PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Imunisasi termasuk salah satu jenis usaha memberikan kekebalan kepada anak
dengan memasukan vaksin kedalam tubuh guna membuat zat anti untuk mencegah terhadap
penyakit tertentu. Sedangkan yang di maksud dengan vaksin adalah bahan yang di gunakan
untuk merangsang pembentukan zat anti, yang di masukan kedalam tubuh melalui suntikan (
misalnya, Vaksin BCG, DPT, dan Campak) dan mulut contohnya Vaksin Polio ( Fida dan
Maya, 2012).
Imunisasi dasar adalah upaya pencegahan terhadap penyakit tertentu pada diri
seseorang dengan pemberian vaksin. Bisa melalui injeksi misalnya, vaksin BCG, DPT-HB-
HIB, DT, TT, Campak dan Hepatitis B. Sedangkan yang diberikan secara oral yaitu vaksin
Polio. Dengan pemberian imunisasi dasar yang lengkap, anak Balita(1-5 tahun) akan
terhindar dari penyakit infeksi yang berbahaya. Diantaranya TBC, Difteri, Pertusis, Tetanus,
Setiap tahun diseluruh dunia, ratusan ibu anak-anak dan dewasa meninggal karena
penyakit yang sebenarnya masih dapat dicegah. Hal ini dikarenakan kurangnya informasi
tentang pentingnya imunisasi. Bayi yang baru lahir dan anak-anak usia muda yang
bersekolah dan orang dewasa sama-sama memiliki resiko tinggi terserang penyakit-penyakit
menular yang mematikan seperti : Difteri, Pertusis, Tetanus, Hepatitis B Influenza, typhus,
radang selaput otak, radang paru-paru, dan masih banyak lainnya yang sewaktu-waktu
muncul dan mematikan. Untuk itu pencegahan yang terbaik dan sangat vital agar bayi-bayi,
anak-anak muda dan orang dewasa terlindungi hanya dengan melakukan imunisasi (Suroso,
2010 : 20).
Pemberian vaksin secara dini dan rutin pada bayi dan balita diketahui mampu
memunculkan kekebalan tubuh secara alamiah. Cara itu sangat efektif, mudah, dan murah
kematian anak balita sebesar 1,4 juta jiwa pertahun akibat penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi, misalya batuk rejan 294.000 (20%) orang, tetanus 198.000 (14%) orang,
kesehatan seperti rumah sakit, klinik bersalin, puskesmas, posyandu, dan praktek dokter
swasta. Setiap tahun di layani imunisasi rutin kepada sekitar 4,5 juta (4.480.000) anak usia 0-
1 tahun diberikan vaksin BCG satu kali, polio empat kali, DPT-HB-HIB tiga kali dan
Terdapat peningkatan cakupan imunisasi dasar lengkap dari 89% pada 2010 menjadi
90% pada 2013. Capaian universal child immunization (UCI) atau Desa yang 100% cakupan
imunisasi dasar lengkap pada bayi juga meningkat dari 75,3% 2010 menjadi 82% pada 2013.
Namun target yang ditetapkan belum tercapai, yaitu 95% pada 2013 (Kemenkes 2014).
Dari 194 Negara anggota WHO, 65 diantaranya memiliki cakupan imunisasai Difteri,
Pertusis, dan Tetanus (DPT) di bawah target global 90%. Untuk menghapus kantong-
kantong Wilayah dimana banyak anak-anak tidak terlindungi dari penyakit yang sebenarnya
dapat dicegah melalui Imunisasi , Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengajak Negara-negara
untuk berkerja lebih intensif bersama mencapai target cakupan imunisasi, dengan
mengusung Tema close the immunization Gap, Vaccination For All, sebagai tema pecan
Diperkirakan seluruh Dunia, pada tahun 2013 1 dari 5 anak atau sekitar 21,8 juta anak
Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) mencapai 86,8%, dan perlu ditingkatkan hingga mencapai
target 93% di tahun 2019. Universal Child Immunization (UCI) desa yang kini mencapai
82,9% perlu di tingkatkan hingga mencapai 92% di tahun 2019. Ditingkat Nasional,
diharapkan Imunisasai Dasar Lengkap (IDL) mencapai 91% dan UCI desa 84%. (Kemenkes
RI 2015).
Pemerintah provinsi Sulawesi Tenggara (sultra) melalui dinas kesehatan menargetkan
294.820 Bawah Lima Tahun (Balita) mendapatkan imunisasi anti polio , ketua panitia
antipolio Sultra mengatakan sasaran antipolio terbanyak di Kota Kendari yakni 38.402 anak,
KOnawe Selatan 34.729 anak, Konawe Sebanyak 27.769 anak anak. Muna 26.175 anak,
kolaka21.716 anak, Bombana 20.055 anak dan Kolaka Timur 19.000 Balita (Antara News
Sultra 2016).
Konawe Selatan Tahun 2014 Tercatat Jumlah Balita di Desa Atari Jaya adalah Sebanyak 115
anak Balita, jumlah sasaran Imunisasi Sebanyak 18 Anak. Tahun 2015 Tercatat Jumlah
Balita di Desa Atari Jaya adalah Sebanyak 117 anak Balita, jumlah sasaran Imunisasi
Sebanyak 26 Anak. Tahun 2016 Tercatat Jumlah Balita di Desa Atari Jaya adalah Sebanyak
Posyandu Sayang Ibu di desa Atari Jaya merupakan salah satu Posyandu yang berada
di bawah naungan Puskesmas Atari Jaya. Berdasarkan data yang di peroleh dari Posyandu
Sayang Ibu Desa Atari Jaya Kecamatan Lalembuu Kabupaten Konawe Selatan tahun 2016,
Pada Tahun 2014, menunjukan jumlah sasaran imunisasi dasar lengap sebanyak 18 (100%)
anak balita. Anak balita yang imunisasi dasarnya lengkap sebanyak 14 orang dan anak balita
yang imunisasi dasarnya tidak lengkap sebanyak 4 orang. Pada Tahun 2015, menunjukan
jumlah sasaran imunisasi dasar lengkap sebanyak 26 (100%) anak balita. Anak balita yang
imunisasi dasarnya lengkap sebanyak 24 orang dan anak balita yang imunisasi dasarnya
tidak lengkap Sebanyak 2 orang. Jumlah sasaran imunisasi (anak Balita) sampe dengan akhir
November 2016, menunjukan jumlah sasaran imunisasi sebanyak 24 orang anak balita. Anak
balita yang imunisasi dasarnya lengkap sebanyak 22 orang dan yang imunisasi dasarnya
Suhubungan dengan Paparan dari latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian tentang “ Hubungan Status Imunisasi Dasar Dengan Kesehatan Anak
Balita di Posyandu Sayang Ibu Desa Atari Jaya Wilayah Kerja Puskesmas Atari Jaya
Adapun Rumusan masalah pada penelitian ini adalah : “ Adakah Hubungan Status
Imunisasi Dasar Dengan Kesehatan Anak Balita di Posyandu Sayang Ibu Desa Atari Jaya
Wilayah Kerja Puskesmas Atari Jaya Kecamatan Lalembuu , Kabupaten Konawe Selatan
Tahun 2016 ?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Balita di Posyandu Sayang Ibu Desa Atari Jaya Wilayah Kerja Puskesmas Atari Jaya
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi Status Imunisasi Dasar anak balita di posyandu Sayang Ibu desa
Atari Jaya Wilayah Kerja Puskesmas Atari Jaya Kecamatan Lalembuu , Kabupaten
b. Mengidentifikasi kesehatan anak Balita di posyandu Sayang Ibu desa Atari Jaya
anak Balita di posyandu Sayang Ibu desa Atari Jaya Wilayah Kerja Puskesmas Atari
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktisis
Puskesmas Atari Jaya Kecamtan Lalembuu Kabupaten Konawe Selatan unuk lebih
3. Manfaat Teoritis
Penelitian ini di harapkan dapat memberikan informasi atau sebagai data awal bagi
peneliti selanjutnya.
Hasil penelitian ini di harapkan dapat menjadi suatu pengalaman berharga bagi penelii
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian imunisasi
Imunisasi termasuk salah satu jenis usaha memberikan kekebalan kepada anak
dengan memasukan vaksin ke dalam tubuh guna membuat zat anti untuk mencegah
terhadap penyakit tertentu. Sedangkan, yang di maksud dengan vaksin adalah bahan yang
di gunakan untuk merangsang pembentukan zat anti, yang di masukan ke dalam tubuh
melalui suntikan ( misalnya, Vaksin BCG, DPT, Dan Campak) dan Mulut contohnya,
dilakukan dalam pemberian vaksin pada tubuh seseorang sehingga dapat enimbulkan
Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan membeikan kekebalan atau resistensi
pada penyakit itu saja, sehingga untuk terhindar dari penyakit lain diperlukan imunisasi
lainnya, imunisasi biasanya lebih focus di berikan kepada anak-anak karena system
kekebalan tubuh mereka masih belum sebaik orang dewasa, sehingga rentan terhadap
serangan penyakit berbahaya. Imunisasi tidak cukup hanya di lalukan satu kali, tetapi
harus di lakukan secara bertahap dan lengkap terhadap berbagai penyakit yang sangat
2. Tujuan Imunisasi
Tujuan dari diberikannya suatu imunitas dari imunisasi adalah untuk mengurangi
angka penderita suatu penyakit yang sangat membahayakan kesehatan bahkan bisa
dengan imunisasi yaitu seperti Hepatitis B, Campak, Polio, Difteri, Tetanus, Batuk
Rejan, Gondongan, Cacar Air, TBC, dan lain sebagainya ( Kemenkes RI : 2010 : 20).
Pelaksanaan imuisasi bertujuan mencegah terjadinya penyakit tertentu pada
menurunkan angka morbiditas dan mortalitas, serta mampu mengurangi kecacatan akibat
3. Manfaat Imunisasi
Pada umumnya, ada beberapa manfaat imunisasi menurut Suroso (2010), yaitu sebagai
berikut :
sakit. Mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua yakin bahwa anaknya
c. Untuk Negara : memperbaiki tingkat kesehata, menciptakan bangsa yang kuat dan
4. Macam-macam imunisasi
Berdasarkan proses atau mekanisme pertahanan tubuh, imunsasi dibagi menjadi dua,
yaitu imunisasi aktiv dan imunisasi pasif (Fida dan Maya, 2012 : 224) yaitu sebagai
berikut :
a. Imunisasi Aktif
Imunisasi aktiv adalah pembeian zat sebagai anti gen yang diharapkan bisa
terjadi proses infeksi buatan, sehingga tubuh mengalami reaksi imunologi spesifik
yang dapat menghasilkan respon selurer dan humoral, serta di hasilkannya cell
memory. Jika benar-benar mengalami infeksi maka tubuh secara cepat mampu
merespon.
guna terjadinya semacam infeksi buatan (berupa polisakarida, toksoid, virus yang
b. Imunisasi Pasif
yang dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang bisa berasal dari plasma manusia
atau binatang yang digunakan untuk mengatasi mikroba yang diduga sudah masuk
untuk mencegah terjadinya penyakit TBC yang berat. Sebab, terjangkitnya penyakit
TBC yang primer ataupun ringan bisa saja terjadi, walaupun sudah dilakukan
terhirupnya percikan udara yang mengandung kuman TBC. Kuman ini dapat
menyerang berbagi organ tubuh, seperti paru-paru (paling sering terjadi), klenjar
getah bening, tulang, sendi, ginjal, hati, atau selaput otak (yang terberat). Pemberian
imunisasi BCG sebaiknya di lakukan pada bayi yang baru lahir sampai usia 12 bulan,
tetapi imunisasi ini sebaiknya di lakukan sebelum bayi berumur 2 bulan. Imunisasi ini
cukup diberikan satu kali saja. Bila pemberian imunisasi ini “berhasil”, maka setelah
beberapa minggu ditempat suntikan akan timbul benjolan kecil (Hidayat 2013)
Adapun jenis TBC yang berat ialah TBC pada selaput otak, milier, pada
seluruh lapangan paru, atau TBC tulang. Vaksin BCG yang di suntikan merupakan
vaksin yang mengandung kuman TBC yang telah dilemahkan (Fida dan Maya, 2012 :
226)
tuberculosis (TBC), imunisasi ini diberikan hanya sekali sebelum bayi berumur 2
bulan. Reaksi yang akan nampak setelah penyutikan iminisasi ini adalah berupa
perubahan warna ku;it pada tempat penyuntikan yang akan berubah menjadi pustula
kemudian pecah menjadi ulkus, dan akhirnya menyembuh spontan dalam waktu 8-12
pembesaran kelenjar ketiak atau daerah leher, bila diraba akan terasa padat dan bila
ditekan tidak terasa sakit. Komplikasi yang dapat terjadi adalah berupa
pembengkakan pada daerah tempat suntikan yang berisi cairan tetapi akan sembuh
b. DPT ( Difteri,Pertusis,Tetanus)
mencegah terjangkitnya penyakt difteri, pertusis, dan tetanus. DPT merupak vaksin
yang mengandung rajun kuman difteri yang telah dihilangkan sifat racunnya koma,
namun masih dapat merangsang pembentukan zat anti (toksoid). Pemberian pertama
zat anti terbentuk masih sangat sedikit(tahapan pengenalan) terhadap vaksin dan
mengaktivkan organ-organ tubuh membuat zat anti. Pada pemerian kedua dan ketiga
terbentuk zat anti yang cukup. Imunisasi ini di beriakan secara intra muscular (Fida
bagian atas dengan gejala demam tinggi, pembengkakkan pada amandel (tonsil) dan
terlihat selaput putih kotor yang makin lama makin membesar dan dapat menutup
jalan nafas. Racun difteri dapt merusak otot jantung yang dapat berakibat gagal
jantung. Penularan umumnya melalui udara (batuk/bersin) selain itu dapat melalui
dan pertusis sebanyak tiga kali sejak bayi berumur 2 bulan dengan selang
penyuntikan 1-2 bulan. Pemberian imunisasi ini akan memberikan kekebalan aktiv
terhadap penyakit difteri, pertusis, dan tetanus dalam waktu bersamaan. Efek sampig
yang mungkin akan timbul adalah demam, nyeri dan bengkak pada permukaan kulit,
Penyakit pertusis atau batuk rejan atau dikenak dengan “batuk 100 hari” adalah
penyakit infeksi saluran yang desebabkan oleh bakteri bordetella pertusis . gejalanya
khas yaitu batuk yang terus menerus sukar behenti, muka menjadi merah atau
kebiruan dan muntah kadang-kadang bercampur darah. Batuk diakhiri dengan tarikan
efektif adalah dengan melakukan imunisasi bersamaan dengan tetanus dan difteri
sebanyak 3 kali sejak bayi berumur 2 bulan dengan selang penyuntikan 1-2 bulan
c. Imunisasi Polio
Imunisasi polio adalah member vaksin polio (dalam bentuk oral) atau di kenal
dengan nama oral polio vaccine (OPV) yang bertujuan member kekebalan dari
vaksin ini ialah virus yang di lemahkan. Imunisasai polio di berikan secara oral (Fida
lumpuh pada salah satu anggota geraknya setelah demam selama 2-5 hari. Terdapat
dua jenis vaksin yang beredar, dan di Indonesia yang umum diberikan adalah vaksin
Negara dikenal pula teteravaccine, yaitu kombinasi DPT dan Polio. Imunisasi dasar di
berikan sejak anak baru lahir atau berumur beberapa hari dan selanjutnya diberikan
setiap 4-6 minggu. Pemberian vaksin polio dapat dilakukan bersamaan dengan BCG,
imunisasi ulang DPT, pemberian imunisasi polio akan menimbulkan kekebalan aktiv
d. Imunisasi Campak
Imunisasi campak adalah tindaka pemberian vaksin campak pada anak yang
bertujuan untuk membentuk kekebalan tubuh terhadap penyakit campak yang dapat
diberikan pada usia 9 bulan secara subkutan, kemudian dapat diulang dengan interval
Campak termasuk salah satu penyakit menular. Angka kejadian campak juga
tinggi dapat mempengaruhi angka kesakitan dan kematian anak. Oleh karena itu,
untuk mencegah tertularnya anak dari penyakit ini, imunisasi campak penting
diberikan sesuai engan waktunya. Imunisasi campak mengandung vaksin dari vius
yang telah dilemahkan dan diberikan melalui subkutan (Fida dan Maya,2012 ; 236).
Campak adalah penyakit yang sangat menular yang dapt disebabkan oleh
sebuah virus yang bernama virus campak. Penularan melalui udara ataupun kontak
langsung dengan penderita. Gejal-gejalanya adalah : demam, batuk, flu, dan bercak-
bercak merah pada permukaan kulit 3-5 hari setelah anak menderita demam. Bercak
mula-mula timbul di pipi bawah telinga yang kemudian menjalar ke muka, tubuh dan
telinga, radang pada saraf, radang pada sendi dan radang pada otak yang dapat
cara menjaga kesehatan kita dengan makanan yang sehat, berolah raga yang teratur
dan istirahat yang cukup, dan paling efektif cara pencegahannya adalah dengan cara
bertujuan untuk melindungi terhadap penyakit campak hanya dengan sekali suntikan,
e. Imunisasi Hepatitis B
prevalensinya cukup tinggi. Prioritas pencegahan terhadap penyakit ini yaitu melalui
pemberian imunsasi Hpatitis pada bayi dan anak-anak. Hal ini dimaksudkan agar
(Supartini,2014).
terjadinya penyakit hepatitis. Kadungan vaksin ini adalah HbsAg dalam bentuk cair.
diberikan pada usia 6 tahun. Imunisasi hepatitis ini melalui intramuskuler. Angka
kejadian hepatitis B pada anak balita juga sangat tinggi dalam mempengaruhi angka
a. Vaksin BCG
Vaksinansi BCG diberikan pada bayi umur 0-11 bulan secara intra ktan
dengan dosis 0.05 ml. vaksinasi BCG dinyatakan berhasil apabila terjadi Tuberkulin
Konversi pada tempat suntikan. Ada tidaknya tuberculin konversi tergantung pada
potensi vaksin dan dosis yang tepat serta cara penyuntikan yang benar. Kelebihan
dosis dan suntikan yang terlalu dalam akan menyebabkan terjadina abses ditempat
suntikan. Untuk menjaga potensinya, vaksin BCG harus harus di simpan dengan suhu
BCG diberikan pada bayi umur 0-2 bulan. Apabila BCG akan diberikan pada
umue < 3 bulan, sebaiknya di lakukan uji tuberculin terlebih dahulu, dan BCG
diberikan jika uji tuberculin negative (Fida dan Maya, 2012 ;246)
b. Vaksinasi DPT
pemberian vaksin yang terdari dari toksoid difteri dan toksid tetanus yang telah di
murnikan ditambah dengan bakteri Bortella pertusis yang telah di matikan. Dosis
penyuntikan 0,5 ml di berikan secara subkutan atau intra muscular pada bayi yang
berumur 2-11 bulan sebanyak 3 kali dengan interval 4 minggu. Reaksi spesifik yang
timbul setelah penyuntikan tidak ada gejala biasanya demam ringan dan reaksi local
tempat penyuntikan. Bila ada reaksi yang berlebihan seperti suhu yang terlalu tinggi,
hendaknya pemberian vaksin DPR dig anti dengan DT ( Kemenkes RI, 2014)
c. Vaksinasi Polio
Untuk kekebalan terhadap polio diberikan dua tetes vaksin polio oral yang
mengandung virus polio tipe 1,2 dan 3 dari sabin. Vaksin yang diberikan melalui
mulut pada bayi umur 0-11 bulan sebanyak 4 kali dengan jarak waktu pemberian 4
d. Vaksinasi Campak
Vaksin yang diberikan berisi virus campak yang sudah dilemahkan dan dalam
bentuk bubuk kering atau frezeried yang harus di larutkan dengan bahan pelarut yang
telah tersedia sebelum digunakan. Suntikan ini diberikan secara subkutan dengan
dosis 0,5 ml pada anak umur 9-11 bulan. Di Negara berkembang imunisasi campak di
anjurkan diberikan lebih awal dengan maksud memberikan kekebalan sedini
mungkin, sebelum terkena infeksi virus campak secara alami (Kemenkes RI 2014).
e. Hepatitis B
kedalam tubuh yang bertujuan untuk memberikan kekebalan dari pnyakit hepatitis.
Pemberian vaksin hepatitis B apat diberikan pada bayi yang baru lahir sedini mungkin
d. Anak balita yang sudah terjangkit penyakit yang dapat dicegah dengan imunsasi,
(Hidyayat, 2008;20).
1. Pengertian Balita
Anak balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu tahun atau lebih
popular dengan pengertian usia anak di bawah lima tahun (Muaris.H, 2006).
Menurut Sutomo. B. dan Anggraeni. DY, (2010), Balita adalah istilah umum
bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak prasekolah (3-5 tahun). Saat usia batita, anak
masih tergantung penuh kepada orang tua untuk melakukan kegiatan penting, seperti
mandi, buang air dan makan. Perkembangan berbicara dan berjalan sudah bertambah
Masa balita merupakan periode penting dalam proses tumbuh kembang manusia.
dan perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini
merupakan masa yang berlangsung cepat dan tidak akan pernah terulang, karena itu
bahasa, kreativitas, kesadaran social emosional, dan intelegensi yang berjalan sangat
Anak balita adalah anak yang berusia dibawah umur limatahun (1-5 tahun)
merupakan kelompok yang menunjukan pertumbuhan badan yang pesat. Anak balita ini
justru merupakan kelompok umur yang paling sering menderita berbagai penyakit akibat
kekurangan gizi, dalam hal ini energy protein (Sedia Oetama, 1996 : 239).
a. Umur 13 – 24 bulan
b. Umur 25 – 36 bulan
c. Umur 37 – 48 bulan
d. Umur 49 – 60 bulan
2) Menyusun kotak
4) Menyusun 2 kata
kepadanya
5) Mengambar lingkaran
6) Bermain bersama anak lain dan menyadari adanya lingkungan lain di luar
keluarganya.
9) Banyak bertanya
9) Mengenal 4 warna
10) Memperkirakan bentuk dan besarna benda, membedakan besar dan kecil
C. Tinjauan Umum Tentang Kesehatan Anak Balita dan Penyakit yang Dapat Dicegah
pihak. Jumlah tenaga kesehatan terutama dokter dan bidan sangat sedikit, sementara epidemic
terjadi di banyak tempat dan tidak ada control. Selain itu, buku-buku atau informasi tentang
kesehatan anak sangat sedikit. Pelayanan kesehatan yang dijalankan untuk anak hanya
terbatas pada daerah perkotaan dan dalam bentuk pelayanan keliling dan perawatan
tradisional. Statistic tntang status kesehatan anak tidak ada, padahal wabah penyakit pada
anak banyak terjadi, flu, cacar, seperti difteri, pertusis, tetanus, polio, hepatitis B, campak dan
terjadi epidemic secara perlahan terutama karena TBC dan gangguan Gizi (Notoadmodjo,
2003 ;11).
Anak balita di harapkan tumbuh dan berkembang dalalm keadaan sehat jasmani,
social dan bukan hanya bebas dari penyakit dan kelemahan. Masalah kesehatan anak balita
merupak masalah nasional, mengingat angka kesakitan dan angka kematian pada anak balita
masih cukup tinggi yang disebabkan oleh berbagai penyakit yang sebenarnya masih dapat
i. TBC
iii. Polio
iv. Campak
v. Hepatitis B
Banyak ibu di Indonesia dan seluruh dunia mempertanyakan seberapa aman kah
imunisasi anak mereka terhadap resiko timbulnya penyakit kronis sebagai efek samping
imunisasi itu.
Imunisasi pertama di dunia ditemukan untuk penyakit cacar yang elah membunuh
jutaan orang d Eropa dan seluruh Dunia. Malahan pertambahan penduduk Eropa telah di
hambat olejnya banyaknya korban penyakit tesebut. Edward Jenner di Tahun 1796 telah
menggunakan cacar sapi sebagi bahan untuk menimbulkan imunitas pada manusia. Walaupun
hasilnya telah nyata, diperlukan imunisasi missal untuk melenyapkan penyakit cacar itu dari
bumi.
menyelamatkan ribuan nyawa. Saat ini beberapa penyakit sangat jarang timbul sehingga para
Imunisasi merupak investasi kesehatan masa depan karena pemcegahan penyakit melalui
imunisasi merupakan cara perlindungan terhadap infeksi yang paling efektif dan jauh lebih
murah di bansing mengobati sesorang apabila telah jauh sakit dan harus dirawat di rumah
sakit.
Disamping itu, dengan imunisasi anak akan terhidar dari penyakit infeksi yang
berbahya, maka mereka memiliki kesempatan untuk beraktivitas, bermain, belajar tanpa
terganggu dengan masalah kesehatan. Namun demikian sampe saat ini masih terdapat
masalah-masalah dalam pemberian imunisasi, antara lain pemahaman orang tua yang masih
dirasakan kurang pada sebagian masyarakat, mitos yang salah tentang imunisasi, sampe
Imunisasi adalah cara untuk mencegah agar anak terhindar dari cacat atau
penyakit yang mematikan dengan biaya efektif. Cara ini dapat pula merangsang
bagus. Apalagi hal ini member kontribusi kesehatanyan lebih baik dan juga
Imunisasi dimulai sejak bayi dalam kandungan yang diberikan memlaui ibunya,
dan berlanjut hinnga lahir. Jenis imunisasi antara lain BCG untuk mencegah penyakit
Polio untuk mencegah penyakit Poliomyelitis dan campak untuk mncegah penyakit
Imunisasi termasuk salah satu jenis usaha memberikan kekebalan kepada anak
dengan memasukan vaksin ke dalam tubuh guna membuat zat anti untuk mencegah
resistensi pada penyakit itu saja, sehingga untuk terhindar dari penyakit lain diperlukan
imunisasi lainnya, imunisasi biasanya lebih focus di berikan kepada anak-anak karena
system kekebalan tubuh mereka masih belum sebaik orang dewasa, sehingga rentan
terhadap serangan penyakit berbahaya. Imunisasi tidak cukup hanya di lalukan satu
kali, tetapi harus di lakukan secara bertahap dan lengkap terhadap berbagai penyakit
yang sangat membahayakan kesehatan dan hidup anak ( Supartini, 2004 : 137).
imunisasi dasar yang diberikan dengan kondisi kesehatan anak balita dalam proses
tumbuh kembangannya.
B. Bagan Kerangka Pikir
Variabel bebas
BCG
Kesehatan Anak
POLIO
Balita
DPT-HB-HIB
CAMPAK
Keterangan :
C. Variabel Penelitian
terikat, yaitu Status Imunisasi Dasar ( Hb 0, BCG, Polio, DPT,, dan Campak )
Kriteria Objektif :
Tidak Lengkap : Jika imunisasi dasar tidak lengkap pada usia 0-12
bulan atau tidak pernah mendapatkan imunisasi dasar
sama sekali.
2. Status kesehatan anak balita adalah kondisi tubuh anak yang behubungan
Kriteria Objektif :
Sehat : Jika anak balita tersebut belom atau tidak pernah mengalami
Sakit : Jika anak balita tersebut pernah atau sedang mengalami salah
E. Hipotesis Penelitian
dengan kesehatan anak balita di di posyandu Sayang Ibu desa Atari Jaya
2. Hipotesis Nol (H0) : Tidak Ada Hubungan antara status imunisasi dasar
dengan kesehatan anak balita di di posyandu Sayang Ibu desa Atari Jaya
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah analitic deskriptif denga pendekatan cross
sectional yang bertujuna untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara status imunisasi
dasar lengkap dengan kesehatan anak balita di di posyandu Sayang Ibu desa Atari Jaya
Wilayah Kerja Puskesmas Atari Jaya Kecamatan Lalembuu, Kabupaten Konawe Selatan
1. Waktu Penelitian
2. Tempat Penelitian
Tempat penelitian ini akan dilaksanakan di posyandu Sayang Ibu desa Atari Jaya
Selatan dengan cara kunjungan ke posyandu dan melaksanak kunjungan rumah kerumah
responden.
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan anak balita sampai akhir bulan
November 2016 di posyandu Sayang Ibu desa Atari Jaya Wilayah Kerja Puskesmas Atari
Jaya Kecamatan Lalembuu , Kabupaten Konawe Selatan sebanyak 122 anak balita
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih secara “accidental sampling”
Kriteria eklusif
1. Jenis Data
a. Data Primer
Data primer yaitu data yang diisi langsung oleh peneliti dalam melakukan penelitian.
b. Data sekunder
Cara Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah cara primer yaitu dengan cara
kunjungan rumah atau ke posyandu dan memberikan pertanyaan yang akan di jawab oleh
responden dan sekunder yaitu dengan cara croos check puskesmas setempat tentang
E. Instrumen Penelitian
Alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah lembar observasi yang
F. Pengolahan Data
Data yang telah dikumpul dari responden diolah dengan langkah-langkah sebagai
berikut :
1. Coding
2. Editing
Editing dilakukan untuk meneliti setiap daftar pertanyaan yang sudah diisi. Editing
meliputi kelengkapan pengisian, kesalahan pengisian dan konsistensi dari setiap jawaban.
3. Scoring
4. Tabulating
Merupakan kelanjutan pada proses pengolahan dalam hal ini setelah data tersebut
dicoding kemudian ditabulasi agar lebih mempermudah penyajian data dalam bentuk
G. Analisa Data
1. Analisis Univariat
Untuk mendapatkan persentase hasil dari observasi yang telah diteliti maka akan
Keterangan :
2. Analisis Bavariat
Adalah analisis yang digunakan untuk melihat ada tidaknya hubungan antara variable
X2 : : Nilai Chi-square
Setelah data terkumpul data tersebut akan di analisis dengan analisa Bivariat dengan
Setelah itu, nilai x2 di bandingkan dengan nilai x2 Tabel pada taraf signifikan 0.05
atau 5%. Sedangkan derajat kebebasan pada tabel adalah (b-1) (k-1), dimana ”b” adalah
baris dan ”k” adalah kolom. Pengambilan keputusan di lakukan sebagai berikut :
a. Jika X2 hitung > X2 tabel maka Ho di tolak dan Ha di terima yang berarti ada
hubungan antara status imunisasi dasar lengkap terhadap kesehatan anak balita.
b. Jika X2 hitung > X2 tabel maka Ha di tolak dan Ho di terima yang berarti tidak ada
hubungan antara status imunisasi dasar lengkap terhadap kesehatan anak balita.
H. Penyajian Data
Penyajian data pada penelitian ini yaitu dalam bentuk tabel distribusi frekuensi yang