Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Imunisasi termasuk salah satu jenis usaha memberikan kekebalan kepada anak

dengan memasukan vaksin kedalam tubuh guna membuat zat anti untuk mencegah terhadap

penyakit tertentu. Sedangkan yang di maksud dengan vaksin adalah bahan yang di gunakan

untuk merangsang pembentukan zat anti, yang di masukan kedalam tubuh melalui suntikan (

misalnya, Vaksin BCG, DPT, dan Campak) dan mulut contohnya Vaksin Polio ( Fida dan

Maya, 2012).

Imunisasi dasar adalah upaya pencegahan terhadap penyakit tertentu pada diri

seseorang dengan pemberian vaksin. Bisa melalui injeksi misalnya, vaksin BCG, DPT-HB-

HIB, DT, TT, Campak dan Hepatitis B. Sedangkan yang diberikan secara oral yaitu vaksin

Polio. Dengan pemberian imunisasi dasar yang lengkap, anak Balita(1-5 tahun) akan

terhindar dari penyakit infeksi yang berbahaya. Diantaranya TBC, Difteri, Pertusis, Tetanus,

Polio, Campak dan Hepatitis B (Kemenkes RI 2013).

Setiap tahun diseluruh dunia, ratusan ibu anak-anak dan dewasa meninggal karena

penyakit yang sebenarnya masih dapat dicegah. Hal ini dikarenakan kurangnya informasi

tentang pentingnya imunisasi. Bayi yang baru lahir dan anak-anak usia muda yang

bersekolah dan orang dewasa sama-sama memiliki resiko tinggi terserang penyakit-penyakit

menular yang mematikan seperti : Difteri, Pertusis, Tetanus, Hepatitis B Influenza, typhus,

radang selaput otak, radang paru-paru, dan masih banyak lainnya yang sewaktu-waktu

muncul dan mematikan. Untuk itu pencegahan yang terbaik dan sangat vital agar bayi-bayi,

anak-anak muda dan orang dewasa terlindungi hanya dengan melakukan imunisasi (Suroso,

2010 : 20).

Pemberian vaksin secara dini dan rutin pada bayi dan balita diketahui mampu

memunculkan kekebalan tubuh secara alamiah. Cara itu sangat efektif, mudah, dan murah

untuk menangkal berbagai penyakit menula.


Berdasarkan data yang diperoleh da World Healt Organitation (WHO), terdapat

kematian anak balita sebesar 1,4 juta jiwa pertahun akibat penyakit yang dapat dicegah

dengan imunisasi, misalya batuk rejan 294.000 (20%) orang, tetanus 198.000 (14%) orang,

dan campak 540.000 (38%).

Saat ini pemberian imunisasi untuk masyarakat dilakukan di tempat-tempat pelayanan

kesehatan seperti rumah sakit, klinik bersalin, puskesmas, posyandu, dan praktek dokter

swasta. Setiap tahun di layani imunisasi rutin kepada sekitar 4,5 juta (4.480.000) anak usia 0-

1 tahun diberikan vaksin BCG satu kali, polio empat kali, DPT-HB-HIB tiga kali dan

campak pada usia 9 bulan satu kali (Kemenkes RI 2014)

Terdapat peningkatan cakupan imunisasi dasar lengkap dari 89% pada 2010 menjadi

90% pada 2013. Capaian universal child immunization (UCI) atau Desa yang 100% cakupan

imunisasi dasar lengkap pada bayi juga meningkat dari 75,3% 2010 menjadi 82% pada 2013.

Namun target yang ditetapkan belum tercapai, yaitu 95% pada 2013 (Kemenkes 2014).

Dari 194 Negara anggota WHO, 65 diantaranya memiliki cakupan imunisasai Difteri,

Pertusis, dan Tetanus (DPT) di bawah target global 90%. Untuk menghapus kantong-

kantong Wilayah dimana banyak anak-anak tidak terlindungi dari penyakit yang sebenarnya

dapat dicegah melalui Imunisasi , Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengajak Negara-negara

untuk berkerja lebih intensif bersama mencapai target cakupan imunisasi, dengan

mengusung Tema close the immunization Gap, Vaccination For All, sebagai tema pecan

Imunisasi Nasional (Kemenkes RI 2015).

Diperkirakan seluruh Dunia, pada tahun 2013 1 dari 5 anak atau sekitar 21,8 juta anak

tidak mendapatkan imunisasi yang bisa menyelamtkan nyawa mereka. Di Indonesia

Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) mencapai 86,8%, dan perlu ditingkatkan hingga mencapai

target 93% di tahun 2019. Universal Child Immunization (UCI) desa yang kini mencapai

82,9% perlu di tingkatkan hingga mencapai 92% di tahun 2019. Ditingkat Nasional,

diharapkan Imunisasai Dasar Lengkap (IDL) mencapai 91% dan UCI desa 84%. (Kemenkes

RI 2015).
Pemerintah provinsi Sulawesi Tenggara (sultra) melalui dinas kesehatan menargetkan

294.820 Bawah Lima Tahun (Balita) mendapatkan imunisasi anti polio , ketua panitia

antipolio Sultra mengatakan sasaran antipolio terbanyak di Kota Kendari yakni 38.402 anak,

KOnawe Selatan 34.729 anak, Konawe Sebanyak 27.769 anak anak. Muna 26.175 anak,

kolaka21.716 anak, Bombana 20.055 anak dan Kolaka Timur 19.000 Balita (Antara News

Sultra 2016).

Data yang diperoleh di Puskesmas Atari Jaya Kecamatan Lalembuu Kabupaten

Konawe Selatan Tahun 2014 Tercatat Jumlah Balita di Desa Atari Jaya adalah Sebanyak 115

anak Balita, jumlah sasaran Imunisasi Sebanyak 18 Anak. Tahun 2015 Tercatat Jumlah

Balita di Desa Atari Jaya adalah Sebanyak 117 anak Balita, jumlah sasaran Imunisasi

Sebanyak 26 Anak. Tahun 2016 Tercatat Jumlah Balita di Desa Atari Jaya adalah Sebanyak

122 anak Balita, jumlah sasaran Imunisasi Sebanyak 24 Anak.

Posyandu Sayang Ibu di desa Atari Jaya merupakan salah satu Posyandu yang berada

di bawah naungan Puskesmas Atari Jaya. Berdasarkan data yang di peroleh dari Posyandu

Sayang Ibu Desa Atari Jaya Kecamatan Lalembuu Kabupaten Konawe Selatan tahun 2016,

Pada Tahun 2014, menunjukan jumlah sasaran imunisasi dasar lengap sebanyak 18 (100%)

anak balita. Anak balita yang imunisasi dasarnya lengkap sebanyak 14 orang dan anak balita

yang imunisasi dasarnya tidak lengkap sebanyak 4 orang. Pada Tahun 2015, menunjukan

jumlah sasaran imunisasi dasar lengkap sebanyak 26 (100%) anak balita. Anak balita yang

imunisasi dasarnya lengkap sebanyak 24 orang dan anak balita yang imunisasi dasarnya

tidak lengkap Sebanyak 2 orang. Jumlah sasaran imunisasi (anak Balita) sampe dengan akhir

November 2016, menunjukan jumlah sasaran imunisasi sebanyak 24 orang anak balita. Anak

balita yang imunisasi dasarnya lengkap sebanyak 22 orang dan yang imunisasi dasarnya

tidak lengkap sebanyak 2 orang anak balita.

Suhubungan dengan Paparan dari latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian tentang “ Hubungan Status Imunisasi Dasar Dengan Kesehatan Anak

Balita di Posyandu Sayang Ibu Desa Atari Jaya Wilayah Kerja Puskesmas Atari Jaya

Kecamatan Lalembuu , Kabupaten Konawe Selatan Tahun 2016”


B. Rumusan Masalah

Adapun Rumusan masalah pada penelitian ini adalah : “ Adakah Hubungan Status

Imunisasi Dasar Dengan Kesehatan Anak Balita di Posyandu Sayang Ibu Desa Atari Jaya

Wilayah Kerja Puskesmas Atari Jaya Kecamatan Lalembuu , Kabupaten Konawe Selatan

Tahun 2016 ?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Hubungan Status Imunisasi Dasar Dengan Kesehatan Anak

Balita di Posyandu Sayang Ibu Desa Atari Jaya Wilayah Kerja Puskesmas Atari Jaya

Kecamatan Lalembuu , Kabupaten Konawe Selatan Tahun 2016.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi Status Imunisasi Dasar anak balita di posyandu Sayang Ibu desa

Atari Jaya Wilayah Kerja Puskesmas Atari Jaya Kecamatan Lalembuu , Kabupaten

Konawe Selatan Tahun 2016.

b. Mengidentifikasi kesehatan anak Balita di posyandu Sayang Ibu desa Atari Jaya

Wilayah Kerja Puskesmas Atari Jaya Kecamatan Lalembuu , Kabupaten Konawe

Selatan Tahun 2016.

c. Mengidentifikasi ada tidaknya Hubungan status imunisasi dasar dengan kesehatan

anak Balita di posyandu Sayang Ibu desa Atari Jaya Wilayah Kerja Puskesmas Atari

Jaya Kecamatan Lalembuu , Kabupaten Konawe Selatan Tahun 2016.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Praktisis

Hasil penelitian diharapkan menjadi informasi bagi dunia kesehatan khususnya

Puskesmas Atari Jaya Kecamtan Lalembuu Kabupaten Konawe Selatan unuk lebih

meningkatkan cakupan pemberian imunisasi dasar sehingga dapat mencapi cakupan

yang optimal sesui dengan target Nasional.


2. Manfaat Bagi Objek Pelelitian

Penelitian ini di harapkan dapat menjadi sumber informasi, khususnya bagi

Masyarakat Desa Atari Jaya, khususnya bagi para Ibu.

3. Manfaat Teoritis

Penelitian ini di harapkan dapat memberikan informasi atau sebagai data awal bagi

peneliti selanjutnya.

4. Manfaat bagi peneliti

Hasil penelitian ini di harapkan dapat menjadi suatu pengalaman berharga bagi penelii

dalam menyelesaikan pendidikan di jenjang S1 Keperawatan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Imunisasi Dasar Lengkap

1. Pengertian imunisasi

Imunisasi termasuk salah satu jenis usaha memberikan kekebalan kepada anak

dengan memasukan vaksin ke dalam tubuh guna membuat zat anti untuk mencegah

terhadap penyakit tertentu. Sedangkan, yang di maksud dengan vaksin adalah bahan yang

di gunakan untuk merangsang pembentukan zat anti, yang di masukan ke dalam tubuh

melalui suntikan ( misalnya, Vaksin BCG, DPT, Dan Campak) dan Mulut contohnya,

Vaksin Polio (Fida dan Maya,2012 :223).

Departemen Kesehatan RI (2005), Menyebutkan imunisasi adalah suatu usaha yang

dilakukan dalam pemberian vaksin pada tubuh seseorang sehingga dapat enimbulkan

kekebalan terhadap penyakit tertentu.

Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan membeikan kekebalan atau resistensi

pada penyakit itu saja, sehingga untuk terhindar dari penyakit lain diperlukan imunisasi

lainnya, imunisasi biasanya lebih focus di berikan kepada anak-anak karena system

kekebalan tubuh mereka masih belum sebaik orang dewasa, sehingga rentan terhadap

serangan penyakit berbahaya. Imunisasi tidak cukup hanya di lalukan satu kali, tetapi

harus di lakukan secara bertahap dan lengkap terhadap berbagai penyakit yang sangat

membahayakan kesehatan dan hidup anak ( Supartini, 2004 : 137).

2. Tujuan Imunisasi

Tujuan dari diberikannya suatu imunitas dari imunisasi adalah untuk mengurangi

angka penderita suatu penyakit yang sangat membahayakan kesehatan bahkan bisa

menyebabkan kematian pada penderitanya. Beberapa penyakit yang dapat di hindari

dengan imunisasi yaitu seperti Hepatitis B, Campak, Polio, Difteri, Tetanus, Batuk

Rejan, Gondongan, Cacar Air, TBC, dan lain sebagainya ( Kemenkes RI : 2010 : 20).
Pelaksanaan imuisasi bertujuan mencegah terjadinya penyakit tertentu pada

seseorang sekaligus menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat,

bahkan menghilangkan suatu penyakit. Dengan adanya imunisasi, diharapkan bisa

menurunkan angka morbiditas dan mortalitas, serta mampu mengurangi kecacatan akibat

penyakit (Fida dan Maya,2012 : 224)

3. Manfaat Imunisasi

Pada umumnya, ada beberapa manfaat imunisasi menurut Suroso (2010), yaitu sebagai

berikut :

a. Untuk anak : mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan

kemungkinan cacat atau kematian.

b. Untuk keluarga : menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila anak

sakit. Mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua yakin bahwa anaknya

akan menjalani masa kanak-kanak yang nyaman.

c. Untuk Negara : memperbaiki tingkat kesehata, menciptakan bangsa yang kuat dan

berakal untuk melanjutkan pembangunan Negara.

4. Macam-macam imunisasi

Berdasarkan proses atau mekanisme pertahanan tubuh, imunsasi dibagi menjadi dua,

yaitu imunisasi aktiv dan imunisasi pasif (Fida dan Maya, 2012 : 224) yaitu sebagai

berikut :

a. Imunisasi Aktif

Imunisasi aktiv adalah pembeian zat sebagai anti gen yang diharapkan bisa

terjadi proses infeksi buatan, sehingga tubuh mengalami reaksi imunologi spesifik

yang dapat menghasilkan respon selurer dan humoral, serta di hasilkannya cell

memory. Jika benar-benar mengalami infeksi maka tubuh secara cepat mampu

merespon.

Dalam imunisasi aktiv, terdapat empat macam kandungan dalam setiap

vaksin. Diantaranya ialah sebagai berikut :


1) Antigen merupak bagian dari vaksin yang berfungsi sebagai zat atau mikroba

guna terjadinya semacam infeksi buatan (berupa polisakarida, toksoid, virus yang

dilemahkan, atau bakteri yang dimatikan).

2) Pelarut bisa berupa air steril atau cairan kultur jaringan.

3) Preservative , stabilizer , dan anti biotik yang berguna untuk mencegah

tumbuhnya mikroba sekaligus stabilisasi anti gen.

4) Adjuvans yang terdiri atas garam aluminium yang berfungsi meningkatkan

imunogenitas anti gen.

b. Imunisasi Pasif

Imunisasi pasih merupakan pemberian zat (immunoglobulin), yaitu suatu zat

yang dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang bisa berasal dari plasma manusia

atau binatang yang digunakan untuk mengatasi mikroba yang diduga sudah masuk

kedalam ubuh yang terinfeksi.

5. Jenis Imunisasi Dasar

a. Imunisasi BCG (Bacillus Calmette Guerin)

Imunisasi BCG adalah memasuka vaksin BCG yang bertujuan member

kekebalan tubuh terhadap kuman mycobacterium tuberculosis drngan cara

menghambat penyebaran kuman (Notoatmodjo, 2008).

Imunisasi BCG (Bacillus Calmette Guerin) adalah imunisasi yang di gunakan

untuk mencegah terjadinya penyakit TBC yang berat. Sebab, terjangkitnya penyakit

TBC yang primer ataupun ringan bisa saja terjadi, walaupun sudah dilakukan

imunisasi BCG (Fida dan Maya,2012 : 226).

Penularan penyakit TBC terhadap seorang anak dapat terjadi karena

terhirupnya percikan udara yang mengandung kuman TBC. Kuman ini dapat

menyerang berbagi organ tubuh, seperti paru-paru (paling sering terjadi), klenjar

getah bening, tulang, sendi, ginjal, hati, atau selaput otak (yang terberat). Pemberian

imunisasi BCG sebaiknya di lakukan pada bayi yang baru lahir sampai usia 12 bulan,

tetapi imunisasi ini sebaiknya di lakukan sebelum bayi berumur 2 bulan. Imunisasi ini
cukup diberikan satu kali saja. Bila pemberian imunisasi ini “berhasil”, maka setelah

beberapa minggu ditempat suntikan akan timbul benjolan kecil (Hidayat 2013)

Adapun jenis TBC yang berat ialah TBC pada selaput otak, milier, pada

seluruh lapangan paru, atau TBC tulang. Vaksin BCG yang di suntikan merupakan

vaksin yang mengandung kuman TBC yang telah dilemahkan (Fida dan Maya, 2012 :

226)

Pemberian imunisasi ini akan memberikan kekebalan aktiv terhadap penyakit

tuberculosis (TBC), imunisasi ini diberikan hanya sekali sebelum bayi berumur 2

bulan. Reaksi yang akan nampak setelah penyutikan iminisasi ini adalah berupa

perubahan warna ku;it pada tempat penyuntikan yang akan berubah menjadi pustula

kemudian pecah menjadi ulkus, dan akhirnya menyembuh spontan dalam waktu 8-12

minggu dengan meninggalkan jaringan parut, reaksi lainnya adalah berupa

pembesaran kelenjar ketiak atau daerah leher, bila diraba akan terasa padat dan bila

ditekan tidak terasa sakit. Komplikasi yang dapat terjadi adalah berupa

pembengkakan pada daerah tempat suntikan yang berisi cairan tetapi akan sembuh

spontan (Kemenkes 2015).

b. DPT ( Difteri,Pertusis,Tetanus)

Imunisasi DPT ( Difteri,Pertusis,Tetanus) ialah imunisasi yang diberikan untuk

mencegah terjangkitnya penyakt difteri, pertusis, dan tetanus. DPT merupak vaksin

yang mengandung rajun kuman difteri yang telah dihilangkan sifat racunnya koma,

namun masih dapat merangsang pembentukan zat anti (toksoid). Pemberian pertama

zat anti terbentuk masih sangat sedikit(tahapan pengenalan) terhadap vaksin dan

mengaktivkan organ-organ tubuh membuat zat anti. Pada pemerian kedua dan ketiga

terbentuk zat anti yang cukup. Imunisasi ini di beriakan secara intra muscular (Fida

dan Maya, 2012 :234)

Penyakit difteri adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri

corynebacterium diphteriae mudah menular dan menyerang terutama saluran nafas

bagian atas dengan gejala demam tinggi, pembengkakkan pada amandel (tonsil) dan
terlihat selaput putih kotor yang makin lama makin membesar dan dapat menutup

jalan nafas. Racun difteri dapt merusak otot jantung yang dapat berakibat gagal

jantung. Penularan umumnya melalui udara (batuk/bersin) selain itu dapat melalui

benda atau makanan yang terkontaminasi (Hidyayat, 2013)

Pencegahan paling efektif adalah dengan imunsasi bersamaan dengan tetanus

dan pertusis sebanyak tiga kali sejak bayi berumur 2 bulan dengan selang

penyuntikan 1-2 bulan. Pemberian imunisasi ini akan memberikan kekebalan aktiv

terhadap penyakit difteri, pertusis, dan tetanus dalam waktu bersamaan. Efek sampig

yang mungkin akan timbul adalah demam, nyeri dan bengkak pada permukaan kulit,

cara mengatasinya cukup diberikan obat penurun panas.

Penyakit pertusis atau batuk rejan atau dikenak dengan “batuk 100 hari” adalah

penyakit infeksi saluran yang desebabkan oleh bakteri bordetella pertusis . gejalanya

khas yaitu batuk yang terus menerus sukar behenti, muka menjadi merah atau

kebiruan dan muntah kadang-kadang bercampur darah. Batuk diakhiri dengan tarikan

nafas panjang dan dalam berbunyi melengking.

Penularan umumnya terjadi melalui udara (batuk/bersin). Pencegahan paling

efektif adalah dengan melakukan imunisasi bersamaan dengan tetanus dan difteri

sebanyak 3 kali sejak bayi berumur 2 bulan dengan selang penyuntikan 1-2 bulan

(Kemenkes RI, 2015)

c. Imunisasi Polio

Imunisasi polio adalah member vaksin polio (dalam bentuk oral) atau di kenal

dengan nama oral polio vaccine (OPV) yang bertujuan member kekebalan dari

penyakit poliomeilitis. Imunisasi dapat diberikan 4 kali interval 4-6 minggu

(hidyayad, 2008 ;13)

Imunusasi polio adalah imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya

penyakit poliomeilitis yang bisa menyebabkan kelumpuhan pada anak. Kandungan

vaksin ini ialah virus yang di lemahkan. Imunisasai polio di berikan secara oral (Fida

dan Maya, 2012 ; 232)


Gejala yang umum terjadi akibat serangan virus polio adalah anak mendadak

lumpuh pada salah satu anggota geraknya setelah demam selama 2-5 hari. Terdapat

dua jenis vaksin yang beredar, dan di Indonesia yang umum diberikan adalah vaksin

sabin (kuman yang dilemahkan). Cara pemberiannya melalui mulut. Di beberapa

Negara dikenal pula teteravaccine, yaitu kombinasi DPT dan Polio. Imunisasi dasar di

berikan sejak anak baru lahir atau berumur beberapa hari dan selanjutnya diberikan

setiap 4-6 minggu. Pemberian vaksin polio dapat dilakukan bersamaan dengan BCG,

Vaksin Hepatitis B, dan DPT. Imunisasi ulangan di berikan bersamaan dengan

imunisasi ulang DPT, pemberian imunisasi polio akan menimbulkan kekebalan aktiv

terhadap penyakit poliomeilitis. Imunisasi polio diberikan sebanyak 4 kali dengan

selang waktu tidak kurang dari 1 bulan (Kemenkes RI, 2015).

d. Imunisasi Campak

Imunisasi campak adalah tindaka pemberian vaksin campak pada anak yang

bertujuan untuk membentuk kekebalan tubuh terhadap penyakit campak yang dapat

diberikan pada usia 9 bulan secara subkutan, kemudian dapat diulang dengan interval

4 minggu atau lebih dari suntikan pertama (Hidyayat, 2008 ;16)

Campak termasuk salah satu penyakit menular. Angka kejadian campak juga

tinggi dapat mempengaruhi angka kesakitan dan kematian anak. Oleh karena itu,

untuk mencegah tertularnya anak dari penyakit ini, imunisasi campak penting

diberikan sesuai engan waktunya. Imunisasi campak mengandung vaksin dari vius

yang telah dilemahkan dan diberikan melalui subkutan (Fida dan Maya,2012 ; 236).

Campak adalah penyakit yang sangat menular yang dapt disebabkan oleh

sebuah virus yang bernama virus campak. Penularan melalui udara ataupun kontak

langsung dengan penderita. Gejal-gejalanya adalah : demam, batuk, flu, dan bercak-

bercak merah pada permukaan kulit 3-5 hari setelah anak menderita demam. Bercak

mula-mula timbul di pipi bawah telinga yang kemudian menjalar ke muka, tubuh dan

anggota tubuh lainnya (Supartini, 2014)


Komplikasi dari penyakit campak ini adalah radang paru-paru, infeksi pada

telinga, radang pada saraf, radang pada sendi dan radang pada otak yang dapat

menyebabkan kerusakan otak yang permanen (menetap). Pencegahan adalah dengan

cara menjaga kesehatan kita dengan makanan yang sehat, berolah raga yang teratur

dan istirahat yang cukup, dan paling efektif cara pencegahannya adalah dengan cara

melakukan imunisasi. Pemberian imunisasi akan menimbulkan kekebalan aktiv dan

bertujuan untuk melindungi terhadap penyakit campak hanya dengan sekali suntikan,

dan diberikan pada usia anak 9 bulan atau lebih (Supartini,2014)

e. Imunisasi Hepatitis B

Penyakit hepatitis merupakan penyakit menular yang disebabkan pleh virus

hepatiis B. penyakit ini masih merupakan 1 masalah kesehatandi Indonesia karena

prevalensinya cukup tinggi. Prioritas pencegahan terhadap penyakit ini yaitu melalui

pemberian imunsasi Hpatitis pada bayi dan anak-anak. Hal ini dimaksudkan agar

mereka terlindungi dari penularan Hepatitis B sedini mungkin dalam hidupnya.

Dengan demikian integrasi imunisasi hepatitis B kedalam imunisasi dasar kedalam

kelompok bayi dan anak-anak merupak langkah yang sangat diperlukan

(Supartini,2014).

Imunisasi Hepatitis B adalah imunisasi yang digunakan untuk mencegah

terjadinya penyakit hepatitis. Kadungan vaksin ini adalah HbsAg dalam bentuk cair.

Frekuensi pemberian imunisasi hepatitis sebanyak 3 kali dan penguatnya dapat

diberikan pada usia 6 tahun. Imunisasi hepatitis ini melalui intramuskuler. Angka

kejadian hepatitis B pada anak balita juga sangat tinggi dalam mempengaruhi angka

kesakitan dan kematian balita (Fida dan Maya 2012 ; 228)

6. Jadwal dan Cara pemberian Imunisasi Dasar Lengkap

a. Vaksin BCG

Vaksinansi BCG diberikan pada bayi umur 0-11 bulan secara intra ktan

dengan dosis 0.05 ml. vaksinasi BCG dinyatakan berhasil apabila terjadi Tuberkulin

Konversi pada tempat suntikan. Ada tidaknya tuberculin konversi tergantung pada
potensi vaksin dan dosis yang tepat serta cara penyuntikan yang benar. Kelebihan

dosis dan suntikan yang terlalu dalam akan menyebabkan terjadina abses ditempat

suntikan. Untuk menjaga potensinya, vaksin BCG harus harus di simpan dengan suhu

2 0C (Kemenkes RI, 2014).

BCG diberikan pada bayi umur 0-2 bulan. Apabila BCG akan diberikan pada

umue < 3 bulan, sebaiknya di lakukan uji tuberculin terlebih dahulu, dan BCG

diberikan jika uji tuberculin negative (Fida dan Maya, 2012 ;246)

b. Vaksinasi DPT

Kekebalan terhadap penyakit difteri, pertusis dan tetanus adalah dengan

pemberian vaksin yang terdari dari toksoid difteri dan toksid tetanus yang telah di

murnikan ditambah dengan bakteri Bortella pertusis yang telah di matikan. Dosis

penyuntikan 0,5 ml di berikan secara subkutan atau intra muscular pada bayi yang

berumur 2-11 bulan sebanyak 3 kali dengan interval 4 minggu. Reaksi spesifik yang

timbul setelah penyuntikan tidak ada gejala biasanya demam ringan dan reaksi local

tempat penyuntikan. Bila ada reaksi yang berlebihan seperti suhu yang terlalu tinggi,

kejang, kesadaran menurun, mengangis yang berkepanjangan lebih dari 3 jam,

hendaknya pemberian vaksin DPR dig anti dengan DT ( Kemenkes RI, 2014)

c. Vaksinasi Polio

Untuk kekebalan terhadap polio diberikan dua tetes vaksin polio oral yang

mengandung virus polio tipe 1,2 dan 3 dari sabin. Vaksin yang diberikan melalui

mulut pada bayi umur 0-11 bulan sebanyak 4 kali dengan jarak waktu pemberian 4

minggu (Depkis RI, 2014)

d. Vaksinasi Campak

Vaksin yang diberikan berisi virus campak yang sudah dilemahkan dan dalam

bentuk bubuk kering atau frezeried yang harus di larutkan dengan bahan pelarut yang

telah tersedia sebelum digunakan. Suntikan ini diberikan secara subkutan dengan

dosis 0,5 ml pada anak umur 9-11 bulan. Di Negara berkembang imunisasi campak di
anjurkan diberikan lebih awal dengan maksud memberikan kekebalan sedini

mungkin, sebelum terkena infeksi virus campak secara alami (Kemenkes RI 2014).

e. Hepatitis B

Imunisasi hepatitis B dilakukan dengan cara memberikan vaksin hepatitis B

kedalam tubuh yang bertujuan untuk memberikan kekebalan dari pnyakit hepatitis.

Pemberian vaksin hepatitis B apat diberikan pada bayi yang baru lahir sedini mungkin

(0-11 hari) setelah kelahirannya (Supartini,2015)

7. Hal yang Dapat Menyebabkan Kegagalan Fungsi Imunisasi

a. Vaksin yang sudah lewat masa pakai,

b. Waktu pemberian yang tidak tepat,

c. Cara pemberian vaksin yang salah

d. Anak balita yang sudah terjangkit penyakit yang dapat dicegah dengan imunsasi,

(Hidyayat, 2008;20).

B. Tinjauan Tentang Anak Balita

1. Pengertian Balita

Anak balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu tahun atau lebih

popular dengan pengertian usia anak di bawah lima tahun (Muaris.H, 2006).

Menurut Sutomo. B. dan Anggraeni. DY, (2010), Balita adalah istilah umum

bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak prasekolah (3-5 tahun). Saat usia batita, anak

masih tergantung penuh kepada orang tua untuk melakukan kegiatan penting, seperti

mandi, buang air dan makan. Perkembangan berbicara dan berjalan sudah bertambah

baik. Namun kemampuan lain masih terbatas.

Masa balita merupakan periode penting dalam proses tumbuh kembang manusia.

Perkembangan dan pertumbuhan di masa itu menjadi penentu keberhasilan pertumbuhan

dan perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini

merupakan masa yang berlangsung cepat dan tidak akan pernah terulang, karena itu

sering disebut golden age atau masa keemasan.


Bzlita adalah masa pertumbuhan dasar yang memiliki perkembangan kemampuan

bahasa, kreativitas, kesadaran social emosional, dan intelegensi yang berjalan sangat

cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya, perkembangan moral serta

dasar-dasar kepribadian di bentuk pada masa ini (Soetjiningsih, 1995:29).

Anak balita adalah anak yang berusia dibawah umur limatahun (1-5 tahun)

merupakan kelompok yang menunjukan pertumbuhan badan yang pesat. Anak balita ini

justru merupakan kelompok umur yang paling sering menderita berbagai penyakit akibat

kekurangan gizi, dalam hal ini energy protein (Sedia Oetama, 1996 : 239).

2. Pengelompokan Umur Balita

Menurut Soetjiningsih (1995 : 23), pengelompokan umur balita yaitu :

a. Umur 13 – 24 bulan

b. Umur 25 – 36 bulan

c. Umur 37 – 48 bulan

d. Umur 49 – 60 bulan

3. Perkembangan yang terjadi pada anak balita

a. Usia 12 sampai 18 bulan

1) Berjalan dan mengeksplorasi rumah serta sekeliling rumah

2) Menyusun 2 atau 3 balok

3) Dapat mengatakan 5-10 kata

4) Memperlihatkan rasa cemburu dan bersaing.

b. Usia 18 sampai 24 bulan

1) Naik turun tangga

2) Menyusun kotak

3) Menunjuk mata dan hidungnya

4) Menyusun 2 kata

5) Belajar makan sender.

6) Menggambar garis di kertas atau pasir

7) Mulai mengontrol buang air besar dan buang air kecil/kencing


8) Menaruh minat kepada apa yang dikerjakan oleh orang-orang yang lebih besar

9) Memperlihatkan minat kepada anak lain yang barmain-main dengan mereka.

c. Usia 2 sampai 3 tahun

1) Belajar meloncat, memanjat, dan melompat dengan satu kaki

2) Membuat jembatan dengan 3 kotak

3) Mampu menyusun kalimat

4) Mempergunakan kata-kata satya, bertanya, mengerti kata-kata yang ditunjukan

kepadanya

5) Mengambar lingkaran

6) Bermain bersama anak lain dan menyadari adanya lingkungan lain di luar

keluarganya.

d. Usia 3 sampai 4 tahun

1) Berjalan-jalan sendiri mengunjungi tetangga

2) Berjalan pada jari kaki

3) Belajar berpakaian dan membuka pakaian sendiri

4) Menggambar garis silang

5) Menggambar orang hanya kepala dan adan

6) Mengenal 2 atau 3 warna

7) Bicara dengan baik

8) Menyebut namanya, jenis kelamin dan umurnya

9) Banyak bertanya

10) Bertanya bagaimana anak dilahirkan

11) Mengenal sisi atas, bawah, sisi muka, sisi belakang

12) Mendengar cerita

13) Bermain dengan anak lain

14) Menunjukkan rasa saying kepada saudar-saudaranya

15) Dapat melakukan tugas-tugas sederhana


e. Usia 4 sampai 5 tahun

1) Melompat dan menari

2) Mengambar orang terdiri dari kepala, lengan, dan badan

3) Menggambar segiempat dan segitiga

4) Pandai bicara dan dapat menghitung jari-jarinya

5) Dapat menyebut hari-hari dalam seminggu

6) Mendengar dan mengulang hal-hal penting dan cerita

7) Minat kepada kata baru dan artinya

8) Memprotes bila dilarang apa yang diinginkannya

9) Mengenal 4 warna

10) Memperkirakan bentuk dan besarna benda, membedakan besar dan kecil

11) Menaruh minat pada aktivitas orang dewasa.

C. Tinjauan Umum Tentang Kesehatan Anak Balita dan Penyakit yang Dapat Dicegah

Dengan Imunisasi Dasar Lengkap

Sebelum abad ke – 19, kesehatan anak kurangmendapat perhatian dari berbagai

pihak. Jumlah tenaga kesehatan terutama dokter dan bidan sangat sedikit, sementara epidemic

terjadi di banyak tempat dan tidak ada control. Selain itu, buku-buku atau informasi tentang

kesehatan anak sangat sedikit. Pelayanan kesehatan yang dijalankan untuk anak hanya

terbatas pada daerah perkotaan dan dalam bentuk pelayanan keliling dan perawatan

tradisional. Statistic tntang status kesehatan anak tidak ada, padahal wabah penyakit pada

anak banyak terjadi, flu, cacar, seperti difteri, pertusis, tetanus, polio, hepatitis B, campak dan

terjadi epidemic secara perlahan terutama karena TBC dan gangguan Gizi (Notoadmodjo,

2003 ;11).

Anak balita di harapkan tumbuh dan berkembang dalalm keadaan sehat jasmani,

social dan bukan hanya bebas dari penyakit dan kelemahan. Masalah kesehatan anak balita

merupak masalah nasional, mengingat angka kesakitan dan angka kematian pada anak balita

masih cukup tinggi yang disebabkan oleh berbagai penyakit yang sebenarnya masih dapat

dicegah dengan pemberian vaksin imunisasi dasar (Soetjiningsih, 2011).


Menurut Notoatmodjo, (2003 ;11) penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi

dasar lengkap yaitu :

i. TBC

ii. Difteri, Pertisis, Tetanus

iii. Polio

iv. Campak

v. Hepatitis B

D. Hubungan Imunisasi Dasar dengan Kesehatan Anak Balita

Banyak ibu di Indonesia dan seluruh dunia mempertanyakan seberapa aman kah

imunisasi anak mereka terhadap resiko timbulnya penyakit kronis sebagai efek samping

imunisasi itu.

Imunisasi pertama di dunia ditemukan untuk penyakit cacar yang elah membunuh

jutaan orang d Eropa dan seluruh Dunia. Malahan pertambahan penduduk Eropa telah di

hambat olejnya banyaknya korban penyakit tesebut. Edward Jenner di Tahun 1796 telah

menggunakan cacar sapi sebagi bahan untuk menimbulkan imunitas pada manusia. Walaupun

hasilnya telah nyata, diperlukan imunisasi missal untuk melenyapkan penyakit cacar itu dari

bumi.

Imunisasi telah melindungi anak-anak dari penyakit mematikan dan telah

menyelamatkan ribuan nyawa. Saat ini beberapa penyakit sangat jarang timbul sehingga para

oang tua kadang mempertanyakan apakah vaksinasi masih diperlukan.

Imunisasi merupak investasi kesehatan masa depan karena pemcegahan penyakit melalui

imunisasi merupakan cara perlindungan terhadap infeksi yang paling efektif dan jauh lebih

murah di bansing mengobati sesorang apabila telah jauh sakit dan harus dirawat di rumah

sakit.

Disamping itu, dengan imunisasi anak akan terhidar dari penyakit infeksi yang

berbahya, maka mereka memiliki kesempatan untuk beraktivitas, bermain, belajar tanpa

terganggu dengan masalah kesehatan. Namun demikian sampe saat ini masih terdapat

masalah-masalah dalam pemberian imunisasi, antara lain pemahaman orang tua yang masih
dirasakan kurang pada sebagian masyarakat, mitos yang salah tentang imunisasi, sampe

jadwal imunisasi yang terlambat (Notoatmodjo,2008 ;3).


BAB III

KERANGKA KONSEP PENELITIAN

A. Dasar Pemikiran Variabel yang Diteliti

Imunisasi adalah cara untuk mencegah agar anak terhindar dari cacat atau

penyakit yang mematikan dengan biaya efektif. Cara ini dapat pula merangsang

perkembangan system-sistem kesehatan dan menggambarkan investasi ekonomi yang

bagus. Apalagi hal ini member kontribusi kesehatanyan lebih baik dan juga

mengurangi kemiskinan (Kemenkes 2012).

Imunisasi dimulai sejak bayi dalam kandungan yang diberikan memlaui ibunya,

dan berlanjut hinnga lahir. Jenis imunisasi antara lain BCG untuk mencegah penyakit

tuberculosis, DPT-HB-HIB untuk mencegah penyakit Difteri, Pertusis dan Tetanus,

Polio untuk mencegah penyakit Poliomyelitis dan campak untuk mncegah penyakit

Campak (Nazirudin, 199 : 97)

Imunisasi termasuk salah satu jenis usaha memberikan kekebalan kepada anak

dengan memasukan vaksin ke dalam tubuh guna membuat zat anti untuk mencegah

terhadap penyakit tertentu (Fida dan Maya,2012 :223).

Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan membeikan kekebalan atau

resistensi pada penyakit itu saja, sehingga untuk terhindar dari penyakit lain diperlukan

imunisasi lainnya, imunisasi biasanya lebih focus di berikan kepada anak-anak karena

system kekebalan tubuh mereka masih belum sebaik orang dewasa, sehingga rentan

terhadap serangan penyakit berbahaya. Imunisasi tidak cukup hanya di lalukan satu

kali, tetapi harus di lakukan secara bertahap dan lengkap terhadap berbagai penyakit

yang sangat membahayakan kesehatan dan hidup anak ( Supartini, 2004 : 137).

Dalam penelitian ini, ingin diketahui hunbungan yang signifikan antara

imunisasi dasar yang diberikan dengan kondisi kesehatan anak balita dalam proses

tumbuh kembangannya.
B. Bagan Kerangka Pikir

Variabel bebas

Status Imunisasi Dasar


Variabel terikat
 Hb 0

 BCG
Kesehatan Anak
 POLIO
Balita
 DPT-HB-HIB

 CAMPAK

Keterangan :

: Variabel yang diteliti

Gambar 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian

C. Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas (Independent Variabel)

Variabel Independen (Bebas) adalah variabel yang mempengaruhi variabel

terikat, yaitu Status Imunisasi Dasar ( Hb 0, BCG, Polio, DPT,, dan Campak )

2. Variabel Ter ikat (Dependent Variabel)

Variabel dependent (terikat) adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel

bebas, yaitu Kesehatan Anak.

D. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

1. Status Imunisasi Dasar adalah suatu pemberian imunisasi dasar yang

pernah di alami oleh seorang anak balita.

Kriteria Objektif :

Lengkap : Jika imunisasi Dasarnya lengkap pada usia 0-12 bulan

Tidak Lengkap : Jika imunisasi dasar tidak lengkap pada usia 0-12
bulan atau tidak pernah mendapatkan imunisasi dasar

sama sekali.

2. Status kesehatan anak balita adalah kondisi tubuh anak yang behubungan

dengan penyakit yang pernah di alami.

Kriteria Objektif :

Sehat : Jika anak balita tersebut belom atau tidak pernah mengalami

sakit dari salah satu penyakit yang dapat di cegah dengan

imunisasi dasar ( TBC, Difteri, Pertusis, Tetanus, Polio,

Campak, dan Heatitis B).

Sakit : Jika anak balita tersebut pernah atau sedang mengalami salah

satu penyakit atau sudah terdiagnosa (TBC, Difteri, Pertusis,

Tetanus, Polio, Campak, dan Heatitis B).

E. Hipotesis Penelitian

1. Hipotesis Alternatif (Ha) : Ada Hubungan antara status imunisasi dasar

dengan kesehatan anak balita di di posyandu Sayang Ibu desa Atari Jaya

Wilayah Kerja Puskesmas Atari Jaya Kecamatan Lalembuu , Kabupaten

Konawe Selatan Tahun 2016.

2. Hipotesis Nol (H0) : Tidak Ada Hubungan antara status imunisasi dasar

dengan kesehatan anak balita di di posyandu Sayang Ibu desa Atari Jaya

Wilayah Kerja Puskesmas Atari Jaya Kecamatan Lalembuu , Kabupaten

Konawe Selatan Tahun 2016.


BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah analitic deskriptif denga pendekatan cross

sectional yang bertujuna untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara status imunisasi

dasar lengkap dengan kesehatan anak balita di di posyandu Sayang Ibu desa Atari Jaya

Wilayah Kerja Puskesmas Atari Jaya Kecamatan Lalembuu, Kabupaten Konawe Selatan

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan pada tanggal 16-20 Desember 2016

2. Tempat Penelitian

Tempat penelitian ini akan dilaksanakan di posyandu Sayang Ibu desa Atari Jaya

Wilayah Kerja Puskesmas Atari Jaya Kecamatan Lalembuu , Kabupaten Konawe

Selatan dengan cara kunjungan ke posyandu dan melaksanak kunjungan rumah kerumah

responden.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subkek penelitian ( Arikunto,1998 : 115).

Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan anak balita sampai akhir bulan

November 2016 di posyandu Sayang Ibu desa Atari Jaya Wilayah Kerja Puskesmas Atari

Jaya Kecamatan Lalembuu , Kabupaten Konawe Selatan sebanyak 122 anak balita

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih secara “accidental sampling”

tertentu hingga mewakili populasi (Notoatmodjo, 2005). Sampel dalam penelitian

ini adalah 55 anak balita.


Kriteria inklusif

- Ibu yang mempunyai anak balita ( 1-5 tahun)

- Bersedia menjadi responden

- Responden berdomisisli di wilayah kerja Puskesmas Atari Jaya

- Berada di tempat saat penelitian berlangsung (di Posyandu atau di Rumah).

Kriteria eklusif

 Tidak bersedia / menolak menjadi responden

 Penderita yang berdomisili di luar wilayah kerja Puskesmas Atari Jaya

 Tidak berada di tempat saat penelitian berlangsung

D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data

1. Jenis Data

a. Data Primer

Data primer yaitu data yang diisi langsung oleh peneliti dalam melakukan penelitian.

b. Data sekunder

Diperoleh dari instansi terkait yang berhubungan mengenai penelitian ini.

2. Cara Pengumpulan Data

Cara Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah cara primer yaitu dengan cara

kunjungan rumah atau ke posyandu dan memberikan pertanyaan yang akan di jawab oleh

responden dan sekunder yaitu dengan cara croos check puskesmas setempat tentang

keakuratan data yang diberikan oleh responden.

E. Instrumen Penelitian

Alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah lembar observasi yang

akan ditanyakan kepada responden .

F. Pengolahan Data

Data yang telah dikumpul dari responden diolah dengan langkah-langkah sebagai

berikut :
1. Coding

Pertama–tama memberi kode, pada jawaban di kanan lembar pertanyaan.

Pengisian berdasarkan observasi yang dilakukan langsung oleh peneliti.

2. Editing

Editing dilakukan untuk meneliti setiap daftar pertanyaan yang sudah diisi. Editing

meliputi kelengkapan pengisian, kesalahan pengisian dan konsistensi dari setiap jawaban.

Hal ini dilakukan dilapangan.

3. Scoring

Skoring adalah memberi skor data yang telah dikumpulkan.

4. Tabulating

Merupakan kelanjutan pada proses pengolahan dalam hal ini setelah data tersebut

dicoding kemudian ditabulasi agar lebih mempermudah penyajian data dalam bentuk

tabel distribusi frekuensi.

G. Analisa Data

1. Analisis Univariat

Untuk mendapatkan persentase hasil dari observasi yang telah diteliti maka akan

dianalisa menggunakan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

f = Variabel yang diteliti

n = Jumlah sampel penelitian

k = Konstanta (100%) Jumlah sampel penelitian

X = Persentase hasil yang dicapai

(Chandra, 1995 : 47).

2. Analisis Bavariat

Adalah analisis yang digunakan untuk melihat ada tidaknya hubungan antara variable

Dependent dan Independen.

Rumus yang digunakan adalah :


Keterangan

X2 : : Nilai Chi-square

Fo : Frekuensi Observasi (yang diamati)

Fe : Frekuensi (Sugyono, 2009 : 302)

Setelah data terkumpul data tersebut akan di analisis dengan analisa Bivariat dengan

menggunakan rumus Chi-kuadrat.

Setelah itu, nilai x2 di bandingkan dengan nilai x2 Tabel pada taraf signifikan 0.05

atau 5%. Sedangkan derajat kebebasan pada tabel adalah (b-1) (k-1), dimana ”b” adalah

baris dan ”k” adalah kolom. Pengambilan keputusan di lakukan sebagai berikut :

a. Jika X2 hitung > X2 tabel maka Ho di tolak dan Ha di terima yang berarti ada

hubungan antara status imunisasi dasar lengkap terhadap kesehatan anak balita.

b. Jika X2 hitung > X2 tabel maka Ha di tolak dan Ho di terima yang berarti tidak ada

hubungan antara status imunisasi dasar lengkap terhadap kesehatan anak balita.

H. Penyajian Data

Penyajian data pada penelitian ini yaitu dalam bentuk tabel distribusi frekuensi yang

kemudian dinarasikan secara deskriptif (memaparkan) variabel yang telah diteliti.

Anda mungkin juga menyukai