Oleh:
Satya Agusmansyah
1318011149
2017
DAFTAR ISI
Halaman
Rinosinusitis telah dikenal luas oleh masyarakat awam dan merupakan salah
satu penyakit yang sering dikeluhkan dengan berbagai tingkatan gejala klinik.
Hidung dan sinus paranasal merupakan bagian dari sistem pernafasan sehingga
infeksi yang menyerang bronkus, paru dapat juga menyerang hidung dan sinus
paranasal.1
2.2 EPIDEMIOLOGI
Rinosinusitis merupakan penyakit yang sering ditemukan, dengan
dampak signifikan pada kualitas hidup dan pengeluaran biaya kesehatan,
dan dampak ekonomi pada mereka yang produktivitas kerjanya menurun.
Diperkirakan setiap tahun 6 miliar dolar dihabiskan di Amerika Serikat untuk
pengobatan rhinosinusitis. Pada tahun 2007 di Amerika Serikat, dilaporkan
bahwa angka kejadian rhinosinusitis mencapai 26 juta individu. Di
Indonesia sendiri, data dari DEPKES RI tahun 2003 menyebutkan
bahwa penyakit hidung dan sinus berada pada urutan ke-25 dari 50 pola
penyakit peringkat utama atau sekitar 102.817 penderita rawat jalan di
rumah sakit.4
2.4 PATOGENESIS
Kesehatan sinus dipengaruhi oleh patensi ostium-ostium sinus dan
lancarnya klirens mukosiliar (mucociliary clearance) di dalam kompleks
osteo-meatal. Sinus dilapisi oleh sel epitel respiratorius. Lapisan mukosa
yang melapisi sinus dapat dibagi menjadi dua yaitu lapisan viscous superficial
dan lapisan serous profunda. Cairan mukus dilepaskan oleh sel epitel untuk
membunuh bakteri maka bersifat sebagai antimikroba serta mengandungi zat-
zat yang berfungsi sebagai mekanisme pertahanan tubuh terhadap kuman
yang masuk bersama udara pernafasan. Cairan mukus secara alami menuju ke
ostium untuk dikeluarkan jika jumlahnya berlebihan. 1
2.5 KLASIFIKASI
Berdasarkan durasi penyakit, rhinosinusitis diklasifikasikan menjadi:
Akut
< 12 minggu
Resolusi komplit gejala
Kronik
≥12 minggu
Tanpa resolusi gejala komplit
Termasuk rinosinusitis kronik eksaserbasi akut.2
1) Rinosinusitis akut
a) Rinosinusitis akut pada dewasa
Rinosinusitis akut pada dewasa didefinisikan sebagai onset tiba-tiba
dari dua atau lebih gejala, salah satunya termasuk hidung tersumbat/
obstruksi/ kongesti atau discharge (sekret hidung anterior/ posterior):
± nyeri wajah/ rasa tertekan di wajah
± penurunan/ hilangnya penghidu
b) Rinosinusitis akut pada anak
Rinosinusitis akut pada anak didefinisikan sebagai onset tiba-tiba dari
dua atau lebih gejala:
hidung tersumbat/ obstruksi/ kongesti
atau discoloured nasal discharge
atau batuk (siang hari dan malam hari)
2) Rinosinusitis kronik
a) Rinosinusitis kronik pada dewasa
Rinosinusitis kronik (dengan atau tanpa polip nasal) pada dewasa
didefinisikan :
Terdapat dua atau lebih gejala, salah satunya harus berupa hidung
tersumbat/ obstruksi/ kongesti atau discharge (anterior/ posterior nasal
drip):
± nyeri wajah/ rasa tertekan di wajah
± penurunan/ hilangnya penghidu
b) Rinosinusitis kronik pada anak
Rinosinusitis kronik (dengan atau tanpa polip nasal) pada anak
didefinisikan :
Terdapat dua atau lebih gejala, salah satunya harus berupa hidung
tersumbat/ obstruksi/ kongesti atau discharge (anterior/ posterior nasal
drip):
± nyeri wajah/ rasa tertekan di wajah
±batuk
Sinusitis akut berulang tejadi gejala lebih dari 4 episode per tahun
dengan interval bebas penyakit lain. Eksaserbasi akut rinosinusitis
didefinisikan sebagai memburuknya gejala pada pasien yang sudah
didiagnosis rhinosinusitis secara tiba-tiba, dengan kembali ke gejala awal
setelah perawatan. Kriteria diagnostik yang terbaru adalah berdasarkan
EPOS 2012, dimana rinosinusitis didefinisikan sebagai peradangan pada
hidung dan sinus paranasal dengan beberapa gejala dan tanda :2
Tabel 1.Gejala dan tanda rhinosinusitis menurut EPOS 20122
Sinusitis maksillaris
a. Demam, malaise
b. Nyeri kepala yang tak jelas yang biasanya reda dengan pemberian
aspirin. Sakit dirasa mulai dari pipi ( di bawah kelopak mata ) dan
menjalar ke dahi atau gigi. Sakit bertambah saat menunduk.
c. Wajah terasa bengkak dan penuh
d. Nyeri pipi yang khas : tumpul dan menusuk, serta sakit pada palpasi
dan perkusi.
e. Kadang ada batuk iritatif non-produktif
f. Sekret mukopurulen yang dapat keluar dari hidung dan kadang berbau
busuk
g. Adanya pus atau sekret mukopurulen di dalam hidung, yang berasal
dari metus media, dan nasofaring.
Sinusitis ethmoidalis
Sinusitis frontalis
Sinusitis sphenoidalis
2.7.1 Gejala
Gejala lokal yaitu hidung tersumbat, ingus kental yang kadang
berbau dan mengalir ke nasofaring (postnasal drip), halitosis, sakit
kepala yang lebih berat pada pagi hari, nyeri di daerah sinus yang
terkena, serta kadang nyeri alih ke tempat lain. Gejala sistemik yaitu
demam dan rasa lesu.7
1. Sinusitis Maksilaris
Nyeri pipi menandakan sinusitis maksila. Gejala sinusitis maksilaris
akut berupa demam, malaise dan nyeri kepala yang tak jelas yang
biasanya reda dengan pemberian analgetik biasa seperti aspirin.
Wajah terasa bengkak, penuh, dan gigi terasa nyeri pada gerakan
kepala mendadak, misalnya sewaktu naik atau turun tangga.
Seringkali terdapat nyeri pipi khas yang tumpul dan menusuk, serta
nyeri pada palpasi dan perkusi. Sekret mukopurulen dapat keluar dari
hidung dan terkadang berbau busuk.7
2. Sinusitis Etmoidalis
Sinusitis etmoidalis akut terisolasi lebih lazim pada anak, sering kali
bermanifestasi sebagai selulitis orbita. Dari anamnesis didapatkan
nyeri yang dirasakan di pangkal hidung dan kantus medius, kadang-
kadang nyeri di bola mata atau di belakangnya, terutama bila mata
digerakkan. Nyeri alih di pelipis, post nasal drip dan sumbatan
hidung. Pemeriksaan fisik didapatkan nyeri tekan pada pangkal
hidung.7
3. Sinusitis Frontalis
Nyeri berlokasi di atas alis mata, biasanya pada pagi hari dan
memburuk menjelang tengah hari, kemudian perlahan-lahan mereda
hingga menjelang malam. Pasien biasanya menyatakan bahwa dahi
terasa nyeri bila disentuh dan mungkin terdapat pembengkakan supra
orbita. Pemeriksaan fisik, nyeri yang hebat pada palpasi atau perkusi
di atas daerah sinus yang terinfeksi merupakan tanda patognomonik
pada sinusitis frontalis.7
4. Sinusitis Sfenoidalis
Sinusitis sfenoidalis dicirikan oleh nyeri kepala yang mengarah ke
verteks kranium. Penyakit ini lebih lazim menjadi bagian dari
pansinusitis dan oleh karena itu gejalanya menjadi satu dengan gejala
infeksi sinus lainnya.7
Gambar 2.Foto lateral menunjukkan gambaran air fluid level di sinus maksilla
c) MRI
MRI sinus lebih jarang dilakukan dibandingkan CT scan karena
pemeriksaan ini tidak memberikan gambaran terhadap tulang
dengan baik. Namun, MRI dapat membedakan sisa mukus dengan
massa jaringan lunak dimana nampak identik pada CT scan. Oleh
karena itu, MRI akan sangat membantu untuk membedakan sinus
yang terisi tumor dengan yang diisi oleh sekret. 1 Pemeriksaan MRI
sendiri digunakan untuk menyingkirkan diagnosis banding.
d) Transiluminasi
Pada pemeriksaan transiluminasi, sinus yang sakit akan menjadi
suram atau gelap. Hal ini lebih mudah diamati bila sinusitis terjadi
pada satu sisi wajah, karena akan nampak perbedaan antara sinus
yang sehat dengan sinus yang sakit. Pemeriksaan ini sudah jarang
dilakukan karena sangat terbatas kegunaannya.
Gambar 6. Pemeriksaan transiluminasi
e) Pemeriksaan Mikrobiologi
f) Sinuskopi
SINUSITIS AKUT
Pengobatan umum
- Istirahat
Penderita dengan sinusitis akut yang disertai demam dan kelemahan
sebaiknya beristirahat ditempat tidur. Diusahakan agar kamar
tidur mempunyai suhu dan kelembaban udara tetap.
- Higiene
Harus tersedia sapu tangan kertas untuk mengeluarkan sekrat hidung.
Perlu diperhatikan pada mulut yang cenderung mengering , sehingga
setiap selesai makan dianjurkan menggosok gigi.
Medikamentosa
Jika tidak ada perbaikan maka dilakukan rontgen-polos atau CT Scan dan
atau naso-endoskopi.Bila dari pemeriksaan tersebut ditemukan kelainan
maka dilakukan terapi sinusitis kronik. Tidak ada kelainan maka dilakukan
evaluasi diagnosis yakni evaluasi komprehensif alergi dan kultur dari
fungsi sinus.
Terapi pembedahan pada sinusitis akut jarang diperlukan, kecuali bila
telah terjadi komplikasi ke orbita atau intrakranial, atau bila ada nyeri yang
hebat karena ada sekret tertahan oleh sumbatan.
SINUSITIS KRONIS
Antibiotik
Antibiotik parenteral diberikan pada sinusitis yang telah mengalami
komplikasi seperti komplikasi orbita dan komplikasi intrakranial, karena
dapat menembus sawar darah otak. Ceftriakson merupakan pilihan yang
baik karena selain dapat membasmi semua bakteri terkait penyebab
sinusitis, kemampuan menembus sawar darah otaknya juga baik.Pada
sinusitis yang disebabkan oleh bakteri anaerob dapat digunakan
metronidazole atau klindamisin. Klindamisin dapat menembus cairan
serebrospinal. Antihistamin hanya diberikan pada sinusitis dengan
predisposisi alergi. Analgetik dapat diberikan. Kompres hangat dapat juga
dilakukan untuk mengurangi nyeri. 2,12,13
Kortikosteroid
Bisa diberi oral ataupun topikal, namun pilihan disini adalah kortikosteroid
oral yaitu metil prednisolon, efek samping berupa retensi air sangat
minimal, begitu pula dengan efek terhadap lambung juga minimal.
Antiinflamatori dengan menggunakan kortikosteroid topikal atau sistemik.
a. Kortikosteroid topikal : beklometason, flutikason, mometason
b. Kortikosteroid sistemik, banyak bermanfaat pada rinosinusitis kronik
dengan polip nasi dan rinosinusitis fungal alergi.
Dekongestan
Dekongestan Oral (Lebih aman untuk penggunaan jangka panjang)
Phenylproponolamine dan pseudoephedrine, yang merupakan agonis alfa
adrenergik. Obat ini bekerja pada osteomeatal komplek. Dekongestan
topikalyaitu phenylephrine Hcl 0,5 % dan oxymetazoline Hcl 0,5 % bersifat
vasokonstriktor lokal. Obat ini bekerja melegakan pernapasan dengan
mengurangi oedema mukosa.
Antihistamin
Antihistamin golongan II yaitu Loratadine. Anti histamine golongan II
mempunyai keunggulan, yaitu lebih memiliki efek untuk mengurangi
rhinore dan menghilangkan obstruksi, serta tidak memiliki efek samping
menembus sawar darah otak
Terapi Pembedahan
1. Sinus maksila:
a. Irigasi sinus (antrum lavage)
b. Nasal antrostomi
c. Operasi Caldwell-Luc
2. Sinus etmoid:
a. Etmoidektomi intranasal, eksternal dan transantral
3. Sinus frontal:
a. Intranasal, ekstranasal
b. Frontal sinus septoplasty
c. Fronto-etmoidektomi
4. Sinus sfenoid :
a. Trans nasal
b. Trans sfenoidal
Radikal
Non Radikal
Berikut ini merupakan alur skema penatalaksanaan sinusitis akut dan kronik
berdasarkan European Position Paper on Rhinosinusitisnand Nasal Polyps
2012.
Gambar 7. Skema penatalaksanaan rinosinusitis akut pada dewasa untuk pelayanan kesehatan
primer berdasarkan European Position Paper on Rhinosinusitisnand Nasal Polyps 2012
Gambar 8. Skema penatalaksanaan rinosinusitis akut pada anak untuk pelayanan kesehatan
primer berdasarkan European Position Paper on Rhinosinusitisnand Nasal Polyps 2012
Gambar 9. Skema penatalaksanaan rinosinusitis kronik dengan atau tanpa polip hidung
pada dewasa untuk pelayanan kesehatan primer dan dokter spesialis non THT
berdasarkan European Position Paper on Rhinosinusitisnand Nasal Polyps 2012
2.9 KOMPLIKASI
Sinusitis merupakan suatu penyakit yang tatalaksananya berupa rawat
jalan. Pengobatan rawat inap di rumah sakit merupakan hal yang jarang
kecuali jika ada komplikasi dari sinusitis itu sendiri. Walaupun tidak
diketahui secara pasti, insiden dari komplikasi sinusitis diperkirakan sangat
rendah. Salah satu studi menemukan bahwa insiden komplikasi yang
ditemukan adalah 3%. Sebagai tambahan, studi lain menemukan bahwa
hanya beberapa pasien yang mengalami komplikasi dari sinusitis setiap
tahunnya. Komplikasi dari sinusitis ini disebabkan oleh penyebaran bakteri
yang berasal dari sinus ke struktur di sekitarnya. Penyebaraan yang tersering
adalah penyebaran secara langsung terhadap area yang mengalami
kontaminasi.
2.10 PROGNOSIS
Sinusitis tidak menyebabkan kematian yang signifikan dengan
sendirinya. Namun, sinusitis yang berkomplikasi dapat menyebabkan
morbiditas dan dalam kasus yang jarang dapat menyebabkan kematian.
Sekitar 40 % kasus sinusitis akut membaik secara spontan tanpa
antibiotik. Perbaikan spontan pada sinusitis virus adalah 98 %.Pasien
dengan sinusitis akut, jika diobati dengan antibiotik yang tepat,
biasanya menunjukkan perbaikan yang cepat. Tingkat kekambuhan
setelah pengobatan yang sukses adalah kurang dari 5 %. Jika tidak
adanya respon dalam waktu 48 jam atau memburuknya gejala, pasien
dievaluasi kembali.14
Rhinosinusitis adalah suatu peradangan pada sinus yang terjadi karena alergi
atau infeksi virus, bakteri maupun jamur. Terdapat 4 sinus disekitar hidung yaitu
sinus maksilaris, sinus ethmoidalis, sinus frontalis dan sinus
sphenoidalis.Penyebab utama sinusitis adalah infeksi virus, diikuti oleh
infeksi bakteri. Secara epidemiologi yang paling sering terkena adalah sinus
ethmoid dan maksilaris. Gejala umum rhinosinusitis yaitu hidung tersumbat
diserai dengan nyeri/rasa tekanan pada muka dan ingus purulent, yang
seringkali turun ke tenggorok (post nasal drip).
Klasifikasi dari sinusitis berdasarkan klinis yaitu sinusitis akut, subakut dan
kronik, sedangkan klasifikasi menurut penyebabnya adalah sinusitis rhinogenik
dan dentogenik. Bahaya dari sinusitis adalah komplikasinya ke orbita dan
intrakranial. Tatalaksana berupa terapi antibiotik diberikan pada awalnya dan jika
telah terjadi hipertrofi, mukosa polipoid dan atau terbentuknya polip atau
kista maka dibutuhkan tindakan operasi. Tatalaksana yang adekuat dan
pengetahuan dini mengenai sinusitis dapat memberikan prognosis yang baik.
Rhinosinusitis adalah suatu peradangan pada sinus yang terjadi karena alergi
atau infeksi virus, bakteri maupun jamur. Selain itu juga rinosinusitis bisa terjadi
karena adanya sumbatan pada hidung yang disebut dengan rinogenik dan infeksi
pada gigi, rahang gigi dan akar gigi disebut dentogen. Untuk terapi harus
dihilangkan kausa penyakitnya terlebih dahulu.
DAFTAR PUSTAKA