Anda di halaman 1dari 12

MODUL 1 TAHAP OUTPUT PENGUAT DAYA

Gunawan Lumban Gaol (13214004)


Arthur P. H. Sinaga
TanggalPercobaan: 29/09/2016
EL3109 – Praktikum Elektronika II
Laboratorium Dasar Teknik Elektro -Sekolah Teknik Elektro dan InformatikaITB

Abstrak
Transistor Q1 selalu konduksi pada seluruh selang
Pengelompokan penguat BJT berdasarkan jenisnya sinyal input sinusoid. Sumber arus IBIAS menarik
dikarakterisasi menjadi penguat kelas A, B, dan AB. arus dari transistor Q1 dan beban RL. [1]
Penguat kelas A mengalami distorsi saturasi dengan efisiensi
Saat tegangan input terendah, maka arus yang
25%, penguat kelas B 78,5% dengan distorsi cross-over.
ditarik sumber akan datang dari beban RL sehingga
Penguat kelas AB merupakan modifikasi kelas B dengan
beban akan mendapat tegangan terendah negatif –
rangkaian bias untuk menghilangkan distorsi cross-overnya.
IBIASRL. Saat tegangan input tertinggi maka
Kata kunci: penguat, kelas A, kelas B, kelas AB, BJT transistor Q1 akan memberikan arus lebih dari
yang ditarik sumber arus sehingga beban akan
1. PENDAHULUAN memperoleh arus dan tegangan puncak positif. [1]
Melalui percobaan ini akan diihat karakteristik dari Distorsi yang terjadi pada penguat kelas A adalah
masing-masing penguat kelas A, B, dan AB. distorsi karena transistor masuk keadaan saturasi.
Hal ini terjadi karena tegangan antara collector dan
Adapun tujuan percobaan modul 4, yaitu :
emitor terlalu rendah (< 0,3 V). [1]
a. Mengamati dan mengenali klasifikasi
penguat berdsarkan bagian fungsi 2.2 TAHAP OUTPUT PENGUAT KELAS B
sinusoidal saat transistor konduksi
Rangkaian penguat kelas B adalah sebagai berikut.
b. Mengukur dan menganalisa distorsi pada
tahap output penguat kelas A, B, dan AB
c. Mengukur dan menganalisa daya dan
efisiensi penguat kelas A, B, dan AB

2. STUDI PUSTAKA

2.1 TAHAP OUTPUT PENGUAT KELAS A


Rangkaian penguat kelas A adalah sebagai berikut.

Gambar 2 Rangkaian Penguat Kelas B [1]

Pada penguat pushpull kelas B transistor NPN dan


PNP bekerja bergantian. Saat siklus tegangan input
positif maka junction base-emitor transistor QN akan
mendapat tegangan maju sehingga transistor QN
konduksi sedangkan junction base-emitter transistor
QP akan mendapat tegangan mundur sehingga
transistor QP dalam keadaan cut-off. Sebaliknya saat
siklus tegangan input negatif junction base-emitor
transistor QP yang akan mendapat tegangan maju
dan transistor QP konduksi dan QN dalam keadaan
cut-off. [1]
Gambar 1 Rangkaian Penguat Kelas A [1]
Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro – STEI ITB 1
Distorsi yang terjadi pada penguat kelas B adalah input. Terdapat dua buah resistor dan dua buah
distorsi cross-over. Hal ini terjadi karena transistor dioda yang kemudian dicatu dengan catu daya
membutuhkan tegangan cut-in supaya ia masuk ke +VCC dan -VCC. Tujuan dari rangkaian ini adalah
dalam keadaan aktif. Dengan demikian, ada suatu untuk memberi tegangan bias DC pada transistor.
rentang di sekitar nol di mana ketika vinput terlalu Dengan demikian, kedua transistor tidak akan
kecil dari rentang tegangan cut-in maka kedua pernah berada di keadaan cut-off secara bersama-
transistor akan mati dan tidak ada tegangan output. sama. Hal ini yang akan menyebabkan tidak
[1] terjadinya distorsi cross-over pada rangkaian
penguat AB. [1]
Distorsi cross-over dapat dihindari dengan cara
memasang penguat operasional di antara susunan
2.4 PERHITUNGAN DAYA CATU, DAYA
transistor dan generator sinyal input. Rangkaian
TERDISIPASI, DAN DAYA PADA BEBAN
kelas B dengan penguat operasional adalah sebagai
Pada penguat, dengan menganggap tegangan cut-
berikut. [1]
in nol, arus yang diberikan catu daya dapat
didekati sebagai half wave rectifed sinusoidal wave
untuk masing-masing transistor. Dengan demikian
daya rata-rata yang diberikan catu daya akan
mendekati:

𝟐𝑽̂𝑶
𝑷𝑺 =𝑽
𝝅 𝑹𝑳 𝑪𝑪
daya yang disampaikan pada beban,

𝟐
𝟏𝑽̂𝑶
𝑷𝑳 =
Gambar 3 Rangkaian Penguat Kelas B dengan Umpan 𝟐 𝑹𝑳
Balik Penguat Operasional [1] dengan demikian daya terdisipasi pada masing-
Penguat operasional menjamin bahwa tegangan masing transistor akan bergantung pada
input akan sama dengan tegangan output. Dengan amplituda tegangan output atau tegangan
demikian, distorsi cross-over yang dihasilkan oleh inputnya. [1]
kedua transistor akan hilang. [1]
𝟐
𝟏𝑽̂𝑶 𝟏𝑽̂𝑶
2.3 TAHAP OUTPUT PENGUAT KELAS AB 𝑷𝑫𝑸 = 𝑽𝑪𝑪 −
𝝅 𝑹𝑳 𝟒 𝑹𝑳
Rangkaian Penguat Kelas AB adalah sebagai
berikut. 3. METODOLOGI
Alat dan komponen yang digunakan pada
percobaan kali ini adalah sebagai berikut:
- Kit praktikum Penguat Daya (1buah)
- Generator Sinyal (1buah)
- Osiloskop digital dengan FFT (1buah)
- Multimeter Digital (1buah)
- Catu Daya (2buah)
Catu Daya dipasang pada tegangan 6V, dengan
terlebih dahulu diukur menggunakan multimeter.
Multimeter Digital yang digunakan menggunakan
kabel jarum dan hanya berjumlah 1 buah, sehingga
diperlukan pemasangan dan pencopotan
Gambar 4 Rangkaian Penguat Kelas AB [1]
rangkaian saat mengukur arus catu daya.

Rangkaian Penguat Kelas AB adalah rangkaian Pengamatan spektrum dengan FFT dilakukan
penguat kelas B yang dimodifikasi agar tidak dengan melihat amplitudo frekuensi dasar dan
terjadi distorsi cross-over. Susunan transistor BJT frekuensi harmonik ketiganya.
tidak berubah. Perubahan terjadi pada bagian

Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro – STEI ITB 2


3.1 PENGUAT KELAS A
Pengamatan kualitatif (Vo
Setting: Vin = 2Vpp, 1kHz. Tegangan output (Vo) Menyusun rangkaian
pada RL) linearitas dengan
seperti gambar 3 dengan
adalah tegangan pada RL. Transistor yang Vcc = -Vcc = 6V
RL=33Ω, serta grafik
VTCnya dengan mode XY
digunakan adalah transistor BD139
Langkah-langkah percobaan penguat kelas A
ditunjukkan bagan berikut:

Pengamatan kualitatif Pengamatan kuantitatif


Menyusun rangkaian seperti Pengamatan kualitatif (Vo
linearitas dengan RL=56Ω dan dengan FFT untuk
gambar 1 dengan Vcc = -Vcc = pada VE) linearitas dengan
RL=33Ω, serta grafik VTCnya tegangan input di batas
6V RL=33Ω, serta grafik
dengan mode XY saturasi, input kecil, dan
VTCnya dengan mode XY
melebihi saturasi

Pengamatan Daya Disipasi Pengamatan Daya Disipasi


Pengamatan kuantitatif
dan Daya dengan mengukur dan Daya dengan
dengan FFT untuk tegangan
arus dari catu daya untuk nilai
input di batas saturasi, input mengukur arus dari catu
tegangan input (~0, 2, 4, 6,
kecil, dan melebihi saturasi daya untuk nilai tegangan
dan 10) Vpp.
input (~0 dan 10) Vpp.

Gambar 5 Langkah kerja percobaan penguat kelas A Gambar 7 Langkah kerja percobaan penguat kelas B
dengan feedback Op-Amp
3.2 PENGUAT KELAS B
Setting Vin = 4Vpp, 1kHz. Tegangan output (Vo) 3.4 PENGUAT KELAS AB
adalah tegangan pada RL. Q1 = BD139 dan Q2 = Setting Vin = 4Vpp, 1kHz. Tegangan output (Vo)
BD140. adalah tegangan pada RL. Q1 = BD139 dan Q2 =
Langkah-langkah percobaan penguat kelas B BD140.
ditunjukkan bagan berikut: Langkah-langkah percobaan penguat kelas B
ditunjukkan bagan berikut:
Pengamatan kualitatif
Menyusun rangkaian seperti
linearitas dengan RL=33Ω, Pengamatan kualitatif
gambar 2 dengan Vcc = -Vcc =
serta grafik VTCnya dengan Menyusun rangkaian seperti linearitas dengan
6V
mode XY gambar 4 dengan Vcc = -Vcc = R1=R2=1,8kΩ, 4,7kΩ, 1kΩ
6V serta grafik VTCnya dengan
mode XY

Pengamatan Daya Disipasi


Pengamatan kuantitatif
dan Daya dengan mengukur
dengan FFT untuk tegangan Pengamatan Daya Disipasi Pengamatan kuantitatif
arus dari catu daya untuk nilai
input di batas saturasi, input dan Daya dengan mengukur dengan FFT (R1=R2=1kΩ)
tegangan input (~0, 2, 4, 6,
kecil, dan melebihi saturasi arus dari catu daya untuk nilai untuk tegangan input di batas
dan 10) Vpp.
tegangan input (~0, 2, 4, 6, saturasi, input kecil, dan
dan 10) Vpp. melebihi saturasi

Gambar 6 Langkah kerja percobaan penguat kelas B


Gambar 8 Langkah kerja percobaan penguat kelas AB
3.3 PENGUAT KELAS B DENGAN
FEEDBACK OP-AMP 4. HASIL DAN ANALISIS
Setting Vin = 4Vpp, 1kHz. Tegangan output (Vo)
adalah tegangan pada RL. Q1 = BD139 dan Q2 =
4.1 PENGUAT KELAS A
BD140. Op-Amp = LM741 Hasil percobaan penguat kelas B adalah sebagai
berikut:
Langkah-langkah percobaan penguat kelas B
ditunjukkan bagan berikut:

Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro – STEI ITB 3


4.1.1 PENGAMATAN KUALITATIF beban, yang setara dengan semakin besarnya
LINEARITAS DAN VTC rentang swing sinyal output.
Kurva tengangan input-output ditunjukkan
4.1.2 PENGAMATAN KUANTITATIF
gambar berikut:
LINEARITAS

Gambar 9 Kurva Tegangan Input dan Ouput penguat kelas


A Gambar 11 Spektrum FFT Sinyal input(bawah kiri) dan
output untuk berbagai tegangan input

Tabel 1 Amplituda FFT frekuensi harmonik dasar dan


ketiga penguat kelas A dengan berbagai input

Vin Amplituda Vout


(dB)
(Vpp)
Fh0 Fh3

4 40 ~

10 50 ~20

13 ~50 20
Gambar 10 VTC penguat kelas A
Analisis selanjutnya dilakukan dengan
Dapat dilihat dari gambar diatas, bentuk kurva menggunakan fungsi MATH FFT(Fast Fourier
tegangan input sama dengan kurva tegangan Transform) pada sinyal output untuk berbagai
output. Secara kasat mata dapat dilihat pula bahwa rentang sinyal input.
penguatan tegangan Vo/Vin sebesar 1V/V.
Ketika Vin=10Vpp, rangkaian penguat telah
Dari Voltage Transfer Characteristic pada Gambar mengalami saturasi, sehingga muncul impuls pada
10 dan 12, terlihat terjadinya saturasi pada frekuensi harmoniknya. Dari gambar diatas, dapat
rangkaian. Hal ini ditunjukkan dengan garis dilhat munculnya sinyal impuls pada frekuensi
mendatar di daerah kiri bawah kurva dimana harmonik dasar hingga ketiga. Dengan
tegangan output tidak bias lebih kecil lagi. Dapat memperbesar Vin=13Vpp, muncul tambahan
dilihat pula, untuk tegangan input yang sama, dari sinyal impuls lagi hingga harmonika keempat. Lain
Gambar 11 dan 13 terlihat bahwa tegangan output halnya ketika sinyal input tidak menyebabkan
mengalami pemotongan lebih kecil saat resistansi rangkaian dalam keadaan saturasi (Vin=4Vpp),
beban lebih besar. Hal ini menunjukkan bahwa sehingga sinyal sinusoidal output tidak mengalami
toleransi penguat terhadap saturasi akan gangguan dan hasil FFTnya hanya berupa satu
meningkat dengan bertambah besarnya resistansi buah impuls saja.

4.1.3 PENGAMATAN DAYA DISIPASI


DAN DAYA PADA BEBAN

Persamaan daya yang digunakan:

Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro – STEI ITB 4


𝑃𝑠𝑢𝑝𝑝𝑙𝑦 = 𝐼𝑠𝑢𝑝𝑝𝑙𝑦 𝑉𝐶𝐶
I+ 61,0 mA P+ 366,0 mW
2
𝑉𝑜𝑢𝑡 𝑅𝑀𝑆
𝑃𝐿𝑂𝐴𝐷 =
𝑅𝐿𝑂𝐴𝐷 I- 72,1 mA P- 432,6 mW
𝑃𝐷𝐼𝑆𝐼𝑃𝐴𝑆𝐼 = 𝑃𝑠𝑢𝑝𝑝𝑙𝑦 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 − 𝑃𝐿𝑂𝐴𝐷
VOUT 2 Vpp PLOAD 15,15 mW
𝑃𝐿𝑂𝐴𝐷
𝜂=
𝑃𝑆𝑈𝑃𝑃𝐿𝑌 𝑇𝑂𝑇𝐴𝐿 VOUT RMS 0,707 V PDISIPASI 783,45
Kurva tegangan output untuk berbagai tegangan mW
input ditunjukkan gambar berikut:
η = 1,90 %

Vin = 4 Vpp

I+ 62,0 mA P+ 372 mW

I- 72,4 mA P- 434,4 mW

VOUT 4 Vpp PLOAD 60,6 mW

VOUT RMS 1,414 V PDISIPASI 745,79


mW

η = 7,51 %

Vin = 6 Vpp

I+ 62 mA P+ 372 mW

I- 72 mA P- 432 mW

Gambar 12 Kurva tegangan ouput untuk berbagai input VOUT 5,76 Vpp PLOAD 125,67
Hasil perhitungan daya dengan pengukuran arus mW
pada catu daya dan tegangan output (Vrms) dari
osiloskop ditunjukkan oleh tabel berikut: VOUT RMS 2,04 V PDISIPASI 678,33
mW
Tabel 2 Pengamatan Daya penguat kelas A

Vin = 4mVpp η = 15,63 %

I+ 62,3 mA P+ 373,8 mW

I- 72,5 mA P- 435 mW Vin = 10 Vpp

VOUT 0,1 Vpp PLOAD 3,7x10-5 I+ 67 mA P+ 402 mW


mW
I- 73 mA P- 438 mW
VOUT RMS 0,035 V PDISIPASI 808,777 W
VOUT 8,4 Vpp PLOAD 302,59
η = 0,000046 % mW

VOUT RMS 3,16 V PDISIPASI 537,40


mW
Vin = 2 Vpp

Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro – STEI ITB 5


η = 36,02 %

Besar efisiensi maksimum untuk penguat kelas A


adalah 25% [2]. Semakin besar tegangan input
maka semakin besar pula nilai tegangan output
sampai pada batas saturasinya.
Namun dapat dilihat untuk nilai tegangan input
sama dengan 10Vpp, nilai efisiensi adalah 36,02%.
Hal ini mungkin terjadi karena kesalahan dalam
pengukuran tegangan output. Grafik tegangan
output terganggu oleh noise sehingga pembacaan
Gambar 14 Kurva ideal penguat kelas B [2]
kurang tepat.
Perbedaan yang terjadi disebabkan transistor yang
4.2 PENGUAT KELAS B digunakan tidak sepenuhnya ideal karena
Hasil percobaan penguat kelas B adalah sebagai tegangan cut-in yang kurang dari 0,5V. Selain itu,
berikut: perbedaan karakteristik tegangan mutlak dari
kedua transistor tidak sama sehingga muncul
4.2.1 PENGAMATAN KUALITATIF ketidakseimbangan dari swing output sinyal.
LINEARITAS DAN VTC Dapat dilihat dari gambar VTC yang didapat
bahwa penguatan yang terjadi juga kurang dari
1V/V, melainkan hanya sebesar 0,58V/V saja. Hal
ini disebabkan karena arus yang mengalir dari
power supply tidak sepenuhnya mengalir ke beban.
Ada sebagian yang hilang karena resistor parasitik
yang terdapat pada transistor.

4.2.2 PENGAMATAN KUANTITATIF


LINEARITAS
Berikut adalah hasil FFT dari sinyal input dan
output untuk variasi tegangan input:

Gambar 13 Kurva tegangan input-ouput dan VTC

Dapat dilihat dari kurva tegangan output (bawah)


terdapat daerah dimana terjadi bentuk tegangan
yang mendatar, pada pengamatan dengan dual
trace maupun mode xy. Baigan mendatar ini
disebabkan distorsi cross-over yang terjadi karena
terdapat suatu keadaan di mana kedua transistor,
baik PNP dan NPN, berada dalam kondisi cut-off
secara bersamaan karena besar tegangan input
kurang dari nilai tegangan cut-in (ideal = 0,5V)
transistor.
Bentuk kurva pengamatan ideal ditunjukkan oleh
gambar berikut:

Gambar 15 Spektrum FFT output(kiri) dan input(kanan)


untuk berbagai tegangan input

Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro – STEI ITB 6


Tabel 3 Amplituda FFT frekuensi harmonik dasar dan
ketiga penguat kelas B dengan berbagai input

Vin Amplituda Vout


(dB)
(Vpp)
Fh0 Fh3

4 35 ~

10 50 10

13 ~55 ~20

Ketika tengangan input sebesar 4Vpp, transistor


beum keadaan saturasi, sehingga bentuk tegangan
ouput masih berupa sinusoidal sempurna yang
pada domain frekuensi hanya berupa impuls,
seperti diperlihatkan pada grafik FFT output.
Saat tegangan input dinaikkan sebesar 10Vpp,
transistor dalam keadaan saturasi, sehingga
menyebabkan munculnya sinyal sinusoidal output
lain dengan frekuensi berbeda, sehingga muncul
puncak-puncak sebagai sinyal harmonik dari
sinyal output. Gambar 16 Kurva tegangan output untuk berbagai
tegangan input
Saat tegangan input kembali dinaikkan hingga 12
Hasil perhitungan daya dengan pengukuran arus
Vpp, muncul tambahan sinyal harmonik sebagai
pada catu daya dan tegangan output (Vrms) dari
akibat dari meningkatnya tegangan input. Hal ini
osiloskop ditunjukkan oleh tabel berikut
kembali menyatakan adanya kerusakan yang
terjadi pada sinyal output sebagai akibat dari Tabel 4 Pengamatan Daya penguat kelas B
transistor yang dalam keadaan saturasi. Vin = 4mVpp
4.2.3 PENGAMATAN DAYA DISIPASI
I+ - P+ -
DAN DAYA PADA BEBAN

Kurva tegangan output untuk berbagai tegangan I- - P- -


input ditunjukkan gambar berikut:
VOUT - PLOAD -

VOUT RMS - PDISIPASI -

η = n/a

Vin = 2 Vpp

I+ 2,07 mA P+ 12,42 mW

I- 2,31 mA P- 13,86 mW

VOUT 1,6 Vpp PLOAD 2,763 mW

VOUT RMS 0,302 V PDISIPASI 23,52 mW

η = 10,52 %

Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro – STEI ITB 7


amplituda sinyal output akan semakin tinggi.
Dengan naiknya amplituda sinyal output, maka
efisiensi akan meningkat pula.
Vin = 4 Vpp
4.3 PENGUAT KELAS B DENGAN
I+ 4,98 mA P+ 29,88 mW FEEDBACK OP-AMP
I- 10,57 mA P- 63,42 mW Hasil percobaan penguat kelas B dengan feedback
Op-Amp adalah sebagai berikut:
VOUT 3 Vpp PLOAD 21,43 mW
4.3.1 PENGAMATAN KUALITATIF
VOUT RMS 0,841 V PDISIPASI 71,86 mW LINEARITAS DAN VTC

η = 22,97 %

Vin = 6 Vpp

I+ 18,81 mA P+ 112,86
mW

I- 19,25 mA P- 115,5 mW

VOUT 4 Vpp PLOAD 67,28 mW

VOUT RMS 1,49 V PDISIPASI 161,08 Gambar 17 Kurva tegangan input(atas kiri), output(atas
mW kanan), VTC ouput (bawah kiri), dan VTC Op-Amp
(bawah kanan)

η = 29,46 % Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa sinyal


output tidak lagi mengalami distorsi cross-over
seperti yang terjadi pada penguat kelas B tanpa
feedback Op-Amp. Dapat dilihat pada kurva VTC,
Vin = 10 Vpp besar penguatan yang didapat sebesar 1V/V. Dari
kedua hal ini dapat disimpulkan bahwa Op-Amp
I+ 32,61 mA P+ 192,66 bekerja dengan baik.
mW Dari kurva VTC unutk output juga dapat dilihat
bahwa transistor mengalami saturasi saat nilai
I- 32,14 mA P- 192,84 tegangan input sekitar 10Vpp, terlihat dari adanya
mW garis mendatar pada kurva VTC untuk output.

VOUT 10 Vpp PLOAD 280,04 Kurva VTC untuk Op-Amp memiliki sedikit
mW perbedaan dengan adanya garis vertikal yang
mengindikasikan penguatan sangat tinggi ketika
VOUT RMS 3,04 V PDISIPASI 108,45 nilai input tegangan mendekati nol. Penguatan ini
mW akan berkurang menjadi 1V/V ketika sinyal input
dinaikkan dan menjadi nol ketika keadaan saturasi.
η = 72,08 % Hal ini terjadi karena saat besar tegangan input
sangat kecil, sinyal output pada penguat kelas B
Efisiensi maksimum untuk penguat kelas B adalah dengan feedback Op-Amp ini mengalami kembali
78,5% [2]. distorsi cross-over nya. Maka dari itu, Op-Amp
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa perlu menguatkan sinyal yang masuk ke kedua
semakin tinggi tegangan input yang diberikan, transistor hingga penguatan menjadi 1V/V dan
maka efisiensi dari penguat akan semakin besar. distrosi cross-over hilang.
Hal ini membuktikan bahwa hasil percobaan
konsisten dengan persamaan efisiensi secara
teoretis. Semakin tinggi sinyal input, maka

Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro – STEI ITB 8


4.3.2 PENGAMATAN KUANTITATIF
LINEARITAS
Hasil FFT dari sinyal output untuk berbagai input
ditunjukkan gambar berikut:

Gambar 19 Kurva tegangan input(atas)-output(bawah)

Hasil perhitungan daya dengan pengukuran arus


pada catu daya dan tegangan output (Vrms) dari
osiloskop ditunjukkan oleh tabel berikut
Gambar 18 Spektrum FFT output untuk 4Vpp(bawah), Tabel 6 Pengamatan Daya penguat kelas B dengan
10Vpp(atas kiri), dan 12Vpp(atas kanan) feedback Op-Amp

Vin = 4mVpp
Tabel 5 Amplituda FFT frekuensi harmonik dasar dan
ketiga penguat kelas B dengan berbagai input
I+ 0 mA P+ 0 mW
Vin Amplituda Vout
(dB) I-
(Vpp) 0,07 mA P- 0,42 mW
Fh0 Fh3
VOUT 40 mVpp PLOAD 0,002 mW
4 40 ~
VOUT RMS 8,07 mV PDISIPASI 0,418 mW
10 50 30
η = 0,47 %
13 ~55 ~20

Vin = 10 Vpp
Sama seperti pada penguat kelas B tanpa Op-Amp,
sinyal output akan tetap sehat ketika transistor I+ 37,61 mA P+ 227,46
belum dalam keadaan saturasi, yaitu ketika mW
tegangan input masih dibawah batas saturasi
(sekitar 10Vpp). Hal ini dibuktikan degan hasil FFT I- 36,7 mA P- 220,2 mW
dari sinyal output yang berupa impuls untuk nilai
tegangan input sebesar 4Vpp. VOUT 10 Vpp PLOAD 326,01
Ketika nilai tegangan input diperbesar hingga mW
mencapai batas saturasi, muncul sinyal harmonik
output yang amplitudanya semakin besar untuk VOUT RMS 3,28 V PDISIPASI 121,65
nilai tengangan input semakin besar. Muncul pula mW
sinyal harmonik lainnya ketika tegangan input
terus diperbesar melebihi batas saturasinya. η = 72,82 %

4.3.3 PENGAMATAN DAYA DISIPASI Dapat dilhat dari tabel diatas, bahwa nilai
DAN DAYA PADA BEBAN penguatan sesuai dengan persamaan teoretis yang
menyatakan bahwa nilai efisiensi akan naik ketika
Kurva tegangan output untuk berbagai tegangan
besar tegangan input juga naik.
input ditunjukkan gambar berikut:
Dapat dibandingkan pula nilai efisiensi untuk
tegangan input sebesar 4Vpp ada penguatan kelas
B dengan dan tanpa feedback Op-Amp. Efisiensi
Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro – STEI ITB 9
pada penguat B dengan feedback Op-Amp sedikit transistor tidak mengikut nol, melainkan sebesar
lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa Op-Amp. VCC – IR.
Hal ini dikarenakan pembacaan lebih baik dapat
Dapat dilihat dari kurva VTC untuk berbagai nilai
dilakukan pada penguat kelas B dengan Op-Amp
resistor bahwa garis mendatar pada kurva lebih
karena tidak adanya distorsi cross-over pada output.
cepat terjadi pada resistor dengan nilai yang tinggi.
Hal ini terjadi karena resistor berpengaruh dalam
4.4 PENGUAT KELAS AB
menentukan nilai batas tegangan saturasinya.
Hasil percobaan penguat kelas B dengan feedback Semakin besar nilai resistor, maka semakin kecil
Op-Amp adalah sebagai berikut: batas saturasinya, sehingga transistor akan lebih
cepat memasuki daerah saturasi, atau dengan kata
4.4.1 PENGAMATAN KUALITATIF lain, swing output akan semakin lebar dengan
LINEARITAS DAN VTC semakin kecilnya nilai resistor yang digunakan.

4.4.2 PENGAMATAN KUANTITATIF


LINEARITAS
Hasil FFT dari sinyal output untuk berbagai input
ditunjukkan gambar berikut:

Gambar 20 Kurva tegangan input-output dan VTC untuk


berbagai besar resistansi

Dari kurva VTC untuk berbagai resistor dapat


dilihat bahwa penguatan sama yaitu pada kisaran
0,9V/V. Ketidaksesuaian hasil ini dengan referensi
diakibatkan karena adanya daya yang hilang oleh Gambar 21 Spektrum FFT Sinyal Output untuk Vin =
resistor bias dan juga drop tegangan pada dioda. 10Vpp, 4Vpp, dan 12Vp (atas ke bawah)
Jika dilihat pada mode dual trace, hubungan input
dan output sudah sesuai dengan referensi, yakni
sefasa dengan nilai Vpp yang hampir sama. Tabel 7 Amplituda FFT frekuensi harmonik dasar dan
ketiga penguat kelas B dengan berbagai input
Pada mode dual trace juga dapat dilihat tidak
Vin Amplituda Vout
adanya distorsi cross-over seperti yang dialami
(dB)
penguat kelas B. Distorsi ini hilang karena adanya (Vpp)
tegangan bias pada base dari rangkaian resistor
Fh0 Fh3
bias dengan dioda, sehingga ketika nilai tengangan
input sama dengan nol, tegangan base dari kedua

Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro – STEI ITB 1


0
4 55 ~ I- 5,39 mA P- 32,34 mW

10 60 ~ VOUT 0,2 Vpp PLOAD 0,152 mW

13 ~65 ~20 VOUT RMS 0,0707 V PDISIPASI 64,23 mW

Karakteristik pengamatan kuantitatif dari penguat η = 0,23 %


kelas AB tidak jauh berbeda dengan penguat
lainnya. Untuk nilai tegangan input yang kecil
(4Vpp), sinyal output masih berupa sinusoidal
sehat. Namun ketika tegangan input diperbesar, Vin = 2 Vpp
muncul sinyal harmonik lainnya yang semakin
besar amplituda seiring dengan semakin besar I+ 5,34 mA P+ 32,04 mW
tegangan input.
I- 5,42 mA P- 32,52 mW
4.4.3 PENGAMATAN DAYA DISIPASI
DAN DAYA PADA BEBAN
VOUT 2 Vpp PLOAD 11,35 mW
Kurva tegangan output untuk berbagai tegangan
input ditunjukkan gambar berikut: VOUT RMS 0,612 V PDISIPASI 53,21 mW

η = 17,58 %

Vin = 4 Vpp

I+ 5,36 mA P+ 32,16 mW

I- 5,40 mA P- 32,4 mW

VOUT 4 Vpp PLOAD 44,37 mW

VOUT RMS 1,21 V PDISIPASI 20,19 mW

η = 68,72 %

Vin = 6 Vpp

I+ 5,36 mA P+ 32,16 mW

I- 5,41 mA P- 32,46 mW
Gambar 22 Kurva tegangan input-output untuk
pengukuran daya VOUT 6 Vpp PLOAD 99,28 mW

Hasil perhitungan daya dengan pengukuran arus VOUT RMS 1,81 V PDISIPASI -34,66
pada catu daya dan tegangan output (Vrms) dari mW
osiloskop ditunjukkan oleh tabel berikut:
η = 153,63 %
Tabel 8 Pengamatan Daya penguat kelas AB

Vin = 4mVpp
Vin = 10 Vpp
I+ 5,34 mA P+ 32,04 mW

Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro – STEI ITB 1


1
I+ 5,39 mA P+ 32,34 mW

I- 5,47 mA P- 32,82 mW

VOUT 10 Vpp PLOAD 308,37


mW

VOUT RMS 3,19 V PDISIPASI -243,21


mW

η = 473,25 %

Dapat diilihat dari tabel diatas bahwa nilai efisiensi


akan meningkat dengan semakin besarnya
tegangan input. Untuk nilai efisiensi pada nilai
tegangan input sebesar 6Vpp dan 10Vpp tidak
sesuai dengan nilai yang seharusnya. Praktikan
menyadari hal ini saat praktikum ketika melihat
pembacaan arus yang tetap sama untuk semua
tegangan input. Praktikan menyadari bahwa arus
yang diukur hanyalah arus yang mengalir ke
rangkaian bias, sehingga perhitungan arus tidak
memperhitungkan arus yang mengalir ke
transistor. Namun karena keterbatasan waktu pada
saat praktikum, praktikan tidak sempa untuk
melakukan pengukuran ulang kembali.
Nilai yang seharusnya terjadi kurang lebihs sama
seperti pada penguat kelas B, dengan efisieni yang
kurang dari 78,5%

5. KESIMPULAN
Kesimpulan dari percobaan ini adalah sebagai
berikut.
 Penguat ideal kelas A memiliki penguatan
1V/V dengan efisiensi maksimum 25%
 Penguat ideal kelas B memiliki penguatan
1/V/V dengan efisiensi maksimum 78,5%
 Distorsi cross-over pada kelas B dapat
dihilangkan dengan menggunakan
rangkaian umpan balik Op-Amp atau
dengan rangkaian bias seperti pada kelas
AB.

DAFTAR PUSTAKA
[1] Hutabarat, Mervin T, Petunjuk Praktikum
Elektronika, Sekolah Teknik Elektro dan
Informatika, Institut Teknologi Bandung, 2016.
[2] Sedra and Smith, Microelectronic Circuits, Oxford
University Press, USA, 1997.

Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro – STEI ITB 1


2

Anda mungkin juga menyukai