Anda di halaman 1dari 15

BAB I

TINJAUAN TEORITIS
APPENDIKSITIS

A. Anatomi
Appendiks vermiformis( umbai cacing ) merupakan organ berbentuk tabung
yang terletak pada puncak caecum, pada pertemuan ketiga taenia coli (
taenialibera , mesocolica, danomentalis). Pangkalnya terletak di sebelah
posteromedial caecum kira-kira 2 cm dariileocecalis( bauhini) dan pada pangkal
appendiks terdapat valvula apendicularis ( Gerlahi ).
Panjang appendiks antara 7 – 10 cm ( rata – rata 8 cm ) dengan diameter 0,7 cm
(antara 0,5 – 1 cm ). Lumennya menjepit dibagian proximal dan melebar pada
bagian distal.
Posisi appendiks sangat bervaiasi , yaitu:
1. Retrocecal , merupakan variasi yang peling banyak dijumpai . Pada posisi ini
apendiks berputar ke atas di belakang caecum.

2. Pelvis / descendens ( 30 %) appendiks menggantung kearah pelvis minor.

Pada wanita sangat berdekatan dengan tuba uterine dextra dan ovarium.
3. Antececal , bila appendiks berada di depan caecum.

4. Paracecal ,appendiks terletak horizontal dibelakang caecum.

5. Promontorik , ujungnya menunjuk ke promontorium sacri.

6. Retrocolic, appendiks berada dibelakang colon ascendens dan biasanya tidak


memiliki penggantung ( retroperitoneal ).

B. ManifestasiKlinik
Keluhan appendiksitis biasanya bermula dari nyeri didaerah umbilicus atau
periumbilikus yang berhubungan dengan muntah . Dalam 2 – 12 jam nyeri akan
beralih kekuadran kanan bawah yang akan menetap dan diperberat bila berjalan
atau batuk. Terdapat juga keluhan anoreksia, malaise, dan demam yang tidak terlalu
tinggi. Biasanya juga terdapat konstipasi ,tetapi kadang-kadang terjadi diare, mual
dan muntah.
Pada permulaaan timbulnya penyakit belum ada keluhan abdomen yang menetap,
namun dalam beberapa jam nyari abdomen kanan bawah akan semakin progresif,
dan dengan pemeriksaan seksama akan dapat ditunjukan satu titik dengan nyeri
yang maksimal.

1
C. Etiologi
1. Obstruksi

Obstruksi adalah sumbatan pada pangkal appendiks. Dengan adanya obstruksi


maka mucus yang diproduksi appendiks tidak dapat dicurahkan ke caecum dan
tertimbun dalam lumen appendiks. Kapasitas lumen appendiks 0,1 ml
sedangkan mucus diproduksi dengan kecepatan 1 – 2 ml/hari. Timbunan cairan
dalam appendiks akan meningkatkan tekanan intraluminal dan menyebabkan
desakan pada dinding appendiks ( distensi appendiks ). Distensi dinding
appendiks selanjutnya menyebabkan tergencetnya saluran linve dan vasa darah
padanya . Obstruksi appendiks dapat disebabkan oleh :

 Sumbatandalam lumen, jenisnya :

 Fecolith/stercolithyaitumassa feces yang membantu

 Corpus alienum, misalnyabiji-bijian

 Telurparasit

 Pembesaranfolikelappendiks

 Stenosis/obliterasiappendiks

 Pseudoobstruksi , yaitu karena peristaktik yang melemah

 Infeksi

Infeksi pada appendiks terjadi secara hematogen berasal dari tempat lain.

D. PemeriksaanLaboratorium
1. Hb,Hct normal

2. ALmeningkat

3. Defferential leococite bergeser ke kiri

E. Penatalaksanaan
1. Sebelum operasi

a. Observasi

2
Dalam 8 – 12 jam setelah timbulnya keluhan tanda dan gejala appendiksitis
seringkali masih belum jelas
b. Intubasi bila perlu

c. Antibiotik

2. Operasi appendiktomi

3. Pascaoperasi

Perlu dilakukan observasi tanda – tanda vital untuk mengetahui terjadinya


perdarahan didalam, syok, hipotermi , atau gangguan pernapasan. Pasien
dikatakan baik bila dalam 12 jam tidak terjadi gangguan.baringkan pasien dalam
posisi fowler. Selama itu pasien dipuasakan . Bila tindakan operasi lebih besar ,
misalnya pada perforasi atau peritonitis umum, puasa diteruskan sampai fungsi
usus kembali normal.

3
BAB II
TINJAUAN KASUS

AsuhanKeperawatan Pre Operatif

A. Pengkajian
Pengkajian tanggal 3 November 2015 jam 07.00 wib
1. Identitas Diri Pasien
Nama : Ny, AT
Umur : 36Thn
Pekerjaan :-
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Alamat : Jl. Sirsak rt 02/03 Jenang
DiagnosaMedis : Appendiksitis

2. Identitas Penanggung Jawab


Nama : Tn. SH
Umur : 38 Thn
Hubungan dengan pasien : Suami
Alamat : Jl. Sirsak rt 02/03 Jenang

3. Riwayat Penyakit
 KeluhanUtama :
Nyeri tekan perut kanan bawah sudah 1 minggu
 RiwayatPenyakitDahulu
Klien mengatakan sering pusing,batuk, mual dan setelah berobat ke dokter
sembuh.

4. Pemeriksaan Fisik
Pengkajian dilakukan tanggal 3 November 2015 jam 07.00 WIB

 Tanda vital &kesadaran


Kesadaran umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis, GCS 15
Tekanan Darah : 143/92 mmHg
Nadi : 88 x/mnt
Temperatur : 36,5
Respirasi : 18 x/mnt
BB saat ini : 55 kg

4
 Kepala
Bentuk : Mesochepal
Rambut : Hitam, distribusi merata bersih
Wajah : Simetris
Mata : Conjuntiva : tidak anemis +/+. Sclera : tidak icteric
Hidung : Tidak ada kelainan
Telinga : Fungsi pendengaran baik
Mulut : Mulut kering, kebersihan gigi baik

 Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
 Thorak
 Paru
- Inspeksi : Simetris.
- Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
- Perkusi : Pekak
- Auskultasi : Vesikuler tidak ada suara tambahan S1 S2 murni regular
 Jantung
- Inspeksi : Ictus cordis tidak nampak
- Palpasi : Teraba Ictus Cordis IC 4 – 5
- Auskultasi : Terdengar bunyi jantung S1 & S2

 Abdomen
- Inspeksi : Sufel tidak terdapat acites, hepar tidak membesar,tidak ada
distensi abdomen.
- Auskultasi : Peristaltik 16 x/mnt
- Palpasi : Nyeri tekan pada daerah perut kanan bawah
- Perkusi : Hepar tympani

 Ektremitas : atas turgor kulit elastis, tidak ada odema, tidak ada kelemahan
 Status Psikososial
- Pasien bertanya tentang operasi

- Pasien bertanya tentang keberhasilan operasi

- Pasien mengatakan takut menghadapi operasi

- Klien mengulang pertanyaan yang sama tentang prosedur operasi

- Klien Nampak gelisah


- Wajah Nampak tegang
- Pasien Kelihatan Tegang

- Tremor dan gemetar

- Pandangan kosong

5
 Pemeriksaan Laboratorium

Tanggal 3 November 2015

Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal


GDS 87mg% 70-150 mg
Erytrhosit 4,4mg% 4,5-5,5juta/mm
Ureum 29mg% 10-50%mg%
Creatinin 0,6mg% 0,5-1,1mg%
Haemaglobin 11,7gr% 12-15gr%
Leukosit 6700mm³ 4000-10000mm³
Hematrokit 40,9 37-47
Cloting Time 2^20 <6
Blooding Time 7^15 <12
SGOT 16mg% 6-21u/l
SGPT 3,59mg% 4-20u/l

5. Persiapan Operasi
 Pasien puasa 8 jam sebelum operasi di bangsal
 Mencocokan identitas pasien ( nama, nomor medikal rekord).
 Hasil pemeriksaan laboratorium dan radiologi.
 Pastikan inform consent dengan baik, persetujuan operasi dan persetujuan
anestesi lengkap.
 Pasien dimasukan diruang terima dan dilakukan serah terima pasien anatara
perawat bangsal dan perawat IBS
 Memeriksa dan menyatakan kembali apakah pasien masih memakai perhiasan
dan gigi palsu.
 Diruang terima baju pasien diganti dan memakai topi khusus.
 Dari bangsal pasien telah di pasang infus RL di tangan kiri.
 Loding cairan RL 500 ml.
 Pasien dimasukan ke ruangan operasi dan di pindahkan dari brankard ke meja
operasi.

6
B. Analisa Data

NO Hari/Tanggal SYMTOM ETIOLOGI PROBLEM


1 3 November Ds : Cemas Prosedur pembedahan
2015 yang akan dilakukan
- Pasien bertanya tentang
operasi

- Pasien bertanya tentang


keberhasilan operasi

- Pasien mengatakan takut


menghadapi operasi

- Klien mengulang
pertanyaan yang sama
tentang prosedur operasi.

Do :

- Klien Nampak gelisah

- Wajah Nampak tegang


- Pasien Kelihatan Tegang

- Tremor dan gemetar

- Pandangan kosong

- TD : 143/82 mmHg

- N : 88 x/mnt.

- R : 18 x/mnt

C. Diagnosa Keperawatan Preoperatif

Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan prosedur pembiusan/operasi.

7
AsuhanKeperawatanPreoperatif
PadaPasienAppendiktomi
Nama : NY. AT
Umur : 35 th Diagnosa Medis : Appendeksitis

Hari/ Diagnosa Tujuan dan Intervensi Implementasi Evaluasi


Tangg Keperawatan Kriteria Hasil
al
03/11/ Cemas berhubungan Setelah dilakukan - Kaji tingkat Jam 07.15 wib 07.30 wib
2015 dengan masalah tindakan kecemasan. - Mengkaji - Pasien
pembiusan/operasi keperawatan - tingkat mengatakan
Ds : selama 30 menit Orientasikan kecemasan. paham akan
kecemasan pasien dengan tim - tindakan
- Pasien bertanya berkurang sampai anestesi/kam Mengorientasi pembiusan.
tentang operasi hilang dengan ar operasi. kan dengan -Pasien
- Pasien bertanya kriteria hasil: - Jelaskan tim mengatakan
tentang keberhasilan - Pasien tidak jenis anestesi/kamar siap
cemas dan siap prosedur operasi. dilakukan
operasi
dioperasi. tindakan - Menjelaskan prosedur
- Pasien mengatakan - Pasien anestesi prosedur anestesi dan
takut menghadapi menyatakan tahu yang akan tindakan operasi.
operasi tentang proses dilakukan. anestesi yang -Pasien lebih
kerja obat - Berikan akan tenang.
- Klien mengulang anestesi/pembius pasien dilakukan. -Ekspresi
pertanyaan yang an. dorongan - Memberikan wajah cerah.
sama tentang - Pasien untuk dorongan -Pasien
prosedur operasi mengkomunikasi mengungkap pasien untuk kooperatif.
kan perasaan kan mengungkapka TD : 11080
Do :
negatif secara perasaan. n perasaan. mmHg N : 78
- Klien nampak gelisah tepat. - Dampingi - Mendampingi x/mnt. R : 18
- Pasien tampak pasien untuk pasien untuk x/mnt.
- Wajah nampak tenang dan mengurangi mengurangi
tegang kooperatif. rasa cemas. rasa cemas.
- Pasien Kelihatan - Tanda-tanda - Ajarkan - Mengajarkan
Tegang vital normal. teknik teknik
relaksasi. relaksasi.
- Tremor dan gemetar
- Kolaborasi - Kolaborasi
- Pandangan kosong untuk untuk
pemberian pemberianobat
- TD : 143/82 mmHg obat penenang.
penenang.
- N : 88 x/mnt.

8
Asuhan Keperawatan Intra Operatif

1. Pengkajian

Operasi dilakukan pada tanggal 17 juli2009 di OK RSUD sarashusadaPurworejo


pasien dibawa keruang operasi dibaringkan dimeja operasi pada jam 09.00 WIB
dengan posisi supinasi, kemudian dirubah ke posisi duduk untuk dilakukan anestesi
spinal (Sub Arachnoid Blok). Tanda-tanda vital : TD 143/83 mmHg, nadi 88x/mnt R
:18x/mnt, suhu 37 c.

a. Persiapan Anestesi.
 Alat :
 Jarum spinal No. 27 : 1 buah
 Jarum spinal No. 29 : 1 buah
 Sarung tangan steril : 1 buah
 Spuit 3 cc : 2 buah
 Spuit 5 cc : 1 buah
 Spuit 10 cc : 1 buah
 Kom betadin : 1 buah
 Kain kasa lipat steril : 5 buah
 Intubasi set : 1 set
 Selang oksigen nasal : 1 buah
 Monitor pasien : 1 buah
 Mesin anestesi

 Obat :
 Obat spinal anestesi (lidodex 5 % 100 mg): 1 ampul
 Obat vasopresure (ephedrin) : 1 ampul
 Aqua for injeksi : 2 flas
 Cairan infus kristaloid : 5 flas
 Cairan infus koloid : 2 flas
 Obat anti muntah(ondansentron 4 mg)
 Analgetik non narktik (ketorolac 30 gm)
 Analgetik non narkotik
 Obat emergensi
 Obat anti kolinergik (sulfas atropin)
 Obat induksi ( propofol, ketamin)
 Obat anti depresan (Midozolam, diazepam)
 Gas anestesi.

9
b. Persiapan Pasien.
 Pasien ditidurkan dalam posisi supinasi dan selanjutnya dilakukan
pemasanganmonitor.
 Posisi dirubah dari supinasi duduk.

c. Prosedur Anestesi Spinal.


 Atur posisi pasien dari supinasi ke posisi duduk dengan tegak lurus kepala
itekuk dagu seolah-olah menyentuh dada.
 Identifikasi space antara L-4 dan L-5 sejajar dengan SIAS, kemudian diberi
tanda dengan menggunakan ujung kuku ibu jari.
 Memakai sarung tangan yang steril’
 Asisten memberikan spuit 5 cc dan jarum spinal yang steril .
 Ambil obat spinal anestesi dengan spuit 5 cc yang steril tadi.
 Disinfeksi wilayah yang akan dilakukan penusukan jarun spinal.
 Tusukan jarum spinal antara space antara L-4 dan L-5 sampai masuk rongga
spinal.
 Setelah yakin masuk tarik mandrien sampai keluar cairan lumbal.
 Masukan obat spinal dengan spuit 5 cc yang berisi obat spinal secara
perlahan - lahan sambil diaspirasi kemudian masukan lagi obat spinal
sampai dosis yang ditentukan.
 Dep bekas penusukan dengan kain kasa yang steril, kemudian pasien
diposisikan seperti semula (supinasi).
 Tentukan tinggi blok dengan cara menusuk dengan jarum ke wilayah yang
akan di lakukan operasi.
 Monitor tanda vital.

d. Evaluasi.
 Operasi berjalan lancar.
 Tim operasi tetap menjaga kesterilan dan keamanan pasien.
 Selama operasi pasien tampak tidur tenang’\.
 Selama operasi :
 Tekanan darah dan nadi di monitor setiap lima menit sekali :
 Lima meni I : 140/84 mmHG, nadi 86 x/menit SpO2 98 %
 Lima ment II : 134/88 mmHg, nadi 89 x/menit, SpO2 100 %
 Lima menit III : 136/80 mmHg, nadi 85 x/menit SpO2 100%
 Lima menit IV : 120/78 mmHg, nadi 90 x/menit, SpO2 99 %
 Lima menit V : 126/76 mmHg, nadi 79 x/menit, SpO23 99 %
 Lima menit VI : 129/89 mmHg, nadi :78x/menit, SpO2 100%
 Lima menit VII : 123/80 mmHg, nadi : 90 x/menit SpO2 99 %
 Lima menit VIII : 118/82 mmHg, nadi : 77 x/menit, SpO2 98%
 Lima menit IX : 122/78 mmHg, nadi 87 x/menit, SpO2 99 %
 Lima menit X : 124/78 mmHg, nadi 77 x/menit,SpO2 100 %
 Lima menit Xi : 127/83mmHg, nadi 79x/menit, SpO2 99%

10
 Lima menit XII : 119/85 mmHg, nadi 81 x/menit , SpO2 99%
 Lima menit XIII : 115/77 mmHg, nadi 89 x/ menit , SpO100%
 Lima menit XIV : 121/78mmHg, nadi 91x/menit, SpO2 100%
 Lima menit XV : 117/67 mmHG, nadi 88x/menit, SpO2 100%
 Lima menit XVI : 119 mmHg, nadi 78 x/menit, SpO2 99 %
 Respirasi rate 16-20 x/menit
 Terpasang oksigenasi nasal 3 lpm.
 Jumlah urine dalam urine bag 100 cc
 Perdarahan selama operasi lebih kurang 150 cc
 Pasien tidak tampak hipoksia.
 Pembedahan dilakukan selama 80 menit dan membuat luka insisi
diabdomen sepanjang 6 – 8 cm.
 Perfusi jaringan baik
 Tidak tampak sesak
 Tidak tampak tanda-tanda hipovolemia
 Terpasang IVFD : RL : Asering 2500 cc

e. Analisa data

No Data Etiologi Problem


1 DS : Dilakukan prosedur Resiko terjadinya
DO : - Pembedahan dilakukan selama anestesi spinal syok kardiogenik,
80 menit hipovolemik
- Tekanan darah tidak stabil
- Urine 200 cc
- diberikan buficavain 0,5 %
- SpO2 98-100 %
- RR : 16-20 x/menit

f. Diagnosa keperawatan

 Resiko terjadi syok kardiogenik, hipovolemik berhubungn dengan prosedur


anestesi spinal.

11
Asuhan Keperawatan Intra Operatif Appendiktomi

Nama : Ny. AT
Umur : 23 Th. Diagnosa medis : appendiksitis
Hari/ Diagnosa Tujuan dan Intervensi Implementasi Evaluasi
tgl Keperawatan kriteriah asil
Selasa 3 09.13 09.18
Novemb Resiko - Setelah - Mengobseva - Mengobservas S:-
er 2015 terjadinya dilakukan si tanda- i tanda vital, O : Tanda-tanda
hipovolemik, tindakan tanda vital : TD, nadi, vital:
kardiogenik keperawatan TD, nadi, produksi urine. -TD : 95/56 mmhg
berhubungan tidak terjadi dan produksi - Menghtung -Nadi : 88 x/menit
dengan Tanda syok urine. input dan -Caira nmasuk
preosedur an hipovolemik - Hitung input output pasien. 2500 cc kristaloid
estesi spinal dan dan output - Mengevaluasi - Perdarahan 150
kardiogenik pasien. turgor kulit, cc
dengan - Evaluasi kelembaban - Urine 100 cc
kriteria hasil turgor kulit, membrane - Turgor kulitbaik
- Tanda-tanda kelembaban mukosa mulut. A : Masalah
vital dalam membrane ikancairanintra
batas normal mukosa vena
mulut. - Memberikan
- Pemberian cairan Keperawatan
cairan intravena potensial
intravena sesuai terjadinya syok
sesuai indikasi. tidak terjadi.
Indikasi P : Lanjutkan
intervensi yang
belum
dilaksanakan

12
Asuhan Keperawatan Post Operatif

1. Pengkajian

Ny. AT di pindahkan dari ruang operasi ke ruang RR pukul 10.10 WIB.

 Status Sirkulasi.
 TD : 124/89 mmHg
 Nadi : 84 x/menit.
 Respirasi : 18 x/menit.
 Tidak tampak adanya sianosis, turgor kulit baik, akral hangat.

 Status Respirasi.
RR 18x/menit teratur tidak sesak, perjalanan pasien sejak dari kamar operasi keruang
RR tidak menggunakan oksigen, kepala hanya di beri bantal dan
pasienmengatakan tidak sesak.

 Status Neurologis.
Pasien masih belum bisa menggerakan ektremitas bawah, dan pasien
menggatakan kedua kakinya masig terasa berat.

 Instruksi Pasca Operasi.


 Bedrest total 24 jam , tidur pakai bantal.
 Berikan O2 2 lpm.
 Observasi tanda vital tiap 5 menit pada 15 menit pertama post operasi,
selanjutnya tiap 15 menit.
 Bila TD sistol < 100mmHg, berikan vasopresor (ephedrin ) 10 mg IV.
 Miringkan kepala bila muntah.

 Bromage Score.
 0 : seluruh tungkai kaki dapat di gerakan.
 1 : Tidak mampu mengekstensikan tungkai.
 2 : tidak mampu memfleksikan lutut.
 3 : tidak mampu memfleksikan pergelangn kaki.

13
2. Analisa Data

No Data Etiologi Problem


1 DS : Hilang/ Resiko nyeri
DO : - Bromage score 3. berkurangnya
- Post appendiktomi efek obat anestesi
- Efek anestesi akan hilang setelah 3 spinal
jam operasi.

3. Diagnosa Keperawatan

Resiko nyeri berhubungan dengan hilang/berkurangnya efek obat anestesi spinal.

AsuhanKeperawatan Post OperasiAppendiktomi

Nama : Ny. TN Umur : 36 Th


Dx medis : appendiksitis
Hari/Tanggal Diagnosa Tujuan dan Intervensi Implementasi Evaluasi
Keperawatan Kriteria
Hasil
Selasa, 3 Resiko nyeri Setelah 1. Atur posisi 10.20 Wib. 10.25 Wib
November 2015 berhubungan dilakukan pasien. 1. Mengatur S : pasien
dengan hilang/ perawatan 2. Kaji efek posisi pasien. mengataka
berkurangnya resiko nyeri dari obat 2 Mengkaji efek n nyeri
efek obat tidak anestesi obat spinal belum
anestesi spinal bterjadi : spinal. anestesi muncul.
- Ekspresi 3. Gunakan dengan O : Bromage
wajah teknik menggunakan skar 2.
tenang komunikasi skala A. Masalah
- Pasien teraupetk. bromage. belum
mampu 4. Ajarkan 3. Mengajarkan teratasi.
istirahat teknik teknik P : Lanjut
relaksasi relaksasi, intervensi
nafas menganjurka
dalam. n relaksasi
5. Kolaborasi nafas dalam
pemberian bila nyeri
obat mulai timbul.
analgetik 4. Berikan obat
analgeti
sesuai
indikasi dan
dosis.

14
15

Anda mungkin juga menyukai