :
1. Upaya-UpayaPromotif.
2. Penyuluhan Kesehatan oleh masyarakat untuk
3. Pola asuh dan pola makan yang baik.
4. Penyuluhan dan pengembangan pengelolaan sampah keluarga sebagai upaya kebersihan perorangan
dan
5. Upaya
6. Pementauan kesehatan secara berkala ( balita. Ibu hamil, remaja,pekerja, Usila ).
7.
8. Deteksi dini factor resiko dan
9. Upaya kuratif dan rehabilitative.
10. Deteksidini kasus ( maternal, balita, penyakit ).
11. PPPK dan rujukan
12. Dukungan penyembuhan, perawatan, pemantauan
Bentuk-bentuk kegiatan Upaya Kesehatan dalam Desa Siaga yang diharapkan dapat terorganisasi dalam
system kesehatan desa antara lain :
1. Penyuluhan kesehatan sesuai kebutuhan masyarakat desa dengan memanfaatkan berbagai jejaring
potensi
2. Posyandu untuk penimbangan dan pemantauan kesehatan
3. Pemantauan kesehatan secara berkala untuk balita, bumil, remaja, usila, dll.
4. Upaya Kesehatan Masjid ( UKM ) atau tempat
5. Abatisasi, pemeriksaan kualitas air dan kaporisasi sumur secara berkala atau situasi
6. Deteksi dini kasus, masalah kesehatan dan factor resiko ( Maternal, bayi, balita, penyakit termasuk
masalah gizi )
7. Pertolongan Pertama Pada Kesecelakaan (PPPK) atau kegawat
8. Pengembangan system rujukan oleh
9. Pemberian obat :Imunisasi Polio, Fe, Vit A, Oralit.
10. Pemberian Makanan Tambahan ( PMT ) penyuluhan dan pemulihan oleh
11. Dukungan penyembuhan, perawatan seperti :Pemantau Minum Obat ( PMO ) kasus TB, dukungan
psikis penderita TB paru, dll.
Surveilans adalah :Kegiatan pengamatan dan pemantauan secara sistematis dan terus menerus
terhadap penyakit atau masalah kesehatan serta kondisi yang mempengaruhi resiko (faktor resiko)
terjadinya penyakit atau masalah kesehatan
Pelaksana pengamatan dan pemantauan( Surveilans ) desa siaga adalah seluruh komponen masyarakat
desa seperti tokoh masyarakat, tokoh agama, kader kesehatan, PKK, RT, RW, Aparat desa atau
kelurahan dan komponen
Sasaran kegiatan Surveilans adalah seluruh kejadian yang berkaitan :
1. Masalah kesehatan ibu, bayi dan
2. Masalah Gizi
3. Masalah
4. Faktor resiko termasuk masalah lingkungan( air bersih, air limbah, jamban, sampah, perumahan dll )
berkembangnya perilaku hidup dikalangan warga yang merugikan kesehatan, baik
perorangan,keluarga maupun
5. Masalah bencana dan kegawat daruratan kesehatan termasuk faktor
Langkah untuk melaksanakan pengamatan dan pemantauan
Memahami secara dini tanda-tanda penyakit, masalah gizi,masalah kesehatan lainnya dengan faktor
resikonya, dan masalah bencana serta kegawat daruratan kesehatan dengan faktor
Mengumpulkan fakta, data, informasi yang terkait dengan masalah kesehatan, bencana, kegawat
daruratan kesehatan, dan faktor
Melakukan pencatatan dan analisis sebagai upaya kewaspadaan dini dan menyusun tindak lanjut untuk
mencegah dan mengatasi masalah yang ada.
Dalam mengumpulkan fakta, data, dan informasi perlu memperhatikan:
Informasi yang dibutuhkan :
1. Kejadian
2. Faktor Resiko
3. Hasil kegiatan : Kegiatan Gotong royong, upaya kesehatan ( Kesehatan ibu, balita, penyakit tertentu ),
pembiayaan.
Sumber
Sistem
Mekanis analisis, upaya pemantauan, dan rencana tindak
Sistem pelaporan atau jejaring laporan untuk kecepatan rujukan dan tindak lanjut yang dibutuhkan.
Upaya pembiayaan yang berasal dari, oleh, dan untuk masyarakat yang diselenggarakan berdasar asas
gotong royong dalam rangka peningkatan kesehatan ( meliputi promotif, preventif, kuratif,
rehabilitative ) dan berbagai kegiatan untuk mengatasi masalah kesehatan, bencana, dan kegawat
daruratan kesehatan serta faktor